Anda di halaman 1dari 4

Hemiplegia Akibat Hemilesi di

Korteks Motorik Primer

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Winda Febrianti
Inrike Simarmata
Debora Kirojan
I Gusti D. Sanjaya
Maurin N. Wowor
Gabrielle Sirih
I Dewa Adi Saputra
Muh. Alim Nur Yaqin
Refrando M. Sondakh

14011101060
14011101069
14011101003
14011101006
14011101005
14011101002
14011101007
14011101008
14011101009

Pendidikan Dokter Umum


Universitas Sam Ratulangi
Tahun Ajaran 2014/2015

Hemiplegia Akibat Hemilesi di Korteks Motorik Primer

Kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi menimbulakan


kelumpuhan UMN pada belahan tubuh sisi kontralateral. Keadaan tersebut dikenal
sebagai hemiparalisis atau hemiplegia. Kerusakan yang menyeluruh, tetapi belum
meruntuhkan semua neuron korteks piramidalis sesisi, menimbulkan kelumpuhan
pada belahan tubuh kontralateral yang ringan sampai sedang. Dalam hal ini
digunakan istilah hemiparesis. Hemiparesis dekstra, jika sisi kanan tubuh yang
lumpuh dan hemiparesis sinistra jika belahan tubuh kiri yang lumpuh.
Walaupun belahan tubuh kanan atau kiri yang lumpuh, pada umumnya
terdapat perbedaan derajat kelumpuhan antara lengan dan tungkai yang terkena.
Perbedaan lebih nyata jika hemiplegia disebabkan oleh lesi vascular ditingkat
korteks dan hamper tidak ada perbedaan jika lesi penyebabnya bersifat vascular
di kapsula interna. Hal itu dapat dimengerti bila diketahui bahwa, pertama : pada
umumnya infark disebabkan oleh penyumbatan salah satu arteri belaka, dan
kedua : korteks motorik primer dipendarahi oleh cabang kortikal dari dua arteri,
yaitu arteri serebri anterior dan cabang kortikal arteri serebri media, sedangkan
ditingkat kapsula interna kawasan serabut kortikospinal yang menyalurkan impuls
untuk gerakan lengan dan tungkai dipendarahi oleh satu arteri yang sama, yaitu
arteri lentikulostriata.
Jika ditinjau lebih teliti, kelumpuhanitu benar-benar melanda seluruh otot
skeletal sesisi tubuh, berikut otot-otot wajah, pengunyah dan penelan. Namun,
oleh karena ada otot-otot yang memiliki hubungan denagn kedua sisi korteks
motorik primer, (=inervasi kortikal bilateral), maka pada sisi tubuh yang lumpuh
terdapat otot-otot yang tampaknya tidak lumpuh. Otot-otot tersebut adalah otot
leher, toraks, abdomen dan selanjutnya otot-otot wajah, rahang bawah, farings
dan larings, yang perlu dijelaskan lebih terinci. Pada tahap pertama hemiparesis
karena lesi kortikal sesisi, otot-otot wajah yang berada diatas fisura palpebrale
masih dapat digerakkan secara wajar. Pada tahap pertama ini, lidah menunjukkan
kelumpuhan pada sisi kontralateral, yang dapat diungkapkan jika lidah
dikeluarkan secara aktif oleh penderita. Ia akan menyimpang kesisi yang lumpuh.
Kelumpuhan-kelumpuhan tersebut pada tahap berikutnya akan memperlihatkan
perbaikan, bahkan dapat sembuh kembali dengan sempurna, kendatipun
kelumpuhan pada anggota gerak masih cukup jelas.
Kelumpuhan sesisi pada otot-otot ynag dipersarafi oleh nervus vagus dan
nervus glosofaringeus sebagai gejala bagian dari hemiplegia adakalanya jelas,
tetapi bisa juga sukar diungkapkannya. Tetapi pada tahap dini, kelumpuhan otototot tersebut dapat disimpulkan oleh adanya kesukaran menelan.
Pada penyumbatan cabang kortikal arteri serebri media, terjadi kempuhan
pada bagian bawah wajag sisi kontralateral, lidah belahan kontralateral dan otototot leher dan lengan sisi kontralateral. Lesi kortikal akibat thrombosis cabang
arteri serebri media itu sangat mungkin melibatkan sebagian dari daerah tungkai
atas (misalnya : pinggul ), sehingga tungkai sisi kontralateral lumpuh ringan
karena gerakan di sendi panggultidak dapat dilakukan dengan penuh tenaga.

Jika suatu tumor disekitar falks serebri menekan pada kedua sisi korteks
piramidalis, maka kedua daerah somatotopik kedua tungkai bisa mengalami
gangguan, sehingga terjadi kelumpuhan UMN pada kedua tungkai (=paraplegia).
Lesi yang merusak korteks piramidalis jarang terbatas pada area 4 saja,
melainkan melibatkan daerah didepan dan belakangnya juga. Dalam hal itu gejala
pengiring hemiplegia berupa hipestesia atau gangguan berbahasa. Pada
kebanyakan orang dengan hemiplegia dekstra akibat lesi kortikal terdapat afasia
motorik (=tidak dapat mengutarakan pikirannya dengan kata-kata) atau afasia
sensorik (=tidak memiliki pengertian lagi tentang bahasa).
Sehubungan dengan ikut terlibatnya area 4s, 6 dan 8, maka hemiplegia
pyramidal akibat lesi tingkat korteks disertai gejala-gejala tambahan. Adapun
gejala-gejala itu ialah (a) hipertonia yang bersifat spastik, (b) forced crying
dan forced laughing, dan (c) deviation conjugee.
Hipertonia yang mengiringi kelumpuhan UMN memperlihatka cirri-ciri
tertentu. Akibat lesi disekitar korteks motorik primer, resistensi yang dirasakan
ketika anggita gerak difleksikan dan diekstensikan secara pasif meningkat secara
sinambung. Oleh karena itu, maka hipertonia semacam itu disebut spastisitas.
Deviation conjugee , yang berarti penatapan kedua bola mata
menyimpang ke salah satu sisi , berkorelasi dengan lesi paralitik diarea 8
kontralateral. Sedangkan terlibatnya korteks frontal dalam lesi paralitik yang
merusak kawasan korteks motorik primer dapat dihubungkan dengan forced
crying dan forced laughing, padamana penderita hemiparetik menangis dan
tertawa tanpa alas an yang berarti, namun seolah-olah terpaksa.
Gambar contoh hemiparesis

Anda mungkin juga menyukai