CPD
Pembimbing :
dr. Hary Purwoko SpOG,KFER
Disusun Oleh :
Melissa
1410221081
CPD
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Disusun Oleh :
MELISSA 1410221081
Nama pembimbing
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny.A
Usia
: 35 thn
Alamat
Pekerjaan
: wiraswasta
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTP
No RM
: 092434
Masuk RS
: 07 Maret 2016
A ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 07 Maret 2016
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 35 tahun, hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang yang
dirasakan sejak 5 jam SMRS. Saat datang, pasien belum mengeluarkan cairan bening
atapun lendir darah dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan.
Pasien mengatakan ini kehamilan yang kedua. Pasien tidak mengeluh mual, muntah,
pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air besar dan buang air kecil lancar.
Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan. Pasien tidak
memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama kehamilan. Riwayat
operasi sectio cesaria kurang lebih 10 tahun yang lalu karena panggul sempit.
Riwayat Menstruasi:
Menarche
: 12 tahun
Dismenorrhea
: (+)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali pada usia 22 tahun, selama 13 tahun.
Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Anak
Umur
Tahun
Jenis
ke
1
Kehamilan
9 bulan
Persalinan
2006
Persalinan
Section
Penolong
Jenis Kelamin
Hidup
Berat
dokter
perempuan
/ Mati
Hidup
Lahir
2400gr
caesaria
2
9 blulan
Hamil ini
: 10 Juni 2015
HPL
: 17 Maret 2016
Riwayat Kontrasepsi:
Pil KB
Terakhir kontrasepsi : 2013
Riwayat Antenatal Care:
Rutin di bidan, dan USG 3x di dokter
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
B PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 22x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,6oC
Tinggi Badan
: 139 cm
Berat
: 65 kg
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi
: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi
: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi
: sonor +/+
Auskultasi
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4
katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Palpasi
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Submandibula
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
C PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
: 31 cm
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
: 140 X/menit
His
PPV
: (-)
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher :
1 cm, KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
D PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
Hemoglobin
11,4 g/dL
Leukosit
12,68 ribu
Eosinofil%
2,80 %
Basofil%
0,2 %
Neutrofil %
74,20 %
(N: 50-70)
Limfosit%
16.40 %
(N: 25-40)
Monosit%
6,40 %
(N: 2-8)
MCV
86 fL
(N: 80-100)
MCH
29 pg
(N: 26-34)
MCHC
33 g %
(N: 32-36)
Hematokrit
34,40 %
Trombosit
249.000
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
4,0 juta
RDW
15,4 %
PDW
12,8 fl
(N: 10-18)
MPV
11,0 m3
Golongan darah/Rh
HbSAg
non reaktif
(N: 1-3)
(N: 0-1)
B/+
(N: 30-43)
E RINGKASAN (RESUME)
Wanita 35 tahun, G2P1A0 hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang 5 jam
SMRS. Belum keluar apa-apa dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur.
Buang air besar dan buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan
kehamilannya setiap bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi,
baik sebelum dan selama kehamilan. Riwayat operasi sectio caesaria 10 tahun yang lalu.
HPHT
: 10 Juni 2015
HPL
: 17 Maret 2016
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 22x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,6oC
Tinggi Badan
: 139 cm
Berat
: 65 kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
: 31 cm
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
: 140x/menit
His
PPV
: (-)
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher :
1 cm, KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
Pemeriksaan laboratorium : DBN
F DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
:
G2P1A0 Umur 35 tahun, hamil 38 minggu
Anak I, hidup intrauterine,presentasi kepala
Inpartu kala I fase laten
Cephalopelvic Disporpotion
Pemeriksaan yang dianjurkan
Pemeriksaan USG untuk melihat keadaan cairan ketuban
G PENATALAKSANAAN
Pengawasan 10
IVFD RL/D5 500cc 20 tetes per menit
Amoksisilin 2 gram IV
Tirah baring
Persiapan Sectio Caesarea: puasa, cukur rambut pubis, pemasangan DC
H PROGNOSIS
Passage
Passenger
Power
: dubia ad malam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. 1
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter
interspinarum berukuran 4,5 cm. 1-3
-
Panggul sempit 1
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas 1
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1
Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5
a Malformasi janin
b Berat badan lahir < 1500 g
c Polihidramnion
d Postmaturitas
e Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan kepala lebih
ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk pintu atas
panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal adalah membuat
kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah posisi dagu ke arah
anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior, maka kepala akan tertahan oleh sakrum
sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet.
Perputaran dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah
panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva. 3-5
Penanganan presentasi muka:
Posisi dagu di anterior merupakan syarat yang haru dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal.
Kala I: Bila tidak ada gawat janin, observasi hingga pembukaan lengkap.
Kala II: Pada pembukaan lengkap bila dagu berada di anterior, persalinan vaginal
dilanjutkan seperti persalinan presentasi belakang kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior,
didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau indikasi obstetri lainnya. 3-5
2
Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan
sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Bila menetap, janin
dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diaeter oksipitomental
yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan punggungnya berada di
posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin masih dapat dilahirkan
pervaginam. 3-5
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan
dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar,
pinggir orbita, dan pangkal hidung, tetapi tidak teraba dagu atau mulut janin.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi
belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan erjadi molase yang
hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk caput
succedaneum di daerah dahi. 3-5
Kriteria diagnosis :
a
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1
Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5 11,5 cm.
Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1
Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang
(10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a
Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar
0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada
serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.
Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.
Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
Ruptur simfisis, pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat mengangkat
tungkainya.
Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul.
Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus. 5,6
PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1
Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada letak
belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat
keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir
per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per vaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam
keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaankeadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea dilakukan
pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang menetap(patus
percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk
melakukan persalinan percobaan lagi. 1-3
Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan
panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin
yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu atau
anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan percobaan
yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan
persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya dipergunakan
ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak bolah
dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika jarak
ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus
pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis
posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang
biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas. 1-3
Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1
Bentuk Panggul
His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
-
His
Lancarnya pembukaan
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC;
2005.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.