Anda di halaman 1dari 2

Editorial

Lupus Eritematosus:
Masalah dalam Diagnosis dan
Tata Laksana

Salma Oktaria
Departemen Ilmu Penyakit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit autoimun


kompleks yang dapat mengenai hampir semua sistem organ
dan memiliki manifestasi klinis yang bervariasi.1 Pasien dapat
memiliki keluhan pada kulit, membran mukosa, sendi, ginjal,
komponen hematologik, sistem saraf pusat, sistem
retikuloendotelial, sistem pencernaan, jantung, dan paru.
Penyakit ini dapat mengenai berbagai usia dan jenis kelamin,
terutama pada perempuan usia produktif (20-40 tahun).1,2
Oleh karena manifestasinya yang sangat bervariasi,
penegakkan diagnosis penyakit lupus eritematosus
merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh para
dokter praktisi klinis. Di antara berbagai organ yang terlibat,
kulit merupakan organ terluar tubuh yang dapat dilihat secara
kasat mata sehingga seringkali menjadi salah satu kondisi
yang dikeluhkan oleh pasien. Manifestasi lupus eritematosus
pada kulit dapat ditemukan pada 59-85 % pasien dan dapat
menjadi penanda pertama yang mengarahkan penegakkan
diagnosis lupus eritematosus.3,4 Namun, bentuk klinis lupus
eritematosus pada kulit dapat sangat bervariasi sehingga
banyak dokter praktisi klinis di pelayanan kesehatan primer
yang keliru mengenali kelainan kulit lupus eritematosus atau
menggambarkan berbagai perubahan kulit pada pasien lupus eritematosus sebagai akibat dari proses autoimun

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010

penyakitnya.2
Prinsip pertama dalam tata laksana pasien lupus
eritematosus adalah pencegahan dengan menghindari faktor
pencetus, misalnya pajanan matahari, terapi estrogen dosis
tinggi, konsumsi obat yang menyebabkan kulit menjadi lebih
fotosensitif (hidroklorotiazid, griseofulvin, tetrasiklin, dan
piroxicam), dan konsumsi obat lain yang dapat menyetuskan
timbulnya lupus eritematosus (captoril, fenitoin, omeprazole,
dan sebagainya).1,2
Terapi konvensional yang diberikan pada pasien lupus
eritematosus antara lain adalah pengobatan dengan glukokortikoid, metotreksat, antimalaria, retinoid, dapson,
azatrioprin, atau thalidomide.1,2 Meskipun kesintasan 5 tahun
pasien lupus eritematosus telah meningkat menjadi 95 %
selama dekade terakhir, risiko mortalitasnya masih mencapai
dua kali populasi normal.2 Banyak pasien masih mengalami
komplikasi dan eksaserbasi penyakit yang tidak berespons
baik terhadap terapi konvensional dengan obat sitotoksik
dan glukokortikoid.1 Pasien dapat mengalami infeksi terkait
terapi imunosupresi yang dijalani, peningkatan risiko
osteopenia/osteoporosis sebagai efek samping terapi
glukokortikoid, percepatan pembentukan aterokslerosis, dan
gangguan fungsi kognitif yang timbul seiring progresivitas

435

Lupus Eritematosus Masalah dalam Diagnosis dan Tata Laksana


penyakit.5 Selain itu, manifestasi lupus eritematosus kutaneus
yang kronis dapat menyebakan gangguan psikososial dan
okupasional, sehingga dibutuhkan terapi yang lebih efektif
dengan efek samping lebih ringan agar kualitas hidup pasien
dapat meningkat.1,2
Pemahaman terbaru mengenai mekanisme disregulasi
sistem imun pada lupus eritematosus telah mengarahkan
pengembangan terapi penyakit ini pada pendekatan berbagai
jalur yang terlibat baik pada tingkat sitokin ataupun selular,
yaitu dengan terapi imunomodulator (efalizumab, anti-tumor necrosis factor, imunoglobulin intravena, rituximab).1,2,6
Pada edisi MKI kali ini akan dibahas mengenai terapi
lupus eritematosus sistemik dengan penghambatan kostimulasi sel T untuk menambah wawasan kita mengenai salah
satu modalitas terapi imunomodulator menggunakan agen
biologik yang terus diteliti dan dikembangkan dalam upaya
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas lupus eritematosus.

Daftar Pustaka
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Schwartzman JS, Gross R, Putterman C. Management of lupus in


2010: how close are the biologics?. J Musculoskel Med.
2010;27(11):427-40.
Walling HW, Sontheimer RD. Cutaneus lupus erythematosus. Issues in diagnosis and treatment. Am J Clin Dematol. 2009;
10(6):365-81.
Rothfield N, Sontheimer RD, Bernstein M. Lupus erythematosus: systemic and cutaneous manifestations. Clin Dermatol. 2006;
24(5):348-62.
Font J, Cervera R, Ramos-Casals M, Garcia-Carrasco M, Sents J,
Herrero C, et al. Clusters of clinical and immunologic features in
systemic lupus erythematosus: analysis of 600 patients from a
single center. Semin Arthritis Rheum. 2004;33(4):217-30.
Singh RR. SLE: translating lessons from model systems to human
disease [published correction appears in Trends Immunol.
2006;27:59-60.]. Trends Immunol. 2005;26:572-9.
Karim MY, Pisoni CN, Khamashta MA. Update on immunotherapy for systemic lupus erythematosus: whats hot and whats
not. Rheumatology. 2009;48(3):332-41.
SO

SURAT PERNYATAAN
PENARIKAN ARTIKEL
Berdasarkan telaah terhadap artikel berjudul, Diagnosis Kanker Paru dengan High Resolution Computed Tomography Berdasarkan Sistem Skoring Dibandingkan dengan Patalogi Anatomik
yang di tuliskan oleh Arman Adel Abdullah, Cholid Badri, Charil Hamdani, Purnawan Junadi, Anwar
Jusuf, dan telah di terbitkan di Majalah Kedokteran Indonesia (MKI), Volum: 60, Nomor: 4, April
2010, tim redaksi MKI mendapatkan unsur-unsur kesamaan dalam artikel tersebut dengan artikel
berjudul, The Sensitivity and Specificity of a New Scoring System Using High Resolution Computed Tomography to Diagnose Lung Cancer yang di tuliskan oleh, Arman A. Abdullah, Nurlela
Bujang, Cholid Badril, Chairil Hamdani, Purnawan Junadi, Anwar Jusuf, dan Sarwono Waspadji,
dan telah di muat pada Medical Journal of Indonesia (MJI) edisi July-September 2009.
Setelah dilakukan korepondesi dengan tim redaksi MJI serta penulis utama yaitu Arman Adel
Abdullah, maka Arman A.A telah menyatakan permohonan maaf atas kejadian tersebut dan
menyatakan menarik artikel tersebut dari MKI dengan segala konsekuensi yang menyertainya.
Redaksi menyatakan keprihatinan yang mendalam atas peristiwa ini dan berharap peristiwa ini
tidak terulang kembali.

Tim Redaksi MKI

436

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai