BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare dan muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz. 2002).
Menurut WHO (2006), diare didefinisikan keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan
frekuensi tiga kali perhari atau lebih dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja,
atau bila ibu merasakan adanya perubahan konsistensi atau frekuensi pada anaknya.
Angka kesakitan diare sekitar 200-400 kejadian diantara 1000 peduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunnya, sebagian besar 70 80% penderitanya adalah anak dibawah lima tahun
(BALITA).
Oleh karena itu, kasus diare akut termasuk dalam kasus dengan area kompetensi
empat, dimana dokter umum atau dokter pada tingkat layanan primer harus mampu
membuat diagnosa klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
serta mampu memutuskan dan menangani kasus tersebut secara mandiri hingga tuntas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai
pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan
permasalahan penyakit diare akut.
1.2 TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan
komunikasi dalam menangani kasus pada anak, khususnya diare akut yang terjadi pada
An.V, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan
komprehensif.
1.3 MANFAAT
Manfaat penyusunan laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi
terhadap aspek kedokteran keluarga dalam penanganan serta pencegahan kasus infeksi
khususnya kasus diare akut.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
2.1.1 Identitas Pasien
Nama
: An. V
Umur
: 9 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 15 November 2015
No. RM
: 15-190-10
: Tn. N
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMK
Agama
: Islam
Alamat
Identitas ibu
Nama ibu
: Ny. F
Umur
: 22 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Pendidikan
: SMK
Alamat
: Cepat sembuh.
: Sakit bertambah parah.
:+
::::-
:-
Keterangan : Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini waktu usia 6 bulan
tetapi tidak sampai MRS.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa
Riwayat demam tifoid
Riwayat alergi obat/makanan
5. Riwayat Kehamilan Ibu
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Keluhan
: (-)
: 20 tahun
Kontrol
Riwayat Kelahiran
Persalinan
BB PB lahir
: 3500 gram 48 cm
Kondisi lahir
: cacat (-), ketuban jernih dan tidak berbau, APGAR = tidak ada
data.
Kelainan kelahiran :
HB
BCG
Polio 1
DPT/HB1
Polio 2
DPT/ HB2
Polio 3
DPT/HB 3
Polio 4
Campak
7 Februari 2015
5 Maret 2015
5 Maret 2015
7 Mei 2015
7 Mei 2015
4 Juni 2015
4 Juni 2015
2 Juli 2015
2 Juli 2015
5 November 2015
6. Riwayat Gizi
ASI: An. V mengkonsumsi ASI eksklusif sampai usia 2 bulan lalu dikombinasikan
dengan susu formula. Sejak usia 6bulan diberikan makanan tambahan berupa
bubur.
Makanan sehari-hari: Selama sakit, nafsu makan An.V menurun. Sebelum sakit,
biasanya An.V makan 3 kali sehari, nafsu makan baik.
Usia
BB
7,1 Kg
bulan
kemampuan bahasa
Riwayat merokok : Riwayat minum alkohol : Riwayat olahraga : kedua orang tua jarang
berolah raga
Riwayat pengisisan waktu luang
An.
Atropometri
BB
: 6,9 kg
TB
: 70 cm
Status gizi kesan: persentil 0 (Baik)
Tanda Vital
TD
: - mmHg
Nadi : 112 x/menit
RR
: - x/menit
Suhu : 38,4 oC
3 Rambut
rambut hitam.
4 Kepala dan wajah
10 Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB
(-)
11 Thorax
: normochest, simetris
+ +
wheezing
+ +
12. Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: meteorismus (+)
Pemeriksaa
Hasil
Nilai Normal
11,3
11,5-13,5 g/dl
Ht
35,3
34 40 %
Leukosit
11,21
5 -14,5 ribu/uL
Trob
417
150-440 ribu/Ul
Eritrosit
4,28
PDW
9,5
9-13 fL
MPV
6,91
7,2-11,1
PCT
0,3
MCV
82,2
75-87 fL
MCH
26,5
24-30 pg
MCHC
32,2
31-37 %
Basofil
0,1
0-1 %
Eosinofil
0,4
1-6 %
Limfosit
23,5
30-45 %
Monosit
--,--
2-8 %
n
Hb
Netrofil
--,-50-70%
Keterangan: Terdapat penurunan Hb, MPV, Eosinofil.
