Anda di halaman 1dari 10

A.

IMUNISASI
Sejarah imunisasi telah dimulai lebih dari 200 tahun yang lalu, sejak Edward
Yenner tahun 1798 pertama kali menunjukkan bahwa dengan cara vaksinasi dapat
mencegah penyakit Cacar.1 Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun
1956. Saat itu digelar imunisasi Cacar. Sekitar 17 tahun berselang, pemerintah
mulai melakukan imunisasi BCG untuk Tuberkulosis, disusul imunisasi TT pada
ibu hamil setahun kemudian. Pada tahun 1976, diadakan imunisasi DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus) pada bayi. Pada tahun 1977, WHO mulai menetapkan program
imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Immunization.
Sejak tahun 1981, mulai dilakukan imunisasi Polio, Campak, dan Hepatitis.
1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit .1 Ada pun pengertian imunisasi menurut sumber lain yaitu salah
satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh
yang dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai
standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata
rantai penularan.2
2. Jenis imunisasi
Ada dua jenis imunisasi, yaitu iminisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi aktif, tubuh sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah
adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh.

b. Imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif diperoleh karena suntikan atau
pemberian dari luar tubuh .3
3. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok mayarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi Cacar Variola.1
4. Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuh secara spesifik dibagi menjadi dua golongan yaitu
imunitas spesifik dan imunitas non spesifik (innate immunity atau natural
imunity).
a. Daya tahan tubuh non spesifik
Daya tahan tubuh non spesifik ini ada sebelum manusia dilahirkan dan sebelum
tubuh kontak dengan mikroorganisme. Adapun faktorfaktor yang menentukan
daya tahan tubuh tersebut adalah :
1) Barier fisiko kimia berupa kulit, mukosa dan cairan sekresi;
2) Substansi bakterisidal jaringan dan cairan tubuh, misalnya lisozim (enzim
bersifat mukolitik dan ditemukan di dalam sel leukosit, dapat melisiskan
bakteri gram positif);
3) Selsel fagosit, seperti makrofag (monosit, histiosit) dan sel leukosit;
4) Temperatur tubuh; komponen bakteri dapat menyebabkan demam dan hal ini
dapat dianggap sebagai daya protektif tubuh nonspesifik;

5) Interferon, suatu zat antivirus nonspesifik yang dihasilkan oleh suatu tubuh
sebagai reaksi terhadap virus .
Walaupun daya pertahanan tubuh non spesifik ini cukup penting dan bermakna,
namun berbagai pengalaman para ahli di klinik telah membuktikan bahwa tanpa
adanya imunitas yang spesifik dan didapat, belum dapat menjamin adanya
kesehatan yang sempurna .4
b. Daya tahan tubuh spesifik
Komponen sistem imunitas spesifik ini, ialah imunitas humoral (humoralmediated immunity) yang dibawa oleh antibodi. Sedangkan yang kedua, imunitas
selular (cel-mediated immunity) yang dibawakan oleh selsel fagosit (monosit,
leukosit, dan lain lain). Kedua sistem ini dibentuk dari sistem hemopoietik stem
cell, suatu sumber yang sama seperti untuk selsel darah merah.
Dalam perkembangan dan diferensiasi stem cell selanjutnya menjadi selsel
limfoid, dan akan dipengaruhi oleh gut associated lymphoid tissues(GALT),
sehingga sel tersebut akan menjadi selsel limfosit yang kompeten sebagai
mediator imunitas humoral. Sel semacam ini dikenal dengan nama limfosit B.
Sebaliknya apabila stem cell tersebut dipengaruhi oleh kelenjar timus atau timosin,
maka selsel limfoid akan berkembang dan berdiferensiasi menjadi sel limfosit
yang kompeten sebagai mediator imunitas selular. Sel ini dikenal dengan nama
limfosit T. Limfosit B bertugas memproduksi antibodi sedangkan limfosit T
bertugas melepaskan zat limfokin. Akan tetapi keduanya
dalam

