Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70 85 % dari
seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya.

Prevalensi

tahunannya bervariasi dari 15 45 %, dengan point prevalensi rata-rata 30%. Di


Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab paling sering dari pembatasan
aktivitas pada penduduk dengan usia < 45 tahun, urutan ke 2 untuk penyebab
paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 penyebab perawatan di rumah
sakit, dan penyebab paling sering untuk tindakan operasi.1
Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia belum ada,
namun diperkirakan 40 % penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun
pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18.2% dan pada
wanita 13.6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar 3 17 %.2
Penyakit low back pain menjadi kasus yang sangat serius dan terus
meningkat sepanjang tahun pada masyarakat barat. Telah diketahui faktor-faktor
penyebab, patofisiologi, biomekanik, psikologis, dan faktor sosial tetapi teori
yang memuaskan tentang patogenesis belum seluruhnya diketahui.
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam dan multifaktorial; banyak
yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat
dan tepat. Sebagian besar low back pain dapat sembuh dalam waktu singkat,
sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang cukup mendalam.
Oleh karena itu, kemungkinan penyebab yang lebih serius tidak dikenali sedini
mungkin. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti serta analisis
perasaan nyeri yang seksama dapat didiagnosis dengan tepat sedini mungkin.3
Sebagian besar penderita Low Back Pain mengalami hernia nucleus
pulposus (HNP) dimana terjadi penekanan saraf spinal pada foramen
intervertebrale sehingga menimbulkan rasa nyeri segmental serta kelumpuhan
partial dari otot yang diurus segmen tersebut.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI LOW BACK PAIN
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari
gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang
salah. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu, sedangkan LBP
kronik terjadi dalam waktu 6 bulan.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :

a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:


Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis
pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral
spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal
pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri
di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
sacral spinal pain.

B. ANATOMI & FISIOLOGI


Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah, diantara
ruas-ruas tersebut dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram
sehingga tulang belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah depan dan
belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas
tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil, rendah


dan berbentuk segi empat dengan lubang ruasnya besar. Foramen
vertebra berbentuk segitiga dan besar. Pada taju sayapnya terdapat
lubang saraf yang disebut foramen transversalis yang dilalui oleh
arteri dan vena vertebralis. Pada ujung prosesus tansversus terdapat 2
buah tonjolan yaitu tuberculum anterius dan tuberculum posterius

yang dipisahkan oleh suatu alur

yaitu sulcus spinalis tempat

berjalannya nervus spinalis. Prosesus spinosusnya pendek dan


bercabang dua. Ruas pertama disebut atlas yang memungkinkan
kepala mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoit (aksis)

yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan kekanan.


Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat,
taju durinya panjang dan melengkung. Facies articularis superior
menghadap ke belakang dan lateral dan facies articularis inferior

menghadap ke depan dan medial.


Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan
kuat, bersifat pasif. Prosesus spinosusnya besar dan pendek. Facies
prosesus artikularis superior menghadap ke medial dan facies
articularis inferiornya menghadap ke lateral. Bagian ruas kelima agak

menonjol disebut promontorium.


Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga
berbentuk baji, yang cekung di anterior. Batas inferior yang sempit
berartikulasi dengan kedua os coxae, membentuk

artikulatio

sacroiliaca.
Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan membentuk
sebuah tulang segitiga kecil, yang berartikulasi pada basisnya pada
ujung bawah sacrum. Dapat bergerak sedikit karena membentuk
persendian dengan sacrum.

Secara umum struktur


Gambar 2.1 Anatomi Vertebrae

tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada


di antaranya.

Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri


atas lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars
artikularis,

ligamentum-ligamentum

supraspinosum

dan

intraspinosum, ligamentum flavum, serta kapsul sendi.

Gambar 2.2 Penampang Vertebrae

Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang
mempunyai beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk
konvek dari arah samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal.
Facies superior berbentuk konkaf pada lumbal 4-5.

Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada
korpus menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada
tonjolan ke arah lateral yang disebut procesus spinosus.

Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus
bila dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk
suatu saluran yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh
medula spinalis.
Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan

stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap


diskus dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan

ekstensi.
Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada
bagian posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini

berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi.


ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang
berfungsi melindungi medulla spinalis dari posterior.
ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang
berfungsi mengontrol gerakan fleksi.5,6

Gambar
2.3

Diskus

Intervetebralis dan Ligament Vertebrae

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh
karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior.
Bila dilihat dari samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau
lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun
masing-masing tulang vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah

merupakan

satu

struktur yang elastis, melainkan satu kesatuan yang kokoh

dengan diskus yang memungkinkan gerakan bergesek antar korpus ruas tulang
belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar.
Vertebra torakal berlingkup gerakan yang sedikit karena adanya tulang rusuk
yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup
gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya
makin kecil.
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra
yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi
sakroiliaka.

Ligamentum

longitudinal

dan

discus

intervertebralis

menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan.


Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra
sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi
fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang
yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Discus
intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal
sampai lumbal atau sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan
peredam kejut (shock absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian
utama yaitu:
Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga

bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring)


Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
Daerah transisi.

Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat
semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel
jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting
dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra,
membentuk batas atas dan bawah dari diskus.
8

Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan

pada

nucleus disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya
vertebral end plates. Serabut-serabut annulus fibrosus mempunyai kemampuan
cukup untuk bergerak fleksi dan ekstensi sehingga memungkinkan perubahan
bentuk dari nukleus pulposus. Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan
oleh karena adanya (1) kelenturan, (2) kemampuan memanjang dan (3) adanya
lubrikasi atau pelumasan dari lembaran-lemabaran annulus.9
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung
mempunyai sifat sangat higroskopis.

kadar air

yang

Nucleus pulposus

tinggi (80%) dan


berfungsi

sebagai

bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.


Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :

Ligamentum longitudinal anterior


Ligamentum longitudinal posterior
Corpus vertebrae dan periosteumnya
Ligamentum supraspinosum
Fasia dan otot

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang


terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital
magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis
terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

8 pasang saraf servical.


15 pasang saraf thorakal.
5 pasang saraf lumbal.
5 pasang saraf sacral.
1 pasang saraf cogsigeal.

Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian


yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea
mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna
lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut
conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).

Sumsum

tulang belakang

berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan

membawa saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai
area tubuh. Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas
trauma yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah
leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan
seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat
sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral
mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi.8

10

Gambar 2.4 Bagan Penampang Dermatome Tubuh Manusia

11

C.

ETIOLOGI
1. Organ yang mendasari
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi

beberapa jenis, yaitu : 15,16


a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah
pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami neri hebat akan
selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini
tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk,
mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan
sepanjang kolumna vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya
menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
o Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik,
sesibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu
sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri
berkurang bila penderita berjalan.

12

o Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan perlengketan. Nyeri
timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan
tersebut
o Stenosis kanalis spinalis:
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi
discus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum.
Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai
rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan
proses patologik di artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan
depresi atau campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya

osteomielitis

vertebral dan

spondilitis tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur


maupun spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis
lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan

13

selaput artikulasi posterior satu sisi,

metabolik misalnya

osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.


g) LBP diskogenik
o Spondilosis
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis,
sehingga jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan
timbulnya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri
disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks
oleh kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang.
Gejala neurologik timbul karena gangguan pada radiks yaitu:
gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi
otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan
dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava)
atau

dengan

menekan

kedua

venajugularis

(percobaan

Naffziger).
o Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar
keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku
dipunggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah
mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat gambaran
yang mirip dengan ruas ruas bamboo sehingga disebut bamboo
spine.
h) LBP miogenik
o Ketegangan otot

14

Sikap tegang yang berulang ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan

otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa

nyeri. Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan


otot,

regangan

yang

berlebihan

pada

perlekatan

miofasialterhadap tulang, serta regangan pada kapsula.


o Spasme otot atau kejang otot
Disebabkan oleh gerakan yang tiba tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa
nyeri sekaligus menambah kontraksi.
o Defisiensi otot
Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi
yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena
imobilisasi.

o Otot yang hipersensitif


Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan
menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

2. Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:


a)

Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back
Pain. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot

15

atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita


nyeri pinggang yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan
sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus
yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan
gangguan yang lebih lanjut.

Menurut Soeharso (1978), secara

patologis anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena


trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa
nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat
bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan,
lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint
terbatas.
o Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

16

b)

Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi,
nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra.
Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan
ikat mesenkimal.
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis
ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta
mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang
sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang
disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini bersifat progresif.

c)

Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor
jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang
sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.
Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak.
Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan
nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya
sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.
Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang
dapat menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor
intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh
membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.

d)

Low Back Pain karena Perubahan Jaringan10,18

17

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan


pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak
hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis
penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan
jaringan antara lain:
o Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan ototototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan
terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi
penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan
tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal
ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke
pinggang.
o Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit
ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan
bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang
buruk dan kelelahan.
e)

Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah
yang penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri
pinggang bawah adalah :
o Spondilolisis dan spondilolistesis

18

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus


vertebrae ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu
sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun
( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah
berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur.
Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5
sehingga timbul nyeri radikuler.
o Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi
oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa
didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus
spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek
tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum
interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan suatu lumbosakral sarain yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri
pinggang.
o Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun
penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak
setelah penderita berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah
timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap
tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia
duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas
jalan sambil membungkuk.
19

o Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan
discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
o Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang .
ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui,
terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan
kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi
dan ankilosing sendi tulang belakang.
f)

Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat

mengakibatkan

rasa

nyeri

pada

punggung

dan

dapat

menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu


valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa
pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang
lama juga dapat mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat
pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan
kelemahan otot.

D.

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
a.

Usia

20

Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa
saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai
pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur
yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang
berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.
Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat
hingga umur sekitar 55 tahun.
b.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

21

c.

Faktor Indeks Massa Tubuh


Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.

Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat
beban tubuh.

d.

Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat

beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam


penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan
tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di
pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari
akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
e.

Aktivitas atau Olahraga


Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang

sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang


menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan
posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa
yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk
ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak

22

menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada
tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari
posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu.
f.

Faktor Risiko Lain


Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial,

artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas,


tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti
duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam
(posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri
pinggang bawah pada usia muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.
E.

DIAGNOSIS
1.

Anamnesis

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:


a) Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari
bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus
vertebra, sendi dan ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadangkadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi

23

motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada


foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

c) Nyeri rujukan somatis


Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagianbagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau
dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens
yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke
paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta
atau pada arteri iliaka komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf
dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia
atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio
80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu

24

tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa
gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama
2-4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk,
bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri
pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan
adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau
gangguan miksi-defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda
ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin,
overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini
merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu
diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang
menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu
penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat
bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu
penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga
perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.

25

Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat


dengan adanya depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5
tanda depresi yang menyertai nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi),
anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur, menangis spontan
dan perasaan depresi secara umum.

2.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri


punggung meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap
berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai
adanya suatu herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta

adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya

lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.


o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

Ekstensi ke belakang (back extension)

seringkali

menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen


intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen
sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

26

Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan


menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena
adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas
suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada
saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).

b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan

suatu

keadaan

psikologis

di

bawahnya

(psychological overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan
untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan

pada kelainan

neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila
ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper
motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat
membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik

27

o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua


sisi untuk menemukan abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

Berjalan dengan menggunakan tumit.

Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)

d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

Special Test
o Tes Lasegue:

Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila


pasien tidak dapatmengangkat tungkai kurang dari 60 dan
nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan

28

terbatasnya

gerakan

sering

menyertai

radikulopati,

terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.

Gambar 2.5.

Tes

Lasegue

o Tes Patrick dan anti-patrick:

Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul.


Positif jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering
disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi
panggul, negative pada ischialgia.

Gambar 2.6. Test Patrick

o Tes kernig:

Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan


tungkai bawah sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri

29

yang berarti. Positif jika terdapat spasme involunter otot


semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang
membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
o Tes Naffziger:

Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS


akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks
bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.

o Tes valsava:

Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan


meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.

o Spasme M. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis
ditekan kuat kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa,
sementara tangan lain menggerakkan tungkai ke posisi vertical
dengan lutu dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara
pasif mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki
diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme
involunter m.psoas.
o Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang
diakibatkan sering menyertai penyakit pada art. Lumbal /
lumbo-sacral. Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa
memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah
tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi
maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat kuat ke bawah

30

kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif
menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.

3.

Pemeriksaan Penunjang4,21
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau
kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,
spondilolistesis, perubahan degeneratif,
Penyempitan

ruangan

intervertebral

dan tumor spinal.


kadang-kadang

terlihat

bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada
pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat
fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras
berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi

31

nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra


multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis
foraminal dan kanal vertebralis.

F.

PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan
kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang
tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali bekerja.
Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back
pain dapat dihindari dengan: memperhatikan aspek psikologis gejala yang
ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan,
menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten, serta memberikan
saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari pengangkatan
beban yang berat).
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back
pain :

Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.


Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas:

kesalahpahaman tentang nyeri.


Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.

rasa

takut

dan

32

2. Mengidentifikasi Faktor Risiko ke Arah Kronisitas


Guidelines tatalaksana untuk strata 1 dititikberatkan pada
identifikasi faktor risiko ke arah kronisitas. Pendekatan yang berguna telah
dikembangkan di New Zealand. Bertujuan untuk mengikutsertakan semua
pihak (pasien, keluarga, paramedis, dan yang paling penting atasan
pasien). Empat kelompok faktor risiko (flags) untuk kronisitas berikut
dengan strategi penatalaksanaan yang direkomendasikan, termasuk
pemakaian kuesioner skrining, struktur interview yang sesuai dan
pedoman manajemen perilaku. Fokusnya hanya pada faktor psikologis
yang mengarah ke kronisitas . Red flags akan mengidentifikasi sejumlah
kecil pasien yang membutuhkan rujukan ke ahli bedah. Begitu pula jika
pasien bertendensi untuk bunuh diri, harus dirujuk ke psikiater secepatnya.
Kedua grup pasien ini harus ditatalaksana secara terpisah .
3. Pedoman Penatalaksanaan Komprehensif Pasien dengan Nyeri

4.

Mendengarkan pasien dengan seksama.


Memperhatikan perilaku pasien dengan cermat.
Mendengarkan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi bagaimana

hal tersebut dikatakan.


Empati terhadap perasaan pasien.
Memotivasi agar pasien tidak merasa takut.
Memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam

konsultasi dokter-pasien.
Menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak membantu (atau bahkan

merusak).
Mengerti kondisi sosial ekonomi pasien.

Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan


Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam

perkembangan kronisitas adalah psikologikal dibandingkan dengan


biomekanikal.
Faktor-faktor psikologis

yang

dimaksud

adalah

distress

berat,

kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran


aktivitas karena takut membuat rasa nyeri bertambah parah.

33

Terhadap pasien-pasien yang membutuhkan penanganan rujukan


spesialis, pilihan terapinya adalah interdisciplinary pain management
programme (IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi dibandingkan
penyakit, tatalaksana dibandingkan penyembuhan, integrasi beberapa
terapi spesifik, penatalaksanaan multidisiplin, menekankan pada metode
aktif daripada pasif, dan self care daripada hanya menerima terapi.
5. Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan
kerja seperti biasanya.
Tirah baring: Tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa
kasus dapat dilakukan
Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
Medikasi: Obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol
dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi
hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
Olahraga : Harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali
ke aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
Manipulasi : Dipertimbangkan untuk kasuskasus

yang

membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat


kembali bekerja dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain:
belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.

34

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. NK

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Pakuweru, Kec. Tenga

Pekerjaan

: Guru

Agama

: Kristen Protestan

Tangal Pemeriksaan :18 Agustus 2015


ANAMNESIS
1.

Keluhan Utama
Nyeri pada pungung belakang, dan menjalar hingga persendian panggul

sebelah kiri paha sebelah kiri.


2.

Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri pungung bawah dialami penderita sejak 2 tahun yang lalu.Nyeri
pada punggung bbawah dirasakan hilang timbul dan bertambah bila penderita
melakukan aktifitas berat tetapi saat istirahat keluhan nyeri dirasakan
berkurang. Nyeri pada persendian panggul dirasakan terus menerus walaupun
penderita dalam keadaan istirahat. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuktusuk, dan nyeri menjalar hingga ke paha sebelah kiri. Buang air kecil dan
buang air besar seperti biasa.

3.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi tidak ada .Riwayat DM tidak ada, asam urat tidak ada,
kolestrol tidak ada.

35

4. Riwayat Kebiasaan
Penderita bekerja sebagai guru di SD Negeri Pakuweru Kec. Tenga.
Penderita sering melakukan aktifitas berdiri-duduk-beridiri ketika sedang
melaksanakan proses belajar mengajar di SDN Pakuweru.
5.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pekerjaan penderita sekarang adalah sebagai guru SD. Penderita
tinggal bersama dengan suami dan 3 orang anak. Untuk biaya kehidupan
sehari-hari penderita merasa cukup. Biaya pengobatan menggunakan BPJS.
Penderita tinggal di rumah dengan 1 lantai dengan kamar mandi di dalam
kamar. Watercloset (WC) yang digunakan adalah WC jongkok. Sumber air
adalah PAM. Sumber listrik berasal dari PLN.

6.

Riwayat Psikologis
Penderita merasa cemas dengan nyeri yang dirasakan, karena
mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya.Karena nyeri
yang dirasakan penderita merasa tidak nyaman dalam beraktifitas sehari-hari.
Penderita bersifat terbuka dan komunikatif.

36

Anda mungkin juga menyukai