Inilah Sebab Terjadinya Perbedaan Dalam Bidang Politik Dan Pemerintah Di Kalangan Umat Islam
Inilah Sebab Terjadinya Perbedaan Dalam Bidang Politik Dan Pemerintah Di Kalangan Umat Islam
terang
yang
malamnya
bagaikan
siang?.
Rasul-Nya.
Mengapa?.
dalam
dalam
bidang
hal-hal
politik
pokok
dan
agama
pemerintahan,
kata
ini.
Syeikh
akhirnya
mengalami
perbedaan
Pertama,
dalam
persoalan
fanatisme (ashabiyyah)
ini.
Arab
Mengenal. (QS.
Sabda
Al
Hujurat
Nabi
13)
berikut:
ketakwaan.
Pada masa Nabi, rasa fanatisme itu teredam dengan penjelasanpenjelasan di atas. Hal itu berlanjut sampai masa pemerintahan Khalifah
Utsman ibn Affan. Baru pada akhir masa pemerintahannya kekuatan
fanatisme
ini
mulai
bangkit
kembali,
dimulai
dengan
timbulnya
Kedua,
adanya
perebutan
kekhalifahan
pendapat
tentang
masalah
siapa
yang
paling
berhak
firman-Nya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha
Mengenal. (QS.
Al
Hujurat,
49
Sabda
13)
Nabi:
Tidak ada keistimewaan bangsa Arab terhadap bangsa lain kecuali dari
sisi
Dalam
ketakwaannya.
menjawab
kelompok
persoalan
Khawarij,
itu
kaum
Syiah,
Muslimin
terpecah
dan
menjadi
lain-lain.
perasaan
mereka.
Karenanya,
mereka
berpikir
tentang
dzat
itu
sama.
al-Milal
wa
al-Nihalsebagai
berikut:
Sebab pokok keluarnya mayoritas kelompok ini dari agama Islam ialah
adanya anggapan orang-orang Persia bahwa mereka pemilik kerajaan
yang paling luas dan penguasa semua bangsa. Mereka memandang mulia
diri sendiri sehingga menamakan diri mereka sebagai orang-orang
merdeka dan pribumi, sementara semua orang lain adalah hamba
mereka. Ketika kekuasaan mereka diambil alih oleh orang-orang Arab,
yang kekuatannya tidak pernah mereka perhitungkan sama sekali, mereka
merasa sangat terpukul, sehingga selalu berusaha untuk memerangi
Islam. Akan tetapi, dalam setiap usaha itu Allah selalu memenangkan
yang haq. Karenanya, sebagian mereka berpura-pura memeluk Islam
dan Ahl al-Tasyayyu (Partai Ali) berpura-pura mencintai Ahlulbait serta
mencaci maki para penganiaya Ali, kemudian menghukumi mereka
sebagai
orang
Sekalipun
memusatkan
perhatian
kafir.
pada
contoh
Partai
Ali
yang
dan
Keempat,
Mujassimah.
penerjemahan
buku-buku
filsafat
sofistik
yang
terdapat
di
Yunani
dan
Romawi.
rasional
murni.
pemikiran
filosofis
di
kalangan
umat
Islam
dalam
dan
menegasikan
sifat-sifat
Tuhan
serta
tampaknya
termasuk
Keenam,
Para
dalam
kategori
munculnya
pendongeng
muncul
pada
masa
ini.
pendongeng
pemerintahan
Utsman.
Ali
khurafat
dan
cerita-cerita
bohong
ke
dalam
pikiran
lebih
dahulu
mengalami
penyimpangan
dan
perubahan.
Islam.
adanya
ayat-ayat
mutasyabihat
dalam
Allah
Al
Quran
berfirman:
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah
untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata:
"Kami
beriman
kepada
ayat-ayat
yang
mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran
makna-maknanya.
Akibatnya,
mereka
berbeda
pendapat
mengenai tawil yang sebenarnya. Ada pula ulama yang sengaja menjauhi
pentawilan ayat-ayat tersebut dan menyerahkan makna yang sebenarnya
kepada Allah sambil berdoa: Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan
hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat di sisi-Mu. (QS. Ali
Imran:
8)
Kedelapan,
penggalian
hukum
Syari
Sumber asli dan utama dari Syariat Islam ialah Al Quran dan Sunnah
Rasulullah. Nash-nash hukum terbatas, sementara persoalan-persoalan
yang timbul tidak terbatas. Karenanya, untuk menetapkan hukum setiap
persoalan yang baru timbul diperlukan penggalian hukum syari. Hal ini
mengingat nash-nash hanya mencakup hukum-hukum yang universal,
tidak memuat hukum-hukum yang parsial. Setiap penggali hukum syari
menggunakan metode yang berbeda, sesuai dengan pikiran dan logikanya
serta dengan hadits atau atsar sahabat yang diterima dan dipandang
shahih
oleh
masing-masing.
memungkinkan
penggalian
hukum
menjadi
kokoh,
lurus