Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan laporan SKO V ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penyusun juga menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Aplimon Jerobisonif, ST., M.Sc, dan Ibu Theodora C.M
Tualaka selaku dosen mata kuliah SKO V ini yang telah membimbing
penyusun dalam menyelesaikan penyusunan laporan SKO.
Penulis menyadari bahwa penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1.2
-

Rumusan Masalah
Pengenalan struktur bangunan tinggi
Klasifikasi struktur bangunan tinggi
Perilaku struktur bangunan tinggi
pembebanan yang bekerja pada bangunan tinggi
penerapan struktur bangunan tinggi
Analisis dan konsep struktur

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan laporan yaitu untuk mengetahui apa itu
struktur bangunan tinggi, klasifikasinya serta penerapannya dalam
analisis dan konsep dalam perancangan.
1.4

Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pengertian
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai
lebih dari satu lantai secara vertikal. Bangunan bertingkat ini
dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di
perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai
macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun
akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya
tampung suatu kota dapat ditingkatkan, namun di lain sisi juga
diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin
rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.
Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan
bertingkat rendah dan bangunan bertingkat tinggi. Pembagian
ini dibedakan berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan.
Bangunan dengan ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke
dalam bangunan tinggi karena perhitungan strukturnya lebih
kompleks. Berdasarkan jumlah lantai, bangunan bertingkat
digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 4 lantai)
dan bangunan berlantai banyak (5 10 lantai) dan bangunan
pencakar langit. Pembagian ini disamping didasarkan pada sistem
struktur juga persyaratan sistem lain yang harus dipenuhi
dalam bangunan.
2.2 klasifikasi bangunan tinggi
- The wall beam structure
- The bearing wall structure
- The shear core structure rigid frame system
- Frame shear wall building system
2.3 sistem struktur bangunan tinggi
- Portal penahan momen
- Dinding geser kantilever
- Dinding geser kopel
- Rangka pengaku-konsentris
- Rangka pengaku-eksentris
2.4 sistem penahan gaya lateral
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati
struktur dan beban hidup yang besarnya disesuikan dengan fungsi
bangunan.
Struktur lantai merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan
sehingga pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama,
diantaranya:
- Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan
beban lantai berkurang dimensi kolom dan pondasinya serta
makin dimungkan menggunakan bentang yang lebih besar.
- Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan
konstruksi.

Dapat menyediakan tempat atau ruang bagi saluran utilitas


yang diperlukan.
Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api
Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika
pelaksanaan pembangunannya membutuhkan waktu yang
panjang
Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam
pembuatan pelat lantai ( perancah steiger).

Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat


dengan balok induk (girder) atau anak balok (beam) atau rusuk (rib
atau joist) yang ketebalannya tergantung

2.4 penerapan struktur bangunan tinggi

2.3 perilaku struktur bangunan tinggi

2.4 Pembebanan
Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah
bekerjanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (PPI, 1983)
1. Beban Vertikal (Gravitasi).
a. Beban mati (Dead Load).
b. Beban Hidup (Live Load).
c. Beban Air Hujan.
2. Beban Horizontal (Lateral).
a. Beban Gempa (Earthquake).
8
b. Beban Angin (Wind Load).
c. Tekanan Tanah dan Air Tanah.
Beban-beban yang direncanakan, akan bekerja dalam suatu struktur
gedung tergantung dari fungsi ruangan, lokasi, bentuk, kekakuan, massa
dan ketinggian gedung itu sendiri
Pada perencanaan konstruksi bangunan bertingkat ini, beban-beban
yang diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup, beban gempa, dan
beban angin.
1.Beban mati (DL)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaianpenyelesaian
(finishing), mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari gedung (PPI, 1983)
2.Beban hidup (LL)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian
atau penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang berpindah, mesin-mesin serta
peralatan yang tidak merupakan bagianyang tak terpisahkan dari gedung
dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga

mengakibatkan perubahan dalam pembebanan atap dan lantai tersebut.


(PPI, 1983)

3. Beban angin (WL)

beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang disebabkan oleh selisih tekanan udara (PPI, 1983)
4. Beban Gempa (E)
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja
dalam gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari
gerakan
tanah akibat gempa itu, maka yang diartikan dengan gempa disini ialah
gaya-gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat

gempa (PPI, 1983)


2.5 tipe-tipe
Type sistem struktur bangunan bertingkat tinggi :
1. Dinding pendukung sejajar
Pararel bearing wall
2. Inti dan dinding pendukung fasade
Core and fasade bearing wall
3. Boks Berdiri sendiri
Self support box
4. Plat terkantilever
Cantilevered slab
5. Plat rata
Flat slab
6. Interspasial (interspatial)
7. Gantung (suspention)
8. Rangka Selang Seling (Staggered truss)
9. Rangka Kaku (Rigid frame)
10. Rangka Kaku dan Inti (Rigid frame and core)
11. Rangka Trussed (Trussed frame)
12. Rangka Belt trussed dan inti (Belt trussed frame and core)
13. Tabung dalam tabung (Tube in tube)
14. Kumpulan tabung (Bundled tub)

BAB III ANALISIS DAN KONSEP

3.1 STRUKTUR
STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Elemen struktural dasar dari statu bangunan:
1. Elemen linier

Kolom

Balok

Mampu menahan gaya aksial dan rotasi

2. Elemen bidang

Dinding : baik masif, berlubang-lubang, maupun ber-rangka, harus mampu


menahan gaya aksial dan rotasi.

Pelat lantai (slab) : baik masif, ber-rusuk-rusuk, maupun didukung oleh


rangka/balok-balok lantai harus mampu mendukung gaya-gaya yang mengenai
maupun tegak lupus pada bidang tersebut.

3. Elemen ruang

Core : mengikat bangunan menjadi satu kesatuan dan bekerja sebagai satu unit.

Bentuk-bentuk bangunan yang umum, yaitu:


a) Dinding pendukung paralel (parallel bearing walls)
Merupakan elemen vertical planar yang ter-prategang (prestress) karena beratnya sendiri, sehingga dapat
menyerap beban lateral secara efisien. Sistem ini digunakan untuk bangunan yang tidak membutuhkan
ruang-ruang yang luas dan tidak membutuhkan struktur core untuk sistem mekaniknya.

b) Core dan dindidg pendukung facade (cores and facade bearing walls)
Elemen vertikal planar membentuk dinding eksterior mengelilingi struktur core, yang memungkinkan bentuk
ruang interior terbuka. Hal ini tergantung dari kapasitas rentang (span) dari struktur lantainya. Bagian core
mewadahi mekanikal dan sistem transportasi vertikal, yang menambah kekakuan bangunan.
c) Kotak-kotak yang mampu mendukung sendiri (self supporting boxes)
Kotak-kotak tersebut merupakan unit preflab 3 dimensi, yang membentuk dinding-dinding pendukung bila
diatur dan saling dikaitkan. Bila dilakukan penyusunan seperti susunan batu bata, maka dapat dibentuk
sistem balok-dinding bersilang.

d) Pelat lantai konsol (cantilever slab)


Dengan mendukung sistem lantai dari core pusat memungkinkan terbentuknya ruang yang bebas kolom
dengan kekuatan pelat lantai sesuai kebutuhan bangunan. Kekakuan pelat dapat ditingkatkan dengan
pemanfaatan teknik pra-tegang.
e) Pelat lantai datar (flab slab)
Sistem planar horisontal ini terdiri atas pelat lantai beton yang tebal-seragam yang didukung oleh kolomkolom. Bila pada puncak kolom-kolom tidak terdapat penebalan/kepala, maka bentuknya adalah sistem
pelat lantai datar. Sistem ini tidak memiliki balok-balok yang tebal sehingga memungkinkan adanya
efisiensi/minimum jarak antar lantai bangunan.
f)

Interspasial (interspatial)
Struktur konsol ber-rangka berlantai banyak pada setiap lantai memebentuk ruang-ruang yang dapat
dimanfaatkan pada dan diatas rangka. Ruang-ruang diatas rangka merupakan ruang yang terbuka (free
space)

g) Sistem gantung (suspension)


Sistem ini memanfaatkan bahan secara efisien dengan memanfaatkan penggantung untuk mendukng
beban. Beban grafitasi didukung oleh kabel-kabel untuk membentuk rangka konsol pada core pusat.
h) Sistem rangka pendukung (staggered truss)
Bangunan rangka berlantai banyak merupakan rangkaian rangka yang letaknya berselang-seling. Selain
mendukung beban vertikal, penataan rangka dapat mengurangi persyaratan pengukuh pengaruh angin
(wind bracing) dengan menyalurkan beban angin ke dasar bangunan melalui bagian beban (web) dan pelat
lantai (slab).
i)

Sistem rangka kaku (rigid frame)

Hubungan yang kaku digunakan untuk mengikatkan elemen linier membentuk bidang-bidang vertikal dan
horisontal. Dengan kesempurnaan rangka ruang yang bergantung pada kekuatan dan kekakuansetiap blok
dan kolom, maka tinggi lantai dan jarak antar kolom menjadi dasar perancangannya.
j)

Core dan sistem rangka kaku (core and rigid frame)


Rangka kaku mewadahi beban lateral melalui kelenturan balok-balok dan kolom-kolom, maka dengan
struktur core akan meningkatkan daya tahan terhadap lateral sebagai akibat interaksi antara core dan
rangka kaku.

k) Sistem rangka ber-rangka (trussed frame)


Merupakan kombinasi struktur rangka kaku dengan rangka vertikal tahan geser akan meningkatkan
kekuatan dan kekakuan struktur. Dalam sistem ini, rangka menahan beban grafitasi dan rangka (truss)
vertikalnya menahan beban angin.
l)

Core dan rangka ber-rangka terikat (belt trussed frame and core)
Sabuk rangka mengikat kolom-kolom tepi pada core sehingga mengurangi aksi yang timbul pada setiap
kolom dari rangka core. Batang pengukuh (bracing) ini disebut cap trussing bila terletak pada puncak
bangunan, dan disebut belt trussing bila terletak pada bagian bawahnya.

m) Sistem tabung di dalam tabung (tube in tube)


Kolom-kolom dan balok-balok eksterior tersusun saling berdekatan sehingga nampaknya dari facade
bangunan sebagai dinding dengan lubang-lubang pembukaan sebagai jendela. Keseluruhan bangunan
bekerja sebagai tabung diatas muka tanah dengan core dalam membentuk tabung yang meningkatkan
kekakuan bangunan dengan cara membagi beban dengan tabung luar.
n) Sistem ikatan tabung (bundled tube)
Dalam sistem ini terdiri atas gabung beberapa buah tabung yang akan meningkatkan kekakuan, sehingga
memungkinkan mencapai ketinggian bangunan optimal dengan luasan lantai maksimal.

3.2 UTILITAS

BAB IV KESIMPULAN

SKETSA GEDUNG

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai