Pengertian Timah
Timah merupakan logam putih keperakan, logam yang mudah ditempa dan
bersifat fleksibel, memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika
didinginkan. Timah dibawah suhu 13,20C dan tidak memiliki sifat logam sama
sekali. Timah biasa disebut sebagai timah putih disebabkan warnanya putih
mengkilap, dan memiliki struktur kristal tetragonal. Tingkat resistansi
transformasi dari timah putih ke timah hitam dapat ditingkatkan dengan
pencampuran logam lain pada timah seperti seng, bismuth, atau gallium.
Timah diklasifikasikan sebagai logam pasca-transisi. Atom timah memiliki
50 elektron dan 50 proton dengan 4 elektron valensi di kulit terluar. Dalam
kondisi standar timah adalah logam lembut berwarna perak abu-abu. Timah sangat
lunak (yang berarti bahwa hal itu dapat potong menjadi lembaran tipis) dan dapat
dipoles agar bersinar. Timah dapat membentuk dua alotrop berbeda di bawah
tekanan normal, yaitu timah putih dan timah abu-abu. Timah putih adalah bentuk
logam timah yang paling akrab dengan kita. Timah abu-abu adalah non-logam dan
merupakan bahan tepung berwarna abu-abu. Timah abu-abu mempunyai banyak
kegunaan. Timah resistif (dapat melawan korosi) dari air. Hal ini memungkinkan
untuk digunakan sebagai bahan pelapis untuk melindungi logam lainnya.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,
dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain
dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral
sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembagabesi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral
kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini
biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Mayoritas timah saat ini digunakan untuk membuat patri solder. Patri solder
adalah campuran timah dan timbal yang digunakan untuk menyambungkan pipa
dan membuat sirkuit elektronik. Timah juga digunakan sebagai pelapis untuk
melindungi logam lainnya seperti timbal, seng, dan baja dari korosi. Aplikasi lain
untuk timah termasuk paduan logam seperti perunggu dan timah, produksi kaca
menggunakan proses Pilkington, tempat pasta gigi, dan dalam pembuatan tekstil.
Unsur timah hadir dalam batuan beku dari kerak bumi sekitar 0,001
persen, termasuk langka tetapi tidak jarang; kelimpahan di dunia sama besarnya
seperti unsur kobalt, nikel, tembaga, dan cerium, dan itu pada dasarnya sama
dengan kelimpahan nitrogen. Dalam kosmos ada 1,33 atom timah per 1 106
atom silikon, kelimpahan kurang lebih sama dengan niobium, ruthenium,
neodymium, atau platinum. Timah kosmik merupakan produk penyerapan
neutron. Kekayaan dalam isotopnya tercatat stabil.
Timah terjadi pada butir logam asli tapi sebagian besar sebagai oksida
Stannic, SnO2, di kasiterit mineral, satu-satunya mineral timah signifikan yang
komersial. Logam ini diperoleh dari kasiterit dengan reduksi (pengangkatan
oksigen) dengan batu bara atau coke dalam tungku peleburan. Tidak ada
persediaan timah yang bermutu tinggi yang diketahui. Sumber utama adalah
endapan aluvial, rata-rata sekitar 0,01 persen timah. Jenis mineral yang memiliki
kandungan unsur Timah :
1.
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2.
Berbentuk kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga
tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak
translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan
logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau
2.
aluvium
Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang
dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28%
timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna
biru hingga abu-abu.
3.
Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah,
timbal,
antimon,
dan
besi.
Rumus
mineral
ini
adalah
di darat maupun di laut. Produksi delapan puluh persen dari endapan timah
sekunder yang merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer,
sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal dari endapan timah primer itu
sendiri. kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya
(genesa).
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang
membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati
Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan
Central Belt di Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih dalam bentuk
cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder.
Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam
bentuk tersebar.
C. Karakteristik Pembentukan Timah Putih
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah
sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulaupulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan
timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air,
dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis
dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan
terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (Sn0 2).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan
magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir
kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam
bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan.
Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang
akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral kasiterit (Sn02) dan mineral berat lainnya, erat
hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah
(Sn) yang membentang dari Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan
kelurusan sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah
(Sn) adalah granit, adamelit, dan granodiorit. Batholit yang mengandung timah
(Sn) pada daerah Barat ternyata lebih muda (Akhir Kretasius) daripada daerah
Timur (Trias).
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang
mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke
permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk
mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan
terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang
akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan
samping yang diterobosnya.
D. Manfaat
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500
tahun sebelum masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum
masehi. Kebutuhan timah putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam
timah putih bersifat mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa (malleable),
tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat. Kegunaan timah putih
di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi mencegah karat, bahan
solder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan logam, casing telepon
genggam. Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas, agrokimia,
pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah
lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap
kesehatan
manusia.
Kebanyakan
penggunaan
timah
putih
untuk
pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam
dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk
solder 31%.
E. Teknik Eksplorasi Timah
1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah segala kegiatan sebelum aktivitas penambangan
yang dikhususkan untuk mengetahui, memperkirakan, dan mendapatkan
ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata serta jumlah cadangan suatu
endapan mineral agar dapat menentukan kualitas dan kwantitas dari suatu
endapan tersebut diperuntukkan mengetahui nilai ekonomisnya. Kegiatan
eksplorasi ini perlu dilakukan sebelum kegiatan penambangan karena
menghindari resiko kerugian yang akan ditanggung perusahaan.
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan potensi sumber daya mineral (resources) yang terdapat
dibumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk di tambang (miniable
reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari dimana
keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan
bagaimana kondisinya,
Metode geokimia
Metode geofisika
Metode pit, trench, strip
Metode pemetaan tambang
Metode pemboran
usaha
melakukan
kegiatan
penambangan
berdasarkan
sungai
besar
yang
disebut
dengan
kolong/danau.
Tambang
Besar
berkapasitas
100
m3/jam.
Produksi