Anda di halaman 1dari 55

RELASI DAN FUNGSI

Struktur Diskrit

RELASI

Relasi menggambarkan adanya hubungan atau


interaksi antar elemen dalam 2 atau lebih
himpunan.
Hubungan antar himpunan A dan B dinotasikan
dengan a R b yang artinya hubungan unsur-unsur
dalam kedua himpunan tersebut dihubungkan
dengan relasi R dengan a A dan b B
Hasil kali antar himpunan A dan B yang
dinotasikan dengan A X B didefinisikan dengan
pasangan berurut (a,b) dengan komponen pertama
ditempati oleh unsur himpunan A dan komponen
kedua ditempati unsur himpunan B

B
R

A : daerah domain (daerah asal)


B : daerah kodomain (daerah kawan)
R : relasi yang menghubungkan unsur A ke
B
Dan daerah B yang terpetakan disebut range

Ada beberapa cara untuk menyatakan relasi:


1.Dengan menggunakan diagram panah
2.Dengan menggunakan pasangan berurut
3. Dengan menggunakan Cartesian Graph
4. Dengan menggunakan Matriks
5. Dengan menggunakan Graph berarah
Contoh 1:
Misalkan A={1,2,3,4},B={1,4,9,16},maka
relasinya:

1. Diagram panah
1
2
3
4

Akar kuadrat dari

2. Pasangan berurut
{(1,1);(2,4);(3,9);(4,16)}

1
4
9
16

3. Cartesian Graph
y

4. Matriks

F(x)

16

5. Graph berarah
1

16

Sifat sifat relasi:


1) Refleksif (reflexive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan
bersifat refleksif jika (a, a) R untuk setiap a A.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dengan R = {(1, 1), (1,
2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4),
(4, 4)} maka R dinamakan bersifat refleksif.

2) Simetri (symmetric)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan
bersifat simetri jika (a, b) R, untuk setiap a, b A,
maka (b, a) R. Akan tetapi jika dan hanya jika a = b,
maka bersifat anti simetri
Contoh :
Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi
R merupakan relasi yang simetri sekaligus relasi yang
anti simetri.

3) Transitif (transitive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat
transitif jika (a, b) R dan (b, c) R, maka (a, c)
R, untuk a, b, c A.
Contoh :
Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R
didefinisikan oleh : jika dan hanya jika a membagi b,
dimana a, b A, maka R = {(2, 4), (2,8), (3, 6), (3,7),
(4, 8),(6,7)}.
Terlihat bahwa (2, 4) R ,(4, 8) R dan (2, 8) R.
Dengan demikian R bersifat transitif.

Soal
Misal A = {0, 1, 2, 3}
Relasi M,N dan O didefinisikan pada himpunan
A sebagai berikut :
M = {(0,0),(0,1),(0,3),(1,0),(1,1),(2,2),(3,0),(3,3)}
N = {(0,2),(2,0)}
O = {(0,1),(0,3),(1,3)}

FUNGSI

Definisi
Fungsi adalah :
jenis khusus dari relasi
Fungsi f dari A ke B adalah relasi dari A ke B
yang mempunyai sifat :
Jika (a,b), (a,b) f, maka b = b

Notasi :
f:AB

Definisi
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.
f(a)= b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen
b di dalam B.
Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari f dan
himpunan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.
Jika f(a)= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a
dan a dinamakan pra-bayangan (pre-image) dari b
Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah
(range)

f
a

a Pra-bayangan b

b bayangan a

A
1
2
3

u
v
w

Relasi f = {(1,u),(2,v),(3,w)} dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w} adalah


fungsi dari A ke B.
Disini f(1)=u , f(2)=v , f(3)=w.
Daerah asal dari f adalah A dan daerah hasil adalah B.
Jelajah dari f adalah {u,v,w} yang dalam hal ini sama dengan
himpunan B

Definisi (Cont.)
Fungsi adalah relasi dengan sifat
khusus:
Tiap anggota di dalam himpunan A
harus digunakan oleh prosedur
atau kaidah yang mendefinisikan f.

Contoh
Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w }, maka relasi berikut:
(a) f = { (1,u),(2,v),(3,w) }
adalah fungsi dari A ke B.
Di sini, f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w.
Daerah asal f adalah A dan daerah hasil f adalah B.
Jelajah f adalah { u,v,w }, yang dalam hal ini sama dengan
himpunan B.
(b) f = { (1,u),(2,u),(3,v) }
adalah fungsi dari A ke B, meskipun u merupakan bayangan
dari dua anggota A.
Daerah asal f adalah A dan daerah hasil f adalah B.
Jelajah f adalah { u,v } saja.

Contoh
Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w },
maka relasi berikut:
(c) f = { (1,u),(2,v) }
bukan fungsi dari A ke B,
karena tidak semua anggota A dipetakan ke B.
(d) f = { (1,u),(1,v),(2,v),(3,w) }
bukan fungsi dari A ke B,
karena 1 dipetakan ke dua buah anggota B, yaitu
u dan v.

Fungsi

Bukan Fungsi

Contoh
Diberikan sebuah fungsi
f(x) = x2 2x -3
Maka, Tabel fungsi adalah
x

f(x)

-2

-1

-3

-4

-3

Spesifikasi Fungsi
1. Himpunan pasangan terurut
Fungsi adalah relasi sedangkan relasi dinyatakan
sebagai himpunan pasangan terurut

2. Kata-kata

Fungsi secara eksplisit dapat dinyatakan dalam


rangkaian kata-kata

3. Kode program

Fungsi dispesifikasikan dalam bentuk kode


program.

Jenis Fungsi
Fungsi satu-satu (one-to-one)
Fungsi pada (onto)

Fungsi Satu-ke-satu (Injektif)


Fungsi f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau injektif
(injective) jika tidak ada dua anggota himpunan A yang memiliki
bayangan sama.

Fungsi Satu-ke-satu (Injektif)


Contoh:
Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w,x },
maka relasi berikut:
(a) f = { (1,w),(2,u),(3,v) }
adalah fungsi satu-ke-satu,
karena tidak ada anggota A yang memiliki bayangan
sama.
(b) f = { (1,u),(2,u),(3,v) }
bukan fungsi satu-ke-satu,
karena f(1) = f(2) = u.

Fungsi Pada (Surjektif)


Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif (surjective) jika
setiap anggota himpunan B merupakan bayangan dari satu atau lebih
anggota himpunan A.
Dengan kata lain seluruh anggota B merupakan jelajah dari f.
Fungsi f disebut fungsi pada himpunan B.

Fungsi Pada (Surjektif)

Contoh:

Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w },


maka relasi berikut:
(a) f = { (1,u),(2,u),(3,v) }
bukan fungsi pada,
karena w tidak termasuk jelajah dari f.
(b) f = { (1,w),(2,u),(3,v) }
adalah fungsi pada,
karena semua anggota B merupakan jelajah dari f.

Fungsi pada,
bukan satu ke satu

Fungsi satu ke satu,


bukan pada

1
2
3

b
c

Bukan fungsi satu ke satu,


maupun pada

a
b
c
d

1
2
3
4

a
b
c
d

1
2
3
Bukan fungsi

a
b
c
d

relasi

1
2
3
4

Bijeksi (Bijection)
Sebuah fungsi yang baik satu-satu maupun
pada disebut bijeksi (bijection)
Contoh :
Fungsi f = {(1,a),(2,b),(3,c)}
dari X = {1,2,3} ke Y = {a,b,c}
bijeksi
1
2
3

a
b
c

Fungsi Inversi
Notasi : f-1
Jika f adalah berkoresponden satu-satu dari A ke B maka
dapat menemukan balikan atau inversi (invers) dari f
Fungsi yang berkoresponden satu-satu sering dinamakan
fungsi yang invertible (dapat dibalikkan) karena dapat
mendefinsikan fungsi balikkannya
Fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan)
jika bukan fungsi yang berkoresponden satu-satu karena
fungsi balikkannya tidak ada
f(a)
b

a
f-1(b)

Contoh
Tentukan invers fungsi f(x) = x 1
Jawaban :
f(x) = x 1 merupakan fungsi yang
berkoresponden satu-satu jadi balikkan
fungsinya ada
f(x) = y y = x -1
Sehingga :
x=y+1
Invers fungsi balikkannya adalah :
f-1(y) = y + 1

Komposisi (Composition)
Misalkan g adalah sebuah fungsi dari X ke Y dan f
fungsi dari Y ke Z. Jika diberikan x X
g untuk menentukan anggota unik y = g(x) Y
f untuk menentukan anggota unik z = f(y) = f(g(x))
Z
Notasi : (g o f)(a) = g(f(a)) fungsi yang memetakan
nilai dari g(a) ke f
A
g(a)
a

(f o g)(a)
B

g(a)

f(g(a))

f(g(a))

Contoh
Fungsi g = {(1,a),(2,a),(3,c)} memetakan X
= {1,2,3} ke Y = {a,b,c} dan fungsi f =
{(a,y), (b,x), (c,z)} memetakan Y = { a,b,c}
ke Z = { x,y,z} maka komposisi dari X ke Z
adalah :
g o f = {(1,y),(2,y),(3,z)}

Diberikan fungsi f(x) = x 1 dan g(x) = x2 + 1.


Tentukan f g dan g f.

Solusi:
(a) (f g)(x) = f(g(x)) = f(x2 + 1) = (x2 + 1) 1 = x2
(b) (g f)(x) = g(f(x)) = g(x 1) = (x 1)2 + 1 = x2 2x + 2

Fungsi Khusus

Fungsi Floor dan Ceiling


Fungsi Modulo
Fungsi Faktorial
Fungsi Eksponen dan Logaritmik

Fungsi Floor (Batas bawah)


Batas bawah dari x adalah bilangan bulat
terbesar yang lebih kecil dari atau sama
dengan x
Notasi :

Contoh :
8.3 = 8
-8.7 = -9

Fungsi Ceiling (Batas Atas)


Batas atas dari x adalah bilangan bulat
terkecil yang lebih besar atau sama dengan x
Notasi :

Contoh :
6 = 6
-11.3 = -11
9.1 = 10
-8 = -8

Contoh
Beberapa contoh nilai fungsi floor dan ceiling:
3.5 = 3

3.5 = 4

0.45 = 0

0.45 = 1

4.8 = 4

4.8 = 5

0.5 = 1

0.5 = 0

3.75 = 4

3.75 = 3

Fungsi Modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan
bulat positif, maka
a mod m
memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi dengan m
a mod m = r
sedemikian sehingga a = mq + r,
dengan q adalah sembarang bilangan bulat dan 0 r < m
Nilai r dapat dicari dengan rumus:
r = a mq dimana q = a/m
Contoh :
6 mod 2 = 0
5 mod 1 = 0
8 mod 12 = 8
199673 mod 2 = 1

Contoh 1 : 365 Hari

Hari apakah 365 hari setelah hari Rabu?


7 hari setelah Rabu adalah Rabu lagi; 14
hari setelah Rabu adalah Rabu lagi
Secara umum jika n adalah bilangan bulat
positif, setelah 7n hari adalah Rabu lagi
Jadi : 365 mod 7 = 1
Sehingga 365 hari dari Rabu adalah 1 hari
kemudian, yaitu Kamis
Ketentuan : tidak berlaku untuk tahun
kabisat

Contoh 2: Fungsi Hash


Mengambil butir data untuk disimpan atau diselamatkan
serta menghitung pilihan pertama untuk lokasi butir ini
Contoh :
Data : 15, 558, 32, 132, 102, 5 dan 257
diletakkan ke dalam 11 sel
H(n) = n mod 11
H(15) = 15 mod 11 = 4
H(32) = 32 mod 11 = 10
H(132) = 132 mod 11 = 0
H(102) = 102 mod 11 = 3
H(5) = 5 mod 11 = 5
H(257) = 257 mod 11 = 4 terjadi bentrokan (collision)
44

Fungsi Hash (Cont.)


Solusi terjadi bentrokan (collision) diperlukan
kebijaksanaan resolusi bentrokan (collision
resolution policy) :
Mencari sel tak terpakai tertinggi berikutnya
Dalam contoh tersebut, sel 4 sudah terpakai
oleh data 15 maka data 257 diletakkan di sel
berikutnya yaitu 6 (karena sel 5 juga telah
terpakai oleh data 5)
132
0

102

15

257

558
7

32
9

45

10

Fungsi Faktorial

Untuk sembarang bilangan bulat tidak negatif n


Dilambangkan dengan :
n!
Didefinisikan sebagai :
,n0
1
n!
1x 2 x...x (n 1) xn , n 0
Contoh :
0! = 1
1! = 1
2! = 1 x 2 = 2 x 1 = 2
3! = 1 x 2 x 3 = 3 x 2 x 1 = 6
5! = 1 x 2 x 3 x 4 x 5 = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120

Fungsi Eksponensial
Fungsi eksponensial berbentuk :
1 ,n=0
an =
a x a x x a, n > 0
n

Untuk kasus perpangkatan negatif :

Contoh :
43 = 4 x 4 x 4 = 64
4-3 = 1/64

1
n
a

Fungsi Logaritmik
Fungsi logaritmik berbentuk :

y a log x

x ay

Contoh :
4log 64 = 3 karena 64 = 43
2log 1000 = 9 karena 29 = 512 tetapi 210 = 1024

Fungsi Rekursif
Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya
mengacu pada dirinya sendiri
Fungsi rekursif disusun oleh 2 bagian :
Basis
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada
dirinya sendiri.
Bagian ini menghentikan definisi rekursif (dan
memberikan sebuah nilai yang terdefinisi pada fungsi
rekursif)
Rekurens
Bagian yang mendefinisikan argumen fungsi dalam
terminologi dirinya sendiri
Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen
dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis)
Misalkan f(n) = n! maka fungsi faktorial dapat dituliskan
sebagai :

,n0
1
n!
nxf (n 1) , n 0

49

Fungsi Rekursif (Cont.)


Perhitungan n! secara rekursif :
Basis
n! = 1
jika n = 0
Rekurens
n! = n x (n-1)!Jika n > 0

Contoh :

5! = 5 x 4! (rekurens)
4! = 4 x 3!
3! = 3 x 2!
2! = 2 x 1!
1! = 1 x 0!
0! = 1

Sehingga :
0! = 1
1! = 1 x 0! = 1 x 1 = 1
2! = 2 x 1! = 2 x 1 = 2

Contoh
Misalkan n menyatakan bilangan bulat positif dan fungsi f didefinisikan
secara rekursif :

Tentukan :

n
n!
f

, n 1
1

, n 1

f(25)
f(10)
Penyelesaian :
f(25) = f( 25/2 )+1 = f(12) + 1
= [f( 12/2 )+1] + 1 = f(6) + 1 + 1 = f(6) + 2
= [f( 6/2 )+1 ] + 2 = f(3) + 1 + 2 = f(3) + 3
= [f( 3/2 )+1 ] + 3 = f(1) + 1 + 3 = f(1) + 4
=0+4=4
f(10) = f( 10/2 )+1 = f(5) + 1
= [f( 5/2 )+1] + 1 = f(2) + 1 + 1 = f(2) + 2
= [f( 2/2 )+1 ] + 2 = f(1) + 1 + 2 = f(1) + 3
=0+3=3

Fibonacci
Fibo(N)
F0 = 1; F1 = 1
For I = 2 to N
Fi = Fi-1 + Fi-2
Next I
Return FN

Fibo(N)
If N = 0 or N =1 Then
Fibo = 1
Else
Fibo=Fibo(N-1)+Fibo(N-2)
Return Fibo

Hitung F15

Lucas
Lucas (N)
L0 = 2; L1 = 1
For I = 2 to N
Li = Li-1 + Li-2
Next I
Return LN

Hitung L22

Lucas Recurisve
Fibo(N)
If N = 0 Then
Lucas = 2
Else If N = 1 Then
Lucas = 1
Else
Lucas = Lucas (N-1)+Lucas (N-2)
Return Lucas

Ackermann

Hitung A(2,3)

Anda mungkin juga menyukai