Anda di halaman 1dari 4

SALES UNITLINK vs IBU PINTAR.

Sales Unitlink: Mbak, produk kami adalah produk unitlink dari perusahaan ternama ABCXYZ.
Ibu Pintar: Gak mau Mas, saya gak perlu unitlink.
Sales Unitlink: Tapi kan perlu investasi Mbak.
Ibu Pintar: Sudah investasi dong Mas. Untuk investasi saya pakai beberapa reksadana, beberapa bisnis,
properti dan saham.
Sales Unitlink: Tapi reksadana kan ada risikonya Mbak.
Ibu Pintar: Unit investasi dalam unitlink itu kan reksadana juga Mas. Resiko investasinya sama saja,
tergantung jenis instrumen di dalamnya.
Sales Unitlink: Unitlink kan ada asuransinya dengan 1 juta / bulan, UP nya besar lho Rp 280 juta.
Ibu Pintar: No thank you. Rp280 juta gak cukup Mas. Itu cuma seharga mobil suami saya. Masak nilai
nya suami saya disamain sama mobilnya? Kami sudah fully covered Mas, Uang Pertanggungannya Rp
1M, cuma bayar Rp 4 juta / tahun. Uang Pertanggungan Rp 4M, cuma bayar Rp 13 juta /tahun. Jauh
kan?(FYI, asuransi jiwa term life 10 tahun untuk seseorang berusia sekitar 30 tahun, dengan Uang
Pertanggungan di bawah Rp 400 juta, paling-paling preminya hanya Rp 750 ribu / tahun)
Sales Unitlink: Dalam unitlink ada waiver dan rider yang sangat berguna lho Mbak. Jadi kalau ada apaapa dan tidak dapat membayarkan premi nya lagi, perusahan asuransi akan melanjutkan investasinya.
Jadi di tahun ke 13, uang sekolah S1 nya dapat tetap tercapai.
Ibu Pintar: UP asuransi jiwa kami sudah sangat memadai. Jadi kalau ada apa-apa, justru UP ini yang
harusnya langsung keluar, gak usah nunggu 13 tahun lagi dan kami investasikan kembali sekarang.
(Money today is worth more than money 13 years from now!) Target dana S1 anak saya 13 tahun lagi
Rp 1,5 M, kalau UP nya 4M artinya didepositokan juga sudah cukup.Kalau sampai perusahaan
asuransinya gak mau membayarkan klaim dengan UP jiwa ini pun, aset yang ada masih dapat dikelola
agar menghasilkan nilai yang optimal.
Sales Unitlink: Yang ini ada investasinya lho Mbak.
Ibu Pintar: Unit investasi dalam unitlink!Itu sama saja dengan reksadana. Jadi investasinya langsung
aja di reksadana Mas. Jadi kalau investasinya Rp 500ribu per bulan atau Rp 6 juta /tahun. Terus
asuransinya dibeli terpisah dengan asuransi jiwa term life 10 thn (beserta asuransi kecelakaan), UP Rp
1 M, premi Rp 4 juta /tahun. Jadi dengan bayar Rp 10 juta / tahun saya dapat UP lebih besar, investasi
saya di reksadana cuma dipotong 0% 2% subscription fee. Tadi Mas kasih saya ilustrasi Rp 12 juta
/tahun, UP cuma Rp 280 juta, unit investasi dipotong fee 5% dan tahun-tahun pertama gak langsung
masuk ke unit investasinya.
Sales Unitlink: Oh Term life, itu kan traditional Mbak. Kami udah gak jual itu.
Ibu Pintar: Kenapa dong gak mau jual? Mau traditional atau modern gak masalah Mas. Yang penting
produknya membuat Financial Plan saya efisien. Dengan mengeluarkan uang yang lebih sedikit, saya

dapat lebih banyak coverage dan unit investasi yang saya dapatkan lebih banyak, gak dipotong-potong
fee terlalu banyak. Ini belum ngomongin return lho.
Sales Unitlink: Term life kan gak ada nilai tunainya Mbak? Terus kalau sudah tua, umur 55 misalnya,
jadi mahal kan preminya Mbak.
Ibu Pintar: Saya perlu asuransi jiwa untuk perlindungan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya
tidak beli asuransi untuk cari nilai tunai. Semua nilai tunai tercapai dengan investasi yang sistematik.
Saya membuat Financial Plan keluarga saya lengkap dengan Dana Darurat dan investasi dibagi
berdasarkan tujuan. Jadi keperluan asuransi pun harus direview tiap tahun.
Umur 55 tahun harusnya sudah siap dengan dana pensiun dong. Jadi gak perlu lagi asuransi jiwa. Kalau
pun belum punya dana pensiun, anak-anak harusnya sudah besar-besar. They should take care of
themselves, gak perlu lagi nilai tunai atau Uang Pertanggungan asuransi jiwa dari kami. Umur segitu
yang saya perlukan jadinya asuransi kesehatan untuk pensiunan dan Dana Pensiun dalam jumlah besar.
Sales Unitlink: Betul Mbak, kesehatan penting sekali. Yang ini ada untuk penyakit kritisnya Mbak. 40
penyakit kritis yang dicover.
Ibu Pintar: Permisi ya coba deh periksa di polis asuransi yang sudah jadi. Asuransi penyakit kritis ini
gak akan langsung keluar begitu kena diagnosa. Fungsi asuransi penyakit kritis ini fungsinya seperti
asuransi kecelakaan : untuk menggantikan hilangnya penghasilan karena ketika kena penyakit kritis
kita gak bisa bekerja normal lagi. Bukan untuk mengobati. Jadi kalo kena diabetes, masih bisa hidup 7
tahun lagi, ya gak keluar tuh UP penyakit kritisnya. Gagal ginjal kedua-duanya dan tidak bisa transplan
lagi, baru keluar UP penyakit kritisnya. Stroke, keluar UP nya. Kanker, stadium 4 baru keluar UP nya.
Sales Unitlink: Jadi kalau kena penyakit kritis gimana dong Mbak?
Ibu Pintar: Harusnya Dana Daruratnya ada tuh Mas kalo cuma mau Rp 280 juta. Kalau kuatir dengan
bagaimana mengobati penyakit kritis, kita perlu asuransi kesehatan yang bagus banget yang mau
bayarin biaya berobat rutin untuk penyakit kronis. Terutama yang ada guarantee renewability nya. Nah
di Indonesia belum ada aturan yang mengharuskan guarantee renewability, jadi mending ambil asuransi
kesehatan yang premium, udah ada kok dari luar negeri. Tinggal dibandingkan mana yang prioritas,
beli asuransi premium ini atau investasi. Premi asuransi kesehatan premium itu berkisar antara
US$700-US$7000, dengan benefit pembayaran jika sakit yang aduhai juga.
Sales Unitlink: Yang syariah juga ada lho Mbak
Ibu Pintar: (may be its the jilbab thing hehehe) Mas, bukan soal syariah gak syariahnya. Tapi struktur
produk unitlink nya ini yang gak nyambung sama sekali dengan Financial Plan saya. Kalau mau cari
produk syariah, reksadana juga banyak yang syariah.
Sales Unitlink: Return unitlink tinggi lho Mbak.
Ibu Pintar: Kalau mau return tinggi, justru jangan di unitlink Mas. Reksadana Saham tuh resiko tinggi,
return juga sekarang lagi tinggi. Sama kan unitlink juga punya kok reksadana saham, disebutnya equity
fund, padahal sama aja. Jadi tinggal liat, hayo berapa return equity fund nya?
Sales Unitlink: Itu kan cuma urusan MI mana yang lebih jago aja. Jadi siapa MI nya?

Ibu Pintar: Schroders, Fortis, Manulife, Trimegah, Danareksa? MI-MI itu semua jual reksadananya
sendiri lho, beli langsung atau lewat bank juga bisa, subscription fee nya juga lebih rendah 0%-2%, di
unitlink 3%-5% kan? Coba deh cek siapa MI nya. Kalau MI ini gak jual reksadananya (baca: unit
investasi dari unitlink) kecuali lewat asuransi yang sister companynya, malah gawat dong. Artinya
distribusinya terbatas sekali. Ya simple aja, bandingin performance nya dengan MI lain. Kita
mempercayakan dana kita dikelola oleh MI, ya harus mau membandingkan MI-MI ini dong.Tapi,
ngapain saya beli reksadananya Schroders, Manulife, Fortis atau Danareksa lewat asuransi kalo saya
bisa beli langsung ke mereka atau lewat bank?
(FYI periksa performance MI di unitlink dan reksadana. Harusnya dalam 3 tahun terakhir equity fund
dari unitlink dan reksadana dapat menghasilkan return > 40% per tahun. Jadi kalau ada MI yang equity
fund nya di tahun 2005 hanya menghasilkan 14%. tanya kenapa! Yang bener aja, diputerin ke mana
tuh uangnya, ngaku aja equity fund, jangan-jangan isinya bukan saham. Gawat gak tuh?)
Sales Unitlink: Ya diversifikasi aja Mbak. Kalau punya uang lebih, bisa ditaro di unitlink.
Ibu Pintar: Mas, unit investasi dalam unitlink itu sama aja dengan reksadana. Jadi kalau mau
diversifikasi bukan lewat unitlink, tapi di jenis instrument nya. Money Market, Fixed Income, Balance
or Equity. Jadi diversifikasi bukan liat di struktur asuransi yang digabungkan dengan unit investasi
reksadana dong. It doesnt make sense.
Sales Unitlink: Ya tapi kan gak semua orang seperti Mbak
Ibu Pintar: Lho, kenapa gak? Tell me : Why not? Coba kasih alasan yang bener. Kenapa kita semua gak
bisa bikin Financial Plan yang komprehensif yang lengkap yang betul-betul memperhatikan semua
kebutuhan keluarga kita? Kenapa kita semua gak bisa membuat diri lebih pintar supaya bisa mengerti
semua isi dagangan produk-produk investasi atau asuransi yang sedang ditawarkan di depan mata kita?
Kenapa kita semua gak bisa membeli produk keuangan dengan lebih efisien, sehingga gak bayar fee
kebanyakan, gak beli produk yang underperforming, dan bisa mencapai lebih banyak tujuan finansial
dengan lebih cepat?
Gak ada kan alasan supaya kita gak bisa begitu?Tell me why I need this??? Frown Seriously
Listen up! Lets say this together out loudYou ARE smart! You continuously gain more knowledge
on investment. Check out the numbers and let the numbers speak to you
Be Smart @ www.AturKeuangan.com
== pls share =
Fakta Unit Link: Makin Lama Makin Rugi, Sebaiknya Di-Cancel Saja (KOMPAS)
Ada beberapa kesalahan umum yang dilakukan pemegang polis asuransi atas produk asuransi maupun
unit link miliknya sehingga tidak memberikan hasil yang maksimal. Beberapa kesalahan ini terlihat
sepele, namun bisa berbahaya jika dibiarkan.
Perencana Keuangan Aidil Akbar Madjid mengatakan, salah satu kesalahan yang paling sering adalah
menempatkan anak sebagai ahli waris di berbagai jenis produk asuransi.
"Padahal anak itu belum tentu sudah cakap hukum jadi tidak bisa jadi ahli waris. Yang bisa itu si anak
minimal umur 21 tahun atau sudah menikah. Kalau pemegang polisnya meninggal sebelum anak bisa
jadi ahli waris maka bisa repot," katanya dalam peluncuran buku Unitlink Shocking di Jakarta, Sabtu
(1/10/2011).

Kesalahan lain yang juga sering terjadi ketika membeli produk asuransi adalah mengasuransikan anak
pada asuransi pendidikan. Menurutnya, orang tua memasang asuransi tersebut pada anaknya, sehingga
jika anaknya meninggal maka asuransi untuk pendidikannya baru cair.
"Kalau begitu uangnya untuk siapa? Anaknya meninggal dulu baru uangnya keluar. Seharusnya si
orang tua yang dipasang asuransi pendidikan, sehingga kalau ayahnya meninggal, anaknya bisa terus
sekolah," jelasnya.
Menurutnya, kesalahan seperti ini terjadi lebih dari 70% asuransi pendidikan di Indonesia. Sementara
kesalahan yang ketiga adalah memilih uang pertanggungan yang kecil karena premi per bulannnya
mahal.
Hal ini, kata Aidil, banyak terjadi di unitlink. Karena asuransi jenis ini memiliki premi bulanan yang
sangat tinggi tapi rata-rata hasilnya kecil.
"Rata-rata orang itu butuh uang hasil perlindungan asuransi sekitar Rp 1,5-4 miliar. Tapi kalau unit link
tidak besar, paling hanya Rp 50-200 juta, tapi ada beberapa yang sampai Rp 400 juta," katanya.
Dalam bukunya yang baru saja terbit dijelaskan bahwa jenis asuransi unitlink tidak bisa memberikan
proteksi dan hasil investasi yang maksimal dibandingkan jenis asuransi yang biasa.
Ia menambahkan, asuransi unitlink sendiri bukan produk yang buruk, hanya saja kondisi di Indonesia
tidak memungkinkan untuk memaksimalkan asuransi tersebut kepada masyarakat umum.
Lalu, bagaimana kalau kita sudah terlanjur memiliki asuransi unitlink? Menurut Aidil, jika belum
setahun lebih baik dihentikan saja.
"Memang premi di tahun pertama hilang, tapi kalau diterusin justru lebih banyak lagi yang hilang. Tapi
kalau sudah lewat satu tahun, makin banyak potensi kerugiannya. Lebih baik cermati kondisi kesehatan
diri apakah masih perlu pakai unitlink atau lebih baik di-cancel saja," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai