Tugas Hemiparesis
Tugas Hemiparesis
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Winda Febrianti
Inrike Simarmata
Debora Kirojan
I Gusti D. Sanjaya
Maurin N. Wowor
Gabrielle Sirih
I Dewa Adi Saputra
Muh. Alim Nur Yaqin
Refrando M. Sondakh
14011101060
14011101069
14011101003
14011101006
14011101005
14011101002
14011101007
14011101008
14011101009
Jika suatu tumor disekitar falks serebri menekan pada kedua sisi korteks
piramidalis, maka kedua daerah somatotopik kedua tungkai bisa mengalami
gangguan, sehingga terjadi kelumpuhan UMN pada kedua tungkai (=paraplegia).
Lesi yang merusak korteks piramidalis jarang terbatas pada area 4 saja,
melainkan melibatkan daerah didepan dan belakangnya juga. Dalam hal itu gejala
pengiring hemiplegia berupa hipestesia atau gangguan berbahasa. Pada
kebanyakan orang dengan hemiplegia dekstra akibat lesi kortikal terdapat afasia
motorik (=tidak dapat mengutarakan pikirannya dengan kata-kata) atau afasia
sensorik (=tidak memiliki pengertian lagi tentang bahasa).
Sehubungan dengan ikut terlibatnya area 4s, 6 dan 8, maka hemiplegia
pyramidal akibat lesi tingkat korteks disertai gejala-gejala tambahan. Adapun
gejala-gejala itu ialah (a) hipertonia yang bersifat spastik, (b) forced crying
dan forced laughing, dan (c) deviation conjugee.
Hipertonia yang mengiringi kelumpuhan UMN memperlihatka cirri-ciri
tertentu. Akibat lesi disekitar korteks motorik primer, resistensi yang dirasakan
ketika anggita gerak difleksikan dan diekstensikan secara pasif meningkat secara
sinambung. Oleh karena itu, maka hipertonia semacam itu disebut spastisitas.
Deviation conjugee , yang berarti penatapan kedua bola mata
menyimpang ke salah satu sisi , berkorelasi dengan lesi paralitik diarea 8
kontralateral. Sedangkan terlibatnya korteks frontal dalam lesi paralitik yang
merusak kawasan korteks motorik primer dapat dihubungkan dengan forced
crying dan forced laughing, padamana penderita hemiparetik menangis dan
tertawa tanpa alas an yang berarti, namun seolah-olah terpaksa.
Gambar contoh hemiparesis