5.1.
Pengembangan
IPAL
BPPT
direncanakan
dengan
47
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT
48
49
5.2.
proses
sedimentasi
kemudian
diteruskan
dengan
50
5.2.1.
Bak Pengumpul
51
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT
minyak
(preliminary
oil
separation)
atau
pengumpulan,
pengkonsentrasian,
serta
dapat
52
Settler
separators,
minyak
langsung
dikumpulkan
dari
53
Gambar
5.2.3.
Screening
unit
alat
penyaring
awal/pendahuluan.
Proses
dijumpai
Disamping
itu,
penyumbatan
di
bila
cair
limbah
sepanjang
perlu
jaringan
saluran.
dipindahkan
dengan
54
menghilangkan
bahan
atau
benda-benda
yang
dapat
Perangkat
pemroses
penyaringan
kasar
yang
biasa
digunakan dikenal pula dengan sebutan bar screen atau bar racks.
Alat ini biasanya diletakkan pada intake bak penampung limbah cair
untuk mencegah masuknya material besar seperti kayu atau daundaunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack
bervariasi antara 20 mm hingga 75 mm, bergantung pada tingkat
kapasitas dan performance unit pompa yang dipakai. Pada keadaan
tertentu biasa digunakan pula microstrainer dengan ukuran 15
hingga 64 micrometer dengan tujuan untuk menyaring organisme
plankton. Microstrainer biasa digunakan untuk limbah cair dari
reservoir pertama (awal). Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk
silinder yang ditutup dengan jala terbuat dari kawat tahan karat.
Pada saat silinder berputar partikel tersuspensi menempel pada
bagian dalam dari permukaan silinder yang kemudian dibersihkan
dengan semburan jet air. Gambar 5.7 adalah lokasi screen untuk
IPAL BPPT Jakarta.
55
5.2.4. Equalisasi
56
bagi
unit
pengolahan
selanjutnya
seperti
flow,
57
pada
pengolahan
air
limbah
umumnya
untuk
58
A
Vo = laju limpahan/beban permukaan (m 3/m2 hari)
Q = aliran rata-rata harian, m3 per hari
A = total luas permukaan (m 2)
Beberapa kriteria desain bak pengendapan primer dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
59
Parameter Desain
Harga (besaran)
Range
Tipikal
1,5 2,5
2,0
Aliran Rata-rata
32 - 40
Aliran puncak
80 - 120
100
125 - 500
250
Panjang (m)
15 - 90
25 - 40
Lebar (m)
3 - 24
6 - 10
Kedalaman (m)
3-5
3,6
0,6 1,2
1,0
3-5
4,5
Diameter (m)
3,6 - 60
12 - 45
60 - 160
80
0,02 0,05
0,03
Dimensi :
Bentuk Persegi Panjang
(r/menit)
60
61
bergerak
di
atas
kolam
pengering
lumpur
tersebut.
Cara
pengeringan seperti ini tentu saja sangat bergantung dari cuaca dan
akan bermasalah bila terjadi hujan. Bila lumpur tidak mengandung
bahan yang berbahaya, maka kolam pengering lumpur dapat hanya
berupa galian tanah biasa, sehingga sebagian air akan meresap ke
dalam tanah dibawahnya. Contoh pengeringan lumpur antara lain
pengeringan lumpur dengan cara tekanan (pengepresan) dan proses
pengeringan lumpur dengan gaya centrifugal (centrifuge).
62
5.2.7.
63
limbah
dimana
mikroorganisme
yang
digunakan
64
biofilter,
rotating
biological
contactor
(RBC),
contact
proses
penguraian
senyawa
polutan
atau
65
66
Tabel 5.2 : Karakterisitik Operasional Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biologis
EFISIENSI PENGHILANGAN BOD
JENIS PROSES
PROSES BIOMASA
(%)
KETERANGAN
85 - 95
Step Aeration
85 - 95
Modified Aeration
60 - 75
Contact Stabilization
80 - 90
75 - 90
85 - 95
Oxidation Ditch
75 - 95
Trickling Filter
80 - 95
80 - 95
80 - 95
Biofilter Unaerobic
65 - 85
Kolam stabilisai
60 - 80
TERSUSPENSI
ekses lumpur.
Untuk pengolahan paket, bak aerasi dan bak pengendap
akhir merupakan satu paket. Memerlukan area yang kecil.
Untuk pengolahan air limbah yang sulit diuraikan secara
bilogis. Luas area yang dibutuhkan kecil.
PROSES BIOMASA
MELEKAT
LAGOON
67
Tabel 5.3 : Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biologis Aerobik.
BEBAN BOD
JENIS PROSES
BIOMASA
TERSUSPENSI
kg/m .d
MLSS (mg/lt)
0,2 - 0,4
0,3 - 0,8
1500 - 2000
Step Aeration
0,2 - 0,4
0,4 - 1,4
1000 - 1500
Modified Aeration
1,5 - 3,0
0,6 - 2,4
400 - 800
Contact Stabilization
PROSES
EFISIENSI PENGHILANGAN
3
QA/Q
3 -7
T (Jam)
BOD (%)
6-8
85 - 95
3-7
4-6
85 - 95
2 - 2,5
1,5 - 30
60 - 75
0,2
0,8 - 1,4
2000 - 8000
> 12
>5
80 - 90
0,2 - 0,4
0,6 - 2,4
3000 - 6000
5-8
2-3
75 - 90
0,3 - 0,4
1,0 - 2,0
3000 - 4000
1-3
85 - 95
Oxidation Ditch
0,03 - 0,04
0,1 - 0,2
3000 - 4000
24 -48
75 - 95
Extended Aeration
0,03 - 0,05
0,15 - 0,25
3000 - 6000
> 15
16 - 24
75 - 95
Trickling Filter
0,08 - 0,4
80 - 95
PROSES
0,01 - 0,3
80 - 95
BIOMASA
80 - 95
MELEKAT
Biofilter Unaerobic
65 - 85
68
Pengolahan
air
limbah
dengan
proses
lumpur
aktif
membunuh
bakteri
patogen.
Secara
umum
proses
udara
sehingga
organisme
yang
ada
akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang
didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh
mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian
didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa
dalam jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang
akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
69
70
dalam
jumlah
yang
besar.
Sedangkan
beberapa
71
Variabel
perencanan
(design
variabel)
yang
umum
Beban BOD =
V
Dimana :
Q
S0
72
diukur dengan
memanaskan terus sampel filter yang telah kering pada 600 6500C, dan nilainya mendekati 65-75% dari MLSS.
4. Food - to - microorganism ratio atau Food to - mass ratio
disingkat F/M Ratio. Parameter ini menujukkan jumlah zat
organik (BOD) yang dihilangkan dibagi dengan jumlah massa
mikroorganisme di dalam bak aerasi atai reaktor. Besarnya nilai
F/M ratio umunya ditunjukkan dalam kilogram BOD per kilogram
MLLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983; Nathanson, 1986).
F/M dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Q (S0 S)
(5.2)
F/M =
MLSS x V
dimana :
Q
73
S0
HRT = 1/D = V/ Q
(5.3)
74
dimana :
V
Ratio
7. Umur lumpur (sludge age) atau sering disebut waktu tinggal ratarata cel (mean cell residence time). Parameter ini adalah
menujukkan waktu tinggal rata-rata mikroorganisme dalam
sistem lumpur aktif. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam,
maka waktu tinggal sel mikroba dalam bak aerasi dapat dalam
hitungan hari. Parameter ini berbanding terbalik dengan laju
pertumbuhan mikroba.
MLSS x V
Umur Lumpur (Hari) =
......(5.4)
SSe x Qe + SSw X Qw
75
dimana :
MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l).