Hasil
Nilai Normal
Thypi O
(+) 1/80
Negative
Thypi H
Negative
Negative
Parathypi OA
Negative
Negative
Parathypi OB
Negative
Negative
Diare berbentuk cair dengan frekuensi. Tidak dijumpai adanya darah maupun
b) Pemeriksaan Fisik :
-
Tampak lemas dan sakit sedang, bibir kering (-), mata cowong (-), bising usus
meningkat dan meteorismus (+)
c) Pemeriksaan Penunjang :
Pada pemeriksaan serologi thypi O 1/80
2.6. DIAGNOSA HOLISTIK
1. Diagnosis dari segi biologis :
Working diagnostic
: Gastroenteritis Akut
Kalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
Indikasi
C1 : 4 (Dex 5% + Ns 0,225 % )
Digunakan untuk klien umur 1 bulan samapi 3 tahun dengan kasus non-diare.
Rumus dosis maintenance cairan:
Berat badan anak dibagi menjadi tiga bagian :
10 Kg I = 100
10 Kg II = 50
Terapi An. V:
10
Indikasi:
Efek Samping
Kontra Indikasi:
Hipersensisitf sefalosporin
Indikasi:
Dosis:
Pemberian Obat:
Kontra Indikasi:
Indikasi:
Efek Samping
11
Kontra Indikasi:
Primadexforte
Indikasi:
Komposisi
Kontraindikasi
Efek Samping
Metronidazole
Indikasi:
Kontraindikasi
Perhatian
Domperidon
Indikasi:
Pengobatan gejala dispepsia, mual dan muntah, mual dan muntah karena
pemberian levodopa
Efek Samping
Kontra Indikasi:
No
Tanggal
1.
15/11/2015
Diare (+)
Infus C1 : 4 10 tpm
Muntah (+)
Demam (+)
Vital sign:
TD: -mmHg,
RR: - x/menit,
HR: 112 x/menit
T: 38,4 oC
Syr nifuroksazid 3 x
cth
Syr paracetamol 3x
cth
12
SpO2 : 98
meteorismus (+) dan bising usus
meningkat
DL : Terdapat penurunan Hb, MPV,
Eosinofil.
Pemeriksaan serologi ditemukan
thypi O positif (1/80)
2.
16/11/2015
Diare (+)
Muntah (+)
Demam (+)
Infus C1 : 4 10 tpm
1.Inj cefadroxil 2x100
Syr nifuroksazid 3 x
cth
Syr paracetamol 3x
cth
Syr
3.
17/11/2015
Diare (+)
Domperidone
3x1/3 cth
Infus C1 : 4 10 tpm
Inj cefadroxil 2x100
Syr nifuroksazid 3 x
cth
Syr paracetamol 3x
cth
Syr
Domperidone
3x1/3 cth
Puyer
( metronidazole +
primadexforte)
4.
18/11/2015
Diare (+)
sachet
Infus C1 : 4 10 tpm
Inj cefadroxil 2x100
Syr nifuroksazid 3 x
cth
Syr paracetamol 3x
cth
Syr
Domperidone
3x1/3 cth
Puyer
( metronidazole +
primadexforte)
13
5.
19/11/2015
Keluhan(-)
sachet
Rawat jalan
Syr nifuroksazid 3 x
Vital sign:
cth
TD: - mmHg
Syr paracetamol 3x
RR: - x/menit
cth
Syr
T: 36,2oC
Domperidone
3x1/3 cth
Puyer
( metronidazole +
primadexforte)
sachet
: Tn. J
Alamat
Bentuk Keluarga
: Extended family
Nama
Kedudu
kan
Kepala
L/P
Pendi
Pekerjaan
dikan
Tn. J
Ny. K
Istri Tn.J
Tn.N
Menantu
Ny. F
Anak
An.v
Cucu
Nn.C
Anak
keluarga
Umur
57
tahun
45
tahun
25
tahun
22
tahun
9
bulan
17
tahun
SD
SMK
SMK
Pasien
Ket.
klinik
Wiraswasta
Ibu rumah
tangga
Wiraswasta
Karyawan
Swasta
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Pasien
SMK
Pelajar
Tidak
14
Nn.Nd
Anak
15
tahun
Sumber: data primer, 20 November 2013
SMK
Pelajar
Tidak
Kesimpulan : Keluarga Tn. N adalah extended family yang terdiri atas 7 orang yang
tinggal dalam satu rumah. Terdapat satu orang yang sakit yaitu An.V (anak tunggal) usia
9 bulan dengan diagnosa awal Gasteroenteritis akut. Setelah menjalani beberapa
pemeriksaan penunjang, An. V didiagnosis menderita penyakit Gasteroenteritis akut.
Dalam hal ini, pembiayaan kesehatan An.V bersifat mandiri tanpa jaminan kesehatan
atau asuransi.
B.
: Kec. Dau
Kesimpulan
Kondisi rumah
cukup baik dan
memadai
15
Kamar
tidur
Kamar
tidur
Ruang
keluarga
dan tempat
Dapu
r
K
M
K
M
Kamar
tidur
Ruang
tamu
Kamar
tidur
Sum
ur
C.
16
Keluarga ini terdiri dari 3 orang anggota keluarga. An.V adalah anak tunggal.
An.V menderita diare sejak satu hari yang lalu. An.V juga terlihat lemas, serta
muntah, sehingga ibunya khawatir dan segera memeriksakan An.V ke rumah
2
3
sakit.
Fungsi Psikologis
Hubungan An.V dengan anggota keluarga baik.
Fungsi Sosial dan Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta sedangkan ibu pasien karyawan swasta.
Dimana keduanya hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki
jabatan khusus di masyarakat.
tersebut
Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
anggota keluarga
Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Penilaian :
o Hampir selalu
: 2 poin
o Kadang kadang
: 1 poin
: 0 poin
Penyimpulan :
o Nilai rata-rata < 5
: kurang
: cukup/sedang
: baik
17
ke
keluarga
menghadapi masalah
Saya puas dengan
Ny.K Tn.
2
N
2
Ny.F Nn.
Nn.N
C
2
d
2
bila
cara 2
keinginan
melakukan
saya
kegiatan
saya
mengekspresikan
sayangnya
dan
kasih
merespon
saya
dan
cara 2
saya
18
5. Resolve
Patologis
Social
Culture
menengah ke atas.
Educational
19
Tn.
J
Nn. N
Ny. K
Nn. C
Tn.
N
Ny. F
An.V
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= Pasien
Tn.
N
Nn.C
Ny.F
Tn. J
An.V
Ny.K
Keterangan:
: hubungan baik
: laki-laki
: perempuan
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
20
yang cukup, sehingga pasien langsung dibawa ke bidan lalu di rujuk RSI sehari sejak keluhan munc
Lingkungan:
ga An.V pergi ke RSI. Orang tua An.V termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup, sehin
An.V dan Keluarga
kesehatan An.V maupun anggota keluarga yang lain. An. V segera diperiksakan ke rumah sakit.
ngetahui tentang penyakit diare, sehingga ibu An, Z segera membawa An.V ke bidan terdekat.
Keturunan: An.V, usia 9bulan, merupakan kelompok gender dan usia risiko tinggi terhada
21
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
3.1.1
Gastroenteritis Akut
Anatomi dan Fisiologi Small Intestinal
Anatomi
Usus halus (Small intestinal):
Small intestinal adalah bagian sistem gastrointestinal yang terletak di antara
gaster dan colon. Dinding intestinal kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zatzat yang diserap ke hepar melalui vena porta. Dinding intestinal melepaskan lendir
(yang melumasi isi intestinal) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding intestinal juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, glukosa dan lipid.
Lapisan small intestine: lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot sirkuler,
lapisan otot longitudinal atau memanjang dan lapisan serosa (sebelah luar)
23
1. Duodenum
Bagian dari usus halus yang terletak setelah gaster dan menghubungkannya ke
jejunum. Bagian duodenum merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Duodenum merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada duodenum terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Gaster melepaskan makanan (chime) ke dalam duodenum dan masuk melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal pada gaster untuk berhenti mengalirkan makanan.
24
Fisiologi
Suatu lubang pada dinding duodenum menghubungkan duodenum dengan
saluran getah pancreas dan saluran empedu. Saluran dari pankreas ke duodenum disebut
duktus wirsungi dan duktus santorini (accessorius), sedangkan dari empedu bermuara
ke duktus biliaris dan ketiganya bermuara pada sfingter odii. Pankreas menghasilkan
enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju duodenum. Tripsin berfungsi
merombak protein menjadi asam amino. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa.
Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Getah empedu dihasilkan
oleh hepar dan ditampung dalam kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke
duodenum. Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi asam lemak dan
gliserol.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini terjadi
pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat makanan setelah melalui
25
jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum.
Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili
usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam
lemak, gliserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah diserap oleh vili usus halus;
akan dibawa oleh pembuluh getah bening dan akhirnya masuk ke dalam pembuluh
darah.
3.1.2
yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi lebih dari 200 g/hari
dan konsistensi feses cair.
Penyakit diare merupakan peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar,
atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja dan pembentukan feses yang melebihi 250
gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3
bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami
episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun.
