Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Klasifikasi adalah penempatan sebuah kata atau objek tertentu dalam sebuah kelas. Contoh dari
klasifikasi adalah sebuah konsep klasifikasi seperti panas atau dingin. Suatu konsep perbandingan,
seperti lebih panas atau lebih dingin, mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma
yang mencakup pengertian lebih atau kurang. Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep
klasifikasi terutama pada bidang-bidang dimana metode keilmuwan danmetode kuantitatif belum
berkembang. Klasifikasi juga dapat berarti usaha menggolong-golongkan segala fase kegiatan dalam
sebuah usaha. Dalam pengertian yang lebih sempit maka klasifikasi meliputi usaha mengkategorikan
bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi. Adapun alasan orang melakukan klasifikasi ialah
agar supaya diketahui dengan pasti fase mana dari kegiatan masuk dalam golongannya, sedang fase
lain masuk dalam golongan lain. Disadari orang bahwa klasifikasi itu sangat membantu kelancaran
jalannya sebuah usaha atau kegiatan apapun dan memudahkan atau meringankan pekerjaan, baik
pelaksana maupun pemberi instruksi.
Seperti kita ketahui, mahluk hidup di dunia ini banyak sekali ragam jenisnya. Perhatikan saja jenis
hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitar kita. Banyak sekali bukan? Nah, bagaimana kita dapat
mempelajari mahluk hidup di sekitar kita? Tentunya akan sulit jika mahluk hidup yang beragam jenis
tersebut tidak dikelompokkan. Itulah sebabnya seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang
dikenal dengan Carolus Linnaeus (1707-1778) melakukan klasifikasi mahluk hidup.
Klasifikasi mahluk hidup adalah pengelompokan mahluk hidup berdasarkan persamaan dan
perbedaan ciri yang dimilikinya. Ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi mahluk hidup disebut dengan
Taksonomi.
Tujuan dari klasifikasi makhluk hidup adalah
mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki.
mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk
hidup dari jenis yang lain.
mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup.
memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya.
Berdasarkan tujuan tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat seperti berikut.
Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.
Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan yang lain.
Tahapan dalam klasifikasi mahluk hidup yang dilakukan oleh Linnaeus adalah sebagai berikut :
1. Pencandraan atau identifikasi, yaitu proses mengidentifikasi atau mendeskripsikan ciri-ciri
mahluk hidup yang akan diklasifikasi.
2. Pengelompokan, yaitu mengelompokkan mahluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya.
Mahluk hidup yang mempunyai ciri-ciri yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok yang sama
yang disebut dengan takson.
3. Pemberian nama takson. Mahluk hidup yang telah dikelompokkan tadi, selanjutnya diberi nama
untuk mempermudah kita mengenal ciri-ciri suatu kelompok mahluk hidup tertentu.
Linnaeus memperkenalkan hierarkki (tingkat) takson untuk mengelompokkan makhluk hidup.
Hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan tertinggi (umum) hingga terendah
(spesifik) adalah :
Kingdom (kerajaan)

Phylum (Filum) untuk hewan, atau Divisio (Divisi) untuk tumbuhan

Classis (Kelas)
Ordo (Bangsa)

Familia(Keluarga/Suku)
Genus (Marga)
Spesies (Jenis)

Keterangan :
Dari spesies menuju kingdom, takson semakin tinggi
Semakin tinggi takson, jumlah organisme (makhluk hidup) semakin banyak
Semakin tinggi takson, persamaan antar makhluk hidup semakin sedikit
Semakin tinggi takson, perbedaan antar makhluk hidup semakin banyak
Dari kingdom menuju spesies, takson semakin rendah
Semakin rendah takson, jumlah organisme (makhluk hidup) semakin sedikit
Semakin rendah takson, persamaan antar makhluk hidup semakin banyak
Semakin rendah takson, perbedaan antar makhluk hidup semakin sedikit
Tabel 1. Contoh klasifikasi tumbuhan Jeruk bali.
Gambar

Takson

Tumbuhan

Kingdom

Plantae

Divisio

Magnoliophyta

Class

Magnoliopsida

Ordo

Sapindales

Familia

Rutaceae

Genus

Citrus

Spesies

Citrus grandi

Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di
bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki. Kegiatan
klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari
keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut.
Salah satu sapek yang diperlukan dalam mempelajari tumbuha (botani) adalah pengetahuan
tentang nama botani (ilmiah/latin) jenis-jenis tumbuhan. Sebab seseorang yang bekerja dengan suatu
jenis tumbuhan harus yakin bahwa materi yang ditanganinya benar-benar sesuai dengan nama
menurut standar taksonomi tumbuhan. Sekali ia mempublikasikan hasil pekerjaannya dan
menyebarluasakannya, seluruh dunia akan siap menyerap informasi tentang jenis tumbuhan yang
dipublikasikan tersebut dengan berpegang kepada nama botani yang dikenakan. Nama ilmiah suatu
tumbuhan merupakan sebuah kunci mukjizat untuk membuka khazanah yang berisi semua
pengetahuan tentang jenis tumbuhan tersebut (Naiola, 1986).
Untuk memudahkan penentuan hubungan kekerabatan dan memperlancar pelaksanaan
penggolongan tumbuhan, maka diadakan kesatuan-kesatuan taksonomi yang berbeda-beda
tingkatnya. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dicantumkan dalam Kode Tatanama, maka suatu
individu tumbuhan dapat dimasukkan dalam tingkat-tingkat kesatuan taksonomi sebagai berikut (dalam
urutan menurun, beserta akhiran-akhiran nama ilmiahnya):

Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)


Divisi (divisio -phyta)

Anak divisi (sub divisio -phytina)


Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga phyceae)

Anak kelas (subclassis idea)


Bangsa (ordo ales)

Anak bangsa (subordo ineae)


Suku (familia aceae)

Anak suku (subfamilia oideae)


Puak (tribus eae)

Anak puak (subtribus inae)


Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan

akhirannya)

Anak marga (subgenus)

Seksi (sectio)
Anak seksi (subsectio)

Deret (series)
Anak deret (subseries)

Jenis (species)
Varietas (varietas)

Forma (forma)

Urutan tingkat-tingkat kesatuan taksonomi itu tidak boleh diubah atau dipertukarkan. Dengan tidak
memperhatikan tingkatnya maka setiap kesatuan taksonomi tersebut masing-masing disebut
takson(Anonim, 2007).

Manfaat klasifikasi Selain memiliki tujuan, klasifikasi juga bermanfaat untuk kepentingan
manusia.
Adapun
manfaat
klasifikasi
antara
lain
sebagai
berikut.
Menyederhanakan objek studi. Apabila kita akan mempelajari sesuatu tidak perlu semua makhluk
hidup yang ada di muka bumi diteliti satu persatu, tetapi cukup dengan sampel atau perwakilan dari
objek tersebut yang dianggap sudah mewakili semua. Misalnya untuk mempelajari serangga atau lebah
dengan karekteristik yang mewakili serangga tersebut.

Diketahui hubungan kekerabatan. Dengan melihat hubungan pengelompokan\klasifikasi


tersebut dapat diketahui hubungan kekerabatannya. Misalnya, ayam lebih dekat hubungan
kekerabatannya dengan bebek daripada dengan ular.
1.2. Tujuan
Pengenalan contoh-contoh tumbuhan tingkat rendah.
Mempelajari dan mengenal Spermatophyta (tumbuhan tingkat tinggi).

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup


Pada abad ke 18 (sekitar 250 tahun lalu), Carolus Linnaeus, ahli Botani warga Swedia,

memperkenalkan sistem klasifikasi makhluk hidup berdasar kepada penampakan fisiknya. Sebelumnya
pun sudah ada metoda klasifikasi namun tidak lengkap dan sebagus yang diusulkan ole Linneaus.
Setiap organisme sejenis masuk dalam kelompok species, species kepada genus, setiap genus ke
family tertentu; yang urutan klasifikasinya dari atas: kingdom, phylum, class, ordo, family, genus,
species. Suatu yang khas terjadi pada masa itu, biologi pun dicampur adukkan dengan teologi.
Kemudian munculah Darwin dengan teori evolusinya bahwa kehidupan di bumi ini berhubugan erat
dengan pohon evolusi raksasa, dengan organisme ber-sel satu dibagian akarnya dan species yang
survive di masa ini ada di puncaknya. Antara akar dan puncak pohon terdapat jutaan (kalau tidak
milyaran) cabang yang menunjukkan masa-masa sejarah berkembangnya evolusi mahluk hidup.
Taxonomi dari Linneus ini pun tetap dipakai karena sistem klasifikasi berdasar kemiripan ini sesuai
dengan apa yang jadi fakta evolusi.
Namun perkembangan pesat teori evolusi terutama dengan berbagai penemuan fosil di abad lalu,
makin menunjukkan bahwa klasifikasi berdasasar kemiripan dari Linneus ini tidak cukup bagus lagi.
Misalnya Willi Hennig, entomolog dari Jerman pada 1960-an memperkenalkan cladistik, suatu metoda
penentuan cabang dalam pohon kehidupan. Penyesuaian pada metoda taxonomi Linneus ini
mengelompokkan organisme berdasar pada leluhurnya dibanding hanya berdasar kemiripan. Namun
pembaharuan ini pun dianggap makin membuat kesimpangsiuran oleh saintis yang kemudian
memperkenalkan sistem klasifikasi baru yang bernama Phylocode.
Dengan kata lain, kelompok Phylocode beranggapan lebih baik mulai dari awal lagi melakukan
klasifikasi mahluk hidup yang bukan berdasar kemiripan seperti yang diusung oleh Linneus hampir 3
abad lalu itu.
Phylocode mengelompokkan ular boa, buaya amerika dan burung pipit dalam satu kelompok
kekerabatan yang sama (reptilia), karena berdasar kejadian evolusi mahluk hidup, bahkan kekerabatan
burung pipit lebih dekat ke buaya dibanding ke ular boa, sedangkan Linneus tidak melakukannya
karena memang dari segi penampakkan fisik sangat jauh berbeda. Perlukah siswa mengetahui debat
aktual dalam biologi seperti halnya pada system klasifikasi makhluk hidup? Relevansi memunculkan
masalah ini lebih dari sekedar menunjukkan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan, juga
memperkenalkan pada siswa bahwa ide-ide dalam sains terus direvisi dengan adanya penemuan baru
dan sains pun melakukannya secara reguler.
Perkembangan Klasifikasi makhluk hidup telah dikenal sejak zaman dulu. Ahli filosof Yunani,
Aristoteles (384-322 SM) mengelompokan makhluk hidup kedalam dua kelompok besar yaitu kelompok
hewan dan kelompok tumbuhan, namun keberadaan organisme mikroskopis belum dikenal pada saat
itu. Sistem klasifikasi makhluk hidup terus mengalami kemajuan seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sistem klasifikasi makhluk hidup dikelompokan dalam satu-satuan
kelompok besar yang disebut kingdom. Sistem kingdom yang pertama diperkenalkan oleh Linnaeus.
Sistem kingdom pun terus mengalami perubahan dan perbaikan hingga sekarang dan sering menjadi
pro dan kontra bagi para ilmuwan.
1. Sistem Dua kingdom

Kingdom Animalia (Dunia Hewan).

Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan).

Sistem ini dikembangkan oleh ilmuwan Swedia C. Linnaeus tahun 1735.


2. Sistem Tiga Kingdom

Kingdom Animalia (Dunia Hewan).

Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan).


Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme multiseluler sederhana)

Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Jerman Ernest Haeckel tahun 1866.
3. Sistem Empat Kingdom
Kingdom Animalia (Dunia Hewan).

Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan).


Kingdom Protista.

Kingdom Monera.

Sistem Ini dikembangkan oleh ahli


4. Sistem Lima Kingdom
Kingdom Animalia (Dunia Hewan).

Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan).


Kingdom Protista..

Kingdom Monera.
Kingdom Fungi (Dunia Jamur).

Biologi

Amerika

Herbert

Copeland

tahun

1956.

Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Robert H. Whittaker tahun 1969.
5.

Sistem Enam Kingdom


Kingdom Animalia (Dunia Hewan).
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan).

Kingdom Protista .
Kingdom Mycota (Dunia Jamur).

Kingdom Eubacteria.
Kingdom Archaebacteria.

Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977.
2.2. Taksonomi Dunia Tumbuhan
Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi
yang berbeda beda sehingga terbentuklah sistem klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat
peradababnnya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan di bidang taksonomi tumbuhan
khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompokkan tumbuhan berdasarkan atas kesaman
ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Misalnya dihasilkan kelompok tumbuhan
penghasil bahan pangan, penghasil bahan sandang, penghasil bahan obat dan lain-lain. Selain itu jug a
dapat berdasarkan ciri-ciri yang mudah dilihat dengan mata telanjang seperti perawakan tumbuhan.
Berdasarkan perawakan tumbuhan (habitus), tumbuhan dikelompokkan menjadi empat yaitu, pohon
(arbor), yang tumbuh tinggi dan besar serta berumur panjang, perdu, semak, dan terna (herba).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak
dapat diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi
yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut misalnya ciri-ciri anatomi, kandungan zat-zat
kimia dan lain-lain.

Dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi yang masing-masing diberi
nama berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau dasar yang digunakan dalam pengklasifikasian.
Sistem klasifikasi yang bertujuan pada penyederhanan objek studi dalam bentuk suatu ikhtisar lengkap
seluruh tumbuhan disebut sistem buatan atau sistem artifisial. Dengan keterlibatan ilmu-ilmu lain dalam
taksonomi tumbuhan muncul sistem klasifikasi lain yang tidak hanya bertujuan menyederhanakan objek
sistem klasifikasinya disebut sistem alam.
Setelah lahirnya teori evolusi muncul sistem filogenentik yang mencita-citakan tercerminnya jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan tumbuhan yang satu dengan golongan tumbuhan
yang lain serta urutannya dalam sejarah perkembangan filogenetik tumbuhan.
Kemajuan dalam ilmu kimia dapat mengungkap zat-zat apa saja yang ada dalam tumbuh-tumbuhan
yang menyebabkan timbulnya saran agar pengklasifikasian tumbuhan juga didasarkan pada kesamaan
atau kekerabatan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya. Sehingga terbentuk suatu aliran atau
cabang dalam taksonom tumbuhan yang disebut kemotaksonomi.
Keberdaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka berkembang suatu aliran yang dikenal
sebagai taksimetri atau taksonometri yang berusaha untuk menentukan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara dua takson tumbuhan melalui sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang
terdapat pada organ yang sama pada dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan
penerapan analisis kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-klompok untuk menggambarkan
jauh dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.
2.3. Divisio Tumbuhan
Divisio atau divisi adalah istilah yang sama dengan filum. Divisio dipakai dalam taksonomi
untuk kerajaan tumbuhan dan fungi.
Terdapat beberapa versi divisio tumbuhan, namun versi-versi ini umumnya sepakat pada sebagian
besar pembagian. Divisio-divisio tersebut adalah

Superdivisio Bryophyta

Bryophyta (Lumut-lumutan),

Superdivisio Pteridophyta

Lycopodiophyta (Rane dan Paku kawat),


Psilophyta (Psilofita),
Equisetophyta (Paku ekor kuda),
Filicophyta atau Pteridophyta (Paku-pakuan atau pakis-pakisan),

Superdivisio Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)

Cycadophyta (Pakis haji atau sikas),

Ginkgophyta (Ginkgo),
Pinophyta (Tumbuhan berdaun jarum atau tumbuhan runjung / konifer),

Gnetophyta (Melinjo-melinjoan, dan


Magnoliophyta atau Angiospermophyta (Tumbuhan berbiji tertutup).

Tumbuhan berbunga pada zaman ini mendominasi dunia tanaman (80% dari seluruh tanaman
berpembuluh atau tracheophyta).

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum Acara II (klasifikasi tumbuhan) dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Kegiatan dilakukan pada hari Rabu, 10
Oktober 2012 jam 15.00 16.30 WIB.
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah mikroskop biologi (mikroskop binokuler dan monokuler),
gelas piala 250 ml, kaca pembesar, pisau, pipet tetes, pinset, jarum bertangkai, kaca objek, dan kaca
penutup.
3.3. Cara Kerja
a.
Terlebih dahulu kita siapkan bahan-bahan yang telah ditentukan oleh asisten.
b. Tidak lupa kita harus menyiapkan mikroskop terlebih dahulu, untuk melakukan penelitian
mengenai bakteri.
c. Untuk mendapatkan contoh bakteri yang mudah dilakukan dengan mengambil air dari
comberan, lalu lakukan penelitian pada mikroskop yang telah disiapkan.
d. Lalu ditulis dalam lembar kertas hasil pengamatan tersebut untuk di jadikan llampiran pada
sebuah laporan.
e.
Dan kemudian gambar bahan pada lembar kertas kemuadian lakukan penelitian. Jenis-jenis
apakah bahan tersebut dan termasuk dalam spcies apakah bahan trsebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengenalan dan pengamatan beberapa klasifikasi tumbuhan di sub
laboratorium biologi jurusan Budidaya Fakultas Pertanian UNPAR di sajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 2. Hasil pengamatan klasifikasi tumbuhan yang digunakan di sub laboratorium biologi
jurusan Budidaya Fakultas Pertanian UNPAR.
N

Divisio

o
1
.

Sprmathopyt
a

Species
Pinus
merkusi

Ciri-ciri
Daun berbentuk
jarum
Memiliki strobilus
Daun berwarna

Cara
Secara
seksual

Melinjo

Berdaun lebar
memanjang
Memiliki tangkai

sub
Gymnosperm Mengalami

(berklorofil).
Sprmathopyt

Termasuk

ae

hijau

Keterangan

Pembiakan

pembukaan
terbuka
Secara
seksual

buah
Buah berbentuk

Termasuk
Angiospermae
Mengalami
pembukaan
tertutup

buah telur
Daun berwarna
ijau (berklorofil)
Buah muda
berwarna hijau dan
tua berwarna merah.

3
.

Sprmathopyt

Alang-alang

Daun panjang
Bunga memiliki

Secara
seksual

strobilus
Daun jika

Termasuk
Gymnospermae
Mengalami
pembukaan
terbuka

dipegang akan
mengatup
Putri Malu
4
.

Sprmathopyt
a

Daun kecil-kecil
Batang berduri
Bunga memiliki
Strobilus
Daun jika

Secar
seksual

Termasuk
Angiospermae
Mengalami
pembukaan
tertutup

dipegang akan
mengatup

Bryophyta

Lumut

Daun

lumut

setebal satu lapis sel


Daunnya

Secara
aseksual dan
seksual

mengandung
Kloroplas
Daun lebih dari
satu

yang

Pembiakan
silih berganti
atau penggiliran
keturunan

kecil,

sempit,, dan panjang


Memiliki
Strobilus.

Thllophyta

Jamus
Ganoderma

Hidup

sebagai

parasit atau saprofit


pada kayu.
Memiliki
Strobilus
Pori-pori

Secara
Seksual

Penyerbuk
an melalui angin

kecil

dan rapat
Tidak berklorofil
7
.

Schizophyta

Bakteri

Organisme multi
seluler
Prokariot

Aseksual
(tidak

memiliki membran inti


sel)
Umumnya tidak
memiliki klorofil
Memiliki ukuran
tubuh yang berfariasi
antara
0,12
s/d
ratusan
umumnya

micron,
memiliki

ukuran 1 s/d 5 mikron.


Hidup
bebas
atau parasit

Secara

Pertukaran
genetik
bakteri lain

dan

8
.

Saccharomy

Jamur Roti

ces

Memiliki

hifa

pendek
bercabangcabang
Memiliki
Sporangifor
Pada

Secara
Seksual

Menghasilk
an Spora

ujung

terdapat Sporangium
Terdapat Stolon
9

Pteridophyta

Paku Fertil

Daun

panjang

pada
batang
dan
berruas
Memiliki Spora

Sesual

Melalui
Spora

pada bagian belakang,


daun dan batang
Daun berwarna
hijau
4.2. Pembahasan
Ada beberapa bahan klasifikasi tumbuhan yang dilakukan penelitian pada laboratorium.
Berbagai bahan yang dapat digunakan di laboratorium dalam praktikum biologi. Bahan-bahan tersebut
dapat dikelompokan menjadi 6 Divisio, yaitu spermatophyta, bryophyte, thallophyta, schizophyta,
saccharomyces,, pteridopyta.
4.2.1. Spermatophyta
Spermatophyta (tumbuhan berbiji) memiliki ciri-ciri antara lain: makroskopis dengan
ketinggian bervariasi, bentuk tubuhnya bervariasi, cara hidup fotoautotrof, habitatnya kebanyakan di
darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), mempunyai pembuluh floem dan xilem, reproduksi
melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi). Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua
golongan yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae). Didalam penelitian Spermatophyta d bagi 4 tumbuhan yaitu pinus merkusi, melinjo,
alang-alang, dan putri malu
a. Pinus Merkusi
Tumbuhan berkayu, panjang 30-50 (70) m, diameter batang 60-80 cm, selalu berdaun hijau, saat
pohon muda pucuk selalu berbentuk kerucut, dengan cabang kuat. Daun dimorfik, tersusun spiral,
berbentuk jarum, panjang 15-25 cm, hijau gelap, langsing dan kaku, dengan satu atau dua berkas
pembuluh pengangkutan dan saluran resin. Tumbuhan ini hampir selalu berumah satu. Strobilus
aksilar atau terminal pada sirung pendek, dengan banyak mikrosporofil bertangkai dan dua kantong
sari. Serbuk sari dengan dua gelembung udara, yang pada perkecambahan merupakan dua sel
protalium. Strobilus terminal atau aksilar, dengan banyak sisik-sisik penutup yang tersusun dalam
spiral. Pada ketiak sisik penutup terdapat satu sisik biji dengan dua bakal biji yang mikropilnya
menghadap ke sumbu. Sehabis penyerbukan sisik-sisik penutup dan sisik-sisik biji membesar dan
mengayu selanjutnya terjadilah buah yang berbentuk kerucut. Biji kecil, oval, ringan, mempunyai sayap
ke samping, lembaga dengan 2-15 daun lembaga. Berbunga pada bulan Mei-Juni. Buah masak pada
bulan Oktober-Nopember. Daerah penyebaran hanya dijumpai di belahan selatan ekuator yaitu

Kamboja, Vietnam, Thailand, Burma, Pilipina, China, Malaysia dan Indonesia (Sumatera). Sangat baik
tumbuh pada ketinggian 800-2000 m dpl., area terbuka, dan tanah berpasir atau tanah merah .
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Coniferophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo: Pinales
Famili: Pinaceae
Genus: Pinus
Spesies: Pinus merkusii Jungh.& De Vr.

Gambar 1. Pinus Merkusi


Sumber: http://3.bp.blogspot.com/QblVY0PTaTc/T7hAT6OmCRI/AAAAAAAAAQo/u3HCTmMdzIc/s1600/Pinus_merkusii.jpg

b.

Melinjo (Gnetum gnemon Linn)


Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah

dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit
luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal
berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan
termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus
oleh selapis aril yang berdaging.
Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu
menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 Kg, bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari
permukaan tanah.
Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi,
penyambungan dan stek).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Gnetophyta

Kelas:

Gnetopsida

Ordo:

Gnetales

Famili:

Gnetaceae

Genus:

Gnetum

Spesies:

G. gnemon

Nama binomial Gnetum gnemon L.

Gambar 2. Melinjo (Gnetum gnemon)


Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2d/Gnetum_gnemon.jpg/200pxGnetum_gnemon.jpg

c.
Alang-alang (Imperata cylindrical L.)
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulmadi
lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama daerah seperti alalang,
halalang(Min.), lalang (Mly., Md., Bl.), eurih (Sd.), rih (Bat.), jih (Gayo), re (Sas., Sumbawa), rii, kii, ki(Fl
ores), rie (Tanimbar), reya (Sulsel), eri, weri, weli (Ambon dan Seram), kusukusu (Menado,Ternate dan Tidore), nguusu (Halmahera), wusu, wutsu (Sumba) dan lain-lain.
Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak sukuPanicoideae.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bladygrass, cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara
umum disebut satintail, mengacu pada malai bunganya yang berambut
Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya yang tajam melukai.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Liliopsida

Ordo:

Poales

Famili:

Poaceae

Genus:

Imperata

Spesies:

I. cylindrica

putih

halus.

Nama binomial Imperata cylindrical (L.)


Gambar 3. Alang-alang
Sumber: http://biojana.com/wp-content/uploads/2012/08/Alang-alang.jpg

d. Putri Malu (Mimosa pudica L)


Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polonganyang mudah
dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat
disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu
bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa
menit keadaannya akan pulih seperti semula.
Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut, seperti makahiya(Filipina,
berarti "malu"), mori vivi (Hindia Barat), nidikumba (Sinhala, berarti "tidur"), mate-loi(Tonga, berarti
"pura-pura mati") . Namanya dalam bahasa Tionghoa berarti "rumput pemalu". Kata pudica sendiri
dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera
"menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang
tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh. Gerak ini disebut seismonasti, yang
walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri
malu tidak peduli darimana arah datangnya sentuhan. Tanaman ini juga menguncup saat matahari
terbenam dan merekah kembali setelah matahari terbit. Tanaman putri malu menutup daunnya untuk
melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora)yang ingin memakannya. Warna daun
bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih pucat, dengan menunjukkan warna yang pucat,
hewan yang tadinya ingin memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu
dan menjadi tidak berminat lagi untuk memakannya.
Gambar 4. Putri Malu
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/ucR4xAVNZoQ/Th2426V7CgI/AAAAAAAABdg/Y8ATdeOJJZw/s1600/putri+malu.jpg

4.2.2. Lumut (Bryophyta)


Tumbuhan
lumut merupakan
sekumpulan
dalamBryophytina (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").

tumbuhan

kecil

yang

termasuk

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan
organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa
akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor,
yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan
lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan
tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun
menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta
terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi
tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan
lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan
lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa
Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai
wilayah di Indonesia dan dunia.

Gambar 5. Lumut
Sumber: http://www.fobi.web.id/fbi/d/21141-2/Bryophyta_CM_002.jpg

4.2.3. Thallophyta
Divisi ini meliputi tumbuhan-tumbuhan yang memiliki ciri utama tubuh yang berbentuk
talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih belum bisa dibedakan
antara akar, batang dan daun. Sedangkan tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang
dan daun disebut dengan tumbuhan kormus. Ciri laen dari tumbuhan talus ini adalah tersusun oleh satu
sel yang berbentuk bulat hingga banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi
(sudah mengalami diferensiasi). Perkembangbiakan pada umumnya secara vegetatif (aseksual) dan
generatif (seksual) dengan spora sebagai alat perkembangbiakannya. Perkembangbiakan secara
generatif terjadi melalui peleburan gamet yang terbentuk didalam organ yang disebut gametangium.
Cara hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara yaitu : autotrof (asimilasi dengan fotosintesis), heterotrof
dan simbiosis.
a. Jamur Ganoderma
Ganoderma sp. merupakan jamur patogen (penyebab penyakit) akar merah yang menyebabkan
kerusakan tanaman perkebunan dan kehutanan. Karena sifatnya yang memiliki kisaran inang yang
luas, tidak mengherankan kalau Ganoderma sp. menyerang berbagai jenis tanaman kehutanan dan
perkebunan, misalnya beberapa spesies akasia (Acacia mangium, A. auriculiformis, A. oraria), sengon
(Paraserianthes falcataria), flamboyan (Delonix regia), cemara (Casuarina equisetifolia), angsana
(Pterocarpus indicus), dan kelapa sawit.
Sebagai respon dari meningkatnya serangan jamur akar di perkebunan, peneliti telah melakukan
berbagai penelitian tentang jamur Ganoderma sp. yang difokuskan pada pengendalian hayati
menggunakan jamur lain yang bersifat parasit terhadap Ganoderma sp., yaitu Trichoderma sp.
Trichoderma spp. dikenal sebagai salah satu jamur yang mempunyai sifat antagonis terhadap jamur
tanah lain. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa Trichoderma spp.
mempunyai kemampuan antagonistic dalam menghambat pertumbuhan jamur-jamur pathogen terbawa
tanah, termasuk Ganodema sp.

Gambar 6. Jamur Ganoderma


Sumber: http://images03.olx.co.id/ui/10/13/68/1291742314_144800568_1-Jamur-Ganodermatembung-1291742314.jpg

4.2.4. Schizophyta
a.
Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki
membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal
sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat
dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti
sel, kerangka sel, dan organel-organel lain sepertimitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi
dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosisdengan
organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada
umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 m, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700
m, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhandan jamur, tetapi
dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil
(mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.

Gambar 7. Bakteri
Sumber:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/32/EscherichiaColi_NIAID.jpg/210pxEscherichiaColi_NIAID.jpg

4.2.5. Pteridophyta
Tumbuhan
paku (atau paku-pakuan)
adalah
sekelompok tumbuhan dengan sistem
pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak
menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya.
Alih-alih
biji,
kelompok
tumbuhan
mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.

ini

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering
(gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh
di Indonesia. Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah yang lembab.
Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti lantai hutan yang
lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon atau batuan, di dalam kolam/danau, daerah
sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan
air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya
tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma menujusel telur.
Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal
sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan
mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Menurut petunjuk-petunjuk paleontologi, banyak yang bersepakat bahwa dari suatu bentuk
tumbuhan paku purba terwujudlah tumbuhan berbunga, suatu kelompok tumbuhan yang mendominasi
vegetasi masa kini.
a. Paku Fertil
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang telah memiliki kormus atau tumbuhan yang sudah
mempunyai akar, batang, dan daun sejati, juga telah memiliki jaringan pengangkut xilem dan floem
yang terdapat pada daun, batang, dan akarnya.
Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit pohon (epifit), di tepi sungai
di tempattempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit), atau di atas sampah atau sisa tumbuhan
atau hewan (saprofit). Sebagian besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam
tanah yang disebut rhizoma.
Daun mulai tumbuh dari rhizoma tersebut. Daun paku muda ujungnya selalu menggulung. Daun
paku dewasa terdiri atas daun fertil dan daun steril. Daun steril adalah daun yang tidak ada bintil-bintil
hitam di permukaan bawah daunnya. Daun ini disebut juga daun mandul. Daun fertil adalah daun paku
yang di permukaan bawah daunnya terdapat bintil-bintil kehitaman.
Daun ini disebut juga daun subur. Bintil-bintil kehitaman yang terletak di permukaan bawah daun ini
adalah kumpulan sporangium yang disebut sorus.

Gambar 8. Paku Fertil


Sumber: http://otastories.files.wordpress.com/2012/06/sorus.jpg

V. KSIMPULAN DAN SARAN


5.1.

Kesimpulan

Dengan adanya praktikum ini,kita bisa mengenal beberapa contoh tumbuhan tingkat
rendah seperti Schizophyta, Thollphyta, Bryopita, dan Ploridophita dan juga dapat mempelajari dan
mengenal Spermatophyta (tumbuhan tingkat tinggi). Selain itu juga bisa mengetahui beberapa jenis
tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan tersebut seperti bagian-bagian akar, batang, daun, dan lain
sebagainya. Dan juga bisa mengetahui secara jelas ciri-ciri dari tumbuhan tersebut dan bentuk dari
tumbuhan tersebut.
Klasifikasi adalah penempatan sebuah kata atau objek tertentu dalam sebuah kelas. Contoh dari
klasifikasi adalah sebuah konsep klasifikasi seperti panas atau dingin. Suatu konsep perbandingan,
seperti lebih panas atau lebih dingin, mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma
yang mencakup pengertian lebih atau kurang. Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep
klasifikasi terutama pada bidang-bidang dimana metode keilmuwan danmetode kuantitatif belum
berkembang. Klasifikasi juga dapat berarti usaha menggolong-golongkan segala fase kegiatan dalam
sebuah usaha. Dalam pengertian yang lebih sempit maka klasifikasi meliputi usaha mengkategorikan
bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi. Adapun alasan orang melakukan klasifikasi ialah
agar supaya diketahui dengan pasti fase mana dari kegiatan masuk dalam golongannya, sedang fase
lain masuk dalam golongan lain. Disadari orang bahwa klasifikasi itu sangat membantu kelancaran
jalannya sebuah usaha atau kegiatan apapun dan memudahkan atau meringankan pekerjaan, baik
pelaksana maupun pemberi instruksi.
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa praktikan perlu mengetahui klasifikasi tumbuhan
terlebih dahulu dan mencari bahan terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum dalam laboratorium
agar praktikum dapat berjalan lancar dan kesalahan yang terjadi akibat ketidaktahuan praktikan
terhadap alat-alat laboratorium dapat dihindari.

5.2. Saran
1. Dalam melakukan praktikum hendaknya memakai jas lab.
2. Setelah praktikum selesai semua bahan-bahan dan alat-alatnya dikembalikan ketempatnya.
3. Waktu menggunakan atau memegang alat-alat mikroskop dan bahannya harus hati-hati.
4. Apabila asisstan menjelaskan harus benar-benar diperhatkan atau di catat agar nanti mudah
dalam pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Balbach, M dan L.C. Bliss. 1996. A Laboratory Manual For Botanu. Sounders College Publishing,
New York.
Copeland, Herbert. 1956. Sistem Empat Kingdom. Amerika.
Haeckel, Ernest. 1866.Sistem Tiga Kingdom. Jerman.
Hennig, Willi. 1960. Metoda Penentuan Cabang Dalam Pohon Kehidupan. Entomolog. Jerman.
Jacklet, A. 1998. Laboratory Manual Life. Trird Editional. Jerman.
Linnaeus, Carolus. 1735. Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Berdasarkan Kepada Penampakan
Fisiknya.Swedia.
Linnaeus, C. 1735. Sistem Dua Kingdom. Swedia.
Whittaker, H, Robert1969. Sistem Lima Kondom. Amerika.
http://biology4ever.wordpress.com/2011/02/12/klasifikasi/
http://deceng.wordpress.com/2007/11/08/klasifikasi-mahluk-hidup/
http://emprorerfaisal.blogspot.com/2011/11/klasifikasi-makhluk-hidup.html

Anda mungkin juga menyukai