Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 :
1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus
sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati,
2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)
didalam darah cukup tinggi karena
Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a.
Diabetes tipe 1
Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM)
atau diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes
tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu,
penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak
terjadi pada anak-anak dan remaja (Fauzi, 2014 : 73).
b.
Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit
diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita.
Sekitar 90 % hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis
diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun
dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).
c.
Etiologi
a.
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka
anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
2)
Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau
jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab
itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.
3)
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok
sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak,
semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes.
b.
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang
cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel
lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak
dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar
gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai
berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).
1)
Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka
resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
2)
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas
tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat
saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan
penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga
berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3)
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi
oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk
merubahnya menjadi energi.
4)
Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak
positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin
pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk
diproduksi sebagai energi.
c.
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat,
hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
4.
Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan).
(Nurarif, 2013)
5.
a.
ditunjukan meliputi:
1)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara
yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal
gejala penyakit DM
2)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi
namun
tidak
dapat
masuk
kedalam
seluntuk
digunakan
dalam
proses
metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh
berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi
3)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume
urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat
mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk
menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
4)
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang
sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
b.
a.
Kesemutan
b.
c.
d. Kram
e.
f.
Mudah ngantuk
g.
Mata kabur
h.
i.
Seksual menurun
j.
Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan
Pemeriksaan Diagnostik
Tes kadar gula darah
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam
darah setelah puasa.
1)
2)
Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
3)
Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari
126 mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat
mengindikasikan orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula
dalam darah setelah makan 2 jam.
1)
2)
3)
Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien
yang menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.
c.
Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang
tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes,
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa.
Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.
7.
a.
Komplikasi
Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma Hiperglikemik
Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, 2013
: 87-106).
1)
Hipoglikemia
Ketoasidosis Diabetik
3)
Komplikasi makrovaskuler
a)
Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali
lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung
mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstermitas bawah.
2)
Komplikasi mikrovaskuler
a)
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Neuropati Diabetik
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita
DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013 :106-120)
8.
Penatalaksanaan
dapat dicapai
dengan
senantiasa
Penyuluhan (edukasi)
2)
3)
4)
5)
Obat-obat hipoglikemik
6)
Komplikasi diabetes
7)
8)
Pemeliharaan kaki.
b.
Perencanaan makan DM
2)
Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu
hamil dan janinnya.
3)
1)
b.
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan seharihari (lihat table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan
sampai yang berat.
1)
Kerja ringan
2)
Kerja sedang
3)
Kerja berat
2.
1)
Pasien kurus
2)
3)
Kurangi
kalori bila
tergantung
pada
tingkat
mg / hr untuk
Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol,
xylitol,s akarin, siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah sukrosa
dan fruktosa. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari.
Yang lain tidak ada atau sangat sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk
karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan siklamat sekarang sangat
terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah terbatas, tidak
melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam bumbu masakan
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).
c.
Latihan jasmani
Memperbaiki metabolisme
2)
3)
Membantu menurunkan BB
4)
5)
Continuous
Rytmical
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf,
tenis atau badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.
3)
Interval
Progressive
Endurence
Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur;
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak
dianjurkan pada DM dengan gangguan hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam
bentuk golongan :
1.
Golongan sulfonilurea
Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi.
Efektif untuk menurunkan absorpsi glukosa.
4.
Insulin
Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat
badan menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja
utama insulin yaitu menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian
glukosa
agar
BB
naik
dan
terjadi
penurunan
kadar
glukosa
didalam
2)
Data lingkungan
3)
4)
5)
Perkembangan keluarga
b.
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas
keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a.
Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
terutama yang dialami anggota keluarga.
b.
5)
6)
7)
8)
pelayanan kesehatan?
Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat
untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
c.
komplikasi,
kemungkinan
setelahtindakan,
dan
cara
yang
mampu
dan
dapat
bertanggung
jawab,
sumber
Untuk
mengetahui
kemampuan
keluarga
memelihara/memodifikasi
2)
lingkungan rumah.
Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
3)
lingkungan.
Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap
4)
5)
dilakukan keluarga
Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
e.
dengan
kurangnya
pemahaman
keluarga
tentang
Kriteria
Nilai
Bobot
Sifat masalah :
Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Krisis
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
3
2
1
2
1
Skoring
1)
2)
3)
4)
dan
Kriteria
Melitus
Standar
gejala penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus
secara lisan.
Intervensi
1)
2)
3)
b.
keluarga
mengambil
keputusan
yang
tepat
untuk
c.
keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria
Intervensi:
1)
2)
: Setelah
tindakan
keperawatan
keluarga
mengerti
tentang
: Keluarga
dapat
memodifikasi
lingkungan
yang
dapat
c)
d)
2)
e.
Tujuan
tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan
rumah.
Kriteria
Intervensi
2)
3)
merawat
Menjelaskan
pada
Diabetes Mellitus.
keluarga
cara-cara
pencegahan
penyakit
2)
d. Ketidakmampuan
lingkungan
yang
keluarga
dapat
dalam
memelihara
mempengaruhi
penyakit
atau
memodifikasi
Diabetes
Mellitus
2)
3)
4)
terjadinya iritasi.
Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana
baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes
Mellitus.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan Diabetes Mellitus.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan
penyembuhan dan pencegahan.
yang
dapat
menunjang
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra
Wacana Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat,
Diabetes Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta.