Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA

DI PUSKESMAS WONOSARI I

Disusun oleh:
ARDHITAPRAMESTI AVIANTI HANDOKO PUTRI 20110310002
MAHARANI PRIMASTUTI ARGANIST 20110310020

Pembimbing: dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.Kj


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. PROFIL PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS WONOSARI


I
Puskesmas Wonosari I berlokasi di Jalan Baron Km 2, Desa Karangrejek,
Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi ini membuat Puskesmas Wonosari I terjangkau dan
cukup mudah diakses. Puskesmas Wonosari I memiliki wilayah kerja seluas 42,41
km2 di Kecamatan Wonosari, meliputi 7 desa dan 43 dusun. Untuk menjalankan dan
memaksimalkan pelayanan kesehatan, Puskesmas Wonosari I memiliki 6 Puskesmas
Pembantu dan 45 Posyandu.
Sumber Daya Manusia Puskesmas Wonosari I terdiri dari 38 orang yang terdiri
dari 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 2 kesehatan masyarakat, 9 bidan, 7 perawat umum,
2 perawat gigi, 1 apoteker, dan staf pendukung lainnya. Puskesmas Wonosari I
memiliki program untuk meningkatkan kualitas SDM seperti pendidikan dan
pelatihan yang diikuti karyawan. Pelatihan yang sudah dilaksanakan dan diikuti
antara lain PPGD, PPGD kebidanan, ACLS, ATLS, pendidikan D3 keperawatan,
pendidikan S2 kedokteran umum, Diklat komputer, keuangan, serta kearsipan.
Khusus mengenai pelayanan kesehatan jiwa, Puskesmas Wonosari I memiliki
penanggung jawab program kesehatan jiwa yaitu Bapak Riswanto, S.Kep. Program
kesehatan jiwa meliputi PHN (Public Health Nurse) dan pelaporan gangguan jiwa.
Public Health Nurse adalah kegiatan perawatan kesehatan masyarakat dengan

melakukan kunjungan rumah/home visit ke rumah pasien. Pasien yang diutamakan


adalah pasien pasca pasung. Penanganan yang dilakukan meliputi edukasi keluarga,
edukasi warga, serta pemberian obat injeksi.
Ketersediaan obat psikotropika Puskesmas Wonosari I
1. Amitriptilin HCl tablet salut 25 mg
2. Diazepam 10 mg / 2,5 ml lar rectal (Stesolid)
3. Diazepam injeksi 5 mg/ml - 2 ml
4. Diazepam tablet 2 mg
5. Diazepam tablet 5 mg
6. Fluoxetin 10 mg kapsul
7. Haloperidol tablet 0,5 mg
8. Haloperidol tablet 1,5 mg
9. Haloperidol tablet 5 mg
10. Klorpromazin HCl injeksi 25 mg/ml - 2 ml
11. Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg
12. Klorpromazin HCl tablet salut 25 mg
B. PENGALAMAN DOKTER MUDA DI PELAYANAN KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS WONOSARI I
Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, program kesehatan jiwa di
Puskesmas Wonosari I meliputi PHN (Public Health Nurse) dan pelaporan gangguan
jiwa. Program pelaporan gangguan jiwa berjalan dengan baik, di mana sebagai dokter
muda, kami diberi kesempatan melakukan pengelolaan pasien secara langsung. Kami
bertugas melakukan anamnesis dan screening kesehatan jiwa. Jika dalam screening
ditemukan pasien yang diduga memiliki gangguan pikiran dan perasaan, maka pasien
dipersilakan ke ruang konsultasi bersama dokter muda.

Selama 2 minggu di Puskesmas, kami mendapati bahwa fakta di lapangan


membuktikan bahwa mayoritas (bahkan dalam hal ini 100%) pasien yang memiliki
gangguan pikiran dan perasaan datang dengan keluhan fisik. Manifestasi klinis
psikosomatis yang banyak dijumpai di masyarakat berupa gejala sakit kepala, mudah
pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pada
lambung, diare, mudah gatal-gatal dengan frekuensi berulang-ulang. Ketika
dianamnesis lebih lanjut, ditemukan gangguan jiwa dan perasaan yang menjadi
masalah pasien, maupun komorbid dengan keluhan fisik pasien.
Gangguan pikiran dan perasaan yang kami temukan di Puskesmas Wonosari I
adalah cemas dan depresi. Meskipun gejala cemas maupun depresi cukup menonjol,
umunya pasien menolak jika mereka dikatakan memiliki gangguan jiwa dan perasaan.
Warga di wilayah kerja Puskesmas Wonosari I belum menyadari masalah kesehatan
jiwa. Warga kurang memahami bahwa sakit atau keluhan fisik yang diderita berkaitan
dengan gangguan pikiran dan perasaan. Selain itu, masih terdapat stigma masyarakat
bahwa gangguan pikiran dan perasaan identik dengan gila sehingga merupakan aib
bila keluarga atau dirinya mengalami gangguan pikiran dan perasaan.
Kami melakukan mini konseling dan edukasi kepada pasien dengan gangguan jiwa
dan perasaan, beberapa pasien diberikan farmakoterapi. Namun, dosis yang diberikan
belum mencapai dosis terapi karena berbagai pertimbangan, termasuk pertimbangan
sosial. Puskesmas Wonosari I belum memiliki tenaga psikolog yang diharapkan dapat
membantu konseling dan pemetaan kesehatan jiwa.

Dari pengamatan kami, kuantitas pasien di Puskesmas Wonosar I cukup banyak,


sehingga waktu pelayaan setiap pasien terbatas. Hal ini membuat penanganan pasien
dengan gangguan pikiran dan perasaan juga terbatas, sehingga dirasa kurang
paripurna. Namun, hal ini diimbangi dengan kesadaran petugas di Puskesmas
Wonosari I mengenai kesehatan jiwa yang tergolong baik, sehingga mendukung
kegiatan mini-konseling pada pasien.

Selain itu, adanya kerjasama Puskesmas

Wonosari I dengan pendidikan profesi kedokteran UMY dan RSUD Wonosari di


bawah bimbingan dokter spesialis jiwa/ psikiater RSUD Wonosari dr. Ida
Rochmawati,M.Sc., SpKj membuat pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas lebih
optimal, di mana kami sebagai dokter mudayang sedang belajar mengenai kesehatan
jiwa, diberdayakan untuk memetakan pasien dengan gangguan jiwa atau tidak,
memberikan konseling kepada pasien, memberikan usulan terapi kepada dokter yang
bertugas, serta mencantumkan diagnosis gangguan jiwa pada rekam medis.
Program kesehatan jiwa lain di Puskesmas Wonosari I adalah Public Health
Nurse/PHN berupa kegiatan perawatan kesehatan masyarakat dengan melakukan
kunjungan rumah/home visit ke rumah pasien. Dari pengamatan kami, program ini
berjalan dengan baik dengan dukungan perangkat pemerintahan setempat, terutama
kepala dusun. Kunjungan rumah dilakukan untuk memberikan konseling bagi warga
yang memiliki keluarga dengan gangguan jiwa, memfasilitasi keluarga bertanya
tentang kebingungan yang dihadapi, cara merawat, serta cara pemberian obat bagi
pasien.

Kami berpendapat bahwa program ini dapat berjalan lebih baik dengan
memberdayakan kader posyandu lansia dan balita yang cukup aktif. Para kader di
wilayah kerja puskesmas Wonosari I dapat memantau dan menjadi partner warga
yang memiliki keluarga dengan gangguan jiwa terutama skizofrenia. Kader dapat
melaporkan keadaan pasien kepada petugas puskesmas serta menyarankan kepada
keluarga untuk meminta batuan puskesmas. Selain itu, kader juga dapat melakukan
pemantauan kasus pemasungan pada warga yang dianggap gila oleh masyarakat.
Yang tidak kalah penting, perlu dilakukan edukasi berkaitan dengan gangguan
jiwa yang sering terjadi di masyarakat, sehingga timbul untuk memeriksakan diri ke
dokter dan terbuka dengan masalah yang dialami. Dengan demikian, stigma gila
dan gejala psikotik yang dianggap kesurupan di masyarakat dapat diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai