Anda di halaman 1dari 20

A.

Konsep Dasar Diabetes Melitus


1.

Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 :
1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus
sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati,
2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)
didalam darah cukup tinggi karena

tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara cukup (Fauzi, 2014 : 70)


Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya.
2.

Klasifikasi Diabetes Melitus

Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a.

Diabetes tipe 1
Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM)

atau diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes
tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu,
penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak
terjadi pada anak-anak dan remaja (Fauzi, 2014 : 73).
b.

Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit
diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita.
Sekitar 90 % hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis
diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun
dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).

c.

Diabetes jenis lain

Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional


diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)
3.

Etiologi

a.

Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)

Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi pankreas


untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin.
Beberapa penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada
penderita diabetes tipe 1 ini adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :
1)

Keturunan atau genetik

Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka
anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
2)

Autoimunitas

Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau
jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab
itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.
3)

Virus atau zat kimia

Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok
sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak,
semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes.
b.

Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)

Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang
cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel
lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak
dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar
gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai
berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).
1)

Faktor keturunan

Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka
resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.

2)

Pola makan dan gaya hidup

Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas
tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat
saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan
penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga
berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3)

Kadar kolesterol tinggi

Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi
oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk
merubahnya menjadi energi.
4)

Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak
positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin
pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk
diproduksi sebagai energi.
c.

Pada diabetes jenis lain

Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat,
hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
4.

Patofisiologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan).
(Nurarif, 2013)
5.

Tanda dan gejala

a.

Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang

ditunjukan meliputi:
1)

Polidipsia (banyak minum)

Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara
yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal
gejala penyakit DM

2)

Polifagia (banyak makan)

Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi
namun

tidak

dapat

masuk

kedalam

seluntuk

digunakan

dalam

proses

metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh
berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi
3)

Poliuria (banyak kencing)

Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume
urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat
mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk
menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
4)

Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang
sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
b.

Gejala kronik yang sering timbul adalah :

a.

Kesemutan

b.

Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering

c.

Rasa tebal di kulit

d. Kram
e.

Mudah lelah dan marah

f.

Mudah ngantuk

g.

Mata kabur

h.

Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)

i.

Seksual menurun

j.

Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan

atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.


6.
a.

Pemeriksaan Diagnostik
Tes kadar gula darah

Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam
darah setelah puasa.
1)

Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.

2)

Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.

3)

Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari

126 mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat
mengindikasikan orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula
dalam darah setelah makan 2 jam.
1)
2)
3)

Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.


Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl(Fauzi, 2014 :
77-78).
b.

Tes toleransi glukosa (TTG)

Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien
yang menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.
c.

Tes Glukosa Urine

Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang
tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes,
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa.
Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.
7.
a.

Komplikasi
Komplikasi Akut

Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma Hiperglikemik
Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, 2013
: 87-106).
1)

Hipoglikemia

Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi


pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar
gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d.
2)

Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic


yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisensi insulin absolute atau relative.

3)

Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK)

Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga


beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi
insulin namun relative defisiensi insulin.
b. Komplikasi Kronis
1)

Komplikasi makrovaskuler

a)

Penyakit Arteri Koroner

Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan


salah satu komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1
maupun DM tipe 2.
b)

Penyakit serebrovaskuler

Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM,


namun pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
kardiovaskuler.
c)

Penyakit vaskuler perifer

Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali
lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung
mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstermitas bawah.
2)

Komplikasi mikrovaskuler

a)

Retinopati diabetik

Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama terjadinya


retinopati diabetik.
b)

Nefropati diabetik

Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai


dengan albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan
dalam waktu tiga hingga enam bulan.
c)

Neuropati Diabetik

Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita
DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013 :106-120)

8.

Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan


gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam
pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan (edukasi),
perencanaan makanan, latihan jasmani dan obat hipoglikemik. Tujuan pengelolaan
diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 5)
a.

Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala diabetes

sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman.


b.

Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada

pembuluh darah (mikroangiopatidan makroangiopati) maupun pada susunan saraf


(neurofati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.
Tujuan

pengelolaan diabetes tersebut

dapat dicapai

dengan

senantiasa

mempertahankan control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya


kadar glukosa dan lemak darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes
adalah sebagai berikut :
1) Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl
Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl
dan HbA1c : 4 -6,5.
2) Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl
Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl
dan trigliserida dibawah 200 mg/dl.
a.

Penyuluhan (edukasi)

Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi


diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
dalam pengelolaan diabetes yang diberikan pada setiap pasien diabetes.
Diasamping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan.
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak
adalah sebagai berikut :
1)

Apakah diabetes itu?

2)

Factor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes dan upayaupaya menekannya.

3)

Pengelolaan diabetes secara umum.

4)

Perencanaan makan dan latihan jasmani

5)

Obat-obat hipoglikemik

6)

Komplikasi diabetes

7)

Pencegahan dan pengenalan komplikasi akut/kronik

8)

Pemeliharaan kaki.

b.

Perencanaan makan DM

Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut


(Waspadji dan sukardji, 2004 : 6) :
1)

Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal.

2)

Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu
hamil dan janinnya.

3)

Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.

1)

Menghitung Kebutuhan Kalori

Sebelum menghitung kebutuhan kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes,


terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang
pasien diabetes :
1.

Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan

idaman dengan sejumlah kalori :


a.

Berat badan idaman dalam kg X 30 KKal untuk laki-laki

b.

Berat badan idaman dalam kg X 25 KKal untuk perempuan

Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan seharihari (lihat table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan
sampai yang berat.
1)

Kerja ringan

: tambah 10% dari kalori basal

2)

Kerja sedang

: tambah 20 % dari kalori basal

3)

Kerja berat

: tambah 40-100 dari kalori basal

2.

Tambahkan kalori sekitar 20-30 % pada keadaan sebagai berikut :

1)

Pasien kurus

2)

Pasien masih tumbuh kembang

3)

Ada stress misalnya infeksi, hamil atau menyusui

Kurangi

kalori bila

gemuk sekitar 20-30%

tergantung

pada

tingkat

kegemukannya. (Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 30)


2)

Komponen gizi pada diabetes

Menurut Waspadji dan sukardji, 2004, diantaranya


Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya
yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan
pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak
berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain
daripada dikonsumsi secara terpisah
Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300

mg / hr untuk

membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum


yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan
kematian pada penderita diabetes
Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang
utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara fisis
dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut.
3)

Pemanis pada diabetes

Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol,
xylitol,s akarin, siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah sukrosa
dan fruktosa. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari.
Yang lain tidak ada atau sangat sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk
karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan siklamat sekarang sangat
terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah terbatas, tidak
melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam bumbu masakan
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).

c.

Latihan jasmani

Menurut Waspadji dan sukardji (2004) , dalam pengelolaan diabetes, latihan


jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat
latihan jasmani yang teratur pada diabetes antara lain adalah
1)

Memperbaiki metabolisme

2)

Meningkatkan kerja insulin

3)

Membantu menurunkan BB

4)

Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri

5)

Mengurangi penyakit kardioaskule.

Prinsip latihan jasmani bagi penderita diabetes meliputi :


1)

Continuous

Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging tanpa


istirahat selama 30 menit.
2)

Rytmical

Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf,
tenis atau badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.
3)

Interval

Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.


4)

Progressive

Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan


hingga sedang.
5)

Endurence

Seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)


d.

Obat Hipoglikemik

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur;
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak
dianjurkan pada DM dengan gangguan hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam
bentuk golongan :
1.

Golongan sulfonilurea

Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama


meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea
merupakan pilihan utama pada pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk
mengurangi resiko hipoglikemik yang berkepanjangan, pada pasien diabetes usia

lanjut, obat golonga sulfonilurea yang waktu kerjanya panjang (klorpropamid,


glibenklamid) sebaiknya dihindari.
2.

Golongan biguanid (Metformin)

Diberikan pada DM gemuk, mempunyai efek utama menurunkan puncak glikemik


sesudah makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini disamping memperbaiki
ambilan glukosa perifer, juga menghambat secara kompetitif absorpsi glukosa di
usus maka dianjurkan pemberiannya pada setiap mulai makan.
3.

Inhibitor glukosidase alfa (acarbose)

Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi.
Efektif untuk menurunkan absorpsi glukosa.
4.

Insulin

Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat
badan menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja
utama insulin yaitu menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian
glukosa

agar

BB

naik

dan

terjadi

penurunan

kadar

glukosa

didalam

darah (Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)


B.

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data
yang diperoleh dari pengkajian
a.
1)

Berkaitan dengan keluarga


Data demografi dan sosiokultural

2)

Data lingkungan

3)

Struktur dan fungsi keluarga

4)

Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga

5)

Perkembangan keluarga

b.

Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga

1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas
keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a.

Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan.

Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
terutama yang dialami anggota keluarga.
b.

Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :


1)
2)
3)
4)

Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.


Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang

5)

dialami anggota keluarga?


Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative)

6)

terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?


Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas

7)
8)

pelayanan kesehatan?
Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat
untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?

c.

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :


1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat,
penyebaran,
perawatannya)

komplikasi,

kemungkinan

setelahtindakan,

dan

cara

2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota


keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota
keluarga

yang

mampu

dan

dapat

bertanggung

jawab,

sumber

keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).


5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.
d.

Untuk

mengetahui

kemampuan

keluarga

memelihara/memodifikasi

lingkungan rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :


1)

Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar

2)

lingkungan rumah.
Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan

3)

lingkungan.
Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap

4)

sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan


Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat

5)

dilakukan keluarga
Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.

e.

Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:


1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan yang
dapat dijangkau keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan
melayani.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat
apakah penyebabnya?
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah
(Mubarak, 2012) :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada


keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang arti, tanda atau gejala penyakit Diabetes Mellitus.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga
tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes
Melitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus
berhubungan

dengan

kurangnya

pemahaman

keluarga

tentang

pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus.


e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap
keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan
atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera
datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus.

2. Menentukan Diagnosa Keperawatan


Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas
masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel 2.5 berikut.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan
Maglaya, 1978.
No
1.

Kriteria

Nilai

Bobot

Sifat masalah :

Tidak/kurang sehat

Ancaman kesehatan

Krisis

Kemungkinan masalah dapat diubah

Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

Potensi masalah untuk diubah

Tinggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya masalah

Masalah berat harus ditangani

Masalah yang tidak perlu segera ditangani

Masalah tidak dirasakan

3
2

1
2
1

Skoring
1)

Tentukan skor untuk setiap kriteria

2)

Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3)

Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4)

Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot


3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan


khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan
standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi
pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran

: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal

dan

mengerti tentang penyakit Diabetes Melitus.


Tujuan

: Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua

kali kunjungan rumah.

Kriteria

: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes

Melitus
Standar

: Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan

gejala penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus
secara lisan.
Intervensi
1)
2)
3)
b.

Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.


Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.
Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
Ketidakmampuan

keluarga

mengambil

keputusan

yang

tepat

untuk

mengatasi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak


memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran

: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat

lebih lanjut dari Penyakit Diabetes Melitus.


Tujuan

: Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota

keluarga dengan Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.


Kriteria

: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil

tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.


Standar

: Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM

dan dapat mengambil keputusan yang tepat.


Intervensi:
1)
2)

Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.


Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus .

c.

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes

Melitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara


pencegahan dan perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran

: Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.


Tujuan

: Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota

keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria

: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan

perawatan penyakit Diabetes Melitus.


Standar

: Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang

menderita penyakit Diabetes Melitus secara tepat.

Intervensi:
1)
2)

Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.


Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah
raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan


yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan
kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor
pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran

: Setelah

tindakan

keperawatan

keluarga

mengerti

tentang

pengaruh lingkungan terhadap penyakit DM.


Tujuan

: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang

penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.


Kriteria

: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.


Standar

: Keluarga

dapat

memodifikasi

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus .


Intervensi
1)

Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi

penyakit Diabetes Melitus misalnya :


b)

Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya

c)
d)

benda yang tajam.


Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.

2)

Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e.

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang


kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran

: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan

: Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang

tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan
rumah.
Kriteria

: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus

meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.


Standar

: Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.

Intervensi

Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.


4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah
perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Mellitus, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit Diabetes Mellitus
1)

Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.

2)

Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.

3)

Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk


mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Mellitus,
yaitu :
1)
2)

Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.


Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk

merawat

anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.


c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
1)

Menjelaskan

pada

Diabetes Mellitus.

keluarga

cara-cara

pencegahan

penyakit

2)

Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat


dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.

d. Ketidakmampuan
lingkungan

yang

keluarga
dapat

dalam

memelihara

mempengaruhi

penyakit

atau

memodifikasi

Diabetes

Mellitus

berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh


lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
1)

Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan

2)
3)

misalnya benda yang tajam.


Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi

4)

terjadinya iritasi.
Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga
yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke
tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
1)

Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta


pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.

5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana
baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes
Mellitus.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan Diabetes Mellitus.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan
penyembuhan dan pencegahan.

yang

dapat

menunjang

e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat


untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus

DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra
Wacana Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat,
Diabetes Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai