Anda di halaman 1dari 4

A.

PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan ODHA terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral
(ARV),
2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang
menyertai

infeksi

HIV/AIDS,

seperti

jamur,

tuberculosis,

hepatitis,

toksoplasma, sarcoma kaposi, limfoma, kanker serviks,


3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang yang
lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan
dukungan agama serta tidur yang cukup dan juga perlu menjaga kebersihan.
Terapi Antiretroviral (ARV)
Manfaat pemberian ARV, yaitu :
1. Menurunkan angka kematian. Sejak dilaksanakan terapi ARV dengan subsidi
penuh di Indonesia tahun 2004 terjadi penurunan angka kematian di
masyarakat secara nyata yaitu pada tahun 2006 sebesar 48% dan tahun 2008
sebesar 17%.
2. Menurunkan resiko perawatan di Rumah Sakit. Biaya untuk perawatan di
Rumah Sakit amat besar karena obat-obatan untuk infeksi oportunistik
sebagian mahal dan penderita umumnya memerlukan perawatan yang lama.
3. Menekan viral load. Dalam waktu sekitar 6 bulan, terdapat 80% ODHA yang
beobat di RSCM hasil pemeriksaan viral loadnya menunjukkan tidak
terdeteksi.
4. Memulihkan kekebalan. Pemberian ARV akan meningkatkan CD4+ sehingga
tubuh ODHA pulih kekebalannya.
5. Menurunkan resiko penularan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
pemberian ARV secara dini pada pasien di Scotlandia (pasien yang salah

satunya terinfeksi HIV) mampu menurunkan resiko penularan sebesar 96%


karena itulah timbul pemahaman bahwa pengobatan ARV merupakan
pencegahan juga (treatment as prevention).3
Terdapat penurunan kasus kanker yang terkait dengan HIV seperti sarkoma
Kaposi dan limfoma yang dikarenakan pemberian obat-obat antiretroviral tersebut.
Sarcoma Kaposi dapat spontan membaik tanpa pengobatan khusus. Penekanan
terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus
yang dapat menstimulasi pertumbuhan sarcoma Kaposi. Selain itu pulihnya
kekebalan tubuh menyebabkan tubuh dapat membentuk respon imun yang efektif
terhadap human herpesvirus 8 (HHV-8) yang dihubungkan dengan kejadian
sarcoma Kaposi.3
Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NRTI), non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NNRTI), dan inhibitor protease (PI). Tidak semua ARV yang ada telah tersedia di
Indonesia.10
Waktu memulai ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena o
karena

obat ARV akan

diberikan

dalam

jangka

panjang.

Obat ARV

direkomendasikan pada semua pasien yang memiliki HIV positif, telah


menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS, atau
menunjukkan gejala yang sangat berat tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Obat
ini juga direkomdasikan pada pasien dengan limfosit CD4+ kurang dari 350
sel/mm3. Pasien asimtomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm 3 dapat
ditawarkan untuk memulai terapi. Pada pasien asimtomatik dengan limfosit CD4+
>350 sel/mm3 dan viral load >100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai, namun

dapat pula ditunda. Terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan
limfosit CD4+ >350 sel/mm3 dan viral load <100.000 kopi/ml.2,10
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi
dari 3 obat ARV. Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan, dengan
keunggulan dan kerugiannya masing-masing. Kombinasi obat antiretroviral lini
pertama yang umum digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/
lamivudine (3TC), nevirapin (NVP), stavudin (D4T), dan efavirenz (EFV).2,10
Pengobatan ODHA dewasa dengan ARV terbagi dalam kelompok, yaitu:
1. Regimen ARV Lini Pertama
a. Golongan NRTI
Abacavir (ABC) 400 mg sekali sehari
Disanosine (ddI) 250 mg sekali sehari
Lamivudin (3TC) 300 mg sekali sehari
Satvudin (D4T) 40 mg setiap 12 jam
Zidovudin (ZDV) 300 mg setiap 12 jam
Tenovofir (TDF) 300 mg sekali sehari1,2,10
b. Golongan NNRTI
Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevarapine ( NPV) 200 mg sekali sehari selama 14 hari, selanjutnya
setiap 12 jam1,2,10
c. Golongan PI
Indonavir/ritonavir (IDV/r) 800 mg/100 mg setiap 12 jam
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 400 mg/100 mg setiap 12 jam
Nelfinavir (NFV) 1250 mg setiap 12 jam
Saquinavir/ritonavir (SQV/r) 1000 mg/100 mg tiap 12 jam
Ritonavir (RTV) 100 mg
Pilihan pengobatan adalah kombinasi 2 NRTI+ 1 NNRTI 1,2
a. AZT + 3TC + NVP
b. AZT + 3TC + EVP
c. D4T + 3TC + NVP
d. D4T + 3TC + EFV
2. Regimen ARV lini kedua
a. AZT atau D4T dengan TDF atau ABC
b. 3TC diganti dengan ddI
c.
NVP atau EFV diganti dengan LPV/r atau SQR/r 1

H. PROGNOSIS
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal, sekitar 75% pasien yang didiagnosis
AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan ada 5% kasus pasien
terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan imunologis.1

Anda mungkin juga menyukai