Struktur Diskrit
RELASI
B
R
1. Diagram panah
1
2
3
4
2. Pasangan berurut
{(1,1);(2,4);(3,9);(4,16)}
1
4
9
16
3. Cartesian Graph
y
4. Matriks
F(x)
16
5. Graph berarah
1
16
2) Simetri (symmetric)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan
bersifat simetri jika (a, b) R, untuk setiap a, b A,
maka (b, a) R. Akan tetapi jika dan hanya jika a = b,
maka bersifat anti simetri
Contoh :
Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi
R merupakan relasi yang simetri sekaligus relasi yang
anti simetri.
3) Transitif (transitive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat
transitif jika (a, b) R dan (b, c) R, maka (a, c)
R, untuk a, b, c A.
Contoh :
Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R
didefinisikan oleh : jika dan hanya jika a membagi b,
dimana a, b A, maka R = {(2, 4), (2,8), (3, 6), (3,7),
(4, 8),(6,7)}.
Terlihat bahwa (2, 4) R ,(4, 8) R dan (2, 8) R.
Dengan demikian R bersifat transitif.
Soal
Misal A = {0, 1, 2, 3}
Relasi M,N dan O didefinisikan pada himpunan
A sebagai berikut :
M = {(0,0),(0,1),(0,3),(1,0),(1,1),(2,2),(3,0),(3,3)}
N = {(0,2),(2,0)}
O = {(0,1),(0,3),(1,3)}
FUNGSI
Definisi
Fungsi adalah :
jenis khusus dari relasi
Fungsi f dari A ke B adalah relasi dari A ke B
yang mempunyai sifat :
Jika (a,b), (a,b) f, maka b = b
Notasi :
f:AB
Definisi
Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.
f(a)= b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen
b di dalam B.
Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari f dan
himpunan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.
Jika f(a)= b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a
dan a dinamakan pra-bayangan (pre-image) dari b
Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah
(range)
f
a
a Pra-bayangan b
b bayangan a
A
1
2
3
u
v
w
Definisi (Cont.)
Fungsi adalah relasi dengan sifat
khusus:
Tiap anggota di dalam himpunan A
harus digunakan oleh prosedur
atau kaidah yang mendefinisikan f.
Contoh
Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w }, maka relasi berikut:
(a) f = { (1,u),(2,v),(3,w) }
adalah fungsi dari A ke B.
Di sini, f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w.
Daerah asal f adalah A dan daerah hasil f adalah B.
Jelajah f adalah { u,v,w }, yang dalam hal ini sama dengan
himpunan B.
(b) f = { (1,u),(2,u),(3,v) }
adalah fungsi dari A ke B, meskipun u merupakan bayangan
dari dua anggota A.
Daerah asal f adalah A dan daerah hasil f adalah B.
Jelajah f adalah { u,v } saja.
Contoh
Misalkan A = { 1,2,3 } dan B = { u,v,w },
maka relasi berikut:
(c) f = { (1,u),(2,v) }
bukan fungsi dari A ke B,
karena tidak semua anggota A dipetakan ke B.
(d) f = { (1,u),(1,v),(2,v),(3,w) }
bukan fungsi dari A ke B,
karena 1 dipetakan ke dua buah anggota B, yaitu
u dan v.
Fungsi
Bukan Fungsi
Contoh
Diberikan sebuah fungsi
f(x) = x2 2x -3
Maka, Tabel fungsi adalah
x
f(x)
-2
-1
-3
-4
-3
Spesifikasi Fungsi
1. Himpunan pasangan terurut
Fungsi adalah relasi sedangkan relasi dinyatakan
sebagai himpunan pasangan terurut
2. Kata-kata
3. Kode program
Jenis Fungsi
Fungsi satu-satu (one-to-one)
Fungsi pada (onto)
Contoh:
Fungsi pada,
bukan satu ke satu
1
2
3
b
c
a
b
c
d
1
2
3
4
a
b
c
d
1
2
3
Bukan fungsi
a
b
c
d
relasi
1
2
3
4
Bijeksi (Bijection)
Sebuah fungsi yang baik satu-satu maupun
pada disebut bijeksi (bijection)
Contoh :
Fungsi f = {(1,a),(2,b),(3,c)}
dari X = {1,2,3} ke Y = {a,b,c}
bijeksi
1
2
3
a
b
c
Fungsi Inversi
Notasi : f-1
Jika f adalah berkoresponden satu-satu dari A ke B maka
dapat menemukan balikan atau inversi (invers) dari f
Fungsi yang berkoresponden satu-satu sering dinamakan
fungsi yang invertible (dapat dibalikkan) karena dapat
mendefinsikan fungsi balikkannya
Fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan)
jika bukan fungsi yang berkoresponden satu-satu karena
fungsi balikkannya tidak ada
f(a)
b
a
f-1(b)
Contoh
Tentukan invers fungsi f(x) = x 1
Jawaban :
f(x) = x 1 merupakan fungsi yang
berkoresponden satu-satu jadi balikkan
fungsinya ada
f(x) = y y = x -1
Sehingga :
x=y+1
Invers fungsi balikkannya adalah :
f-1(y) = y + 1
Komposisi (Composition)
Misalkan g adalah sebuah fungsi dari X ke Y dan f
fungsi dari Y ke Z. Jika diberikan x X
g untuk menentukan anggota unik y = g(x) Y
f untuk menentukan anggota unik z = f(y) = f(g(x))
Z
Notasi : (g o f)(a) = g(f(a)) fungsi yang memetakan
nilai dari g(a) ke f
A
g(a)
a
(f o g)(a)
B
g(a)
f(g(a))
f(g(a))
Contoh
Fungsi g = {(1,a),(2,a),(3,c)} memetakan X
= {1,2,3} ke Y = {a,b,c} dan fungsi f =
{(a,y), (b,x), (c,z)} memetakan Y = { a,b,c}
ke Z = { x,y,z} maka komposisi dari X ke Z
adalah :
g o f = {(1,y),(2,y),(3,z)}
Solusi:
(a) (f g)(x) = f(g(x)) = f(x2 + 1) = (x2 + 1) 1 = x2
(b) (g f)(x) = g(f(x)) = g(x 1) = (x 1)2 + 1 = x2 2x + 2
Fungsi Khusus
Contoh
Beberapa contoh nilai fungsi floor dan ceiling:
3.5 = 3
3.5 = 4
0.45 = 0
0.45 = 1
4.8 = 4
4.8 = 5
0.5 = 1
0.5 = 0
3.75 = 4
3.75 = 3
Fungsi Modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan
bulat positif, maka
a mod m
memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi dengan m
a mod m = r
sedemikian sehingga a = mq + r,
dengan q adalah sembarang bilangan bulat dan 0 r < m
Nilai r dapat dicari dengan rumus:
r = a mq dimana q = a/m
Contoh :
6 mod 2 = 0
5 mod 1 = 0
8 mod 12 = 8
199673 mod 2 = 1
102
15
257
558
7
32
9
45
10
Fungsi Faktorial
Fungsi Eksponensial
Fungsi eksponensial berbentuk :
1 ,n=0
an =
a x a x x a, n > 0
n
Contoh :
43 = 4 x 4 x 4 = 64
4-3 = 1/64
1
n
a
Fungsi Logaritmik
Fungsi logaritmik berbentuk :
y a log x
x ay
Contoh :
4log 64 = 3 karena 64 = 43
2log 1000 = 9 karena 29 = 512 tetapi 210 = 1024
Fungsi Rekursif
Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya
mengacu pada dirinya sendiri
Fungsi rekursif disusun oleh 2 bagian :
Basis
Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada
dirinya sendiri.
Bagian ini menghentikan definisi rekursif (dan
memberikan sebuah nilai yang terdefinisi pada fungsi
rekursif)
Rekurens
Bagian yang mendefinisikan argumen fungsi dalam
terminologi dirinya sendiri
Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen
dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis)
Misalkan f(n) = n! maka fungsi faktorial dapat dituliskan
sebagai :
,n0
1
n!
nxf (n 1) , n 0
49
Contoh :
5! = 5 x 4! (rekurens)
4! = 4 x 3!
3! = 3 x 2!
2! = 2 x 1!
1! = 1 x 0!
0! = 1
Sehingga :
0! = 1
1! = 1 x 0! = 1 x 1 = 1
2! = 2 x 1! = 2 x 1 = 2
Contoh
Misalkan n menyatakan bilangan bulat positif dan fungsi f didefinisikan
secara rekursif :
Tentukan :
n
n!
f
, n 1
1
, n 1
f(25)
f(10)
Penyelesaian :
f(25) = f( 25/2 )+1 = f(12) + 1
= [f( 12/2 )+1] + 1 = f(6) + 1 + 1 = f(6) + 2
= [f( 6/2 )+1 ] + 2 = f(3) + 1 + 2 = f(3) + 3
= [f( 3/2 )+1 ] + 3 = f(1) + 1 + 3 = f(1) + 4
=0+4=4
f(10) = f( 10/2 )+1 = f(5) + 1
= [f( 5/2 )+1] + 1 = f(2) + 1 + 1 = f(2) + 2
= [f( 2/2 )+1 ] + 2 = f(1) + 1 + 2 = f(1) + 3
=0+3=3
Fibonacci
Fibo(N)
F0 = 1; F1 = 1
For I = 2 to N
Fi = Fi-1 + Fi-2
Next I
Return FN
Fibo(N)
If N = 0 or N =1 Then
Fibo = 1
Else
Fibo=Fibo(N-1)+Fibo(N-2)
Return Fibo
Hitung F15
Lucas
Lucas (N)
L0 = 2; L1 = 1
For I = 2 to N
Li = Li-1 + Li-2
Next I
Return LN
Hitung L22
Lucas Recurisve
Fibo(N)
If N = 0 Then
Lucas = 2
Else If N = 1 Then
Lucas = 1
Else
Lucas = Lucas (N-1)+Lucas (N-2)
Return Lucas
Ackermann
Hitung A(2,3)