Pencemaran Lingkungan
Pencemaran Lingkungan
Selain dibuang ke aliran sungai, tidak jarang juga warga membakar sampah di tempat-tempat
padat penduduk, atau di dekat jalan raya, hal ini mengakibatkan terganggunya pengendara yang lalu
lalang di jalan karena asap kendaraan. Proses pembakaran sampah ini memakan waktu sampai udara
kembali seperti semula sekitar 2-3 jam dan masuk pada baku tingkat gangguan. Dari hasil penelitian
dalam beberapa tahun terakhir ini dikatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga pada kondisi
pembakaran dan suhu yang rendah dapat menimbulkan gas racun dioksin. Dioksin merupakan bahan
kimia beracun yang bersifat ada terus menerus, terakumulasi secara biologi dan tersebar di dalam
lingkungan dalam konsentrasi yang rendah, juga termasuk bahan yang bersifat carcinogen yang bisa
meningkatkan resiko terkena kanker terhadap manusia.
Pencemaran juga terjadi di jalan raya adalah sampah yang ada di pinggir jalan. Sampahsampah ini mulai membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sampah organik yang tertimbun
mengalami dekomposisi secara anaerobik. Proses itu menghasilkan gas metana (CH 4). Gas
CH4mempunyai kekuatan merusak 20 kali lipat dari gas CO 2. Gas metana (CH4) terbentuk karena
proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri metana atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri
biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga terbentuk
gas metana (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat
tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah
tumpukan sampah.
Gambar 3 : Sampah yang dibuang masyarakat di tepi jalan, padahal sudah ada larangan membuang samp
Sumber : dokumentasi pribadi
Pencemaran tidak hanya dibsebabkan oleh bahan padat, tetapi bahan cair juga dapat
menyebabkan pencemaran. Limbah rumah tangga seperti air cucian, air habis mandi, dan air yang
telah digunakan biasanya dialirkan langsung ke sungai. Tidak jarang juga sungai dijadikan untuk
tempat BAB, padahal aliran sungai ini digunakan untuk irigasi persawahan di desa tersebut. Sealin itu
pada aliran sungai juga digunakan untuk sumur serapan, yang nantinya sebagai air untuk mencuci alat
makan maupun pakaian serta mandi. Jika dilihat dari fungsinya, maka air yang dimaksud termasuk
golongan B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan
untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A. Namun keadaan yang terjadi sangat
tidak baik untuk digunakan sebagai air untuk mencuci peralatan makan, maupun cuci pakaian.
Gambar 4 : Saluran pembungan limbah cairan rumah tangga yang langsung ke aliran sungai yang digunak
Sumber : dokumen pribadi
Sanitasi yang buruk identik dengan wilayah permukiman yang padat, kumuh, dan miskin
(pakumis). Dalam kasus di Indonesia, hampir sebagian besar kota di negara ini tidak memiliki batasan
perbedaan area permukiman kumuh yang jelas. Penduduk dengan ekonomi yang lebih tinggi hingga
yang rendah terkadang berada dalam satu lingkungan yang sama dan urusan sanitasi yang buruk
menjadi persoalan bersama. Tidak ada jaminan bahwa rumah dengan fisik yang cenderung mahal
terfasilitasi sarana sanitasi yang memadai. Maka dari itu, menyelesaikan permasalahan sanitasi ini
tidak dapat dipandang sedikit demi sedikit, tetapi harus melihatnya secara keseluruhan. Air limbah
permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukan dan
air tanah disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.