Anda di halaman 1dari 15
Rahasia Hanya watuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Polri BAB | PENDAHULUAN 11 Latarbelakang Pembentukan TPF 1, TPF dibentuk atas dasar desakan masyerakat kepada Pemerintah untuk mengungkap kasus meninggalnya Munir. Secara khusus, pembentukan TPF merupakan usulan dari pihak keluarga almarhum Munir yang disampaikan langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 November 2004. Pada 23 Nopember 2004, Presiden ‘menandatangani Keputusan Presiden No.111 Tentang Pembentukan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggainya Mur 2, Pembahasan mengenal rencana Pembentukan TPF dilakukan dalam pertemuan lintas instansi Pemerintah seperti Poli, Kejaksaan Agung, Departemen “Luar Negeri, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia serta melibatkan Sejumlah organisasi non pemerintan termasuk pihak keluarga korban. Pertamuan berlangsung pada 21 Desember 2004 di Mabes POLRI. Merujuk pada Nota Dinas ,No.Pol > B/ND- 1224/X1/2004/Bareskrim, pertemuan yang berlangsung di Mabes POLR! menghasitkan kesepakatan mengenai rumusan -Tugas, Wewenang sera Kewajiban Tim, dan Keanggotaan sebagai berikut : a, Tugas dan wewenang dan Kewajiban Tim * Tugas : Secara aktif membantu Penyidik POLRI dalam melaksanakan proses enyelidikan dan penyidikan pengungkapan kasus meninggalnya Munir. ‘+ Weweriang : a) memberikan pertimbangan dan atau pendapat kepada Penyidik Polri, dengan atau tanpa diminta oleh pinak Penyidik Por; b) mengusulkan arah Penyelidikan dan penyidikan oleh Penyidik Polri, memonitor dan_mengevaluasi erkembangannya; c) meminta keterangan dari pihak-pihak yang diperlukan Serta berkonsultasi dengan ahii-ahli dalam dan luar negeri demi kepentingan + Kewajiban : Membuat laporan kepada Presiden mengenai kegiatan yang dilaksanakan dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan bagi Presiden. b, Keanggotaan : * Terdapat lima belas anggota, yaitu 1) KH. Ahmad Syafii Mararief (Ketua PP Muhammadiyah): 2) Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid; 3), Asmara Nababan; * 4) Todung Mulya Lubis 5) Pejabat Pemerintah; 6) Bambang Widjojanto; 7) Hendarai; 8) Usman Hamid; 9) Munarman; Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 Caeranrune 10 ul 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34, 35 Rahasia Heya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Potri 10) Smita Notosusanto; 11) Wakil Kepolisian, Brigjend Po! Drs. Andi Hasanudin Mappalangi, Karo Analis Bareskrim Poli; 12) Seorang Wakil dari Kejaksaan Agung RI, Agung, | Putu Kusa, Dir Pratut Jampidum Kejagung RI; 18) Ketua Komnas Perempuan Kamala Chandrakirana; 14) Wakil Departemen Hukum dan HAM, Nazaruddin Bunas, Dir Daktiloskopi Ditfen HAM; dan 15) Wakil Departemen Luar Negeri, Des Alwi, Kasubdit Eropa Dit Eropa Barat, Difjen Amero. 3. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi mandat yang dikeluarkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Ketua Komnas HAM Nomar 034/KOMNAS HAM/VIV/2001 tanggal 27 Agustus 2001" tentang pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Trisakti, Semanggi | dan Semanggi Il. Pertimbangan Komnas HAM untuk membentuk suatu komisi penyeliik (tim ad hoc) ini antara lain adalah adanya dugaan telah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat dalam peristiwa Trisakti 12 Mei 1998, Semanggi | 13-14 November1998 dan Semanggi Il 23-24 September 1999 yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa warga mahasiswa dan warga masyarakat. Ketiga peristiwa tersebut diatas ‘sampai saat ini masih menjadi tuntutan keadilan bagi keluarga korban, mahasiswa dan ‘masyarakat dalam rangka penegakan hukum dan hak asasi manusia. 12 Mandat 4. Pada 23 Nopember 2004, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Keputusan Presiden No.111 Tentang Pembentukan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggainya Munir, 5. Merujuk Keputusan Presiden No.111 Tentang Pembentukan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggainya Munir, setidaknya ada tiga mandat yang dimiliki oleh Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir, yaitu: 5.1. Diktum Ketiga : Tim bertugas membantu POLRI dalam melakukan penyelidikan secara bebas, cermat, adil dan tuntas terhadap peristiwa meninggalnya Saudara Munir, SH. 5.2. Diktum Keempat : Dalam melakukan tugasnya, Tim melakukan hal-hal yang dianggap perlu bagi diperolehnya hasil penyelidikan yang bebas, cermat, adil dan tuntas secara profesional, berdasarkan faktafakta yang relevan bagi keperiuan penyelidikan. " Lihat SK. Komnas HAM Nomor 034/KOMNAS HAM/VIV/2001 tanggal 27 Agustus 2001 Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Rtunir 3 Maret 2005 Cer an Fwne 10 12 13, 14 1S 16 17 18 19 20 21 22 23, 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Rahasia 53. Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Polri Diktum Keenam : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim memperoleh segala bantuan yang diperlukan dari semua instansi Pemerintah Pusat dan instansi Pemerintah Daerah serta pihak-pihak lain yang dipandang pertu. 1.3 Masa Kerja 6. Masa kerja dari Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir mulai dari tanggal 23 Desember 2004 sampai dengan 23 Maret 2005, dan dapat diperpanjang untuk terakhir kalinya selama tiga bulan berikutnya. 1.4 Keanggotaan 7. Berdasarkan Keppres No.111 tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Pencari Fakta asus Meninggalnya Munir, anggota TPF terdiri dari: TAL 72. 73. TA. 75. 78. 77. 78. 79. 7.10. Sdr. Brigjend Pol.Drs.Marsudi H., SH; Sdr. Asmara Nababan; Sdr. Bambang Widjajanto; Sdr. Hendardi; Sdr. Usman Hamid; Sdr. Munarman; Sdr. Smita Notosusanto;’ ‘Sdr. | Putu Kusa; Sdr. Kamala Tjandrakirana; ‘Sdr. Nazarudin Bunas; 7A. ‘Sdr. Retno LP.Marsudi; 712. ‘Sdr. Arif Havas Oegroseno; 7.13. ‘Sdr. Rachland Nashidik; dan 7.14, ‘Sdr. dr. Mun‘im Idris 8. Dari keseluruhan jumlah anggota, beberapa nama yang tercatat tidak aktf terdiri dari: 8.41. 82 83. Sdr. Bambang Widjojanto, SH; Sdr. Smita Notosusanto; Sdr. | Putu Kusa, SH; 9. Beberapa nama fain yang diusulkan dan disepakati dalam pertemuan Mabes Potri 21 Desember 2004 tidak tercantum dalam Keputusan Presiden. Nama-nama tersebut adalah : KH. Syafii Maarif, Ketua PP Muhammadiyah, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Tokoh Masyarakat, dan Todung Mulya Lubis, Perwakilan Kalangan Profesional. L4 Kendala 10. Adanya perbedaan mandat, kewenangan serta susunan Tim yang disepakati sebelumnya Pada 21 Desember 2004 dengan Keputusan’~Presidert No.111 tahun 2004, Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Rtunir 3 Maret 2005 wre ne 10 u 12 13, 14 15 16 7 18 19 20 21 2 2B 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Polri mengakibatkan keragu-raguan sejumlah anggota bahkan ada yang tidak bersedia. ‘sehingga TPF baru dapat bekerja pada 13 Januari 2008. 11. Hubungan dengan Tim Penyidik pada awainya tidak sepenuhnya berjalan lancar, karena dibutuhkan waktu untuk membangun komunikasi dengan Tim Penyidik mengenai keberadaan TPF dan penyesuaian cara kerja. BAB I! MEKANISME KERJA 4. Mekanisme Kerja Internal TPF 12. TPF telah menetapkan suatu mekanisme kerja yang selanjutnya digunakan sebagai acuan kegiatan atau pedoman kerja. Mekanisme tersebut adalah sbb konsolidasi intemal, {dentiikasi permasalahan dan mekanisme evaluasi. 13, Konsolidasi Intemal. Sebelum memulai tugas, TPF TPF melakukan dialog internal secara intensif tentang pentingnya TPF untuk segera menjalankan tugasnya, yaitu a) Mengungkap secara bebas, cermat, adil dan tuntas, terlepas dari kritik tentang mandat yang dimiliki serta susunan anggotanya; b) menetapkan secara bebas, cermat, adil dan tuntas suatu mekanisme komunikasi yang efektif guna mendorong kekompakan serta keserasian antar-anggota; c) melakukan pertemuan/rapat secara teratur balk reguler ‘™maupun non reguler, memberikan supervisi kepada Penyidik Polri, termasuk melakukan interview dengan pihak-pinak yang berkepentingan; d) membentuk kesekretariatan guna ‘memfasilitasi dukungan teknis dan administratif. Untuk itu, salah seorang anggota TPF ditunjuk sebagai Sekretaris. Sekretariat berkedudukan di Bareskrim POLRI dan Komnas Perempuan; e) memutuskan untuk membentuk Tim Asistensi, yang terdiri dari nama- nama berikut : 1) Sdr. Abdul Kadir Jailani, SH ; 2) Sdr. Abusaid Pelu, SH ; 3) Sdr. Ismail Hasani; 4) Sdr. Syamsul Bachri, SH; 5) Sdr. Komisaris (polisi) Toto Wibowo. 14. Identifkasi Permasalahan. Sesuai mandat yang telah diberikan, tangkah awal yang dilakukan TPF untuk menjalankan tugasnya adalah melakuan identifikasi persoalan dan Permasalahan. TPF telah mengidentifikasi bentuk bantuan dan bagaimana bantuan kepada Tim Penyidik diberikan. Selain itu, TPF juga memandang peru mekanisme bagaimana TPF dapat meinta bantuan dari Tim Penyidik. 15. Mekanisme Evatuasi. TPF secara reguler melakukan pertemuan intemal serta pertemuan dengan Tim Penyidik guna melakukan evaluasi terhadap semua langkah berkenaan dengan upaya mengungkap kasus meninggalnya Alm. Munir secara bebas, cermat, adi! dan tuntas. Melalui mekanisme ini, TPF mengharapkan upaya pengungkapan kasus Alm. Munir ditakukan berdasarkan suatu menajemen penyelidikan maupun penyidikan yang efektif. Selain itu, mekanisme ini juga diharapkan dapat meningkatkan “sinergi’ serta “koordinasi* antara TPF dengan Tim Penyidik. 11.2, Mekanisme Hubungan Dengan Penyidik Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 i 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Rahasia ‘Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Poli 16. TPF telah menetapkan suatu mekanisme tetap, yaitu melakukan pertemuan dengan Tim Penyidik guna mendiskusikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Tim Penyidik dalam mengungkap kasus Munir ini. Selain itu, TPF juga meminta Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang telah ditakukan oleh Tim Penyidik. Selanjutnya, TPF membahas kendala- kendala yang dihadapi Tim Penyidik serta melakukan analisa yang cukup mendalam terhadap BAP tersebut. Berdasarkan pembahasan dan analisa tersebut, TPF ‘memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada Tim Penyidik, 17. Partisipasi Aktit dalam Proses Penyelidikan dan Pemeriksaan. Selain memberikan rekomendasi-tekomendasi, TPF juga membantu Tim Penyidik dengan secara aktif melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak yang memiliki keterkaitan guna memberikan masukan-masukan yang bermantaat bagi proses penyelidikan maupun penyidikan. Selain itu, TPF juga akan mendampingi Tim Penyidik dalam melakukan pemeriksaan-pemeriksaan, 13, Hubungan TPF Dengan Publik 18, Mengingat besamya perhatian publik terhadap peran TPF dalam kasus ini, persoalan hubungan dengan pers merupakan satu hal yang sangat penting. Sehubungan dengan hal ini, TPF menyepakati bahwa hal-hal yang dapat dibuka di pers harus ditetapkan secara bersama, Selain itu, dinarapkan tidak semua anggota TPF dapat memberikan pemyataan di depan pers. TPF dalam hal ini sepakat menetapkan “one-door policy’. BAB III LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN ULI Pengantar 19. TPF telah melakukan beberapa aktivitas yang merupakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Keppres tersebut. Di samping melakukan penataan managemen kerja ‘TPF, Tim juga telah metakukan fungsi utama Tim yaitu melakukan penggalian data dalam rangka memberikan supproting pada Tim Penyidik Mabes Polri 20. Dalam melakukan penggalian data atau pencarian fakta, karena keterbatasan wewenang yang dimiliki TPF, sejauh ini TPF baru melakukan (1) Pengkajian Berita Acara Pemeriksaan; (2) Melakukan Kunjungan ke Managemen Garuda; (3) Melakukan Kunjungan ke PT. Angkasa Pura Il; dan (4) Menyelidiki Lalu Lintas Komunikasi Almarhum ‘Munir dengan pihak-pihak lain, Selain melakukan kerja-kerja tersebut, TPF secara berkala melakukan Rapat Gabungan dengan Tim Penyidik, baik untuk ‘merekomendasikan temuan-temuan baru, maupun koreksi atas kerja penyidikan yang sudah di lakukan.” Lihat bab sebelumnya pada Mekanisme dan Hubungen Kesja TP Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 Caran uewn 10 ns 12 13, 14 15 16 7 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Polri IWL.2 Pengkajian Berita Acara Pemeriksaan (BAP) 21. Pengkajian atas Berita Acara Pemeriksaan (BAP), adalah pekerjaan pertama TPF untuk ‘menggali lebih mendalam posisi kasus. Berdasarkan hasil kajian atas TPF ini, TPF telah memberikan kesimpulan sementara dan rekomendasi-rekomendasi kepada Tim Penyidik Mabes Polri, sebagai berikut 214 ‘TPF melihat BAP dan laporan kemajuan penyidikan Tim Penyiik Polri cukup baik sebagai langkah awal untuk mengembangkan investigasi perkara ini lebih Janjut. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh TPF terhadap 7 (tujuh) BAP yang kami dapatkan, TPF memandang masih terdapat banyak hal yang pertu dikembangkan dan disempurnakan; 21.2. TPF merekomendasikan kepada Tim Penyidik tentang pentingya suatu sistem manajemen penyidikan yang lebih efektif. Untuk itu, TPF menekankan agar Tim Penyidik dapat juga mengembangkan langkah-langkah kreatif dan sepanjang masih dalam koridor peraturan perundangan nasional; 21.3, Mengingat salah satu mandat TPF adalah harus melaporkan pekerjaannya kepada Presiden, kami memandang hubungan serta koordinasi TPF dengan Tim Penyidik sangat esensial. Karena itu, TPF dan Tim Penyidik peru membangun suatu mekanisme kerjasama yang lebih fleksibel, transparan, dan efektif. Dalam hal, kiranya peru dipertimbangkan perlunya suatu mekanisme pertemuan konsultasi antara TPF dan Tim Penyidik secara reguler, 21.4. TPF secara khusus telah memberikan arahan dan masukan agar Tim Penyidik memfokuskan pada rekomendasi berikut ini: a) Mengingat pentingya hasil forensik dan barang bukti iainnya yang masih berada di Belanda, TPF merekomendasikan agar Tim Penyidik dapat segera mengidentifikasi bukti-bukti dan informasi yang diperiukan bagi pendalaman penyidikan perkara ini. Hal ini perlu dilakukan agar supaya permintaan legal assistance Pemerintah Indonesia dapat tepat guna; b) Guna kepentingan penyidikan lebih lanjut, TPF telah menyarankan agar Tim Penyidik dapat mempertuas lingkup penyidikannya dengan melakukan konsultasi yang lebih intensif dan komprehensif dengan pihak manajemen Garuda. Hal ini dipertukan mengingat banyaknya aspek-aspek teknis yang berkenaan dengan aturan, prosedur, dan kebiasaan penerbangan Garuda. Dalam kaitan ini pula, Tim Penyidik dapat mendesak manajemen Garuda untuk juga melakukan “investigasi intemal” sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan atas terjadinya Pembunuhan di atas pesawat; c) Untuk memperjelas upaya reka TKP, TPF juga telah merekomendasikan agar Tim Penyidik melakukan preliminary reconstruction yang melibatkan semua awak yang terkait, Rekonstruksi ini seyogyanya dilakukan sejauh mungkin dapat mengambarkan TKP secara rinci dan nyata; d) Guna *Hingga laporan ini diuls, BAP yang sudab ditcrima TPF berjumtah 9 berkas saksi, dari sekitar 100 saksi yang sudah diperiksa, Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 eI AKnRY De W 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36, 37 38 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Polri menunjang serta mefasiltasi kerja TPF, diharapkan Tim Penyidik dalam melakukan emeriksaan selanjutnya dapat menggunakan alat bantu rekam audio-visual. 22. Dari rekomendasi di atas, dapat dilaporkan bahwa secara apresiatif Tim Penyidik ‘menerima masukan dan rekomendasi TPF dengan melakukan pembenahan sistem ‘managemen penyidikan. Secara khusus focusing penyidikan juga mulai dilakukan setelah rekomendasi ini disampikan.* 23. Beberapa hal yang belum ditakukan hingga laporan ini dibuat adalah penanganan secara khusus legal assistance karena minusnya koordinasi antara empat pihak terkait: Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, dan Departemen Kehakiman. Dari evaluasi yang dilakukan, masing-masing lembaga ini masih bekerja secara sendiri- sendi. 24. Rekomendasi khusus yang belum dilakukan hingga laporan ini ditulis adalah Pelaksanaan pra-rekonstruksi (preliminary reconstruction) belum dapat dilakukan. ‘Sedangkan penggunaan rekaman audio visual hanya akan dilakukan jika penetapan status tersangka sudah dilakukan. Il. 3, Investigasi Terhadap Manajemen Garuda 25. Pertemuan antara TPF dengan Direksi Garuda telah berlangsung di Kantor Pusat Garuda pada tanggal 4 Februari 2005. Perwakilan TPF dalam pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh Brigjen Polisi Drs. Marsudi Hanafi, Ketua TPF. Sedangkan Direksi Garuda dipimpin oleh Indra Setiawan, Direktur Utama Garuda. Secara umum suasana Pertemuan berlangsung dengan lancar. Guna memperoleh informasi lebih lanjut yang dianggap bermanfaat bagi penyelidikan kasus Alm, Munir, TPF melakukan diskusi secara Panjang lebar tentang berbagai hal berkenaan dengan fungsi aviation security dan hal-hal tain yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan penugasan Sdr. Polllycarpus Budihari Priyanto (PBP) dalam penerbangan Jakarta ~ Singapura tanggal 6 September 2004. 26. Pertemuan diawali dengan penjelasan singkat oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Indra Setiawan tentang peristiwa meninggalnya Munir dalam Penerbangan Garuda Singapura - Amsterdam, khususnya alasan mengapa Pilot Garuda tidak melakukan Pendaratan darurat di lapangan terbang terdekat. Berdasarkan hasil pembicaraannya dengan semua crew yang ada dalam penerbangan Jakarata — Singapura - Amsterdam, Indra Setiswan menyatakan bahwa semua crew Garuda telah menjalankan tugasnya Sesuai dengan standard of procedure yang berlaku. Kesimpulan Indra Setiawan tersebut hanya didasarkan pada perteiuan bersama semua crew yang hasilnya sama sekali tidak tercatat. 27. TPF memperoleh kesan bahwa Garuda tidak menunjukkan usaha untuk memenuhi tanggung jawab hukumnya dalam hal meninggalnya penumpang selama penerbangan Sebagaimana diatur olen Pasal 43 Undang-undang Nomor 15 tahun 1992 tentang “Lihat hasil Rapat Gabungan Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Runir 3. Maret 2005 eI AHR E 1 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35, 36 37 38 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Polri Penerbangan dan Pasal 17 Konvensi Warsawa tentang Unification of Certain Rules relating to Intemational Carriage by Air. Sebagai suatu perusahaan penerbangan komersial, Garuda seharusnya secara sistematis dan konsepsional melakukan pemeriksaan internal guna mengungkapkan suatu peristiwa yang luar biasa seperti ‘meninggalnya Alm. Munir. Sudah selayaknya Garuda secara aktif untuk berperan serta dalam upaya mengungkapkan tindakan melawan hukum yang kemungkinan besar dilakukan oleh Karyawannya, Tidak dilakukannya pemeriksaan intemal tersebut juga ‘akan merunjukkan bahwa Garuda gagal mengambil langkah-angkah yang dipandang perlu guna mencegah terjadinya hal serupa dikemudian hari. Dengan demikian, Pemeriksaan intemal adalah suatu kewajiban hukum yang harus dipenuhi Garuda. Penyelidikan maupun penyidikan yang dilakukan oleh Polisi tidak dapat melepaskan Garuda dari kewajiban untuk melakukan pemeriksaan internal. 28. TPF dan pihak Manajemen Garuda juga mendiskusikan fungsi aviation security datam Penerbangan Garuda. Secara umum dapat disimputkan bahwa sesuai peraturan nasional dan internasional tentang penerbangan, semua crew dalam suatu penerbangan memiliki tugas dan fungsi menjaga keamanan (security), Mengingat semua crew waiib mengikuti training tentang keamanan penerbangan, maka Garuda tidak memiliki staf khusus yang ditugaskan di bidang aviation security. Namun di tain pihak, Garuda menjelaskan bahwa Indra Setiawan (Direktur Utama) dan Ramelgia Anwar (Vice President for Corporate Security) pada tanggal 11 Agustus 2004 telah menugaskan Sdr. PBP untuk menjadi “informan” Garuda di bidang aviation security. Tugas pokok Sdr. PBP adalah memberikan laporan kepada Rameigia Anwar tentang tindakan-tindakan crew Garuda yang dianggap bertentangan dengan aturan atau prosedur penerbangan yang berlaku. Tugas tersebut bersifat sangat umum (tidak spesifik) dan tanpa lingkup tugas serta time-frame yang Jelas. Sdr. PBP diberi kewenangan dan kebebasan yang sangat luas untuk memberi informasi semua hal yang dipandang perlu dan tugas tersebut dapat dilakukan dalam Penerbangan manapun dan waktu kapanpun. Sifat tugas ini pada dasamya bersifat “tertutup’. Bersifat “tertutup” maksudnya penugasan ini tidak diketahui oleh “crew” tainnya, karena kalau diketahui dikhawatirkan akan menimbulkan ketidaksukaan diantara crew Garuda. Selain itu, tugas ini tidak mensyaratkan laporan tertulis serta sistem Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas yang jelas. Ditambahkan pula bahwa sebelum tanggal 11 Agustus 2004, Sdr. PBP telah sering membantu Manajemen Garuda dengan secara sukarela_memberikan informasi tentang “pelanggaran-pelanggaran’ yang dilakukan oleh crew Garuda. Kepergiaan Sdr. PBP ke Singapura pada tanggal 6 September tersebut merupakan pelaksanaan tugas yang bersangkutan untuk pertama kalinya sejak tanggal 11 Agustus 2004. 29. Berkenaan dengan penugasan Sdr. PBP tersebut, TPF melihat adanya berbagai kejanggalan yang perlu diselidiki lebih lanjut, yaitu antara lain: Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggainya Munir 3 Maret 2005 COIrnueune 10 IL 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Polri a. Walaupun sebelurmnya menyatakan tidak ada staf khusus yang ditugaskan di bidang aviation secunty, Sdr. PBP telah ditugaskan untuk menjadi “informan’ Garuda di bidang ini b. Tugas dan kewenangan Sdr. PBP terlampau luas, bebas, fleksibel dan tanpa disertai sistem pertanggungjawaban pelaksanaan tugas yang jelas sehingga terkesan “absurd”. ¢. Mengingat karakter tugas PBP yang “tertutup” tersebut serta yang bersangkutan sebelumnya telah sering memberi informasi secara sukarela, pihak Manajemen Garuda gagal memberikan penjelasan yang memadai tentang “urgensi* dikeluarkannya surat tugas kepada yang bersangkutan pada tanggal 11 Agustus 2004. 4. Kepergian Sdr. PBP. terkesan sangat mendadak dan tidak sempat dilaporkan secara langsung kepada Chief of Captain, ¢ Berbeda dengan keterangan lisan yang diberikan Indra Setiawan, surat tugas yang dikeluarkan Direktur Garuda Nomor GARUDA/DZ-2270 tanggal 11 ‘Agustus 2004 mewajibkan PBP menyampaikan laporan berkala setiap 2 (dua) minggu sekali. £ — Ramelgia Anwar mengeluarkan surat penugasan kepada PBP pada tanggal 4 September 2004 (hari Sabtu). 8 Laporan PBP kepada Ramelda Anwar tertanggal 8 September 2004 sama ‘sekali tidak menunjukkan bahwa PBP melakukan tugas tertentu di Singapura, Laporan tersebut terkesan terlampau umum dan memuat hal-hal yang berkaitan tangsung dengan fungsi aviation security. 30. Berdasarkan Pertemuan tersebut, TPF dapat secara umum menyimpulkan bahwa Garuda sejauh ini belum melakukan pemeriksaan intemal, sehingga menimbulkan kesan kurang bersungguh-sungguh untuk mengungkapkan kasus meninggalnya Alm. Munir yang pada dasamya juga merupakan tanggung jawab Garuda. Walaupun masih menunjukkan sikap kooperatif dan menyatakan bersedia membantu penyelidikan kasus ‘Munir, TPF menangkap kesan pihak-pihak tertentu di dalam Manajemen Garuda bersikap “defensif dan bahkan cenderung *menutup-nutupi". TPF melihat banyak kejanggalan dalam penugasan yang diberikan oleh Manajemen Garuda kepada Sdr. PBP. 31. TPF telah member rekomendasi kepada Penyidik ; a) Tim Penyidik dapat mendesak Garuda untuk segera melakukan pemeriksaan intemal dan menyampaikan hasiinya kepada Tim Penyidik dan TPF; b) Penyelidikan dan penyidikan kiranya tidak hanya terbatas pada crew Garuda yang terlibat dalam penerbangan Jakarta - Singapura — ‘Amsterdam saja, melainkan juga terhadap karyawan Garuda lainnya, termasuk pihak Manajemen Garuda; c) Hasil pertemuan dengan Garuda semakin memperkuat pentingnya Preliminary Reconstruction; d) Tim Penyidik pertu melakukan pemeriksaan tethadap Indra Setiawan. Tim Penyidik diharapkan dapat secara lebih detail memperoleh informasi yang berkenaan dengan kronologis penugasan khusus kepada PBP, alasan Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Polri serta pertimbangan penunjukan PBP untuk melakukan tugas khusus dimaksud, validasi tanggal pengeluaran surat penugasan melalui penyetidikan secara mendadak terhadap sistem administrasi Garuda, lingkup tugas PEP serta sistem pertanggungjawabannya; dan Hubungan antara Indra Setiawan dengan PEP; e) Tim Penyidik perlu melakukan pemeriksaan terhadap Ramelgia Anwar. Tim Penyidik diharapkan dapat memperoleh informasi lebih jauh tentang kronologis penugasan khusus kepada PBP, alasan serta Pertimbangan penunjukan PBP untuk metakukan tugas khusus dimaksud, validasi tanggal pengeluaran surat penugasan metalui penyelidikan secara mendadak terhadap sistem administrasi Garuda, lingkup tugas PBP serta sistem pertanggungjawabannya, fangkah — langkah apa yang dilakukan oleh Ramelgia Anwar sebagai Vice President Corporate Secunty sehubungan dengan meninggalnya Munir, Laporan penugasan PBP selain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pada tanggal 6 September 2004; f) Penyidik juga diharapkan memeriksa Chief of Pilot A330 guna memperoleh informasi tentang kinerja dan konduite PBP, pengetahuan yang bersangkutan tentang penugasan PBP, proses pemberian izin kepada PBP untuk melaksanakan tugas khusus pada tanggal 6 September 2004, kemungkinan penugasan serupa oleh pilot-pilot Garuda ‘ainnya; g) Tim Penyidik juga diharapkan memeriksa Sekretaris Chief of Pilot A330 guna memperoleh informasi berkenaan dengan proses serta keterangan lebih ianjut mengenai kedatangan PBP pada tanggal 6 September 2004 Pukul 16.30 WIB; sikap, ucapan, serta alasan PBP ketika mendesak untuk memperoleh izin terbang dengan GA 974 JKT ~ ‘Singapura; proses pemberian izin kepada PBP untuk melaksanakan tugas khusus pada tanggal 6 September 2004; pemeriksaan terhadap karyawan Garuda yang secara langsung menyiapkan dan mengetik surat penugasan yang dikeluiarkan oleh Indra Setiawan dan Ramelgia Anwar, h) Penyidik peru melakukan penyeligikan tentang segala hal berkaitan dengan catering, khususnya berkenaan dengan proses penyiapannya, Packing, distribusi, dan security food. {i 4. Investigasi Terhadap PT Angkasa Pura Il selaku Pengelola Bandara Pada tanggal 11 Februari 2005, TPF melakukan pertemuan dengan PT. Angkasa Pura 1 dalam rangka menggall informasi berkaitan dengan pengamanan bandara, terkait dengan teknis perangkat CCTV. 33. Pertemuan dimulai dengan penjelasan Direktur PT. Angkasa Pura Il, Edie Haryoto, tentang kelengkapan system dan mekanisme pengamanan bandara. Disebutkan oleh Edie, bahwa upaya preventif pengamanan Bandara Soekarno Hatta, dilakukan dengan ‘menggunakan sinar x (x ray), dan detektor logam di beberapa pintu. Selain itu, pemantau aktivitas di Bandara dilakukan dengan menggunakan CCTV, yang hingga kini masih menggunakan teknologi VHS. 34. Di Bandara Soekaro Hatta, terdapat beberapa instansi yang menangani keamanan di bandara; PT. Angkasa Pura II; Administrasi Bandara; Polres Bandara; dan Security, di mana di dalamnya terdapat PT Gapura Angkasa, sebagai perusahaan scurity yang 3 8 Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 eI AKRKDN i 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Polri ditunjuk oleh perusahaan penerbangan. PT. Gapura Angkasa adalah salah satu perusahaan yang ditunjuk oleh PT. Garuda. 36. Direksi PT. AP II menjelaskan, bahwa PT. AP |! sebagai perusahaan pengelola bandara, ‘memiliki 600 kamera yang hanya dioperasikan oleh 2 orang petugas yang memonitor dari Control Room CCTV. Proses rekam atas seluruh aktivitas bandara dilakukan dengan cara random (acak) dan atau jika ada permintaan khusus dari pihak-pihak tertentu, misalnya: Pejabat negara, tamu negara, dan lain-ain. 36. Di samping sejumlah CCTV itu, terdapat juga x-ray yang dipasang pada setiap pintu ‘masuk. Khusus berkaitan dengan jalur yang dilewati Alm. Munir, terdapat 3 x-ray yang ‘masing-masing di kelola oleh PT. GAP II (pintu 1), PT. AP Il (pintu 2), (3) oleh PT. GAP II (pintu 3). 37. Karena sistem rekam atas aktivitas Bandara hanya dilakukan secara acak, maka menurut Penjelasa pihak PT. AP II, secara acak pula, pada tanggal 6 September 2004 gate ES, di Tuang tunggu, tidak ada proses yang terekam oleh CCTV. Hal ini menjadikan seluruh aktivitas Alm. Munir selama sebelum memasuki pesawat tidak dapat diketanui, 38. Hal lain yang berkaitan dengan pengamanan Bandara adalah diberiakukannya syarat yang ketat atas semua orang yang bisa memasuki wilayah (khusus) Bandara. Secara formal hanya calon penumpang yang diperbolehkan memasuki area khusus Bandara. Sementara, pihak lain yang memasuki Bandara harus memperoleh pass harian dari pihak Administrasi Bandara. Kaitan pass harian dengan investigasi ini adalah bahwa dimungkinkan ada pihak-pihak yang selain penumpang memasuki wilayah khusus Bandara. Pihak PT AP Il menjelaskan, bahwa untuk memperoleh passharian seseorang harus memenuhi syarat adanya surat izin yang diajukan khusus ke pihak Administrasi Bandara dan meninggalkan KTP atau identitas lain, selama orang tersebut memasuki wilayah yang dituju. 39. Dari penjetasan di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan Kepentingan investigasi ini, Beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan dari investigasi itu adalah a) Dari segi managemen pengamanan badara, PT. Angkasa Pura Il sebagai pengelola bandara, masih tertinggal jauh di banding perusahaan pengelola bandara, di negara lain, karena tidak menggunakan teknologi tinggi sebagaimana standar intemasional; b) Menurut catatan yang dimiliki TPF, bahwa pihak PT. AP It, pernah berkomitmen, untuk melakukan restorasi secara menyeluruh atas keamanan Badara, Pascapeledakam bom di Mc. Donald (2003)..Tapi hingga kini, pihak PT. AP Il mengakui bahwa perusahaannya baru membuka tender untuk kebutuhan perbaikan perlengakapan Pengamanan bandara dimaksud. Kelalaian ini, meskipun secara langsung tidak berhubungan dengan kepentingan investigasi ini, tapi sekall lagi, menunjukkan lemahnya managemen pengelolaan Bandara intemasional ini; c) Longgamya sistem acak dalam Perekaman dan keterbatasan operator yang dimiliki, memungkinkan sekali_ banyak Peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan berbagai peristiwa hukum (misalnya: terorisme, bom, narkoba, traficking, dan lain sebagainya) tidak dapat dimonitor Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggainya Munir 3 Maret 2005 wCaranruna 10 1 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Peryidikan TPF ~ Penyidtk Polri Secara ketat. Kondisi ini memberikan konstribusi besar bagi tidak tertanganinya Penegakan hukum atas peristiwa-peristiwa di atas; d) rekaman yang dilakukan secara acak, Karena suatu kepentingan tertentu, memungkinkan seseorang operator dapat diperintahkan untuk merekam atau tidak merekam suatu obyek bandara. 40. TPF meminta kepada Tim Penyidik Polri agara memeriksa operator CCTV, yang bertugas pada tanggal 6 September 2004. Karena tidak ada penjelasan tertulis atas sistem rekam yang dilakukan secara acak, Tim Penyidik diminta juga memeriksa standard operational procedure (SOP) penggunaan alat rekam, dan sedapat mungkin dapat melakukan konsultasi dengan ahli yang mengerti tentang pengamanan bandara tersebut. 41. Di samping rekomendasi itu, untuk mengembangkan investigasi ini, TPF secara resmi telah mengajukan permohonan resmi kepada PT. Angkasa Pura {I agar menyerahkan dokumen-dokumen berikut ini: a) Daftar nama orang-orang yang masuk ke area khusus Bandara dengan menggunakan pass harian yang diberikan oleh pihak Administrasi Bandara, pada tanggal 6 - 7 September 2004; b) Daftar riwayat hidup 2 orang petugas ‘operator rekam CCTV yang bertugas pada 6 September 2004; ) Hasil rekaman CCTV di area Bandara yang berhasil direkam secara acak pada tanggal 6 September 2004, khususnya di kawasan Executive lounge dan koridor; d) penjelasan secara tertulis tentang SOP proses rekam CCTV; e) keterangan bahwa pada saat itu PT. Angkasa Pura U tidak memitiki hasil rekaman di gate E5. 42, Semua dokumen yang diajukan kepada pihak PT Angkasa Pura, hingga laporan ini disusun belum diperoleh sama sekali. Hal ini menjadikan pengembangan investigasi terkait soal CCTV dan aktivitas pre departure atas Alm. Munir belum bisa ditindaktanjutt ‘Atas rekomendasi-rekomendasi di atas, pihak Tim Penyidik Polti, menurut informasi yang diterima TPF, telah melakukan pemeriksaan 2 orang operator CCTV sebagaimana pada rekomendasi di atas. IIL §, Investigasi Terhadap Komunikasi Korban Melatul Bantuan PT TELKOM 43. TPF telah meminta bantuan PT. TELKOMSEL untuk mendapatkan data rekaman komunikasi korban (Munir) baik keluar maupun masuk melalui telepon gemgam untuk Periode waktu Juli, Agustus dan September. Namun-PT.TELKOMSEL baru bisa memberikan berkas rekaman komunikasi untuk bulan Juli dan September, dengan alasan adanya masalah teknis. ‘44. Setelah mendalami berkas rekaman yang didapat, yakni untuk bulan Juli dan September, diketahui bahwa saksi kunci atasnama PBP (patut diduga sebagai tersangka) telah Menghubungi korban Munir sebanyak dua kali. Saat itu korban sedang berada di area Bandara Sukamo Hatta, Terminal €. Komunikasi pertama terjadi pada 6 September 2004, tepatnya pada pukul 20.43.20 WIB dengan durasi waktu selama 52 detik; dan komunikasi kedua terjadi pada tanggal yang sama, yakni pada pukul 21.05.26 WIB dengan durasi waktu selama 24 detik. Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 1 2 3 4 5 6 7 © 10 ll 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Poiri 45. Namun demikian, berkas rekaman komunikasi yang diperoleh masih berupa data komunikasi yang belum mencakup transkripsi_ komunikasi. Pihak TELKOMSEL menjelaskan bahwa data transkripsi hanya bisa diperoleh atas izin Penyidik. Oleh karena itu, TPF menindaktanjuti data awal tersebut dengan berkordinasi kembali dengan Penyidik POLR! atau secara langsung meminta transkripsi rekaman yang lengkap. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 48. Hubungan antara TPF dengan Tim Penyidik sudah cukup baik. Namun demikian, TPF masih melinat bahwa hubungan dan kerjasama dengan Tim Penyidik pertu diperbaiki dan ditingkatkan. Mengingat mandat TPF hanya membantu Kepolisian, terbatasnya informasi yang diberikan Tim Penyidik kepada TPF sangat mempengharuhi kinerja TPF. Sejauh ini, TPF masih melihat kesungguhan Tim Penyidik dalam mengungkap kasus Munir. Namun demikian, TPF menilai Tim Penyidik kurang “fokus*, kurang sistimatis, dan kurang kritis dalam melakukan penyidikan. Ini berhubungan dengan tidak adanya sistem manajemen penyidikan yang efektif 47. Terdapat buiti-bukti yang cukup kuat bahwa peristiwa meninggalnya Alm. Munir adalah akibat dari sebuah kejahatan konspiratit, TPF tidak meliat adanya bukti-bukti yang ™menunjukkan bahwa kejahatan ini dilakukan oleh perseorangan dengan motif pribadi. 48. TPF melihat banyak kejanggalan dengan keberadaan serta status Sdr. Pollycarpus Budihari Priyanto (PBP) dalam penerbangan Jakarta - Singapura tanggal 6 September 2004. 49. TPF menemukan kejanggalan pada Manajemen Garuda. Dalam Pemeriksaan dan Penyidikan yang telah dilakukan terhadap manajemen Garuda, terdapat bukti materil yang kuat untuk menunjukkan bahwa Sdr. Indra Setiawan (Direktur Utama) dan Ramelgia ‘Anwar (Vice President for Corporate Security) telah bersekongkol untuk mengeluarkan “surat penugasan khusus" kepada PBP guna menutupi kejanggalan dan menjustifikasi ‘status serta keberadaannya. 50. Pada dasamya hasil temuan ini sudah dapat digunakan sebagai bukti permulaan yang cukup untuk dilakukan upaya paksa. Jakarta, 3 Maret 2005 Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 eyauroene Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF ~ Penyidik Polri secara_ketat. Kondisi ini memberikan konstribusi besar bagi tidak tertanganinya Penegakan hukum atas peristia-peristia di atas; d) rekaman yang dilakukan secara acak, Karena suatu kepentingan tertentu, memungkinkan seseorang operator dapat diperintahkan untuk merekam atau tidak merekam suatu obyek bandara. 40. TPF meminta kepada Tim Penyidik Poli agara memeriksa operator CCTV, yang bertugas pada tanggal 6 September 2004. Karena tidak ada penjelasan tertulis atas sistem rekam yang dilakukan secara acak, Tim Penyidik diminta juga memeriksa standard operational procedure (SOP) penggunaan alat rekam, dan sedapat mungkin dapat melakukan konsultasi dengan ahli yang mengerti tentang pengamanan bandara tersebut, ‘41. Di samping rekomendasi itu, untuk mengembangkan investigasi ini, TPF secara resmi telah mengajukan permohonan resmi kepada PT. Angkasa Pura Il agar menyerahkan dokumen-dokumen berikut ini: a) Daftar nama orang-orang yang masuk ke area khusus Bandara dengan menggunakan pass harian yang diberikan oleh pihak Administrasi Bandara, pada tanggal 6 ~ 7 September 2004; b) Daftar riwayat hidup 2 orang petugas Operator rekam CCTV yang bertugas pada 6 September 2004; c) Hasil rekaman CCTV di area Bandara yang berhasil direkam secara acak pada tanggal 6 September 2004, knususnya di kawasan Executive lounge dan koridor, d) penjelasan secara tertulis tentang SOP proses rekam CCTV; e) keterangan bahwa pada saat itu PT. Angkasa Pura Il tidak memiliki hasil rekaman di gate 5. 42, Semua dokumen yang diajukan kepada pihak PT Angkasa Pura, hingga laporan ini disusun belum diperoleh sama sekali. Hal ini menjadikan pengembangan investigasi terkait soal CCTV dan aktivitas pre departure atas Alm. Munir belum bisa ditindaktanjuti. ‘Atas rekomendasi-rekomendasi di atas, pihak Tim Penyidik Polr, menurut informasi yang diterima TPF, telah melakukan pemeriksaan 2 orang operator CCTV sebagaimana pada rekomendasi di atas, | 8. Investigasi Terhadap Komunikasi Korban Melalui Bantuan PT TELKOM 43. TPF telah meminta bantuan PT. TELKOMSEL untuk mendapatkan data rekaman komunikasi korban (Munir) baik keluar maupun masuk melalui telepon gemgam untuk Periode waktu Juli, Agustus dan September. Namun PT.TELKOMSEL baru bisa memberikan berkas rekaman komunikasi untuk bulan Juli dan September, dengan alasan adanya masalah teknis. 44. Setelah mendalami berkas rekaman yang didapat, yakni untuk bulan Juli dan September, diketahui bahwa saksi kunci atasnama PBP (patut diduga sebagai tersangka) telah menghubungi korban Munir sebanyak dua kali. Saat itu korban sedang berada di area Bandara Sukamo Hatta, Terminal E. Komunikasi pertama terjadi pada 6 September 2004, tepatnya pada pukul 20.43.20 WIB dengan durasi waktu selama 52 detik; dan komunikasi kedua terjadi pada tanggal yang sama, yakni pada pukul 21.05.26 WIB dengan durasi waktu selama 24 detik. Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3 Maret 2005 1 2 3 4 5 6 7 10 u 12 13 4 15 16 17 18 19 20 2 22 23 24 28 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Rahasia Hanya untuk Kepentingan Penyidikan TPF — Penyidik Point 45. Namun demikian, berkas rekaman komunikasi yang diperoleh masih berupa data komunikasi yang belum mencakup transkripsi komunikasi. Pihak TELKOMSEL ‘menjelaskan bahwa data transkripsi hanya bisa diperoleh atas izin Penyidik. Oleh karena itu, TPF menindaklanjuti data awal tersebut dengan berkordinasi kembali dengan Penyidik POLR! atau secara langsung meminta transkripsi rekaman yang lengkap. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 46. Hubungan antara TPF dengan Tim Penyidik sudah cukup baik. Namun demikian, TPF masih melinat bahwa hubungan dan kerjasama dengan Tim Penyidik pertu diperbaiki dan ditingkatkan. Mengingat mandat TPF hanya membantu Kepolisian, terbatasnya informasi yang diberikan Tim Penyidik kepada TPF sangat mempengharuhi kinerja TPF. Sejauh ini, ‘TPF masih melihat kesungguhan Tim Penyidik dalam mengungkap kasus Munir. Namun Gemikian, TPF menilai Tim Penyidik kurang “fokus", kurang sistimatis, dan kurang kritis dalam melakukan penyidikan. Ini berhubungan dengan tidak adanya sistem manajemen penyidikan yang efektif. 47. Terdapat bukti-bukti yang cukup kuat bahwa peristiwa meninggalnya Aim. Munir adalah akibat dari sebuah kejahatan konspiratif. TPF tidak melihat adanya bukti-buktl yang ‘menunjukkan bahwa kejahatan ini dlakukan oleh perseorangan dengan motif pribadi. 48. TPF melihat banyak kejanggalan dengan keberadaan serta status Sdr. Pollycarpus Budihari Priyanto (PBP) dalam penerbangan Jakarta ~ Singapura tanggal 6 September 2004. 49. TPF menemukan kejanggalan pada Manajemen Garuda. Dalam Pemeriksaan dan Penyidikan yang telah dilakukan terhadap manajemen Garuda, terdapat bukti materiil yang kuat untuk menunjukkan bahwa Sdr. Indra Setiawan (Direktur Utama) dan Ramelgia Anwar (Vice President for Corporate Security) telah bersekongkol untuk mengeluarkan “surat penugasan khusus" kepada PBP guna menutupi kejanggalan dan menjustiikas! status serta keberadaannya, 50. Pada dasamya hasil temuan ini sudah dapat digunakan sebagai bukti permulaan yang cukup untuk dilakukan upaya paksa. Jakarta, 3 Maret 2005 Laporan Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir 3-Maret 2005

Anda mungkin juga menyukai