Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apa yang terjadi di Libya saat ini sangat menarik perhatian dunia internasional.
Demonstrasi dan pemberontakan rakyat di Libya telah memakan ribuan korban jiwa. Motif
dari demonstrasi itu yaitu untuk menggulingkan rezim Moammar Khaddafi yang berkuasa
selama kurang lebih 41 tahun yang dinilai diktator. Demi pembaharuan, mereka pun
melakukan

demonstrasi

agar

pemerintahan

yang

berkuasa

dapat

digulingkan.

Tindakan represif dikeluarkan pemerintah Libya untuk mengatasi pemberontakan ini,


sementara itu pasukan koalisi yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis telah
pula menyerang balik pasukan Khadafi ini dengan dalih menjaga zona larangan terbang yang
telah ditetapkan oleh PBB.
Kasus Libya ternyata berhasil membuat PBB terlibat dalam proses penyelesaian
konflik ini. Menarik untuk diamati, sebab sesungguhnya konflik Libya ini adalah konflik
internal antara rezim Khadafi dengan rakyat yang berunjuk rasa, sehingga seharusnya hanya
pemerintah Libya sendiri yang menyelesaikan urusan ini, tanpa ada campur tangan dari pihak
luar tanpa diminta. Berbeda dengan krisis di Mesir, ternyata krisis di Libya ini lebih besar
pengaruhnya pada harga minyak dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya kasus Libya?
2. Bagaimana kronologi terjadinya kasus Libya?
3. Apa dampaknya bagi Indonesia dan dunia?
4. Apa peranan dan solusi dari Pemerintah Indonesia terhadap kasus ini?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab terjadinya kasus Libya.

2. Mengetahui kronologi terjadinya kasus Libya.


3. Mengetahui dampaknya bagi Indonesia dan dunia.
Mengetahui peranan dan solusi dari Pemerintah Indonesia terhadap kasus ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Terjadinya Kasus Libya
Perlawanan di Libya memiliki sebab-musabab yang sama dengan perlawananperlawanan di Tunisia dan Mesir. Akibat dari kesepakatan-kesepakatan Khaddafy dengan
imperialisme adalah bencana ekonomi bagi kebanyakan rakyat, meski kekayaan minyak
negeri itu berlimpah ruah. Libya adalah sebuah negeri dengan 30% pengangguran. Biaya
hidup terus meninggi. Harga bahan-bahan pangan pokok seperti beras, terigu, dan gula telah
naik 85% dalam tiga tahun terakhir. Ini merupakan latar belakang yang sesungguhnya bagi
pemberontakan rakyat yang sedang terjadi di Libya.
Secara sekilas, pemerintahan gaddafy berhasil membangun sarana serta ekonomi
negaranya dengan mengandalkan hasil minyaknya saja. Alhasil, pendapatan perkapita negara
itu berhasil melejit. Namun sayangnya itu hanya sebagian, ada pengecualian untuk yang
lainya. Hampir sepertiga dari penduduk Libya tidak tersentuh efek domino dari kekayaan
emas hitam negerinya. Pembangunan menjadi sama tidak meratanya. Ladang minyak disana
dibagi rata kepada konsorium asing. Secara kuantitatif, Libya pun berhasil menjadi
pengekspor minyak dunia.
B. Kronologi Kasus Libya
Setelah 41 tahun rakyat Libya hidup dalam ketidakbebasan rezim diktator Khadafi,
kini saatnya perubahan diperjuangkan. Unjuk rasa besar-besaran pun dilakukan rakyat Libya
di kota Benghazi pada Februari 2011 lalu. Takut efek semakin meluas, Khadafi pun

memutuskan untuk membubarkan paksa para pengunjuk rasa dengan tindakan-tindakan


militer. Hanya dalam tempo dua minggu diperkirakan 2.000 nyawa rakyat Libya melayang
akibat aksi tersebut.
Sentak saja, masyarakat internasional mengecam aksi Khadafi. AS dan para sekutu
misalnya, telah membekukan aset milik diktator Khadafi senilai lebih dari 33 milyar dolar
AS. Tepat di bawah payung Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sanksisanksi atas Khadafi terus diperluas dengan melakukan embargo senjata.
Tapi sanksi ini tidak juga menyurutkan Khadafi menghentikan aksi brutalnya pada
rakyat Libya. Bahkan Khadafi terus meggunakan pasukannya untuk menumpas seluruh
gerakan anti pemerintah. Atas alasan inilah akhirnya Dewan Keamanan PBB memutuskan
untuk mengeluarkan resolusi nomor 1973, yang isinya memberlakukan zona larangan terbang
di seluruh wilayah Libya. Akhirnya, atas mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
melindungi warga sipil, kekuatan sekutu yang terdiri atas Prancis, Italia, Spanyol,
Inggris,Amerika Serikat, dan Norwegia menyerang Libya. Serangan yang banyak dikecam
lantaran menimbulkan korban warga sipil ini lantas semakin memperburuk keadaan. Sampai
saat ini, belum ada jalan keluar untuk menghentikan konflik dan menciptakan perdamaian di
Libya.
C. Dampaknya Bagi Dunia
Bagi masyarakat dunia, krisis politik yang tak kunjung usai di Libya jelas berdampak
pada ekonomi global, khususnya dalam ketersediaan akan pasokan minyak dunia. Faktanya,
Libya menyuplai sekitar 2% minyak dunia. Bahkan Eropa mempunyai ketergantungan cukup
tinggi akan negara ini. Hal ini akan memicu kenaikan minyak pada level tertinggi, berpotensi
memicu inflasi global dan berkontribusi terhadap pemiskinan sebagian besar rakyat di negara
berkembang. Jadi jelas, jika pasokan minyak Libya terganggu berpengaruh besar pada
negara-negara Eropa maupun dunia. Pada akhirnya masyarakat dunialah yang menanggung

kenaikan harga minyak dunia tersebut. Jika harga minyak dunia melambung tinggi, rakyat di
negara berkembang akan menerima malapetaka ekonomi, yaitu kenaikan biaya produksi dan
transportasi, kebangkrutan sejumlah industri, meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok
dan juga terus meningkatkan utang negara-negara berkembang. Oleh karena itu, jalan damai
tanpa kekerasan harus diprioritaskan. Perang bukanlah satu-satunya jalan keluar dari krisis
politik di Libya.
D. Dampaknya Bagi Indonesia
Bagi Indonesia, kasus Libya ini ternyata memberikan dampak positif bagi
perekonomian yakni memicu penguatan rupiah. Investor asing malah memburu aset di tanah
air untuk memanfaatkan keuntungan dari tingginya suku bunga.
Namun, kasus ini ternyata memberikan berbagai dampak negatif, yaitu:
1) Naiknya harga minyak Indonesia
Konflik di Libya, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga minyak. Saat
ini, harga minyak dunia lebih dari 100 dollar Amerika Serikat (AS) per barrel. Menanggapi
hal tersebut, pemerintah terus memantau pergerakan harga minyak dunia. Hanya saja, tidak
banyak yang bisa dilakukan pemerintah karena gejolak itu timbul dari pihak eksternal.
Meskipun harga minyak masih fluktuatif, pemerintah belum berniat mengubah asumsi makro
APBN 2011 dalam waktu dekat. Harga minyak Indonesia, yang dipatok pada kisaran 80
dollar AS per barrel, dinilai masih relevan sebab asumsi tersebut merupakan asumsi harga
tahunan.
2) Naiknya biaya produksi dan harga jual barang
Seiring gejolak di Libya, para pengusaha sudah memperhitungkan pengaruh kenaikan
harga minyak mentah dunia terhadap industri. Para pelaku industri menyiapkan beberapa
skenario untuk asumsi tiga kondisi terkait fluktuasi harga minyak global. Asumsi pertama,
adalah skenario ketika harga minyak stabil. Kedua, apabila terjadi kenaikan harga minyak

dunia, dan terakhir adalah skenario ketika harga minyak anjlok. Apabila terjadi lagi kenaikan
harga minyak dunia, pastinya produsen akan menghitung ulang harga jual produknya
terutama untuk kontrak-kontrak penjualan baru. Contohnya, industri petrokimia yang
menggunakan bahan baku minyak bumi dipastikan menaikkan harga produknya, seperti
plastik dan serat nilon untuk tekstil.
3) Naiknya harga emas
Harga emas terdongkrak naik karena para investor global khawatir dengan inflasi
yang akan meningkat seiring dengan naiknya harga minyak dunia, sehingga mereka
mengamankan asetnya dalam bentuk emas. Dengan demikian investor yang sebelumnya
berinvestasi dalam bursa saham akan keluar, dan ini akan mengakibatkan bursa saham
mengalami koreksi.
4) Naiknya harga pangan
Harga minyak dunia yang meningkat ikut mendorong harga sejumlah komoditas
pangan. Kondisi ini menjadi ancaman lain bagi banyak negara pengimpor pangan, termasuk
Indonesia. Berdasarkan data, nilai impor lima komoditas pangan pada 2009 mencapai 5,197
miliar dollar AS atau sekitar Rp 45 triliun. Indonesia mengimpor gandum 2,371 miliar dollar
AS, kedelai 732 juta dollar AS, gula 859,5 juta dollar AS, susu 755 juta dollar AS, dan daging
sapi 480 juta dollar AS. Pekan lalu, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO)
mengingatkan, lonjakan harga minyak dalam beberapa pekan dipastikan menaikkan harga
sejumlah komoditas pangan, terutama biji-bijian. FAO mengumumkan indeks harga pangan
dunia terus naik. Pada Desember 2010, indeks masih pada posisi 223, kemudian Januari 2011
mencapai 231, dan pada Februari mencapai 236. Ekonom FAO, Abdolreza Abbassian,
menyebutkan, harga minyak mendorong harga sejumlah komoditas biji-bijian melonjak.
Kemungkinan perubahan harga pangan masih menunggu hasil panen yang baru. Harga
pangan akan terdorong naik ketika harga minyak naik karena sejumlah komoditas pertanian

digunakan untuk substitusi bahan bakar minyak. Selain itu, kebutuhan petani akan minyak
untuk mesin pertanian mereka dan juga pengapalan komoditas pangan membutuhkan bahan
bakar minyak. Akibatnya, konsumen akan menerima harga pangan yang lebih tinggi ketika
harga minyak terus naik. Abbassian mengatakan, lonjakan harga pangan juga terjadi akibat
penyimpanan sejumlah komoditas pangan oleh pedagang internasional. Tindakan ini dinilai
menambah masalah di tengah pasar yang sangat volatil dan penuh ketidakpastian.
5) Naiknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Karena produksi minyak yang sangat rendah, kenaikan harga minyak dunia akan
berdampak pada penambahan defisit APBN. Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik
(Puskepi), Sofyano Zakaria, membenarkan pernyataan tersebut. Kecenderungan harga
bertahan di kisaran tinggi akan membuat rencana pembatasan bensin premium yang
diterapkan April 2011 menjadi makin tidak efektif. Dengan perbedaan harga sebesar itu,
hampir dapat dipastikan akan terjadi distorsi berupa pasar gelap ataupun penyalahgunaan
bensin premium yang sangat sulit untuk dicegah ataupun diawasi. Ditambah ketidaksiapan
infrastruktur yang ada, maka rencana pembatasan bensin premium tak selayaknya
dipaksakan.
E. Pentingnya Kasus Libya Bagi Dunia Internasional
Secara sekilas memang kasus Libya relatif tidak akan memengaruhi perekonomian
dunia, termasuk Indonesia. Alasan pertama, karena krisis bersifat lokal, hanya menyangkut
sebuah negara kecil di kawasan Afrika-Timur Tengah. Alasan kedua, transaksi perdagangan
bilateral maupun multilateral dengan Libya relatif kecil, karena negara ini sedikit tertutup
terhadap dunia luar. Namun, jika menilik salah satu kekuatan Libya adalah sebagai pemasok
minyak dunia yang cukup signifikan, tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Libya bukan
hanya penghasil minyak, tetapi negeri di Afrika Utara ini, juga memiliki cadangan gas.

Walaupun hanya 2% dari pasokan minyak dunia, Libya sangat memengaruhi kondisi
pasar minyak mentah dunia. Selama ini negara-negara Barat dan Uni Eropa mendapatkan
pasokan minyak dari negeri Afrika Utara itu. Ditinjau dari sisi fundamental pasar minyak
dunia, produksi Libya jauh lebih signifikan dibandingkan Mesir. Logis jika efek yang
ditimbulkannya terhadap harga minyak dunia juga lebih besar dibandingkan Mesir.
Beberapa faktor yang menjadikan minyak mentah Libya sangat berpengaruh di pasar
minyak dunia antara lain:
Volume vs Kualitas
Minyak Libya sangat penting pada skema pasar minyak dunia karena memiliki kualitas
sedikit lebih baik dibanding minyak WTI dan Brent. Sebagai contoh, minyak jenis Es Sider
merupakan minyak dengan gravity sedikit lebih rendah (lebih berat) dibanding WTI dan
Brent tetapi memiliki kandungan sulfur yg rendah (sweet). Jenis yang lain adalah Sirtica,
lebih ringan dari Brent dan WTI, minyak jenis ini lebih ringan sehingga mudah untuk
diproses dan tidak membutuhkan penanganan khusus maupun penambahan aditif.
Negara Tujuan
Sebagian besar produksi minyak mentah Libya diekspor ke Eropa, sementara sisanya
diekspor ke Cina dan negara lainnya. Turunnya produksi Libya berpengaruh kuat terhadap
harga minyak Eropa (Brent). Amerika Serikat turut terimbas gangguan pasokan sehingga
perlu mencari alternatif pasokan.
Minyak Mentah vs Produk
Sebagian besar minyak mentah Libya dimurnikan di kilang Mediterania dan diekspor
kembali sebagai produk. Italia merupakan salah satu pelanggan minyak mentah Libya,
dimana sekitar seperempat dari total impor minyak Italia dipenuhi dari Libya. Dalam jangka
panjang, akan ada gangguan ekspor minyak dari Libya yang berpengaruh terhadap penurunan

ekspor produk dari Italia ke pasar lain di luar Mediterania, walaupun saat ini, operasi kilang
Italia belum terlihat banyak terpengaruh oleh gangguan yang ada.
Kondisi Pasar
Kekacauan pasokan memengaruhi kondisi pasar, seperti keseimbangan pasokan dan
permintaan, komersial dan strategik stok, cadangan produksi, distribusi dan kapasitas kilang.
Dampaknya akan lebih terasa di Eropa (Brent), pasar utama untuk minyak mentah Libya,
dibanding di Amerika Utara.
Musiman
Saat terjadinya gangguan pasokan, banyaknya permintaan dan penawaran akan mengacu
pada siklus musiman yang juga mempengaruhi dampaknya. Gangguan terjadi saat musim
permintaan yang relatif rendah. Bila konflik berlangsung lama hingga menjelang musim
panas, maka permintaan diperkirakan akan naik karena musim panas merupakan puncak
musim mengemudi (driving season). Pemeliharaan minyak mentah di Laut Utara dan di
tempat lain juga relatif rendah pada kuartal pertama.
KoridorTransit
Meskipun Mesir bukan negara pengekspor besar, negara tersebut penting bagi pasar minyak
sebagai koridor transit. Awal tahun ini, terjadinya kerusuhan di Mesir meningkatkan
kekhawatiran pasar. Kerusuhan yang terjadi di Yaman juga disinyalir meningkatkan
kekhawatiran pasar tentang gangguan di Selat Aden.
Efek Domino
Kerusuhan di satu negara dapat berpotensi meningkatkan ketegangan di negara tetangga,
termasuk Libya. Kerusuhan dan pergolakan perekonomian negara-negara Timur Tengah saat
ini dapat berdampak langsung maupun tak langsung terhadap pasokan minyak dunia.
Dampak Pasar

Sebuah gangguan pasokan dapat mendorong naiknya harga minyak untuk pengiriman
kemudian, yang berakibat mendorong kurva berjangka ke backwardation, sebagai lawan
contango. Perubahan kurva berjangka ini, pada gilirannya akan membawa implikasi untuk
persediaan dan arus perdagangan minyak.
F. Peranan Pemerintah Indonesia Terhadap Kasus Libya
Di dalam konstitusi negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 alinea keempat) tertulis
bahwa Indonesia harus ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Landasan konstitusi ini kiranya
menegaskan bahwa bangsa Indonesia wajib pro-aktif mendorong perdamaian dunia. Apalagi
bangsa Indonesia sendiri juga tergabung dalam keanggotaan PBB.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh pemerintah Indonesia adalah pertama
menekan pasukan koalisi lewat PBB agar menghentikan penyelesaian masalah di Libya
dengan jalan kekerasan. Kedua pemerintah Indonesia dapat melakukan komunikasikomunikasi politik atau memprakarsai dialog dengan tujuan agar negara-negara lain (anggota
PBB) dan negara-negara anggota Liga Arab terdorong menekan pemerintah USA, Inggris,
dan Prancis agar melakukan gencatan senjata. Karena telah terbukti, penyelesaian masalah
dengan cara kekerasan hanya mengakibatkan jatuhnya korban dari warga sipil yang tak
bersalah. Upaya ini kiranya penting agar, pertama menjauhkan kesan bahwa pemerintah ragu
mengambil sikap karena pemerintah Indonesia cukup akrab menjalin hubungan dengan
Amerika Serikat. Kedua memperbaiki citra PBB agar betul-betul menjadi organisasi
pemelihara keamanan dan perdamaian dunia. Ketiga agar tidak semakin merenggangkan
hubungan antara Dunia Barat dengan Dunia Timur (Timur Tengah).
G. Alternatif Solusi Bagi Indonesia
Ini merupakan salah satu alternatif yang sangat menarik. Apabila krisis Libya sampai
mengganggu persediaan minyak Indonesia maka hal ini akan membuat Indonesia mengimpor

dari Petronas, perusahaan minyak Malaysia. Humas Pertamina menegaskan, bahwa Malaysia
saat ini memiliki cadangan minyak yang melimpah; sedangkan konsumsi mereka lebih
sedikit dari hasil produksinya.
Pilihan kebijakan yang tersedia dan layak untuk tahun 2011 ini memang tak banyak.
Namun, beberapa di antaranya memang harus dilakukan. Pertama, mengubah asumsi harga
minyak dalam APBN 2011. Kedua, menambah alokasi kuota BBM bersubsidi di APBN
sebagai konsekuensi dari dibatalkan atau ditundanya kebijakan pembatasan bensin premium.
Ketiga, menyiapkan program-program jaring pengaman sosial dan langkah-langkah
pengendalian inflasi untuk mengantisipasi jika kebijakan kenaikan harga BBM yang pada
akhirnya diambil oleh pemerintah. Salah satunya berupa pemberian Bantuan Langsung Tunai
(BLT), maupun berbagai keringanan serta pembebasan biaya untuk pendidikan dan kesehatan
bagi mereka yang kurang mampu. Tak rasional dan tak bijaksana kiranya jika di tengah
gejolak harga minyak saat ini tetap saja menjanjikan tak akan ada kenaikan harga BBM.
Pendekatan yang mengedepankan rasionalitas ekonomi hendaknya lebih diutamakan daripada
pendekatan politis-populis.
Dalam menyikapi kenaikan harga minyak dan potensi kenaikan subsidi ini Tim
Pengkaji Akademis memberikan tiga opsi ke pemerintah untuk mengurangi konsumsi BBM
subsidi jenis premium. Pertama, kenaikan harga premium Rp 500 per liter, kemudian
angkutan umum diberikan semacam cash back atau kembalian, sehingga tarifnya tidak naik.
Itu berarti kendaraan bermotor maupun mobil pribadi harus membayar biaya tambahan
termasuk kendaraan umum. Namun untuk angkutan umum tetap ada cash back.
Kedua, harga pertamax dijaga di level tertentu. Berdasarkan survei atas kemampuan daya
beli masyarakat, paling fisibel adalah Rp 8.000 per liter. Perpindahan kendaraan pribadi dari
premium ke pertamax dilakukan supaya terjadi pengurangan konsumsi sekitar 3 juta kiloliter
yang

pindah

ke

pertamax.

Ketiga, melakukan penjatahan konsumsi premium dengan sistem kendali. Itu berlaku tidak
hanya kendaraan umum tapi juga kendaraan pribadi. Ketiga opsi tersebut memiliki risiko
secara ekonomi maupun secara sosial politik. Pemerintah diharapkan tegas untuk menentukan
opsi mana yang akan dipilih. Pemerintah masih dimungkinkan menentukan opsi sendiri di
luar beberapa opsi yang ditawarkan di atas tadi.

Anda mungkin juga menyukai