Anda di halaman 1dari 14

SOSIOLOGI KLASIK (SOLIDARITAS SOSIAL EMILE

DURKHEIM)
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sosiologi Klasik
dosen pengampu : Prof. Dr. Gurniwan Kamil P, M.Si

Di susun oleh :
Aulya Rahmawati Sugandi

(1300047)

Nalis Siti Khaerani

(1300053)

Doni Fauzi

(1303934)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

A. Pengantar
1. Biografi Emile Durkheim
Emile Durkheim meruakan salah satu tokoh besar sosiologi.Emile
Durkheim lahir di Epinal, Perancis pada tanggal 15 April 1858.Ia merupakan
keturunan pendeta Yahudi. Pada masa remajanya, ketika Ia berumur 10 tahun Ia
menolak menjadi pendeta. Sebenarnya Durkheim dipersiapkan oleh ayahnya
untuk meneruskan tradisi mereka menjadi pendeta Yahudi. Namun, cita-cita sang
Ayah tidak terwujud. Sejak saat itu, minatnya seumur hidup pada agama lebih
bersifat akademis dari pada teologis.Dia merindukan bersekolah dalam metodemetode ilmiah, dan dalam prinsip-prinsip moral yang diperlukan untuk memandu
kehidupan sosial.Dia menolak suatu karier akademik tradisional di bidang filsafat,
dalam pandangannya filsafat kurang berkaitan dengan persoalan yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Perancisdan sebagai gantinya Durkheim
berusaha memperoleh pelatihan ilmiah yang dibutuhkan untuk memberi
sumbangan bagi tuntutan moral masyarakat.Meskipun dia berminat pada sosiologi
ilmiah, pada waktu itu tidak ada bidang sosiolog, sehingga antara 1882 dan 1887
dia mengajar filsafat di sejumlah sekolah provinsi di wilayah Paris.
Nafsunya untuk ilmu terangsang lebih jauh oleh perjalanan ke Jerman
ketika dia berhadapan dengn psikolog ilmiah yang sedang dirintis oleh Wilhelm
Wundt.Beberapa tahun setelah kunjungannya ke Jerman, Durkheim menerbitkan
banyak karyanya diantaranya adalah tentang pengalamannya selama di
Jerman.Publikasi karyanya tersebut membantu dia mendapatkan suatu posisi
didalam departemen filsafay di Universitas Bordeaux pada 1887. Di sana
Durkheim memberikan kuliah pertama di bidang ilmu sosial di sebuah universitas
Perancis. Itu adalah suatu prestasi yang mengesankan secara khusus, karena hanya
berjarak satu dekade sebelumnya kehebohan meledak di Universitas Peranci
karena nama Auguste Comte
muncul dalam disertai seorang mahasiswa.
Tahun-tahun berikutnya di tandai dengan serangkaian keberhasilan pribadi
bagi Durkheim, pada 1893 dia menerbitkan tesis doktoralnya yang berbahasa
Perancis, The Division of Labor in Society, dan tesisnya yang berbahasa Latin
mengenai Montesquieu. Buku metodologi utamanya, The Rules of Sosiological
Method, terbit tahun 1895 diikuti tahun 1897 oleh hasil penelitian empiris

bukunya itu dalam studi tentang bunuh diri. Sekitar tahun 1896 ia menjadi
professor penuh di Universitas Bordeaux.
Sekarang ini Durkheim paling seruing dianggap sebagai seorang
konservatif. Akan tetapi, di masanya, dia dianggap seorang yang liberal, dan hal
itu dicontohkandengan peran public yang aktif yang dia mainkan dalam
pembelaan Alferd Dreyfus, kapten militer kebangsaan Yahudi yang oleh
pengadilan militer dianggap pengkhianat dan tuduhan itu oleh banyak orang
dirasakan bersifat anti-Semitik.
Minat Durkheim pada sosialime juga dianggap sebagai bukti melawan ide
bahwa dia adalah seorang konservatif, tetapi jenis sosialismenya sangat berbeda
dengan jenis yang menarik perjatian Marx dan para pengikutnya. Bagi Durkheim,
sosialisme menggambarkan suatu gerakan yang ditunjukan untuk pembaruan
moral masyarakat melalui moralitas ilmiah, dan dia tidak tertarik pada metodemetode politis jangka pendek atau aspek-aspek ekonomis sosialisme. Sosialisme
bagi Durkheim sangat berbeda dari apa yang biasanya kita pikirkan sebagai
sosialisme; sosialisme Durkheim hanya menggammbarkan suatu sistem yang
menerapkan prinsip-prinsip moral yang diteukan sosiologi ilmiah.
Durkheim mempunyai pengaruh yang mendalam pada perkembangan
sosologi, tetapi pengaruhnya tidak terbatas kepadanya.Banyak pengaruhnya pada
bidang-bidang lain mengalir melalui jurnal Lannee sociologique, yang dia dirikan
pada 1989.Melalui jurnal itu, dia dan ide-idenya mempengaruhi bidang-bidang
seperti antropologi, sejarah, linguistik, dan psikologi.
Durkheim wafat pada 15 November 1917, seorang figure yang termahsyur
di lingkaran intelektual Perancis, tetapi baru dua puluh tahun kemudian, dengan
peerbitan karya Talcoltt Parsons The Structure of Social Action(1937), karyanya
menjadi suatu pengaruh yang signifikan pada sosiologi Amerika.
B. Isi
1. Teori dan Gagasan
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat adapt
mempertahankan

inttegritas

dan

koherensinya

dimasa

modern.

Untuk

mempelajarai kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim


berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena
sosial.Dalam bukunnya Pembagian Kerja dalam Masyarakat (1893), Durkheim
meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk

masyarakat.Ia memusatkan paa pembagian kerja, dan meneliti bagaimana hal itu
berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Ia berpendapat
bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat mekanis dan mempunyai
banyak kesamaan diantara seamanya. Dalam masyarakat tradisional kata
Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual,
norma-norma sosial diatur dengan rapi.Dalam masyarakat modern, demikian
pendapatnya, embagan kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas
organik.Spesialisasi yang berbeda-beda dalm bidang pekerjaan dan peranan sosial
menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena
mereka tidk lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri.
Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam
Bunuh Diri, yang diterbitkannya pada 1897.Dalam buknya ini, meneliti
berbagai tingkat bunuh diri diantara orang-orang Protestan dan Katolik, dan
menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi diantara orang Katolik
menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang
memiliki keterkaitan tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang
disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi
atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya ingkat bunuh diri.Menurut
Durkheim masyarakat Katolik memiliki tingkat integritas yang normal, sementara
masyrakat Protestan memiliki tingkat integritas yang renda.Karya ini telah
mempengaruhi para pengajur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai studi
sosiologis klasik.
Hasratnya terhadap ilmu makin besar ketika dalam perjalanan ke Jerman,
ia berkenalan dengan psikolog ilmiah yang di rintis oleh Wilhem Wundt.
Beberapa tahun setelah kunjungannya ke Jerman, Durkheim menerbitkan
sejumlah

buku

diantaranya

adalah

tentang

pengalamannya

selama

di

Jerman.Publikasi karyanya tersebut membantu dia mendapatkan suatu posisi


didalam departemen filsafat di Universitas Bordeaux pada 1887. Di sana
Durkheim memberikan kuliah pertama di bidang ilmu sosial di sebuah universitas
Perancis. Itu adalah suatu prestasi yang mengesankan secara khusus, karena hanya
berjarak satu dekade sebelumnya kehebohan meledak di Universitas Perancis
karena nama Auguste Comet muncul dalam disertai seorang mahasiswa.

Tahun-tahun berikutnya di tandai dengan serangkaian keberhasilan pribadi


bagi Durkheim, pada 1893 dia menerbitkan tesis doktoralnya yang berbahasa
Perancis, The Division of Labor in Society, dan tesisnya yang berbahasa Latin
mengenai Montesquieu. Buku metodologi utamanya, The Rules of Sosiological
Method, terbit tahun 1895 diikuti tahun 1897 oleh hasil penelitian empiris
bukunya itu dalam studi tentang bunuh diri. Sekitar tahun 1896 ia menjadi
professor penuh di Universitas Bordeaux. Tahun 1902 ia mendapat kehormatan
mengajar di Unversitas di Perancis yang terkenal, Sorbonne, dan tahun 1906 ia
menjadi profesor ilmu yang sangat terkenal. The Elementary Forms of Religious
Life, diterbitkan pada tahun 1912. Hasil karyanya yang terkemuka antara lain
:
a. The Social Division of Labor (1893)
b. The Rules of Sociological Method (1895)
c. The Elementary Forms of Religious (1912)
2. The Divison of Labor in Society
The Divison of Labor in Societydisebut sebagai karya klasik pertama
sosiologi. Di dalam karya tersebut, Durkheim melacak perkembangan relasi
modern diantara para individu dan masyarakat.Di Perancis pada masa Durkheim,
ada suatu perasaan krisis moral yang tersebar luas.Revolusi Perancis telah
mengumumkan fokus pada hak-hak individu yang sering mengungkapkan diri
sebagai suatu serangan kepada otoritas tradisional dan keperacayaan-kepercayaan
agamis.
Di dalam karyanya Durkheim mencoba mengkaji suatu gejala yang sedang
melanda masyarakat yaitu pembagian kerja. Durkheim pun menjelaskan bahwa
masyarakat modern tidak dilihat dari kesamaan antara orang-orang yang
melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat
masyarakat dengan memaksa ereka agar dapat tergantung satu sama lain. Tujuan
kajian Durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta
untuk mengetahui faktor penyebabnya.
Masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang
melakukan pekerjaan yang sama. Akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat
masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Solidaritas
menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu maupun kelompok yang
didasarkan peranan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat
oleh pengalaman emosional mereka. Durkheim mengungkapkan bahwa, setiap

masyarakat membutuhkan solidaritas, ia membagi solidaritas mmasyarakat ke


dalam dua tipe utama yakni, solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
Menurut Aguste Comte, banyak dari peristiwa di atas dapat di jelaskan
melalui pembagian kerja yang semakin bertambah. Di dalam masyarakat
sederhana memiliki mata pencaharian yang homogen yaitu bertani. Mereka
mempunyai pengalaman yang sama sehingga memiliki nilai-nilai bersama.
Sebaliknya, di dalam masyarakat modern setiap orang mempunyai pekerjaan yang
berbeda. Setiap individu memiliki tugas yang berbeda dan terspesialisai. Sehingga
mereka tidak memiliki pengalaman bersama. Keberagaman itu menghancurkan
kepercayaan moral yang seharusnya dimiliki oleh suatu masyarakat. Akibatnya,
individu tidak akan berkorban secara sosial pada saat-saat dibutuhkan atau
egoisme. Comte menginginkan agar sosiologi menciptakan suatu pseudo-agama
yang akan mengembalikan lagi kohesi sosial. Dalam derajat yang besar, The
Division of Labor in Societydapat di lihat sebagai suatu penyangkalan atas analisis
Comte (Gouldner,1962). Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja tidak
melambangkan lenyapnya moralitas sosial, tetapi lebih melambangkan jenis
moralitas sosial yang baru.
Tesis The Division of Labor ialah bahwa masyarakat modern tidak di
satukan oleh masyarakat yang homogen tetapi sudah heterogen. Pembagian kerja
itulah yang menarik setiap individu untuk saling bergantung satu sama lain. Telah
tampak bahwa pembagian kerja adalah suatu kebutuhan ekonomis yang merusak
perasaan solidaritas, tetapi menurut Durkheim layanan ekonomis tidak begitu
penting di bandingkan dengan efek moral yang di hasilkan dan fungsi sebenarnya
ialah untuk menciptakan perasaan solidaritas antara dua orang atau lebih.
3. Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik
Pemikiran sosiologis Emile Durkheim tentang pembagian kerja dalam
masyarakat, dianalisis melalui solidaritas sosial. Adapun tujuan analisis tersebut
yaitu untuk menjelaskan pengaruh atau fungsi kompleksitas dan spesialisasi
pembagian kerja dalam struktur sosial dan perubahan yang diakabitkannya dalm
bentuk pokok-pokok solidaritas.Terbentuknya solidaritas sosial dimulai dengan
adanya suatu consensus bersama oleh masyarakat sebagai pemersatu sekelompok
indivdu, karena dalam kesadran kolektif terdapat kebersamaan keyakinan dan
sentimen. Tanppa adanya konsensus atau kesepakatan dasar moral, maka
solidaritas sosial tidak dapat dibentuk dan individu tidak bisa diikat bersama

untuk membentuk suatu kepentingannya masing-masing, maka akan timbul


pertentangan, kekacauan, maupun konflik dalam masyarakat. Solidarita sosial
merujuk pada kekompakan sosial, yaitu hubungan antar individu maupun
kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut
secara bersama oleh kelompok tersebut.
Dalam buku The Division of Labor ini, perhatiannya tertuju pada upaya
membuat anaalisis komparatif mengenai apa yang membuat masyarakat bisa
dikatakan berada dalaam keadaan primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa
masyarakat primitif disatukan oleh fakta sosial non material, khususnya oleh
ikatan moralias bersama, atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif
yang kuat. Tetapi, karena kompleksitas masyarakat modern, kekuatan kesadaran
kolektif itu telah menurun.Ikatan utama dalam masyarakat modern adalah
pembagian kerja yang ruwet yang mengikat orang yang satu dengan oang yang
lainnya dalam hubungan saling ketergantungan.
Durkheim mengkaji masyarakat ideal berdasarkan konsep solidaritas
sosial.Ikatan solidaritas sosial, menurutnya lebih mendasar dari pada huungan
kontraktual yang dibuat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan
serupa itu mengandalkan sekurang-kurangnya satu derajat konsensus terhadap
prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu.
Potret solidaritas sosial dalam konteks masyarakat dapat muncul dalam
berbagai kategori atas dasar karakteristik sifat atau unsur yang membentuk
solidaritas itu sendiri. Veeger, K.J. (1992) mengutip pendapat Durkheim yang
membedakan solidaritas sosial dalam dua kategori :
a. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis ini, terjadi dalam masyarakat yang memiliki ciri khas
keseragaman pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang pekerjaan yang sama
dan kedudukan semua anggota. Apabila nilai-nilai budaya yang melandasi relasi
mereka, dapat menyatukan mereka secara menyeluruh. Maka akan memunculkan
ikatan sosial yang kuat dan di tandai dengan munculnya identitas sosial yang kuat
pula. Individu menyatukan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak ada aspek
kehidupan yang tidak diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama. Individu
melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan pada masyarakat. Karena itu,
tidak terbayangkan bahwa hidup mereka masih dapat berlangsung apabila salah
satu aspek kehidupan di pisahkan dari kebersamaan.

Solidaritas mekanis menunjukan berbagai komponen atau indikator


penting. Contohnya yaitu, adanya kesadaran kolektif yang di dasarkan pada sifat
ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang
sama. Individualitas tidak berkembang karena di hilangkan oleh tekanan aturan
atau hukum yang bersifat represif. Sifat hukuman cenderung mencerminkan dan
menyatakan kemarahan kolektif yang muncul atas penyimpangan atau
pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok sosialnya.
Singkatnya, solidaritas mekanis di dasarkan pada suatu kesadaran
kolektif (collective consciousness) yang di lakukan masyarakat dalam bentuk
kepercayaan dan sentimen total di antara para warga masyarakat. Individu dalam
masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman
tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, politik
bahkan kepercayaan atau agama.
Doyle Paul Johnson (1994), secara terperinci menegaskan indikator sifat
kelompok social atau masyarakat yang di dasarkan pada solidaritas mekanis,
yakni :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pembagian kerja rendah


Kesadaran kolektif kuat
Hukum represif dominan
Individualitas rendah
Konsensus terhadap pola normatif penting
Adanya keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang
Secara relatif sifat ketergantungan rendah
Bersifat primitif atau pedesaan.
Contoh masyarakat solidaritas mekanis dan organis. Yaitu masyarakat

yang memiliki pola pembagian kerja yang sedikit, seperti pada masyarakat desa.
Masyarakat desa memiliki homogenitas pekerjaan yang tinggi misalnya sebagai
petani. Karena kesamaan yang dimiliki oleh masyarakat desa, membuat membuat
kesadaran kolektif antara individu di dalam masyarakat itu sangat tinggi.
Masyarakat desa juga homogenitas dalam hal kepercayaan di bandingkan
masyarakat kota. Homogenitas itulah yang mepersatukan masyarakat desa.
b. Solidaritas Organis
Solidaritas organis terjadi di masyarakat yang relatif kompleks dalam
kehidupan sosialnya namun terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu.
Pada kelompok sosialnya, terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu :

1)
2)
3)

Adanya pola antar-relasi yang parsial dan fungsional


Terdapat pembagian kerja yang spesifik,
Adanya perbedaan kepentingan, status, pemikiran dan sebagainya.
Perbedaan pola relasi-relasi dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan

melalui pemikiran yang membutuhkan kebersamaan serta diikat dengan kaidah


moral, norma, undang-undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal.
Karena itu, ikatan solidaritas tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas pada
kepentingan bersama yang bersifat parsial.
Solidaritas organis muncul karena pembagian kerja bertambah besar.
Solidaritas ini di dasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi.
Ketergantungan ini di akibatakan karena spesialisasi yang tinggi di antara
keahlian individu. Spesialisasi ini juga sekaligus mengurangi kesadaran kolektif
yang ada dalam masyarakat mekanis. Akibatnya, kesadaran dan homogenitas
dalam kehiduan sosial tergeser. Keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu,
munculah ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-idividu
yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Menurut
Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang semula di
dasarkan oleh kesadaran kolektif.
Contoh dalam solidaritas organis ialah perusahaan dagang. Alasan yang
mempersatukan organisasi itu kemungkinan besar ialah motivasi-motivasi
anggotanya. Keinginan mereka akan imbalan ekonomi yang akan di terima atas
partisipasinya, dan di dalam organisasi dagang masing-masing anggotanya akan
merasa tergantung satu dengan yang lain. Misalnya dalam suatu pabrik, ada
kecenderungan orang berada di mesin teknisi, pengawas, penjual, orang yang
memegang pembukuan, sekretaris, dan seterusnya. Semua kegiatan mereka
memiliki hubungan spesialisasi dan saling ketergantungan. Sehingga sistem
tersebut membentuk solidaritas menyeluruh yang berfungsi berdasarkan pada
saling ketergantungan.
Contoh lainnya yaitu dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis, proses
perubahan kepemimpinan di lakukan secara turun temurun dari kepala suku atau
etua adat. Berbeda dengan masyarakat organis proses suksesi kepemimpinan di
lakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat atau individu. Contohnya

seperti pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Indonesia melalui Pemilu
yang melibatkan seluruh warga Negara Indonesia.
Durkheim menekankan adanya kesadaran kolektif dalam masyarakat
organik.Kesadaran kolektif ini sangat berperan untuk menumbuhkan soldaritas
sosial dalam masyarakat, memperkuat ikatan yang muncul dari adanya saling
ketergantungan fungsional yang semakin bertambah.
Menurut Durkheim, solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang
menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial, menurutnya
dibagi menjadi dua yaitu, solidaritas mekanik yang didasarkan pada suatu
kesadaran kolektif bersama yang merujuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan
dan sentiment-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang
sama itu. Sedangkan, yang kedua adalah solidaritas yang muncul dan
ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya
akibat spesialisasi kerja (pembagian kerja).
Doyle Paul Johnson pun secara terperinci menegaskan indikator sifat
kelompok sosial atau masyarakat pada solidaritas organis, yakni;
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pembagian kerja tinggi;


Kesadaran kolektif lemah;
Hukum restitutif/memulihkan dominan;
Individualitas tinggi;
Konsensus pada nilai abstrak dan umum penting;
Badan-badan kontrol sosial menghukum orang yang menyimpang;
Saling ketergantungan tinggi; dan
Bersifat industrial perkotaan
Ini adalah perbedaan antara solidaritas mekanik dan solidaritas sosial :
1.
2.
3.
4.
5.

Solidaritas Mekanik
Pembagian kerja rendah
Kesadaran kolektif kuat
Individualitas rendah
Hukum represif dominan
Konsesnsus terhadap pola-pola

normatif penting
6. Keterlibatan komunitas
menghukum

orang

1.
2.
3.
4.
5.

Solidaritas Organik
Pembagian kerja tinggi
Kesadaran kolektif rendah
Individualitas tinggi
Hukum restitutif dominan
Konsesnsus pada nilai-nilai abstrak

dan umum penting


dalam 6.Badan-badan

kontrol

yang

yang menghukum orang yang menyimpang

menyimpang
7. Saling ketergantungan
7. Saling ketergantungan tinggi
8. Bersifat primif-pedesaan
8. Bersifat industrial perkotaan
c. Hukum Refresif dan Hukun Restitutif
Durkheim menghubungkan persoalan solidaritas organis dengan fenomena
pemberian hukuman atau sanksi. Kuatnya solidaritas organis di tandai oleh
munculnya hukum yang bersifat memulihkan (restitutive) bukan yang bersifat
represif. Kedua model hukum pada prakteknya juga memiliki tujuan yang
berbeda.
Hukum represif yang di jumpai dalam masyarakat mekanis ialah ungkapan
dari kemarahan kolektif masyarakat. Sementara hukum restitutif berfungsi untuk
mempertahankan atau melindungi pola saling ketergantungan yang kompleks
antara sejumlah individu yang memilki spesialisasi tersebut. Karena itu sifat
sanksi yang di berikan kepada individu yang melanggar keteraturan dalam dua
kategori masyarakat ini juga berbeda. Tipe sanksi dalam masyarakat mekanis
bersifat restitutif sebagaimana di kemukan Durkheim: bukan bersifat balas
dendam, melainkan sekedar memulihkan keadaan.
Kemarahan kolektif tidak mungkin terjadi dalam masyarakat dengan tipe
organis, karena masyarakat sudah hidup dengan kesadaran individual bukan
kesadaran kolektif. Sebagai gantinya masyarakat dengan tipe solidaritas organis
mengelola kehidupan secara rasional. Karena itu, bentuk hukumannya pun bersifat
rasional di sesuaikan dengan bentuk pelanggaran tersebut. Pelaksanaan sanksi
tersebut bertujuan untuk memulihkan atau melindungi hak-hak dari pihak yang
dirugikan.
Maka dari itu akan dengan adanya hukuman tersebut akan memulihkan
kondisi ketergantungan fungsional dalam masyarakat. Durkheim menjelaskan
bahwa bentuk solidaritas tersebut terutama dalam masyarakat modern. Pola-pola
restitutif ini nampak dalam hukum dan peraturan-peraturan kepemilikan, hukum
kontrak, perdagangan dan peraturan administratif atau prosedur-prosedur dalam
sebuah institusi masyarakat modern.
Peralihan dari hukum represif menuju hukum restitutif seiring sejalan
dengan semakin bertambahnya kompleksitas dalam masyarakat. Kompleksitas

tersebut berdampak pada pembagian kerja (divison of labor) yang semakin


beragam pula.
d. Normal dan Patologis
Pemikiran Durkheim yang paling kontroversial ialah bahwa sosiolog
mampu membedakan antara masyarakat yang sehat dan patologis. Setelah
menggunakan buku itu di dalam The Division of Labor, Durkheim menulis buku
lain yaitu The Rules of Sosiological Method (1895-1982). Di dalam buku tersebut,
Durkheim mencoba membela ide itu. Dia mengklaim bahwa masyarakat yang
sehat dapat di kenali karena sosiolog akan menemukan kondisi-kondisi serupa di
dalam masyarakat lain pada tahap-tahap yang serupa. Apabila suatu masyarakat
menyimpang dari apa yang di temukan mungkin masyarakat itu patologis.
Ide tersebut bersifat kontroversial sehingga di tentang pada masa itu dan
hanya segelintir sosiolog yang mendukungnya. Namun Durkheim pun tidak lagi
berusaha membela idenya yang kontroversial. Hal itu terbukti dengan prakatanya
untuk edisi ke dua The Rules : Tampaknya tidak berarti bagi kami kembali ke
kontroversi-kontroversi lain yang telah dimunculkan buku ini, karena hal itu tidak
menyentuh hal yang hakiki. Orientasi umum metode itu tidak bergantung pada
prosedur-prosedur yang lebih suka mengklasifikasi tipe-tipe sosial atau
membedakan hal yang normal dari patologis.
Akan tetapi, ada satu ide yang menarik yang di ambil Durkheim dari
idenya itu. Ide yang menunjukan bahwa kejahatan adalah normal (Smith:2008)
ketimbang patologis. Dia berargumen bahwa karena kejahatan di temukan di
setiap masyarakat, kejahatan pastilah normal dan memberikan suatu fungsi yang
berguna. Durkheim mengklaim, kejahatan membantu masyarakat mendefinisikan
dan menggambarkan nurani kolektif mereka.
Di dalam The Division of Labor, dia menggunakan ide patologi untuk
mengkritik beberapa bentuk abnormal pembagian kerja yang di terima di dalam
masyarakat modern. Dia mengenali tiga bentuk abnormal yang mana Durkheim
bersikeras bahwa krisis modernitas oleh Comte dan orang-orang lain di samakan
dengan pembagian kerja, sebenarnya di sebabkan oleh bentuk-bentuk abnormal
yang termasuk dalam pembagian kerja.
e. Pembagian Kerja