3.1.3
Etiologi
Menurut Smeltzer (2001:hal 1093) etiologi diare adalah proses infeksi virus,
Rofavirus,
(virus
Astrovirus,
Echo,
Coxsackie, Poliomielitis)
Trichuris, Oxyuris,
strongy
loides,
26
27
3.1.4
-
Diagnosa Banding
disentri
demam tifoid
3.1.5 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005:hal 225), komplikasi diare yaitu:
a. Dehidrasi
Berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:
1) Dehidrasi ringan, jika kekurangan cairan 5% atau 25 ml/kg/bb.
2) Dehidrasi sedang, jika kekurangan cairan 5-10% atau 75 ml/kg/bb.
3) Dehidrasi berat, jika kekurangan cairan 10-15% atau 125 ml/kg/bb.
Berdasarkan Tonisitas caiaran dehidrasi terbagi menjadi :
1) Isotonis : Kadar Na + : 131 150 mEq/L
2) Hipertonis : Kadar Na+ : > 150 mEq/L
3) Hipotonik : < 131 mEq/L
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala lemah, bradikardi, dan perubahan elektrokardiogram)
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
e. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA
Metode Diagnostik
Penegakan diagnosis diare akut didasarkan pada manifestasi klinis yang
diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Sampai saat ini masih
dilakukan berbagai penelitian yang menggunakan berbagai metode diagnostik
untuk mendapatkan metode terbaik dalam usaha penatalaksanaan penderita diare
akut secara menyeluruh.
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena
kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,
bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut
infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam,
dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang
spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon
lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
dihasilkan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tandatanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.
29
diare
tetapi
memperbaiki
kondisi
usus
serta
mempercepat
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di
pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi
rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
30
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi.
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.
Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan
sampai dengan diare berhenti.
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc jugaberperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
31
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare.
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita
diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan anti
diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini
tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. KIE
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
32
33
BAB V
PENUTUP
A KESIMPULAN HOLISTIK
: Gastroenteritis Akut
B SARAN KOMPREHENSIF
o Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya menjaga
kebersihan kamar mandi rumah An.V.
o Menjaga higienitas makanan dan asupan cairan dan nutrisi yang sehat dan
cukup.
o Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.V, mengenai
diare akut (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala klinis, kondisi kegawatan,
penanganan dini atau rujukan, dan komplikasi).
o Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan dan
mencegah komplikasi.
o Memberikan pengertian kepada orang tua An.V akan pentingnya komunikasi
dan perhatian dalam pengawasan dan penyelesaian masalah yang dihadapi
An.V.
Deteksi dini terhadap potensi terjadinya dehidrasi dan syok pada An.V.
DAFTAR PUSTAKA
34
Adisasmito W., 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Systemic
Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.
Ahlquist D.A, and Camilleri M., 2005. Diarrhea and Constipation. In: Harrisons
Principles Of Internal Medicine 16th ed. USA: McGraw Hill. 224-233.
Brotowasisto, 1997. Diare, Penanggulangan dan Hasil-hasilnya. Dalam: Simatupang
M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare
pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Budiarso R. et al., 1986. Survey Kesehatan Rumah Tangga. Dalam: Harianto, 1991.
Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat.
Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 2000. Buku
Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare, Ditjen PPM &
PLP, Jakarta.
Gertruida, Surahni T., Ninik S., Sukowidodo, 1990. Laporan Pelaksanaan Komunikasi
Program P2 Diare di Indonesia. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan
Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen
Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.
Harianto, 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di
Masyarakat. Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.
Hasan R., Atalas H., 1985. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ed. ke-11. Jakarta: Infomedika Jakarta.
Kliegman R.M., Marcdante K.J., and Behrman R.E., 2006. Nelson Essentials of
Pediatric. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi
Kasus di Kabupaten Semarang). Progr am Studi Epidemiologi Pascasarjana,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Soetjiningsih, 2002. Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak. Dalam: Moersintowarti B.N.
et al., ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto, 22-38.
Suharyono, 1986. Diare Akut. Dalam: Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun
2003. Program Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.
35
Sutanto A.H., 1984. Rehidrasi Oral Pemantapan dan Pembudayaannya Dalam Upaya
Penanggulangan Diare. Dalam: Harianto, 1991. Penyuluhan Penggunaan
Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat. Departemen Farmasi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Sutoto, 1992. Pemberantasan Penyakit Diare Dalam Repelita V, Depkes. Dalam:
Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003.
Program
Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Winardi B., 1981. Diare dan Upaya Pemberantasannya. Dalam: Harianto, 1991.
Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat.
Departemen Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta.