LATAR BELAKANG
1.1Latar belakang
Sindrom cushing disebabkan hormon kortisol dihasilkan secara
berlebihan. Hormon kortisoldihasilkan oleh kelenjar adrenal . secara
biologinya, kelenjar berbentuk seakan-akan topi ini terdiri daripadadua
lapisan yang dikenali sebagai korteks dan medula. Kelenjar adrenal
menghasilkan antara 30 hingga 50 sebatian steroid atau horman. Tiga hormon
utama yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini ialah hormon kortisol ,
adolseteron dan hormon androgen.
Sindrom cushing pula selalunya terjadi pada kaum wanita. Pesakit
biasanya juga mempunyai masalah darah tinggi. Peningkatan berat badan
dengan rupa bentuk cushingoid .
Punca utama penyakit sindrome cushing adalah adenoma korteks
adrenal, hiperplasia menyeluruh dan kanser kelenjar adrenal. Rawatan
penyakit sindrome cushing ialah dengan merawat puncanya. Tanda penyakit
adalah peningkatan tekanan darah, massa abdomen dan serangan panik.
Ketumbuhan boleh berpunca dari satu kelenjar adrenal, adrenal ekstra atau
kedua-dua kelenjar.
Sindrome cushing juga biasa terdapat pada anjing peliharaan atau
kuda , yang menunjukkan simptom yang sama seperti manusia , dimana ia
kelihatan bulu kriting rapat yang tidak gugur dan kehilangan berat badan.
1.2Rumusan Masalah
2. Bagaimana mekanisme kerja dan regulasi hormone adrenokortikal.
3. Bagaimanakah pathogenesis dan patofisiologi cushing sindrome.
4. Apakah dasar kriteria diagnosis cushing sindrome
5. Bagaimanakah penatalaksanaan cushing sindrome.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada penderita
sindrome cushing.
1.4
Manfaat penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1DEFINISI
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah
yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau
karena pemberian dosis farmakologik senyawa senyawa glukokortikoid.
(Sylvia A. Price; Patofisiologi, Hal. 1088)
Sindrom Cushing adalah sekumpulan tanda dan gejala akibat kadar
glukokortikoid yang terlalu banyak karena hiperfungsi korteks adrenal.
Sindromnya dapat tergantung kortikotropin (ACTH) atau tidak tergantung
ACTH.(Mary baradero,2009)
2.2JENIS JENIS SINDROM CUSHING
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1) Tergantung ACTH : Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat
disebabkan
oleh Hervey
Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai
penyakit cushing.
2) Tak tergantung ACTH: Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi
ACTH, selain itu terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia
hipofisis
2.3ETIOLOGI
1) Pada sindrom cushing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal.
2) Pada sindrom cushing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan oleh hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH.
Terlalu banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh:
a. Hipofisis mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan
b.
pankreas.
3). Pada sindrom cushing iatrogenic, kadarkortisol yang sangat tinggi
sebagai akibat terapi glukokortikoid yang berlangsung lama
2.4PATOFISIOLOGI
Adenoma
Hipofisis
ACTH
Glukokortikoid
d
Kemampuan
sintesis protein
Protein jaringan
menurun
Asam lambung,
pepsin
Glukokortiko
id
Pembentukan
antibody
humoral
menurun
Perlukaan
mukosa
lambung
Lemak tubuh
di Jaringan
adiposa
sistem
kekebalan
tubuh
MK: nyeri
Sentral tubuh
(moon face dll)
MK: Resti
infeksi
Ketidakseimbang
an Elektrolit
Retensi
Natrium
MK:
Kelebihan
Vol.Cairan
Penampilan
chusingoid
MK: G3 citra
tubuh
Kulit
Katabolisme
protein
nutrisi tulang
menurun
Keletihan,
kelemahaan,
osteoporos
is
integritas
kulit
MK:
Intoleransi
Aktivitas
resti
fraktur
MK: risiko
cedera
2.5MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada pasien dengan sindrom
cushing antaralain:
o Obesitas sentral
o Gundukan lemak pd punggung
7
o
o
o
o
o
o
o
o
2.6PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. CT scan Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus
sindro cushing.
b. Pemeriksaan adrenal mengharuskan pemberian kortisol radio aktif
secara intravena
c. Pemeriksaan elektro kardiografi Untuk menentukan adanya
hipertensi (endokrinologi hal 437)
d. Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis
peyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
e. Pengambilan sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar
kortisol, plasma.
f. Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 hiroksikotikorsteroid serta 17
ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam
urine.
2.7PENATALAKSANAAN
a) Farmakologi
Pengobatan tergantung pada ACTH yg tidak seragam. Apakah
sumber ACTH adalah hipofis atau ektopik. Ada dua kelompok
obat yang dapat dipakek, yaitu obat yang bisa mencegah
produksi kortisol (mitotane) dan antagonis serotonin yang bisa
mencegah keluarnya ACTH (Cyproheptadin).
8
Pemberian vitamin A
b) Non Farmakologi
Diet : Kalori, lipid, natrium, dan kolesterol harus dibatasi.
Modifikasi diet untuk pasien dengan DM disesuaikan dengan
kadar gula dalam darah.
Aktivitas : Pasien ini adalah obese, cepat merasa lelah,
mengalami nyeri pada tulang (mungkin ada fraktur patologis),
kelemahan otot (atrofi otot ekstremitas). Oleh karena itu,
kegiatan perlu disesuaikan pada keadaan patologis yang sedang
dialami pasien. Apabila memungkinkan, kegiatan optimal
dianjurkan.
c) Tindakan Pembedahan
Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi
tumor transfenoidal.
Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak
dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi
pada
penderita
dengan
karsinoma/
terapi
pembedahan
2.8KOMPLIKASI
a) Penyakit arteri koroner, terjadi karena hipertensi berat.
b) Infeksi berat, terjadi jika pasien mengalami diabetes melitus dan
mengalami luka, sehingga memungkingkan terjadinya infeksi berat.
c) Penyakit serebro vaskuler (cerebro vascular desease / CVD).
d) Fraktur
BAB III
ANALISA KASUS
KASUS
Ny.C berumur 36 tahun datang ke RS, dengan kondisi klien yang lemah
sehingga harus dipapah, kepala merasa sangat pusing, cepat lelah , wajah
bengkak (moonface), pembuluh darah di bawah kulit klien tampak sangat
jelas. Kulit klien mudah terluka ketika terjadi sedikit goresan.
Klien mengatakan dalam pengobatan penyakit asma sejak tiga tahun
yang lalu dan merasa stress akhir-akhir ini karena ada masalah di kantor.
Klien meminum obat racikan yang diberikan dokter sejak beberapa tahun
terakhir. Karena merasa obat itu cocok, klien selalu membawa obat racikan itu
(dalam kapsul) kemana-mana dan meminumnya setiap sesak nafasnya timbul
tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan dokternya.. Selama ini, kecuali asma,
10
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajian
3.1.1 Data Subyektif
1. Identitas
Nama
: Ny.C
Umur
: 36 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
2. Keluhan utama
: Px mengeluh kepalanya pusing
3. Riwayat Penyakit Sekarang
: Ny. C usia 36 tahun datang ke
rumah sakit dengan keluhan merasa tubuhnya lemas ,semakin
gemuk, akhir-akhir ini wajah timbul jerawat, cepat lelah.,
asmanya juga sering kambuh akhir-akhir ini
11
12
B. Data Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Pemeriksaan
Leukosit
GDS
Kalium
Natrium
Hasil
7.800/mm3
Nilai Normal
5.000-
Interpretasi
Normal
225 mg/dl
3,0 mg/dl
150 md/dl
10.000/mm3
< 200 mg/dl
3,5-5,2 mg/dl
135-145 mg/dl
Meningkat(hiperglikemi)
Menurun(hipokalemi)
Meningkat
(hipernatrium)
Pemeriksaan tambahan:
Darah lengkap
Elektrolit darah seperti Na, K
Kadar gula darah (sewaktu, puasa, post prandial) : untuk mengetahui
adanya DM
Kadar kortisol plasma dan urine 24 jam
Test Supresi Dexametason
Urin lengkap : untuk tahu fungsi ginjal
Pemeriksaan penunjang tambahan :
a) Foto X-ray
tulang
b) Bone Mass Densitometry (BMD)
osteoporosis
c) CT-scan
13
C. ANALISA DATA
Symptom
DS:Px Merasa pusing
DO:
TD:150/90 mmHg
Kalium : 3,0 mg/dl
Na : 150 mg/dl
Poliuria
DS: Px mengeluh ototototnya sangat lemah
dan cepat merasa lelah
DO:
Hasil
kekuatan
otot,
agak
kesulitan
kalau
Etiologi
Glukokortikoid meningkat
Retensi natrium
Penumpukan cairan
Katabolisme protein
Keletihan,kelemahan
Intoleransi aktivitas
Glukokortikoid
Problem
Kelebihan
volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Gangguan Intregitas
kulit
keunguan
3.2Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan Volume Cairan b.d retensi Na+ akibat kortisol dalam darah
meningkat
b) Intoleransi Aktivitas b.d protein jaringan menurun
c) Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan dinding perut tampak
striae berwarna biru keunguan dan bercak kehitaman
d) Gangguan Citra Tubuh b.d Penampilan Chusingoid
3.3Intervensi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium akibat
kortisol dalam darah meningkat
Tujuan: Dalam 2x24 jam volume cairan dalam batas normal
Kriteria hasil : volume cairan stabil, pemasukan dan pengeluaran seimbang,
berat badan stabil, TTV rentang normal
Intervensi
Rasional
Menunjukan status volume sirkulasi,
Observasi masukan dan pengeluaran,
terjadinya perbaikan atau perpindahan
catat keseimbangannya.
cairan, peningkatan BB sering
Timbang berat badan tiap hari
menunjukkan retensi cairan lanjut
Peningkatan tekanan darah biasanya
berhubungan dengan kelebihan volume
Pantau tekanan darah
vaskuler
Observasi derajat perifer atau sentral Perpindahan cairan pada jaringan
yang mengalami edema dependen
derajat
edema
yang
koloid
tekanan
plasma,
serum
osmotic
mengakibatkan
pembentukan edema
Batasi natrium dan cairan sesuai Natrium mungkin dibatasi
untuk
indikasi
area ekstravaskuler
Menekan produksi kortisol sehingga
sintesis protein dapat ditingkatkan,
mengurangi retensi natrium, edema
dapat diminimalisir
Rasional
Menurunkan
permintaan
untuk
acuan
untuk
menurunkan
kadar
kortisol
Latih klien untuk bergerak secara Perlu dilatih untuk meningkatkan
bertahap dari posisi berbaring, miring kekuatan otot klien dan menilai
16
ke kanan dan ke kiri dilanjutkan posisi sejauh mana gerakan yang dapat
duduk, berdiri dan berjalan
Tindakan kolaboratif pemberian obat
dilakukan
Menekan produksi kortisol sehingga
sintesis protein dapat ditingkatkan,
mengurangi retensi natrium, edema
dapat diminimalisir
3.4
Tgl
Diagnosa
27/04/201 Kelebihan
5
Implementasi
Tgl
1. Mengobserva 27/04/2015
volume
si
cairan
dan
berhubunga
pengeluaran,
catat
dengan
retensi
natrium
akibat
kortisol
dalam
darah
meningkat
masukan
mengatakan
O
merasa pusing.
:kondisi umum
lemah
TD :140/90 mmHg
N :100x/menit
S :37C
RR :20x/menit
A
:kelebihan
keseimbanga
n.
2. Memantau
tekananan
darah.
3. Melakukan
volume cairan
:intervensi
dilanjutkan
Mengobservas
kolaborasi
dengan
Evaluasi
: pasien
tim
i
Kolaborasi
medis dalam
pemberian
dalam
obat.
pemberian
obat
28/04/201 S : pasien mengatakan
5
pusing
sedikit
berkurang
O
: keadaan umum
mulai membaik
17
TD : 120/90 mmHg
N : 100x/menit
S : 37C
RR : 20x/menit
A
: pusingmulai
berkurang
: intervensi
dilanjutkan
Observasi TTV
Kolaborasi
dengan
medis
tim
dalam
pemberian obat
29/04/201 S : pasien mengatakan
5
pusing
sudah
berkurang
: keadaan umum
O
TD
N
S
RR
A
P
mulai membaik
: 120/90 mmHg
: 100x/menit
: 37C
: 20x/menit
: pusing berkurang
: intervensi
dilanjutkan
Observasi TTV
Kolaborasi
dengan
medis
tim
dalam
pemberian obat
18
BAB IV
PENUTUP
4.1
. KESIMPULAN
Hipotalamus mensekresi CRF, yang mengatur sekresi ACTH oleh
hipofisis anterior. ACTH kemudian akan merangsang korteks adrenal
menghasilkan hormone adrenokortikal. Adanya desakan massa tumor di
hipofisis dalam sela tursika mengakibatkan pasien merasa pusing. Wajah
moon face diakibatkan adanya penumpukan lemak khas gejala Cushing
Sindrom. Striae dan lemah yang dirasakan pasien terjadi akibat mobilisasi
protein dari jaringan otot. Amenore dan rambut yang tumbuh berlebih adalah
konsekuensi dari berlebihnya sekresi adrenal. Hiperpigmentasi terjadi karena
meningkatnya sekresi ACTH yang juga menentukan pembentukan melanin.
Sifat retensi Na yang juga dimiliki oleh kortisol menyebabkan terjadi
hipertensi pada kasus hiperkortisisme.
Diagnosis Cushing Sindrom didasarkan pada gejala-gejala klinis, hasil
pemeriksaan CT Scan, dan dexamethason- test.
Penatalaksanaan primer Cushing Sindrom adalah dengan tindakan operasi
tumor hipofisis atau pengangkatan kelenjar adrenal. Sedangkan pilihan kedua
adalah dengan obat obatan.
19
4.2
SARAN
Sebaiknya pasien menjalani operasi pengangkatan tumor hipofisis dahulu,
kemudian mungkin juga dapat dikombinasikan dengan obat obatan
penghambat sintesis hormone adrenokortikal.
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A. Price. 1994. Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Baradero, Mary, dkk. 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC
20