Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGI (RKG) 1

FILM TERBALIK

Oleh:
Nadia Tiara Putri (04091004020)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

A. Pendahuluan
Orang yang pertama kali menggunakan radiografi adalah W.G.Morton di
Amerika pada tahun 1896, kemudian Edmund Kells adalah dokter gigi pertama
yang menganjurkan penggunaan radiografi secara rutin pada praktek dokter gigi.
Radiografi dapat menjadi dasar rencana perawatan dan mengevaluasi perawatan
yang telah dilakukan. Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang
tidak terlihat pada pemeriksaan klinis.1,2,3
Kegunaan foto Rontgen gigi yaitu:1,2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk mendeteksi lesi.


Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.
Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut.
Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.
Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.
Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.
Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu.
Hasil foto radiografis yang baik harus memenui syarat :1,2

1. Kontras, detail, dan ketajaman foto radiografis harus baik, setiap struktur
anatomis dapat dibedakan dengan jelas, misalnya perbedaan email, dentin,
kamar pulpa, saluran akar, lamina dura, dan tulang penyangga disekitarnya
serta struktur anatomis lainnya yang penting untuk diinterprestasikan
2. Seluruh objek yang diperiksa dapat tampak secara keseluruhan dengan jelas pada
film radigrafis yang dihasilkan.
3. Bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan
bentuk, misalnya pada film radiografis intra oral proyeksi periapikal, tonjol
bukal - palatal atau bukal - lingual terletak pada satu bidang (berhimpit).
4. Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental harus
tampak jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal.

Pada pembuatan foto radiografis teknik intra oral atau ekstra oral ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mendapat hasil foto radiografis

yang baik. Dalam radiologi kedokteran gigi, mayoritas kegagalan diakibatkan


oleh beberapa penyebab yang dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:2,3,4
1. Kegagalan pada operator (radiographer), pasien, dan dokter gigi.
a. Operator (radiographer)
Dalam peraturan pemerintah no. 11 tahun 1975 tentang persyaratan suatu
instalasi atom, dikatakan bahwa suatu instalasi atom harus memiliki tenaga-tenaga
yang cakap dan terlatih. Oleh sebab itu operator/radiographer harus memiliki dan
menguasai kemampuan teknik pemotretan yang baik juga memperoleh pendidikan
resmi dari Departemen kesehatan atau BATAN tentang Keselamatan Kerja dan
Proteksi Radiasi.
Kesalahan yang disebabkan oleh kecerobohan operator pada waktu
pemotretan seperti:
1. Superimposed
Gambar radiografis tumpang tindih dengan gambaran selain gigi dan
struktur anatomis disekitarnya, karena kelalaian operator memeriksa
kesiapan pasien sebelum melakukan pemotretan. Gambaran tumpang tindih
ini antara lain dapat berupa gambaran kacamata, cengkraman gigi tiruan
lepasan,gigi tiruan kerangka logam, atau kawat alat orthodonsi. Pada teknik
periapikal, pasien menahan film dengan jari apabila jari pasien pada daerah
yang terkena sinar- X primer selama pemotretan akan tampak gambaran
radiografis tulang jari tangan.
2. Double expose
Film yang telah dipakai, sebelum dicuci dipakai lagi untuk pemotretan
pasien lain (film dipakai dua kali pemotretan), sehingga akan tampak dua
gambaran radiografis pasien yang berbeda pada satu film.
3. Sidik jari tangan
Gambaran sidik jari ini terjadi karena operator melakukan pencucian
tanpa menggunakan clip film langsung dipegang oleh operator. Sehingga
pada waktu pencucian dalam developer, gambaran sidik jari operator akan
tercetak pada film radiografis yang dihasilkan.

b. Pasien
Pemotretan pada pasien anak kadang-kadang sulit dilakukan, karena ada
rasa takut yang berlebihan. Pasien sering bergerak atau merontah pada waktu
pemotretan. Pasien lanjut usia juga kadang-kadang sulit dilakukan pemotretan,
karena pasien tidak dapat diam atau tremor yang mungkin terjadi. Pada pasienpasien ini dapat terjadi double image.
Bentuk anatomis rahang sempit dan palatum dangkal dapat menyebabkan
tidak seluruh struktur yang akan diperiksa dapat terproyeksi dengan utuh
(terpotong). Sedangkan gigi yang berjejal atau pada gigi impaksi dapat terjadi
tumpang tindih satu gigi dengan gigi geligi disekitarnya. Pasien dengan refleks
muntah tinggi juga dapat menyulitkan pemotretan. Terutama pemotretan region
posterior rahang atas dan rahang bawah.
c. Dokter gigi
Pengetahuan, ketelitian dan keterampilan dokter gigi juga mempengaruhi
foto radiografis yang dihasilkan. Kelalaian dokter gigi pada waktu menulis surat
rujukan , misalnya salah menulis elemen gigi atau region, tidak menulis maksud
tujuan pemeriksaan radiografis atau regio, tidak menulis maksud tujuan
pemeriksaan radiografis atau tidak menulis diagnose sementara berdasarkan
pemeriksaan radiografis sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis
sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis yang dihasilkan tidak
sesuai dengan yang dimaksud atau diharapkan.
2.

Kesalahan dalam teknik

Kesalahan dalam teknik dapat diakibatkan oleh beberapa penyebab, seperti:


a. Pengaturan posisi kepala penderita
Kesalahan pengaturan posisi kepala penderita pada teknik intra oral (terlalu
menunduk atau menengadah) menyebabkan kesulitan menentukan posisi tube
(penentuan sudut vertical dan horizontal) atau menyebabkan tidak tercakupnya
daerah yang akan diperiksa (terpotong) pada foto radiografis yang dihasilkan.
Sedangkan pada teknik ekstra oral kesalahan pengaturan posisi kepala penderita
dangat berpengaruh terhadap foto radiografis yang dihasilkan. Kesalahan berupa

objek yang dituju tumpang tindih dengan struktur anatomis lain sehingga tidak
terproyeksi dengan baik atau terjadi gambaran radiografis yang terpotong.
b. Peletakan film
Kesalahan dalam meletakan seperti letak film terlalu dekat dan vertical
angulation terlalu datar sehingga dapat mengakibatkan terpotongnya gambar pada
bagian apikal dan tidak semua bagian yang dibutuhkan terlihat. Selain itu,
peletakan film terbalik juga dapat mengakibatkan kegagalan radiografi. Kesalahan
dalam meletakan film juga berakibat pada perubahan bentuk pada hasil foto
seperti pemendekan, pemanjangan, perubahan dimensi, perubahan bayangan,
akar-akar kabur, dan pembesaran.
3.

Kesalahan dalam processing

Kesalahan dalam processing dapat berakibat pada rusaknya gambaran film,


seperti:
a. Gambaran film terlalu terang, hal tersebut diakibatkan oleh underprocessed,
waktu proses developing terlalu pendek, dan temperatur developer lebih
rendah dari rekomendasi.
b. Gambaran terlalu gelap, hal tersebut diakibatkan oleh over-developing,
temperatur developing solution terlalu tinggi, film ditinggalkan dalam
developer terlalu lama.
c. Partial image, hal tersebut diakibatkan oleh kegagalan dalam mengaduk
larutan developer dan larutan dalam tangki fiksasi tidak mencukupi.
d. Fogged film, hal tersebut diakibatkan oleh kesalahan pada sinar (kebocoran
sinar dalam ruang gelap atau film terpapar lampu pengaman terlalu lama),
radiasi (proteksi film dari radiasi tidak cukup),

kimiawi (temperatur

developer terlalu tinggi dan developer terkontaminasi), dan kerusakan film


(temperatur tempat penyimpanan terlalu tinggi dan film kadaluwarsa).
e. Artefak film, hal tersebut diakibatkan oleh penanganan film yang kasar,
cetakan sidik jari, dan goresan giresan sinar.
f. Film tergoresatau tercoret, hal tersebut biasanya diakibatkan oleh
penanganan yang tidak hati-hati.
g. Gelembung udara, hal tersebut diakibatkan gelembung udara terjebak pada
permukaan film, menghalangi pembentukan emulsi secara merata.

h. Retikulasi, ini adalah suatu retakan emulsi film yang disebabkan karena
perbedaan yang besar pada temperatur larutan pemrosesan.
B. Film
Image receptor yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi adalah film
radiografi. Film radiografi terdiri dari dua tipe, yaitu:
1. Direct action atau non-screen film (kadang-kadang disebut sebagai paket
film).
2. Indirect action atau dengan menggunakan screen film, disebut demikian
karena digunakan dengan kombinasi dengan intensifying screens dalam
kaset. Jenis film ini sensitif terutama untuk foton cahaya, yang mana
dipancarkan oleh intensifying terdekat.
Keuntungan intensifying screens dan indirect action adalah respon exposure
sinar x lebih pendek, yang memungkinkan dosis radiasi yang diberikan pada
pasien lebih rendah. Namun hal tersebut menyebabka kualitas gambar rendah.
1.

Direct action atau non-screen film

Penggunaan

Film ini biada digunakan untuk radiografi intraoral yang membutuhkan kualitas
gambar yang sangat baik dan detail anatomi

Ukuran

Berbagai ukuran film yang tersedia, meskipun hanya tiga biasanya digunakan
secara rutin

31 x 41 mm periapical
22 x 35 mm bitewing
57 x 76 mm oklusal

Gambar 1. Jenis ukuran film direct action yang tersedia. A. Film periapikal atau
bitewing (kecil). B. Film periapikal atau bitewing (besar). C. Film oklusal.

Isi paket film

Film dikemas dalam satu paket yang terdiri dari:


1. Pembungkus luar dari plastik lunak untuk melindungi dari cairan uang
dapat mengkontaminasikan film misalnya masuknya saliva.
2. Sisi paket yang menghadap sinar X memiliki permukaan yang halus
atapun kasar dan biasanya berwarna putih.
3. Sisi sebaliknya biasanya terdiri dari dua warna dan warna yang berbeda
dan menunjukan kecepatan film yang berbeda.
4. Kertas hitam dikedua sisi film: untuk melindungi dari cahaya yang dapat
merusak film.
5. Thin lead foil diletekan dibelakang film.
6. Sheet of lead foil yang mengandung pola embossed sehingga paket harus
ditempatkan secara benar agar tidak menyebabkan film underexposed.

Gambar 2. Kandungan paket film. A. Bagian luar wrapper. B. Film. C.Lembaran


lead foil. D. Kertas hitam pelindung.

Struktur cross-sectional dan komponen film radiografi terdiri dari empat


komponen:
-

Plastic base, dibuat bening dan transparan dari asetat selulosa yang
bertindak sebagai dukungan untuk emulsi tetapi tidak memberikan pengaruh

ke hasil gambar.
Lapisan tipis perekat yang mengfiksasi emulsi ke base.

Emulsi di kedua sisi base yang mengandung kristal perak halida (biasanya
bromida) dan tertanam dalam matriks gelatin. Foton sinar x peka terhadap
kristal perak halida, merka saling berbenturan dan nantinya terbuang
sebagai black metallic silver dalam developer.
Lapisan pelindung dari gelain bening untuk melindungi emulsi dari

kerusakan mekanis.

Gambar 3. Gambaran menunjukkan struktur cross sectional dari double emulsion.


Film memiliki titik embossed pada satu sudut yang digunakan sebagai
orientasi. Posisinya ditandai pada belakang paket atau dapat dirasakan dengan
munculnya titik di bagian depan, Sisi film dimana titik muncul selalu diletakan
menghadap sinar X. Ketika film dipasang, titik yang muncul menghadap
menghadap kearah operator dan film kemudian diatur sesuai anatomi.
2. Indirect action film

Penggunaan

Kombinasi film atau screen digunakan sebagai gambar detector karena dapat
mengurangi dosis radiasi kepada pasien (terutama apabila kebutuhan gambar yang
detail tidak dibutuhkan). Proyeksi ekstraoral, seperti:
-

Oblique lateral radiographs


Seluruh radiografi tengkorak
Dental panoramic tomographs
Semua radiografi medis rutin
Intraoral, vertex occlusal radiograph
Konstruksi film indirect action
Tipe film seperti ini hampir sama dengan film direct action, poin penting

yang harus di perhatikan :

Emulsi perak halida didesain untuk sensitif terutama terhadap cahaya


ketimbang sinar X

Emulsi yang berbeda didesain sensitif terhadap warna cahaya yang berbeda
dipancarkan oleh berbagai jenis intensifying screens.

C. Film Terbalik
Sisi film yang seharusnya menghadap sinar malah terbalik menjadi sisi yang
paling belakang terkena sinar X. Sedangkan sisi yang seharusnya paling belakang
terkena sinar X menjadi sisi yang paling terdepan terkena sinar X. Sisi yang
paling belakang atau sisi yang tertutup dalam bungkusan film menghadap ke sinar
X.

Gambar 4. Gambar bagian atas adalah sisi yang tidak terekspos, sedangkan
bagian bawah sisi yang terekspos
Pada keadaan yang benar, seharusnya sinar X mengahadap ke bagian dari
film yang memiliki pola halus. Apabila sisi film terbalik maka bagian film yang
memiliki pola embossed yang terpapar sinar X. Sinar X di serap sebagian oleh
timbal, sehingga terlihat karakteristik seperti pola jalur ban atau tulang ikan
haring (herringbone) pada film. Oleh karena itu film nampak terang, kurang
pemaparan, dan berkabut. Berikut gambaran hasil foto rontgen dengan letak film
terbalik sewaktu di tempatkan dalam mulut pasien.

Gambar 1. Gambaran hasil foto radiografi yang salah akibat letak film
terbalik sewaktu ditempatkan dalam mulut pasien.5

Gambar 2. Gambaran hasil foto radiografi yang salah akibat letak film
terbalik sewaktu ditempatkan dalam mulut pasien.6

Daftar Pustaka
1. Trelia B. Dental radiologi: prinsip dan teknik. Medan: USU Press ; 2009. p.
1-5.
2. Langland OE, Langlais RP, Preece JW. Principles of dental imaging.
Philadelphia : Lippincott williams & Wilkins ; 2002. p. 164-7.

3. Phinney DJ, Halstead JH. Delmars dental assisting comprehensive


approach. New York : Thomson learning ; 2004. p. 366
4. Dofka CM. Competency skills for the dental assistant. New York : Delmar
Publisher ; 1996. p. 298.
5.

Langlais RP, Kasle MJ. Latihan membaca foto rongga mulut. Djaya A, alih
bahasa. Jakarta : Hipokrates ; 1996. p. 30.

6.

http://www.dentalcare.com/en-US/dental-education/continuingeducation
/ce137/ce137.aspx?ModuleName=coursecontent&PartID=3&SectionID=-1

7.

Whaites E, Cawson RA. Essenstials of dental radography and radiology.


London : Elsevier; 2003. p. 38-41

Anda mungkin juga menyukai