Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan leukosit : normal atau
leukositosis (10.000 35.000/mm), neutrofil 50 90 %. Pada
pemeriksaan kimia darah ditemukan amilase serum sering meningkat
pada parotitis, fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan
mononucleosis infeksiosa, dan pemeriksaan anti bodi-antigen spesifik
untuk HSV, CMV, dan HIV. Elektrolit; dalam batas normal, SIADH terjadi
pada 25% pasien dengan ensefalitis St Louis. (Basuki A,
dkk.EncephalitisPadaAnak. In:KegawatdaruratanNeurologi. Bandung :Bagian/UPF
IlmuPenyakitSarafFakultasKedokteran UNPAD; 2009. p. 172-173)

2.

Pemeriksaan Neurologi
Pada pemeriksaan neurologi didapatkan hiper-refleksia, ataksia,
gangguan kognitif dan defisit fokal, termasuk hemiparese dan afasia.
Encephalitis pada anak dini (young infant) sering menunjukkan gejala
yang tidak khas misalnya tidak aktif, sulit makan, iritable, rewel dan
menangis dengan nada tinggi. (Basuki A, dkk.EncephalitisPadaAnak.
In:KegawatdaruratanNeurologi. Bandung :Bagian/UPF
IlmuPenyakitSarafFakultasKedokteran UNPAD; 2009. p. 172-173)

3. Lumbal Punksi
Apabila tidak ada kontraindikasi, ditemukan cairan serebrospinal jernih
dan tekanannya dapat normal atau dapat meningkat dan pada fase
dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN serta glukosa dan klorida
normal. (Bonetti M.G, Ciritella P, Valle G,et all. Nuclear Medicine in Neurologi
Emergency. In: Scarabino T, Salvolini U, Jinkins R. Emergrncy Neuroadiology. Berlin:
Springer; 2006. p.389-91)

Pada encephalitis virus menunjukkan peningkatan protein, glukosa


normal, pleiositosis limfositer. Pada 5 15 % kasus HSV-1 encephalitis
stadium awal tidak menunjukkan pleiositosis. (Basuki A,
dkk.EncephalitisPadaAnak. In:KegawatdaruratanNeurologi. Bandung :Bagian/UPF
IlmuPenyakitSarafFakultasKedokteran UNPAD; 2009. p. 172-173)

4. Elektroensefalografi (EEG)
EEG dilakukan apabila ada manifestasi kejang. Pada anak usia diatas 5
bulan yang menderita HSV-1 encephalitis, sebanyak 80% menunjukkan
perlambatan fokal atau perlepasan gelombang epileptogenik berulang
di lobus temporal. Perlambatan irama dasar difus atau pelepasan
gelombang epileptogenik multifokal sering ditemukan pada anak
dengan encephalitis virus dan nonvirus. (Basuki A, dkk.Encephalitis Pada
Anak. In:KegawatdaruratanNeurologi. Bandung :Bagian/UPF
IlmuPenyakitSarafFakultasKedokteran UNPAD; 2009. p. 172-173)

5. Polymerase chain reaction (PCR)


Pemeriksaan PCR pada cairan serebrospinal biasanya positif lebih awal
dibandingkan titer antibodi. Pemeriksaan PCR mempunyai spesifisitas
100% dan sensitivitas 75-98% dalam 25-45 jam pertama. Pemeriksaan
PCR lebih cepat dapat dilakukan dan resikonya lebih kecil. (Basuki A,
dkk.Encephalitis Pada Anak. In:KegawatdaruratanNeurologi. Bandung :Bagian/UPF
IlmuPenyakitSarafFakultasKedokteran UNPAD; 2009. p. 172-173)

6. Radiologi
CT-scan merupakan salah satu modalitas pilihan pada kasus ensefalitis.
Pada keadaan awal, dapat tidak ditemukan kelainan intrakranial.
Namun, pada proses lanjut dapat ditemukan lesi yang hipodens dan
terjadi penyangatan/enhancement post pemberian kontras disertai
edema yang hebat disekitarnya (perifokal edema) sehingga
menimbulkan efek massa intracranial. Dapat pula ditemukan
perdarahan intrakranial. Lokasi tersering adalah pada lobus frontalis
dan temporalis baik unilateral maupun bilateral. (McCann J.W.J, Phelan E.
Pediatric Neurological Emergencies. In: Marincek Borut, Dondelinger F.Robert, eds.
Emergency Radiology Imaging and Intervention. Berlin: Springer; 2007. p.590.)

MRI jauh lebih sensitif dalam mendeteksi perubahan parenkim otak,


bahkan sejak onset 24-48 jam pertama. Pada fase akut setelah
pemberian kontras media selektif peningkatan hipokampus dapat
diamati, menunjukkan afinitas virus pada hipokampal, parahipokampal
dan korteks insular. Dalam hal perluasan infeksi, MRI dapat
menunjukkan lesi di pusat korteks atau korteks temporal anterior,
insula dan inti grey matter pada hemisfer serebral. (Bonetti M.G, Ciritella P,
Valle G,et all. Nuclear Medicine in Neurologi Emergency. In: Scarabino T, Salvolini U,
Jinkins R. Emergrncy Neuroadiology. Berlin: Springer; 2006. p.389-91)

Anda mungkin juga menyukai