Solidaritas akan menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu


atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan moral yang
dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Menurut
Durkehim, fungsi yang sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk
menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih. Pembagian kerja tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Pembagian kerja anomik
Pembagian kerja ini mengacu pada kurangnya pengaturan didalam suatu
masyarakat yang mengenal individualitas yang terisolasi yang menahan diri dari
mengatakan apa yang harus dilakukan orang-orang. Meskipun pembagian kerja
adalah suatu sumber kohesi dalam masyrakat modern, pembagian kerja tidak
dapat menutupi secara keseluruhan kelemahan moralitas bersama.Setiap individu
dapat menjadi terasing dan terbawa di dalam kegiatankegiatan yang
terspesialisasi.Mereka dapat dengan mudah berhenti merasakan ikatan umum
dengan orang-orang yang bekerja dan yang tinggal di sekitarnya, hal itu
memunculkan anomi.
2) Pembagian kerja yang dipaksakan
Pembagian kerja ini dapat menimbulkan konflik dan isolasi serta akan
meningkatkan anomi. Hal ini menunjuk pada norma yang ketinggalan zamandan
harapan-harapan individu, kelompok dan kelas masuk ke dalam posisi yang tidak
sesuai bagi mereka. Durkheim percaya bahwa masyarakat mebutuhkan aturanaturan dan pengaturan untuk mengataka kepada mereka apa yang harus
dilakukan.Bentuk abnormal ini menunjukan sejenis aturan yang dapat
menyebabkan konflik dan pengasingan sehigga menambah anomie.
3) Pembagian kerja yang terkoordinir dengan buruk
Durkheim, kembali mengungkapkan bahwa solidaritas organis berasal
dari saling ketergantungan antar mereka. Jika spesialisasi seseorang tidak lahir
dari saling ketergantungan yang makin meningkat melainkan dalam isolasi maka,
pembagian kerja tidak akan terjadi didalam solidaritas sosial. Apabila
spsesialisasi orang-orang tidak menghasilkan saling ketergantungan yang
mengikat tetapi hanya suatu pengasingan, maka pembagian kerja tersebut tidak
menghasilkan solidaritas sosial.

DAFTAR PUSTAKA
.
Abdullah, Taufik & Der Leeden , A. C. Van. 1986. Durkheim dan Pengantar
Sosiologi Moralitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Garna, Judistira K. 1994. Materi Kuliah Teori-teori Ilmu Sosial. Bandung:
Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi.2012.Teori Sosiologi Klasik. Bandung:
Rizqi Press
Paul Johnson, Doyle.1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Penerbit
PT Gramedia.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soekanto,
Soerjono.1985. Emile
Durkheim:
Aturan-aturan

Metode

Sosiologis. Jakarta: Rajawali.


Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi
Wacana.
Anonim. 2011. Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organis Emile
Durkheim. [online] Tersedia :
http://fisip.uns.ac.id/blog/purwitososiologi/2011/06/13/solidaritas-mekanisdan-solidaritas-organis-emile-durkheim/ (23 September 2015)
Ayyizieta.2012.

Teori

Sosiologi

Klasik

Emile

Durkheim.

[online]

Tersedia :http://ayyizeta.blogspot.com/2012/12/teori-sosiologi-klasik-emiledurkheim.html (23 September 2015)

Anda mungkin juga menyukai