Anda di halaman 1dari 24

Presentasi Kasus

CPD

Pembimbing :
dr. Hary Purwoko SpOG,KFER

Disusun Oleh :
Melissa

1410221081

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RSUD AMBARAWA
PERIODE 04 JANUARI 2016 13 MARET 2016

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Presentasi Kasus Dengan Judul :

CPD

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh :
MELISSA 1410221081

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Nama pembimbing

Dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER

BAB 1
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny.A
Usia

: 35 thn

Alamat

: Kupang Tegal, Ambarawa

Pekerjaan

: wiraswasta

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTP

No RM

: 092434

Masuk RS

: 07 Maret 2016

A ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 07 Maret 2016
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 35 tahun, hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang yang
dirasakan sejak 5 jam SMRS. Saat datang, pasien belum mengeluarkan cairan bening
atapun lendir darah dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan.
Pasien mengatakan ini kehamilan yang kedua. Pasien tidak mengeluh mual, muntah,
pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air besar dan buang air kecil lancar.
Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan. Pasien tidak
memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama kehamilan. Riwayat
operasi sectio cesaria kurang lebih 10 tahun yang lalu karena panggul sempit.
Riwayat Menstruasi:
Menarche

: 12 tahun

Dismenorrhea

: (+)

Leukorrhea

: (-)

Menopause

: (-)

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali pada usia 22 tahun, selama 13 tahun.
Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Anak

Umur

Tahun

Jenis

ke
1

Kehamilan
9 bulan

Persalinan
2006

Persalinan
Section

Penolong

Jenis Kelamin

Hidup

Berat

dokter

perempuan

/ Mati
Hidup

Lahir
2400gr

caesaria
2

9 blulan

Hamil ini

Riwayat Kehamilan Sekarang:


HPHT

: 10 Juni 2015

HPL

: 17 Maret 2016

Riwayat Kontrasepsi:
Pil KB
Terakhir kontrasepsi : 2013
Riwayat Antenatal Care:
Rutin di bidan, dan USG 3x di dokter
Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.

OS memiliki riwayat operasi section cesaria pada kehamilan pertama sekitar 10


tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.

B PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 82x/menit (kuat angkat, reguler)

Pernafasan

: 22x/menit (abdomino-torakal)

Suhu

: 36,6oC

Tinggi Badan

: 139 cm

Berat

: 65 kg

Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)

Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi

: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.

Palpasi

: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.

Perkusi

: sonor +/+

Auskultasi

: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung (Cor)
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea


midclavicularis sinistra

Perkusi

:
Batas atas

: pada sela iga II garis parasternal kiri

Batas kiri

: pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis


sinistra

Batas kanan
Auskultasi

: pada sela iga V, pada garis parasternal sinistra

: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4
katup jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi

: membuncit membujur, ada luka bekas operasi.

Palpasi

: nyeri tekan ( - ), massa ( - ), defans muskuler (-)


Hati

: tidak teraba

Limpa

: tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+)

Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Submandibula

: tidak ditemukan pembesaran

Supraklavikula

: tidak ditemukan pembesaran

Lipat paha

: tidak ditemukan pembesaran

Leher

: tidak ditemukan pembesaran

Ketiak

: tidak ditemukan pembesaran

C PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah

: chloasma gravidarum (-)

Payudara

: pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting (-)

Abdomen

: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)

Palpasi
TFU

: 31 cm
Leopold I

: Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold II

: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri (PUKI)

Leopold III

: Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)

Leopold IV

: Konvergen 5/5 (Kepala belum masuk PAP)

DJJ

: 140 X/menit

His

: (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik.

PPV

: (-)

Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher :
1 cm, KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
D PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
Hemoglobin

11,4 g/dL

(N: 11,7 15,5)

Leukosit

12,68 ribu

(N: 3.600 11.000)

Eosinofil%

2,80 %

Basofil%

0,2 %

Neutrofil %

74,20 %

(N: 50-70)

Limfosit%

16.40 %

(N: 25-40)

Monosit%

6,40 %

(N: 2-8)

MCV

86 fL

(N: 80-100)

MCH

29 pg

(N: 26-34)

MCHC

33 g %

(N: 32-36)

Hematokrit

34,40 %

Trombosit

249.000

(N: 150.000-440.000)

Eritrosit

4,0 juta

(N: 3,8 5,2)

RDW

15,4 %

PDW

12,8 fl

(N: 10-18)

MPV

11,0 m3

(N: 6,8 10)

Golongan darah/Rh
HbSAg

non reaktif

(N: 1-3)
(N: 0-1)

B/+

(N: 30-43)

(N: 11,5 - 14,5)

E RINGKASAN (RESUME)
Wanita 35 tahun, G2P1A0 hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang 5 jam
SMRS. Belum keluar apa-apa dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur.
Buang air besar dan buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan
kehamilannya setiap bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi,
baik sebelum dan selama kehamilan. Riwayat operasi sectio caesaria 10 tahun yang lalu.
HPHT

: 10 Juni 2015

HPL

: 17 Maret 2016

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 82x/menit (kuat angkat, reguler)

Pernafasan

: 22x/menit (abdomino-torakal)

Suhu

: 36,6oC

Tinggi Badan

: 139 cm

Berat

: 65 kg

PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Payudara

: pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting (-)

Abdomen

: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)

Palpasi
TFU

: 31 cm

Leopold I

: Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold II

: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri (PUKI)

Leopold III

: Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)

Leopold IV

: Konvergen 5/5 (Kepala belum masuk PAP)

DJJ

: 140x/menit

His

: (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik.

PPV

: (-)

Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher :
1 cm, KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
Pemeriksaan laboratorium : DBN

F DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
:
G2P1A0 Umur 35 tahun, hamil 38 minggu
Anak I, hidup intrauterine,presentasi kepala
Inpartu kala I fase laten
Cephalopelvic Disporpotion
Pemeriksaan yang dianjurkan
Pemeriksaan USG untuk melihat keadaan cairan ketuban
G PENATALAKSANAAN
Pengawasan 10
IVFD RL/D5 500cc 20 tetes per menit
Amoksisilin 2 gram IV

Tirah baring
Persiapan Sectio Caesarea: puasa, cukur rambut pubis, pemasangan DC

H PROGNOSIS
Passage
Passenger
Power

: dubia ad malam
: ad bonam
: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. 1

Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung
jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang
konjugata diagonalis. 1-3
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian
tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali. 1-3

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul 3

Panggul Tengah Panggul


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah
tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak
panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica

berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter
interspinarum berukuran 4,5 cm. 1-3
-

Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu
bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengahtengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara
pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm). 1-3

Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan


adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
ETIOLOGI
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1

Janin yang besar

Kelainan posisi dan presentasi

Panggul sempit 1

JANIN YANG BESAR


Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Penyebab anak besar yaitu:

Diabetes mellitus

Herediter

Multiparitas 1

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1

KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI


1

Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5
a Malformasi janin
b Berat badan lahir < 1500 g
c Polihidramnion
d Postmaturitas
e Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.

Gambar 2 Presentasi Muka 3


Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan presentasi belakang
kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami penurunan (descent),
rotasi internal, fleksi, ekstensi dan rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya
kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih presentasi dahi.

Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan kepala lebih
ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk pintu atas
panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal adalah membuat
kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah posisi dagu ke arah
anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior, maka kepala akan tertahan oleh sakrum
sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet.
Perputaran dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah
panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva. 3-5
Penanganan presentasi muka:
Posisi dagu di anterior merupakan syarat yang haru dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal.
Kala I: Bila tidak ada gawat janin, observasi hingga pembukaan lengkap.
Kala II: Pada pembukaan lengkap bila dagu berada di anterior, persalinan vaginal
dilanjutkan seperti persalinan presentasi belakang kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior,
didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau indikasi obstetri lainnya. 3-5
2

Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan
sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Bila menetap, janin
dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diaeter oksipitomental
yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan punggungnya berada di
posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin masih dapat dilahirkan
pervaginam. 3-5
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan
dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar,
pinggir orbita, dan pangkal hidung, tetapi tidak teraba dagu atau mulut janin.

Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai presentasi
belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan erjadi molase yang
hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk caput
succedaneum di daerah dahi. 3-5

Gambar 3. Presentasi Dahi 3


Sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah sesar
untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas perinatal.
Jika dibandingkan presentasi belakang kepala, persalinan vaginal pada presentasi dahi
akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura uteri (17 kali), transfusi darah (3
kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan kematian perinatal (2 kali).
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan dengan
sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul. Presentasi dahi yang menetap atau dengan
selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk melahirkannya.
Jangan melahirkan menggunakan bantuan ekstraksi vakum, forseps, atau simpisiotomi
karena hanya akan meningkatkan mordibitas dan mortalitas.
3

Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)

Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di


belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna. Etiologinya
yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala kurang serta
inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis.
Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei totalis,
episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh
sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior
yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat
lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps. 3-5
PANGGUL YANG SEMPIT
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetri bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 5,6
Klasifikasi panggul sempit :

Kesempitan pintu atas panggul


Kesempitan bidang tengah
Kesempitan pintu bawah panggul

Kriteria diagnosis :
a

Kesempitan pintu atas pangul


Panggul sempit relatif

: Jika konjugata vera > 8,5-10 cm

Panggul sempit absolut

: Jika konjugata vera < 8,5 cm

Kesempitan panggul tengah

Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1

Diameter transversa (diameter antara kedua spina) 10,5 cm.

Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5 11,5 cm.

Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1

Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang
(10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).

Diameter antara spina kurang dari 9 cm .


Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:

Spina ischiadica sangat menonjol.

Dinding samping panggul konvergen.

Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

Kesempitan pintu bawah panggul


Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang. 5,6

Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a

Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.

Pada primipara ada perut menggantung.

Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.

Ada kelainan letak pada hamil tua.

Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)

Tanda Osborn positif

Teknik perasat Osborn:


1

Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.

Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.

Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.

Interpretasi perasat Osborn:


-

Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).

Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar
0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.

Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:


1

Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.

Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.

Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:


-

Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).

Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :


1

Retroflexi uteri gravida inkarserata

Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir

Abdomen pendulum pada primi gravida

Ukuran anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata5,6

Gambar 4. Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.3


Pengaruh pada persalinan:
1

Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada
serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.

Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi

Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.

Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.

Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.

Ruptur simfisis, pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat mengangkat
tungkainya.

Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul.
Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus. 5,6

Pengaruh pada anak:


1
2
3

Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.


Prolapsus foeniculi
Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal berkurang
lebih dari 0,5 cm. 5,6

PENATALAKSANAAN
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1

Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada letak
belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat
keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir
per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per vaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam
keadaan baik. 1-3
Partus percobaan dihentikan:
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaankeadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea dilakukan
pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang menetap(patus
percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk
melakukan persalinan percobaan lagi. 1-3

Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan
panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin
yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu atau
anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan percobaan
yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan
persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya dipergunakan
ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak bolah
dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika jarak
ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus
pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis
posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang
biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas. 1-3

Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

Kraniotomi dan Kleidotomi


Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea

PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1

Bentuk Panggul

Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.

Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.

Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.

Presentasi dan posisi kepala.

His.

Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
-

Riwayat persalinan yang lampau

Besarnya presentasi dan posisi anak

Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis

His

Lancarnya pembukaan

Adanya infeksi intrapartum

Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC;

2005.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2014.
Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2010.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.

Obstetri fisiologi. Bandung: Elemen; 1983.


Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.

Obstetri patologi. Bandung: Elstar; 1982.


Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri patologi. EGC: Jakarta; 2005.

Anda mungkin juga menyukai