Anda di halaman 1dari 2

Cerita di tilang Polisi

Polisi merupakan salah satu dari beberapa hal yang paling aku benci, tidak
hanya benci tapi aku juga takut padanya. Benci dan takut pada polisi mungkin
hanya sugesti diriku sendiri, aku tidak tahu sejak kapan aku aku benci dan takut,
kenapa aku bisa benci dan takut. Pengalaman pada tanggal 30 desember 2012
hari minggu lalu, ternyata mengingatkanku pada kebencianku pada polisi.
Jadi ceritanya pada hari minggu itu, aku sudah bangun pada pukul 6pagi dengan
mata yang masih sangat lengket dan tangan yang gatal ingin memeluk guling,
tapi tidak seperti biasanya aku langsung keluar kamar, meninggalkan dalam
keadaan berantakan, hanya sempat membasuh muka dengan air dan bersikat
gigi dengan terburu-buru, untuk pergi ke pasar Sentul yang terletak tidak jauh
dari Pakualaman bersama 3teman lain. Itu kali pertama aku pergi kepasar pada
jam itu, ternyata ramai dan bising, kami ke pasar Sentul dalam rangka
berbelanja kebutuhan pangan pada tahun baru.
Sebenarnya alasan kenapa belanja ke pasar pagi-pagi adalah karena aku dan
teman-teman punya agenda untuk bermain futsal di jalan kaliurang jam 9 pagi.
Tetapi kebetulan aku ada urusan yang membuat aku telat datang bermain futsal,
yaitu kakakku meminta diantar ke terminal yang terletak di Jombor Sleman untuk
naik bus ke semarang, yangt jaraknya cukup jauh dari Taman Siswa tempat aku
bertempat tinggal, kurang lebih butuh waktu setengah jam untuk menempuh
perjalanan Taman Siswa ke Jombor. Aku bersama kakak tiba di terminal Jombor
sekitar jam setengah 11, cuaca cukup panas entah karena matahari memang
sudah berada pada titik tengah atau karena terminal yang dekat dengan ring
roud yang gersang. Aku menurunkan kakakku di pinggir jalan depan terminal, dia
menyuruh aku untuk berjalan lurus lalu ambil kiri agar aku bisa langsung ke
Kaliurang, tetapi karena aku tidak cukup yakin dengan jalan yang ditunjukan
kakakku, aku berinisiatif menempuh jalan yang sama saat aku menuju terminal.
Saat aku memutar motor, aku tidak melihat atau merasakan hal yang aneh, baru
berjalan sekitar 200 meter hampir dipertigaan jalan magelang, seorang polisi
yang kekar, muda dan gagah memberi kode padaku untuk menepi dan
menghampiri dia, ketika aku menghampirinya dia memintaku menunjukan SIM
dan STNK, dengan sedikit berbohong aku bilang bahwa SIM ku ketinggalan dan
aku hanya menunjukan STNK saja, sejujurnya aku belum mempunyai SIM C, aku
tidak sempat membuatnya, agar tidak bertambah panjang masalahnya maka
aku berbohong, lalu polisi itu menjelaskan bahwa aku telah melanggar lalu lintas
dengan melewati jalan satu arah. Ketika itu juga aku kaget karena aku sendiri
tidak tahu bahwa itu jalan satu arah dan tidak melihat tandanya, kemudian
dengan rasa agak takut dan aku berani-beranikan bertanya pada polisi itu
dimana tanda rambunya, di hanya menjawab bahwa ada 3 rambu disana tanpa
menunjukkan. Polisi itu menyuruh aku masuk kegubuk kecil berukuran sempit
dan pengap, yang ternyata aku disuruh memberikan kartu identitas yang lain
dan kuberi KTM pada polisi yang satunya lagi sudah duduk di gubuk pengap itu.
Tidak hanya aku yang ternyata salah jalan, ada beberapa orang juga melakukan
kesalahan yang sama sepertiku. Aku member masukan pada polisi yang sedang

menulis buku tilang agar di depan pertigaan diberi tanda rambu jalan satu arah
karena banyak orang yang tidak tahu kalau rambunya dipasang diepan terminal,
bapak polisi yang berbadan gemuk dan sudah tua itu malah menyuruhku
berterimakasih karena sudah mengingatkanku dengan cara ditilang karena kalau
tidak katanya aku bisa ditabrak bus yang akan lewat. Aku rasa anjurannya untuk
berterimakasih saat aku kena tilang adalah hal yang konyol, aku tetap ngotot
agar besok-besok ada rambu yang dipasang didepan pertigaan, polisi itu juga
tambah ngotot sambil marah-marah. Dari pada kuteruskan dan tidak bisa selesai
dengan cepat aku memilih untuk bertransaksi agar aku tidak perlu disidang, aku
tahu kalau aku disidang aku harus mengambilnya di Pengadilan Negeri Sleman
yang juga jauh dari Taman Siswa, bapak polisi tua itu tidak bisa diajak
menyelesaikan masalah dengan cara yang cepat. Kemudian dia member tahu
agar STNK diambil pada hari jumat tanggal 11 yang ternyata aku sudah punya
acara, aku meminta sidangnya agar dimajukan harinya, polisi yang sudah
kelihatan mau marah malah mengatakan kalau dia polisi dan bukan hakim, itu
aku sangat tahu pasti dan aku sudah lelah melakuakn percakapan yang
melelahkan dengan polisis yang malah menurutku tidak melakukan pelayanan
yang baik dan ramah. Kesal itu jelas, setelah surat tilangnya aku ambil, aku
langsung pergi dengan pikiran bahwa tidak ingin terlalu mengambil hati atas
kejadian itu, bagaimanapun aku tetap salah melakukan pelanggaran lalu lintas.
Melintasi ring roud langsung menuju Kaliurang di KM 7 menepati janji bermain
futsal, hari itu sungguh-sungguh melelahkan.

Anda mungkin juga menyukai