Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUM

TERAPI KOMPLEMENTER VS TERAPI ALTERNATIF

NAMA

: RATNA NINGSIH

NIM

: G1D013002

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2016

Perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan sangat berpengaruh


terhadap pengobatan penyakit, baik pengobatan medis maupun non medis. Tetapi,
sekarang pengobatan alternatif dan komplementer sangat di minati oleh masyarakat dan
popularistasnya meningkat dalam beberapa tahun ini. Hal ini terjadi karena terapi

kompementer dan alternatif bisa membuat klien puas dengan pelayanan yang di berikan,
karena pada pengobatan ini klien lebih di perhatikan secara holistik yaitu adanya harmoni
dalam diri dan promosi kesehatan. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk
pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan
sebelumnya (Snyder & Lindquis, 2002). Sedangkan pada pengobatan medis klien hanya
di layani secara fisik saja. Selain itu ada penyakit tertentu yang melakukan terapi medis
sebagai terapi utama dan terapi komplementer dan alternatif hanya sebagai pendukung
dari pengobatan secara medis. Maka pada tugas ini akan di bahas terapi komplemeter vs
terapi alternatif.
Pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
kuratif, preventif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik,
yang belum diterima dalam kedokteran konvensional (Erry at.al, 2014).
Definisi terapi komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui
dan dapat dipakai sebagai pendamping atau pendukung terapi konvensional medis.
Pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Moyad & Hawks,
2009). Terapi Komplementer mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan
secara lebih menyeluruh juga lebih murah dan dirasakan lebih murah bagi klien dengan
penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya
menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa biayanya berkurang setelah
menggunakan

terapi

komplementer

(Nezabudkin,

2007).

Contoh

dari

terapi

komplementer antara lain, akupuntur yang membantu mengurangi mual muntah efek dari
kemoterapi pada pasien kanker, selain itu ada terapi musik, yoga, meditasi, herbal, tai chi
dan lain sebagainya.

Sedangkan definisi terapi alternatif merupakan pengobatan yang digunakan


sebagai pengganti pengobatan konvensional atau pasien tidak menjalani terapi medis
(Zakiah, )Terapi ini juga bnyak di minati oleh masyarakat. Umumnya, berbagai terapi
alternatif tidak memiliki bukti ilmiah. Informasi mengenai terapi alternatif ini berasal dari

sumber yang kurang dapat dipercaya . Sampai sekarang belum ada bukti memadai
mengenai manfaat terapi alternatif dalam mencegah atau menyembuhkan suatu penyakit.
Kendatipun ada, masih terbatas dalam penelitian tentang manfaat terapi alternatif. Terapi
alternatif menjanjikan penyembuhan dengan metode pengobatan sederhana dengan cara
minum ramuan, dipijat, acupressure, ditotok, ataupun dengan metode yang tak dapat
dicerna oleh akal sehat seperti penyakitnya dipindahkan ke binatang, mengkonsumsi
racun ular, disengat lebah bahkan ada yang mengkonsumsi urin sendiri. Hal ini tentu
dilakukan dengan harapan dapat sembuh tanpa perlu melakukan pengobatan medis
(Suardi, 2011)
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat
menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan. .Perawat dapat berperan sebagai pemberi
pelayanan langsung misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan
integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak
berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga
sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan
termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).
Terapi kompleneter dan terapi alternatif sama-sama mempunyai kelebihan dalam
proses penyembuhan penyakit, dan masyarakat seharusnya sudah jeli dan bisa memilih
terapi mana yang akan dijalani untuk menyembuhkan penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002) dalam Widyatuti. (2008). Terapi komplementer dalam
keperawatan. Vol 12. No 1. Hal: 63-57

Erry. at.al. (2014). Kajian Implementeasi kebijakan pengobatan komplementer alternatif


dan dampaknya terhadap perijinan tenaga kesehatan praktek pengobatan
komplementer alternatif akupuntur. Naskah publikasi. Vol-17. No 3. Hal: 275284
Moyad, M & Hawks, J.H. (2009) dalam Erry. at.al. (2014). Kajian Implementeasi
kebijakan pengobatan komplementer alternatif dan dampaknya terhadap
perijinan tenaga kesehatan praktek pengobatan komplementer alternatif
akupuntur. Naskah publikasi. Vol-17. No 3. Hal: 275-284
Nezabudkin,P. ( 2007). Dalam Widyatuti. (2008). Terapi komplementer dalam
keperawatan. Vol 12. No 1. Hal: 63-57
Smith et al., (2004). Dalam Widyatuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan.
Vol 12. No 1. Hal: 63-57
Suardi, D.R. (2011). Peran dan dampak terapi komplementer atau akternatif pada pasien
kanker. Vol 38. No 7. Hal: 548-550

Anda mungkin juga menyukai