20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas. Pada Bab IX pasal 35 ayat 1 dijelaskan bahwa: standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Kedelapan
standar ini mutlak harus ada dan dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh sebab itu,
perlu tenaga profesional yang mampu mengelola pendidikan dengan baik sehingga
kualitas pendidikan pun akan meningkat pula. Salah satu tenaga profesional yang
diharapkan adalah tenaga pendidik dan kependidikan.
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan ujung tombak peningkatan kualitas
pendidikan, karena guru adalah orang yang berada di garis paling depan
memberikan pelayanan pendidikan langsung dengan objeknya. Oleh sebab itu guru
dituntut professional dalam melaksanakan tugas sesuai tupoksinya. Hal ini sejalan
dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I pasal 1
dijelaskan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Keprofesionalan guru akan tercapai
apabila guru sendiri ecara terus-menerus berinovatif untuk menggali dan
mengembangkan kemampuan dirinya dalam proses pembelajaran.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, guru tidak dapat berjalan
sendiri. Di sini, perlu kehadiran seorang Kepala Sekolah yang dapat memotivasi
dan memfasilitasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Agar tugas yang
dilaksanakan tidak menyimpang dari perencanaan dan komitmen semula perlu
adanya pengawasan melalui kegiatan supervisi. Supervisi ini dapat dilakukan
melalui kegiatan pembinaan, pemantauan, atau melalui penilaian terhadap guru
dan Kepala Sekolah. Yang mempunyai tugas pokok melakukan supervisi adalah
Pengawas Sekolah. Baik itu supervisi manajerial maupun supervisi akademis. Oleh
sebab itu, Pengawas Sekolah perlu memiliki kemampuan dalam malaksanakan
supervisi.
Untuk meningkatkan kemampuan Pengawas Sekolah dalam supervisi akademis,
pemerintah melalui P4TK dan LPMP Jawa Barat telah melaksanakan program
peningkatan mutu Pengawas Sekolah sebagai bekal dalam melaksanakan tugas
kepengawasannya. Hasil yang diperoleh dari in-service, kemudian disosialisasikan
melalui kegiatan on the job learning di sekolah wilayah binaan masing-masing.
Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan on
the job learning dengan pendampingan para pendamping. Laporan tersebut
kemudian dipresentasikan pada kegiatan in-service tahap kedua.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan on the job learning adalah
sebagai berikut :
1. Tersosialisasikannya Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di sekolah wilayah binaan;
2. Tersosialisasikannya pembelajaran model PAIKEM di sekolah wilayah binaan;
3. Tersosialisasikannya PTK di sekolah wilayah binaan;
4. Tersosialisasikannya teknik-teknik supervisi akademik di sekolah wilayah
binaan;
5. Tersosialisasikannya penilaian kinerja kepala sekolah.
C. Ruang Lingkup Rencana Kepangawasan Akademik (Action Plan)
Ruang lingkup rencana kepengawasan akademik dalam pelaksanaan kegiatan on
the job learning adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
Pasca disosialisasikannya EDS diharapkan sekolah memahami dan memiliki
pengetahuan tentang EDS. Kemudian muncullah keinginan sekolah untuk
melaksanakan EDS. Setelah diketahui betapa besar manfaat yang dirasakan oleh
sekolah, maka dengan kontinue sekolah akan melaksanakan EDS setiap tahun.
Sekolah meyakini bahwa dengan instrumen EDS dapat menganalisis keunggulan,
peluang, kelemahan, dan ancaman terhadapa pelaksanaan 8 (delapan) standar
nasional pendidikan. Sehingga sekolah mempunyai acuan yang dapat dijadikan
dasar dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
dipresentasikan dihadapan pengawas sekolah lain pada Laporan On The Job Learning Pengawas
Sekolah.