Lupus Eritematosus
Lupus Eritematosus
Lupus Eritematosus:
Masalah dalam Diagnosis dan
Tata Laksana
Salma Oktaria
Departemen Ilmu Penyakit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
penyakitnya.2
Prinsip pertama dalam tata laksana pasien lupus
eritematosus adalah pencegahan dengan menghindari faktor
pencetus, misalnya pajanan matahari, terapi estrogen dosis
tinggi, konsumsi obat yang menyebabkan kulit menjadi lebih
fotosensitif (hidroklorotiazid, griseofulvin, tetrasiklin, dan
piroxicam), dan konsumsi obat lain yang dapat menyetuskan
timbulnya lupus eritematosus (captoril, fenitoin, omeprazole,
dan sebagainya).1,2
Terapi konvensional yang diberikan pada pasien lupus
eritematosus antara lain adalah pengobatan dengan glukokortikoid, metotreksat, antimalaria, retinoid, dapson,
azatrioprin, atau thalidomide.1,2 Meskipun kesintasan 5 tahun
pasien lupus eritematosus telah meningkat menjadi 95 %
selama dekade terakhir, risiko mortalitasnya masih mencapai
dua kali populasi normal.2 Banyak pasien masih mengalami
komplikasi dan eksaserbasi penyakit yang tidak berespons
baik terhadap terapi konvensional dengan obat sitotoksik
dan glukokortikoid.1 Pasien dapat mengalami infeksi terkait
terapi imunosupresi yang dijalani, peningkatan risiko
osteopenia/osteoporosis sebagai efek samping terapi
glukokortikoid, percepatan pembentukan aterokslerosis, dan
gangguan fungsi kognitif yang timbul seiring progresivitas
435
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SURAT PERNYATAAN
PENARIKAN ARTIKEL
Berdasarkan telaah terhadap artikel berjudul, Diagnosis Kanker Paru dengan High Resolution Computed Tomography Berdasarkan Sistem Skoring Dibandingkan dengan Patalogi Anatomik
yang di tuliskan oleh Arman Adel Abdullah, Cholid Badri, Charil Hamdani, Purnawan Junadi, Anwar
Jusuf, dan telah di terbitkan di Majalah Kedokteran Indonesia (MKI), Volum: 60, Nomor: 4, April
2010, tim redaksi MKI mendapatkan unsur-unsur kesamaan dalam artikel tersebut dengan artikel
berjudul, The Sensitivity and Specificity of a New Scoring System Using High Resolution Computed Tomography to Diagnose Lung Cancer yang di tuliskan oleh, Arman A. Abdullah, Nurlela
Bujang, Cholid Badril, Chairil Hamdani, Purnawan Junadi, Anwar Jusuf, dan Sarwono Waspadji,
dan telah di muat pada Medical Journal of Indonesia (MJI) edisi July-September 2009.
Setelah dilakukan korepondesi dengan tim redaksi MJI serta penulis utama yaitu Arman Adel
Abdullah, maka Arman A.A telah menyatakan permohonan maaf atas kejadian tersebut dan
menyatakan menarik artikel tersebut dari MKI dengan segala konsekuensi yang menyertainya.
Redaksi menyatakan keprihatinan yang mendalam atas peristiwa ini dan berharap peristiwa ini
tidak terulang kembali.
436