menghadapi antigen asing.4

dapat bekerjasama

5. Respon imun
Dilihat dari beberapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam
respon imun, yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.
a. Respon imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama
kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respon imun primer
ini adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respon imun
sekunder, demikian pula dengan afinitasnya. Waktu antigen masuk sampai
timbul antibodi lebih lama dibandingkan dengan respon imun sekunder.
b. Respon imun sekunder antibodi yang dibentuk terutama adalah IgG dengan
titer dan afinitasnya lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding
respon imun primer karena sel memori yang terbentuk pada respon imun
primer akan cepat mengalami tranformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi
menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi.1
B. VAKSIN
1. Pengertian
Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan
dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme patogen .1
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa
sehingga patogenitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung
sifat antigenitasnya .1

2. Jenis vaksin

Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :


a) Vaksin hidup annuated; vaksin ini dibuat dari virus atau bakteri liar
penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (annuated) di
laboratorium,

biasanya

dengan

pembiakan

berulang.

Agar

dapat

menimbulkan respon imun, vaksin hidup annuated harus berkembangbiak di


dalam tubuh resipien.
b) Vaksin inactivated; vaksin ini dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri
atau virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak
aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin).
Vaksin inactivated dapat diberikan saat antibodi berada di dalam sirkulasi
darah (misalnya pada bayi, menyusul penerimaan antibodi yang dihasilkan
darah).
C. IMUNISASI TETANUS TOKSOID
1. Pengertian
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi Tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.5

Imunisasi untuk pencegahan terhadap Tetanus dilakukan melalui tahapan


tahapan tertentu sesuai dengan kelompok umur, imunisasi DPT diberikan pada
bayi umur 211 bulan sebanyak 3 kali dengan selang waktu minimal 4 minggu.
Selanjutnya imunisasi DT diberikan pada anak umur 6 -7 tahun (kelas 1 SD)
sebanyak 1 kali sebagai imunisasi ulang yang diperhitungkan sebagai TT3.
Imunisasi TT diberikan kepada anak sekolah kelas 2 dan 3 SD masingmasing
diberikan sebanyak 1 kali. Terakhir imunisasi TT diberikan pada WUS, ibu
hamil dan calon pengantin .6
2. Manfaat
a. Melindungi bayi yang baru lahir dari TN;
b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan Tetanus apabila terluka.
3. Vaksin Tetanus
Pada penyakit Tetanus dikenal 2 jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah Toksoid
Tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Vaksin ini untuk memberian kekebalan aktif terhadap Tetanus.
Vaksin ini mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi
kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat. vaksin ini diberikan secara intramuskular
atau subkutan dalam yang terdiri dari 2 dosis primer dengan dosis pemberian
0,5 ml dengan interval 4 minggu.

Ada 3 macan kemasan vaksin tetanus yaitu bentuk kemasan tunggal,


kombinasi dengan vaksin Difteria (vaksin DT), atau kombinasi dengan
difteria dan pertusis (vaksin DPT). Sedangkan ATS (Anti Tetanus
Serum) dapat dipakai untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan penyakit Tetanus.3
4. Kekebalan vaksin Tetanus terhadap tubuh
Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar
90 95%
.3 Antibodi yang terbentuk pada tubuh ibu selain memberi
perlindungan pada ibu juga memberikan perlindungan pada bayi yang
akan lahir. Plasenta meneruskan antibodi tetanus (IgG) ke bayi dan
melindungi bayi terhadap kemungkinan masuknya toksin dari luka tali
pusat atau luka ditempat lain yang tercemar spora tetanus. Kekebalan
optimal terjadi pada ibu bila jarak antar 2 dosis lebih panjang dan
jumlah antibodi yang masuk ke bayi akan memberikan titer setinggi
titer ibu bila jarak antara 2 dosis kedua dengan kelahiran mencapai 60
120 hari.6
Tabel 2.1.Jadwal Pemberian Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur.
imunisasi
TT WUS

Pemberian
imunisasi
TT1

Selang
waktu
Masa
pemberian minimal
perlindungan

TT2

1bulan setelah TT1

3 tahun

TT3

6 bulan setelah TT 2

5 tahun

TT4

1 tahun setelah TT 3

10 tahun

TT5
1 tahun setelah T4
25 tahun
Sumber : KepMenKes NO.1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi dalam Petunjuk Teknis Imunisasi
TT, 2005.

Tabel 2.2.Jadwal Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil dan Calon Pengantin6
Sasaran

Jumlah
vaksinasi

Ibu Hamil

2x

2x

Selang waktu
pemberian
minimal

Saran

Bila ibu hamil pernah mendapat


imunisasi TT 2x pada waktu catin
atau pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat imunisasi TT 1x.

4 minggu

Bila
ibu hamil belum pernah
divaksinasi
TT,
diberikan 2x
selama kehamilan.
Bila
pada
waktu
kontrak
berikutnya (untuk pemberian TT2)
ibu sudah bersalin, TT2 tetap
diberikan
dengan
maksud
memberikan perlindungan untuk
kehamilan selanjutnya.

Calon
pengantin
wanita

2x

4 minggu

Sebelum akad nikah (waktu


melapor atau waktu menerima
nasehat perkawinan).

5. Waktu pemberian
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat
interval minimal antardosis TT yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dan jadual
pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin terdapat pada tabel
2.2.

6. Keefektifan vaksin Tetanus Toksoid.


Kekebalan optimal pada ibu didapat bila jarak antara dua dosis lebih panjang.
Jumlah antibodi yang masuk kedalam tubuh bayi akan memberikan titer
setinggi titer antibodi ibu bila jarak antara dua dosis dengan jarak kelahiran
mencapai 60-120 hari.6
Pada penelitian Syafril Sanusi (1984) dalam skripsi Sukmara (2000)
menyimpulkan titer rata-rata antibodi ibu dengan interval 35-96 hari lebih
memberikan proteksi dibandingkan dengan titer rata-rata antibodi ibu dengan
interval 28-31 hari.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh interval antara vaksinasi ke-2 dengan persalinan
yang terlalu pendek. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai maksimal pada
trimester akhir kehamilan. Oleh karena itu, vaksinasi TT diberikan segera
mungkin dan lengkap pada usia kehamilan 7 bulan.6
7. Efek samping
Dalam buku pedoman imunisasi TT pada WUS, vaksin TT adalah vaksin yang
aman dan tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya. Meskipun
demikian imunisasi TT jangan diberikan kepada :
1. WUS dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya;
2. WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut
dapat diimunisasi segera setelah sembuh.

Vaksin TT tidak berbahaya bagi WUS hamil dan dapat diberikan pada berbagai usia kehamilan.
WUS hamil tetap diberikan imunisasi sesuai dengan interval dari status imunisasinya.
Daftar Pustaka
1. Ranuh,I.G.N, dkk. Pedoman imunisasi di Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Satgas imunisasi
ikatan dokter anak Indonesia, 2008.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 Tentang
Pedoman Penyelengaraan Imunisasi.
3. Wahab, A Samik. Sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. Jakarta : Widya Medika, 2002.
4. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu kebidanan edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2002.
5.

Idanati, R., 2005. Analisis Faktor yang Mempengaruhi KinerjaPetugas Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) Ibu Hamil di Kota Madiun. Available from:
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-2-2005-idanatiruk-1328&PHPSESSID
=6ce6b123e7a82bf1c96610203047eb13.diakses pada tanggal 11 Maret 2016 jam 23.28.

6.

Sukmara, Uus. Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi tetanus toksoid ibu hamil
di puskesmas sukamanah kabupaten bogor tahun 2000, tesis Program Pasca Sarjana FKM
Program Studi epidemiologi kekhususan epidemiologi lapangan Universitas Indonesia, 2000

Anda mungkin juga menyukai