V
SSe
SSw
Qe
Qw
volume
lumpur
aktif
dalam
satu
liter
ukur
dan
waktu
......(5.5)
M
dimana :
V
Nilai SVI yang ideal untuk proses lumpur aktif adalah berkisar
antara 50 100 (ml/g) (degreemont 1991)
76
Jenis
Masalah
Pertumbuhan
Penyebab
Masalah
Mikro-organisme yang ada di dalam
Pengaruh
Terhadap Sistem
Efluent menjadi tetap keruh.
terdispersi
(Dispersed
Growth)
lumpur berkurang.
mengendap.
2
Slime (Jelly) ;
Menurunkan kecepatan
nonfilamentous
bulking atau
viscous bulking
Pinpoint Flock
tinggi.
Filamentous
Mengurangi efektifitas
Bulking
kompaksi lumpur.
yang besar.
5
Rising Sludge
(blanket rising)
menurunkan efisiensi
penghilangan BOD.
Foaming atau
pembentukan
buih (scum)
parvicella
77
dalam
kondisi
aerobik,
anaerobik
atau
kombinasi
Sedangkan
proses
kombinasi
anaerob-aerob
adalah
78
79
penguraian
senyawa
organik
secara
aerobik
dapat
Heterotropik
Reaksi Nitrifikasi :
NH4+ + 1,5 O2
NO2- + 0,5 O2
80
1)
Temperatur
Temperatur
tidak
hanya
mempengaruhi
aktivitas
81
Keasaman (pH)
Nilai
pH
merupakan
faktor
kunci
bagi
pertumbuhan
4)
Nutrien
Di samping kebutuhan karbon dan energi, mikroorganisme
juga
membutuhkan
nutrien
untuk
sintesa
sel
dan
82
Media Biofilter
Luas
permukaan
dari
media,
karena
semakin
luas
83
Jenis Media
1.
2.
3.
4.
100 200
150 240
50
80 150
84
5.2.8. Disinfektan
85
sistem
ini
menghasilkan
senyawa
carcinogen
seperti
kembali.
Kedua
proses
masing-masing
mempunyai
86
banyak
digunakan
dari
pada
bentuk
gas,
karena
HOCl + H+ + Cl-
H+ + OCl-
87
HOCl + NH3
HOCl + NH2Cl
HOCl + NHCl2
Reaksi-reaksi
tersebut
sangat
tergantung
pada
pH,
d. Breakpoint Khlorinasi
88
Tahap 1
menghasilkan
khlorida.
Tahap 2
Tahap 3
menghasilkan N2O,
Tahap 4:
N2 + H2O + 3 HCl
senyawa
chloro-organik
telah
dioksidasi.
89
90
Penyaringan
ini
dilakukan
secara
terbuka
dengan
tekanan
pencucian
balik
(backwash).
Saringan
mempunyai
91
92
93
Gambar 5.22: Foto Multi Media Filter Sistem Re-use Gedung BPPT.
Saat ini teknologi filtrasi untuk penjernihan air ada dua tipe
yaitu tipe konvensional dengan menggunakan saringan pasir dan
tipe baru dengan menggunakan membrane. Teknologi membrane
saat ini berkembang sangat pesat dan mulai banyak diaplikasikan
untuk berbagai kegunaan mengingat banyak sekali keunggulanPusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT
94
95
gambar 5.24. Gambar 5.26 menunjukkan lay out sistem IPAL dan reuse dalam pengelolaan limbah gedung BPPT, Jakarta.
96
Gambar 5.26 : Lay Out Sistem IPAL dan Re-use Gedung BPPT
Jakarta.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT
97
5.4.
Fasilitas Pendukung
Water Meter meter
Untuk melengkapi sistem kontrol dan monitoring sistrem
sebagai alat bantu sistem kontrol debit proses agar IPAL dapat
berfungsi dengan baik.
98
Peralatan analisa
99
100