PTK Tutor Sebaya - IPS
PTK Tutor Sebaya - IPS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
RIADLUL JANNAH.
NIM 109015000134
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 November 2013 sampai 30
November 2013 dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar
akuntansi siswa dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan
laporan keuangan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan pendekatan deskriptif kuantitatif yang dilakukan dalam 1 siklus, dimana
dalam 1 siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Hal ini dikarenakan peneliti hanya
ingin mengetahui minat siswa dalam belajar akuntansi, dan kemudian menerapkan
suatu metode untuk meningkatkan minat siswa tersebut. Jenis data dalam
penelitian ini adalah data primer yang bersumber langsung dari subyek penelitian
yaitu siswa kelas XI SMA Darussalam Ciputat sebanyak 29 siswa. Materi
pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal umum dan laporan
keuangan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar
angket, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pembelajaran menggunakan
metode peer teaching dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa,
menjadikan pembelajaran efektif dan menyenangkan, dan dapat meningkatkan
minat siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar yang
mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya dengan nilai rata-rata hasil
penilaian ranah kognitif pertemuan pertama sebesar 71,12 pertemuan kedua
sebesar 82,16 pertemuan ketiga sebesar 96,29, dan pertemuan ke4 sebesar 98,28.
Akhirnya dapat peneliti simpulkan bahwa penerapan metode peer teaching
dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selanjutnya untuk penerapan metode ini
disarankan kepada pendidik agar aktif dalam mengamati, memberikan motivasi
dan membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
5. Para guru dan Stap SMA Darussalam Ciputat yang senantiasa membimbing,
terkhusus kak Ikbal yang senantiasa membantu penulis ketika membutuhkan
data-data yang diperlukan.
6. Terima kasih Rie ucapkan kepada ayahanda Amronih Am dan ibu Sobriyah
selaku orang tua. Berkat didikan, doa, dan pengorbanan keduanya penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
7. Lantunan doa dan ucapan terima kasih kepada almh ibunda Siti Aminah
sebagai wanita yang telah berjuang dalam melahirkan dan merawat Ririe.
Semoga Allah membalas setiap tetes keringatmu dan menempatkanmu di
syurgaNya. Aamiin.
8. Tak lupa pula terima kasih kepada Abd Ghoni dan Siti Husnah selaku paman
dan bibi yang tak henti-hantinya mengingatkan dan memotivasi penulis, serta
doanya. Sehingga Ririe tak patah semangat dalam proses pembuatan skripsi.
9. Ibu Ela beserta keluarga yang selalu mendoakan dan menyemangati.
10. Kakak-kakak dan adik-adik tersayang: Husnul khotimah (Mpo Noel), Siti
Atikoh (Sabaq), Husnul Khotimah (Unul), Syarifah Jumilah, Sintia, Desti,
Nuraini (matha), dan lainya yang tidak disebutkan namun tidak mengurangi
rasa terima kasih penulis. Terima kasih telah menghibur dan memberikan
dorongan semangat kepada penulis, sehingga kejenuhan dalam pembuatan
skripsi dapat hilang dalam sekejap.
11. Teman-teman terdekat: Nina nuraini, Suci Lestari, Siti Sugiyati, Linda
Permatasari, Deslina Maharani dan lainnya yang tidak disebutkan namun tetap
teringat oleh penulis atas dukungan semangat dan motivasi dalam pembuatan
skripsi. Terima kasih sobat, tak ku lupa perjuangan kita masa-masa itu.
12. Teman-teman kosan: Zakiyah, Dedeh, Irma, Nur (nene), uyun, Ainun,
Marfuah, Nelin, Ka Fitri, Ka Ifah, dan lainnya yang tidak dapat tersebutkan
satu persatu namun tidak mengurangi untaian terima kasih kepada kalian akan
doa serta semangat yang kalian berikan kepada penulis.
13. Bingkisan terima kasih ku hantarkan kepada Siswa-siswi SMA Darussalam
Ciputat, wabil khusus IPS kelas XI4 yang telah bersedia menjadi objek
iv
penelitian dalam pembuatan skripsi. Terima kasih atas kerja sama kalian,
sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
14. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2009, terkhusus mahasiswa IPS
kelas A (Ekonomi) yang telah membantu penulis dengan berbagai pendapat
dan tenaga kalian, sehingga kebingungan-kebingungan dapat teratasi. Terima
kasih ku ucapkan kepada kalian semua.
15. Terima kasi untuk teman-teman Aliyah (MAN 5 Jakarta): Rosyidah, Riya
Isnu, Putri Lestari, Shofwatul Husna, Neneng Komalasari, dan sebagainya tak
dapat disebutkan satu persatu. Wabil khusus ucapan terima kasih yang amat
banyak pada Neneng Komalasari yang telah membantu penulis dalam
pembuatan hard cover. Terima kasih atas doa, dan motivasi yang kalian
berikan selama pembuatan skripsi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak bisa
penulis sebutkan seperti tersebut di atas. Terima kasih telah membantu dalam
proses pembuatan skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk
kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan
pahala yang berlipat.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang terdahulu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori ........................................................................... 10
1. Pengertian Metode Pembelajaran .................................... 10
2. Macam-macam Metode Pembelajaran ............................ 14
3. Pembelajaran Peer Teaching .......................................... 18
4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Peer Teaching... 23
5. Minat Belajar................................................................... 27
a. Pengertian Minat Belajar........................................... 27
b. Macam-macam Minat Belajar ................................... 30
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar .... 31
d. Peranan Minat Dalam Belajar ................................... 35
6. Hakikat Pembelajaran Akuntansi .................................... 37
a.
b.
c.
d.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 46
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan............................... 46
C. Subjek Penelitian................................................................... 47
D. Peran dan Posisi Peneliti ....................................................... 47
E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................ 48
F. Hasil Intervensi Tindakan ..................................................... 53
G. Data dan Sumber Data ......................................................... 54
H. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 54
I.
J.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 106
B. Saran ...................................................................................... 108
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
mengakibatkan generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menjadi lebih
baik. Salah satu cara agar manusia dapat menjadi lebih baik yaitu dengan
pendidikan.
Dengan
pendidikan
manusia
dapat
mengimbangi
setiap
perkembangan yang terjadi agar mereka tidak tertinggal jauh oleh kemajuan
teknologi.
Pendidikan menurut Oemar Hamalik merupakan bagian integral dalam
pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses
pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan
sektor ekonomi yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung
dengan berbarengan.1
Oemar Hamalik juga mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
sosial, karena berfungsi
memasyarakatkan anak didik melalui proses
sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah sebagai salah satu institusi
pendidikan dan berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga
tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan
masyarakatnya kelak.2 Oleh karena itu sekolah perlu menyusun suatu program
yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan kegiatan
belajar yang kondusif.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik yang
mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), perilaku, hasil tindakan,
dan sikap (afektif), serta pengalaman eksploratoris (pengalaman lapangan).3
Dalam keseluruhan proses pendidikan, siswa merupakan salah satu komponen
utama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di mana kegiatan utama siswa
adalah belajar yang merupakan tuntunan dan kewajiban yang harus dijalankan
Oemar Hamlik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 1
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 73
3
Ibid., h. 129
2
siswa agar terjadi perubahan yang diinginkan dalam dirinya, baik pada aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor.
Menurut pendapat Oemar Hamalik, Siswa merupakan suatu komponen input
dalam proses pendidikan. Sehingga berhasil atau tidak proses pendidikan
bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu
sendiri, karena adanya perbedaan individu, baik fisik, psikologis, maupun kondisi
sosial budaya tempat mereka tinggal.4
Dalam buku proses belajar mengajar, Pada dasarnya siswa adalah unsur
penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa, sesungguhnya tidak
akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya karena siswalah yang membutuhkan
pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada
pada murid.5 Jadi tanpa adanya murid tidak akan terjadi proses pengajaran.
Kemudian komponen yang tidak kalah pentingnya adalah guru.
Menurut Oemar Hamalik, Guru memegang salah satu peranan penting dalam
proses pendidikan. Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah
(kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar siswa memahami dengan baik
semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha
agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial,
apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.6
Guru hendaknya dapat mengembangkan dan memanfaatkan semua potensi
yang dimiliki siswa. Guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Selain
mengalihkan seperangkat
Ibid., h. 115
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 99-100
6
Ibid., h. 124
5
menganalisis,
menyajikan
dalam
bentuk
angka,
Alam S., Ekonomi untuk SMA dan MA kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 139
Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 14
Siklus akuntansi adalah urutan kerja yang harus dibuat oleh akuntan sejak awal
hingga menghasilkan laporan keuangan. Proses atau siklus akuntansi tersebut
dimulai dari mengumpulkan dokumen dasar transaksi, mengklasifikasikan jenis
transaksi, menganalisis, meringkasnya dalam catatan, sampai dengan
melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan yang dibutuhkan.9
Jurnal menurut Alam S. adalah media dalam proses akuntansi yang menjadi
dasar bagi penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang
yang dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi.10 Sedangkan menurut
Rudianto, Jurnal umum atau jurnal transaksi merupakan aktivitas meringkas dan
mecatat transaksi perusahaan berdasarkan dokumen dasar secara kronologis
beserta penjelasan yang diperlukan di dalam buku harian.11
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringksan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.12 Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan tahapan terakhir dari proses akuntansi.
Mata pelajaran akuntansi kurang diminati oleh siswa SMA, karena dianggap
pelajaran yang sulit. Sebagian besar siswa memandang bahwa akuntansi adalah
mata pelajaran yang penuh dengan angka, sehingga siswa tidak berminat dengan
pembelajaran akuntansi. Masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran
akuntansi adalah pembelajaran yang sukar dimengerti, sehingga menyebabkan
siswa mendapat kesulitan untuk belajar. Selain itu juga muncul masalah-masalah
lain yaitu salah satunya adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Tidak jarang guru dalam menyampaikan materi akuntansi hanya menggunakan
metode ceramah saja, sehingga aktivitas belajar siswa selama di kelas hanya
mendengarkan penjelasan dari guru sebagai nara sumber.
Metode pembelajaran yang tidak tepat, akan memicu keragaman masalah
pada diri masing-masing individu yaitu antara lain: 1) antusias dan keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) para siswa jarang
mengajukan pertanyaan, 3) kurangnya keaktifan dalam mengerjakan soal-soal
9
Ibid.
Alam S., op. cit., h. 203
11
Rudianto, op. cit., h. 64
12
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, (Yogyakarta: IKAPI, 1992), h. 17
10
Sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukkan hasil
yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai
terlalu jauh. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai anatara siswa
tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk
menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah.
Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah
bentuk pembelajaran yang lain.
Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan daya serap pengetahuan dan
keterampilan berfikir kritis siswa secara aktif dan kreatif yang berbasis pada siswa
aktif misalnya metode pembelajaran peer teaching. Metode pembelajaran peer
teaching merupakan cara pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar
siswa secara berkualitas dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya metode peer teaching dapat meningkatkan interaktif sosial
siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut mampu mengembangkan
keterampilan bekerja dalam kelompok agar dapat membangun semangat bekerja
sama. Siswa diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab untuk belajar
sendiri. Sehingga proses pencapaian hasil belajar pun dapat meningkat. Maka dari
itu, untuk mengkaji masalah-masalah sosial di dalam kelas yang dianggap penting
dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas dengan harapan dapat
merumuskan hipotesis yang telah diuji kebenaran faktanya, guru IPS khususnya
guru akuntansi dapat menggunakan metode pembelajaran peer teaching sebagai
metode mengajar yang efisien dan efektif yang dapat meningkatkan minat belajar
siswanya.
Dengan menerapkan metode peer teaching atau tutor sebaya ini, seorang guru
tidak lagi dituntut untuk mengajarkan suatu materi, karena transfer ilmu
pengetahuan yang terjadi di sekolah bukan hanya dari guru ke siswa tetapi bisa
juga dari siswa ke siswa. Sehingga proses pembelajaran dapat membuat siswa
merasa nyaman dan tidak malu untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka
mengerti, karena mereka dapat bertanya kepada tutor yang tak lain adalah teman
mereka sendiri. Kemudian dengan menerapkan metode peer teaching, maka
seorang guru juga telah mengajarkan strategi atau cara belajar yang efektif dan
efisien kepada siswanya agar dapat mempelajari, mengeksplorasi dan memahami
sendiri setiap persoalan, kasus atau masalah yang diberikan oleh guru di sekolah
dengan mudah dan menyenangkan sesuai dengan potensi dan modalitas belajar
yang mereka miliki.
Metode peer teaching atau tutor sebaya dapat diartikan siswa yang pandai
dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai.13 Oleh
karena itu, penerapan metode peer teaching ini akan sangat membantu guru
dalam mengajarkan materi kepada siswa-siswanya. Karena dalam hal tertentu
terkadang siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa
guru, dan siswa tidak akan merasa malu atau takut untuk menanyakan materi yang
belum mereka pahami, karena yang mereka tanya tidak lain adalah temannya
sendiri.
Penelitian-penelitian tentang metode peer teaching telah banyak dilakukan
oleh praktisi-praktisi pendidikan di banyak sekolah dan dengan menerapkannya
pada mata pelajaran yang berbeda. Sebagian besar hasilnya menunjukkan
peningkatan yang positif dan cukup signifikan bagi hasil belajar siswa. Dan hasil
penelitian dengan menggunakan metode peer teaching yaitu siswa merasa nyaman
dan tidak takut untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka mengerti.
Salah satu contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin dengan
kesimpulan bahwa:
Tutor sebaya memberikan lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk bertanya
tanpa merasa takut atau malu ditertawakan. Siswa dapat bertanya sebebasbebasnya kepada tutor dalam kelompoknya. Para siswa menjadi lebih senang
dan bersemangat belajar matematika karena soal-soalnya tidak lagi menjadi
momok yang menakutkan bagi mereka. Siswa dapat dengan mudah
menyelesaikan soal-soal yang dihadapi melalui diskusi dalam kelompoknya
serta bimbingan dari tutor yang cukup membantu mereka dalam belajar
matematika.14
13
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran akuntansi.
2. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran akuntansi pada
konsep persamaan akuntansi dan jurnal umum.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas,
maka peneliti membatasi permasalahannya yaitu kurangnya minat siswa terhadap
mata pelajaran akuntansi, khususnya pada konsep jurnal umum dan laporan
keuangan yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar akuntansi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut: Bagaimana meningkatkan minat belajar akuntansi siswa SMA Kelas XI
dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk meningkatan
minat belajar akuntansi siswa dengan metode peer teaching pada konsep jurnal
umum dan laporan keuangan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Siswa, dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran
akuntansi.
2. Guru IPS khususnya guru akuntansi dapat memberikan pemahaman
terhadap minat siswa melalui metode pembelajaran peer teaching dalam
pengajaran sebagai solusi untuk mengatasi rendahnya minat siswa pada
pelajaran akuntansi.
3. Institusi, sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kebijakan sekolah
dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya berkaitan dengan pelajaran
akuntansi.
4. Peneliti, memberikan pengetahuan tentang metode pembelajaran peer
teaching yang dapat diterapkan di kehidupan bermasyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, guru akan menyampaikan
pesan-pesan yang terkait dengan materi pembelajaran. Untuk menyampaikan
pesan itu, guru sering sekali menggunakan berbagai cara atau teknik tertentu agar
siswa merasa tertarik dengan pesan atau materi yang disampaikannya. Cara atau
teknik tertentu itu disebut sebagai metode, maka disinilah guru membutuhkan
suatu metode yang tepat sebagai media penyampai pesan.
Metode secara harfiah yaitu cara.1 Menurut Wina Sanjaya, metode adalah
cara yang digunakan untuk meimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.2
Cara yang dimaksud di sisni adalah suatu cara yang mampu digunakan untuk
menjembatani seseorang (guru) untuk menganalisis dan mencapai suatu tujuan
yang diterapkan.
Metode, menurut Muhibbin Syah adalah cara atau jalan yang ditempuh
seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan.3 Jadi dapat dikatakan metode adalah
jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.
Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat
konsisten dan sistemtatis, mengingat sasaran tersebut adalah manusia yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dimana dalam dunia psikologi,
metode berarti prosedur sistematis (atau tata cara yang berurutan) yang biasa
digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan.4 Artinya
10
11
dari
suatu
metode
yang
dipilihnya,
serta
harus
mampu
Ibid., h. 88
12
13
tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat
pendukung.
Dalam kegiatan proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari interaksi antara
siswa dengan guru. Sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan
berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat
diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing
jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat
sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru
dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi
proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar
komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan dari pengertian metode dan pembelajaran di atas dapat
diisyaratkan bahwa suatu metode pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari sebuah
sistem pembelajaran. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang
peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran.
Metode mengajar diartikan sebagai suatu pola atau konsep yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Pengetahuan siswa akan menjadi luas dan dapat bertahan lama jika didapatkan
melalui suatu proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebaliknya jika
dalam proses belajar mengajar itu kurang terjadi keterlibatan intelektual,
emosional peserta didik, maka kualitas dan kuantitas pengetahuan peserta didik
juga akan berkurang. Hal yang sama juga akan terjadi pada bidang keterampilan
(skill) maupun bidang sikap dan nilai (afektif), yakni kualitas dan kuantitasnya
akan sangat tergantung kepada tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses
belajar mengajar.
14
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode tanya jawab, yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari
siswa kepada guru.
c. Metode diskusi, yaitu salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
d. Metode demonstrasi, yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
15
perumpamaan,
yaitu
suatu
metode
yang
digunaka
untuk
Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2007), cet. 1, h. 61-64
16
pelajaran
yang
akan
diajarkannya,
serta
memiliki
ketrampilan
17
Penyelenggaraan
pembelajaran
berfokus
pada
guru
biasanya
lebih
10
18
19
Ibid., h. 277
20
tidak ada tanggung jawab untuk mengajarkan teman-temannya. Masalah ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi belajar yang menunjukkan siswa berhasil dalam
kelompok, namun tidak berhasil pada saat evaluasi belajar secara individu. Karena
dalam belajar kelompok, siswa yang lebih pandai tidak berusaha memberikan
penjelasan kepada siswa yang kurang, dan begitu sebaliknya, siswa yang kurang
pandai tidak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya kepada teman
yang lebih pandai. Akhirnya yang bekerja dalam kelompok adalah mereka yang
pandai.
Muntasir dalam bukunya Pengajaran Terprogram mengemukakan bahwa
tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah
disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi lainnya dari metode peer teaching
(tutor sebaya) yaitu siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi
untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. Sebagaimana
diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor
dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam
hatinya, dan khayalannya.13
Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang
kurang mampu, kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya, dan siswa yang
malu untuk bertanya kepada gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa
merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan
kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan,
bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedangkan yang ditutori akan lebih kreatif
dalam menerima pelajaran.
Kelebihan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam pendidikan yaitu
pada penerapan tutor sebaya siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya
rasa setia kawan yang tinggi. Maksudnya dalam penerapan tutor sebaya ini, siswa
yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang
pandai atau ketinggalan materi. Jadi disini peran guru hanya sebagai fasilitator
13
21
22
23
b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya
diketahui kawannya.
c. Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring ini sukar dilakasanakan. Karena
perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program
perbaikan.
d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau
beberapa orang siswa yang harus dibimbing.
e. Tidak semua siswa pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengajarkannya
kembali kepada kawan-kawannya.16
Beberapa penjelasan di atas, jelas bahwa peer teaching memudahkan siswa
untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri
ketimbang kepada guru, karena siswa lebih sungkan dan malu bila bertanya
kepada guru. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk
bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat
diterima oleh semua siswa.
Model
tindakan
yang
melaksanakan pembelajaran
dikembangkan
dalam
penelitian
ini
adalah
bertindak sebagai tutor yaitu siswa yang telah memiliki kemampuan akuntansi
yang baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu
membimbing atau menjelaskan kepada anggotanya dalam hal ini yang ditutorinya,
sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru. Siswa yang menjadi tutor
dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan kepada teman-temannya dan yang
dijelaskan (tutee) dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami
dengan cara hasil pekerjaannya.
4. Langkah-langkah atau Prosedur penggunaan Metode Peer Teaching
Dari kelebihan dan kelemahan metode peer teaching di atas, maka perlu
diketahui bagaimana langkah dalam menggunakan metode peer teaching atau
tutor sebaya dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
16
Ibid., h. 27
24
a. Tahap persiapan
1) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang
dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan
satu pertemuan yang di dalamnya mencakup judul penggalan tujuan
pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus
diselesaikan.
2) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor
sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah
kelompok yang dibentuk.
3) Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau
bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga
latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau
siswa itu. Latihan di adakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok
kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang
akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana siswa seluruh kelas
dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung.
4) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri
atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat
kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada
masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
b. Tahap pelaksanaan
1) Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
materi yang di ajarkan.
2) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota
kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti,
demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang
tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru.
3) Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu
kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.
25
c. Tahap evaluasi
1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan
kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor
sudah menjelaskan tugasnya atau belum.
2) mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di
rumah.17
Sedangkan prosedur penyelenggaraan metode peer teaching atau tutor sebaya
menurut David Jaques, yaitu dapat dilihat dari cara pemilihan anggotaanggotanya. David Jaques dalam bukunya (learning in groups) yakni the way in
which students are assined to groups likewise depends on the purposes, both
educational and sosial. One procedure for accomplishing effective mixes is as
follows:
a. Divide the total number of students by the possible number of groups to
estimate the rough size of each group.
b. Decide on criteria whicht might be used to differentiate one student from
another, age, background, etc.
c. Go trough all the notes and assign a code to each according to these sriteria
A,B,C,etc.
d. Then, starting with group I, take one person from each of A,B,C,etc. Until this
groups complement is more than the number of qualities. Do the same for
the other groups. Finally, check that each group has a similar mix and adjust
if not.18
Maksud di atas yaitu satu cara di mana siswa dibentuk menjadi kelompokkelompok kecil yang sesuai dengan tujuan, baik pendidikan dan sosial. Salah satu
caranya yaitu dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan
kriteria yang sama (kelompok yang cepat tanggap, sedang, dan lama). Kemudian
dari kelompok dengan keriteria yang sama tersebut diberikan kode A, B, C, dan
lainnya. Selanjutnya untuk membentuk kelompok 1 dengan mengambil satu siswa
dari masing-masing A, B, C, dan lainnya. Dan untuk membentuk kelompok
17
http://pendidikan-matematika.blogspot.com/2009/03/contoh-skripsi-menggunakanpendekatan.html
18
David Jaques, Learning In Groups, (USA: Gulf Publishing Company, 1991), h. 118
26
selanjutnya lakukanlah hal yang sama. Kemudian periksa bahwa setiap kelompok
memiliki campuran yang sama dan menyesuaikan jika tidak.
Menurut Branley, seperti yang dikutip oleh Fahrur Azis ada tiga model dasar
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu : (a) Tutor to
student, yaitu proses pembelajaran di sini tutor membantu teman-temannya
yakni tiap individu dalam belajar. (b) Group to tutor, yaitu proses
pembelajaran pada model ini tutor membantu teman- temannya dalam bentuk
kelompok belajar. (c) Student to student, yaitu proses pembelajaran disini tutor
membantu sebagian dari teman/peserta didik lain dan peserta didik tersebut
juga berperan membantu teman yang lainnya.19
Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut :
19
Fahrur Azis, Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok Kecil Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat, Skripsi Jurusan
Matematika (Semarang: IAIN Walisongo, 2009), h. 17-18
27
Gambar 1
Model Pembelajaran Tutor Menurut Branley.
Dari tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
tutor sebaya di atas, maka peneliti menggunakan model group to totor. Dalam
model group to tutor ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana dalam
setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki pemahaman yang tinggi dan cerdas
yang akan ditugaskan sebagai tutor. Kemudian tugas tutor memberikan penjelasan
atau mengajarkan anggota kelompoknya masing-masing.
Hal yang menarik peneliti untuk menggunakan model group to tutor ini, yaitu
karena dengan adanya pembentukan kelompok maka suasana kelas akan terlihat
lebih rapih dan terorganisir. Selain itu dengan adanya pembagaian tugas tutor
kepada masing-masing kelompoknya, maka poses pembelajaran akan lebih efisien
dan efektif.
5. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat belajar menurut kamus besar indonesia terdiri dari dua suku kata, yaitu
kata minat dan belajar. Dari segi bahasa minat merupakan kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu.20 Kecenderungan seseorang terhadap sesuatu itu
menandakan adanya minat terhadap suatu objek yang dituju.
20
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), ed. 3, h. 744
28
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 152
Ibid
29
Sedangkan definisi belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.23 Jadi belajar merupakan suatu usaha untuk suatu perubahan
tingkah laku yang baru, yang terbentuk dari adanya suatu interaksi di lingkungan
siswa. Kemudian perubahan dari adanya kegiatan belajar tidak hanya ditandai
dengan bertambahnya ilmu saja, melainkan perubahan pada tingkah laku siswa
juga merupakan adanya perubahan dari proses belajar. Hal ini sesuai dengan
tanggapan sudirman, yaitu perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.24
Menurut Jomes O. Wittaker dalam buku Wasty Soemanto dengan judul
bukunya Psikologi pendidikan, belajar merupakan suatu proses di mana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.25 Sedangkan
menurut Morgan dalam Purwanto mengemukakan bahwa Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.26 Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk
apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai
batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian organisme yang bersangkutan.
Dari definisi-definisi belajar di atas, maka dapat dismpulkan bahwa ciri-ciri
adanya proses belajar itu yaitu adanya perubahan tingkah laku, perubahan itu
bersifat relatif tetap dan perubahan itu terjadi karena adanya latihan dan
pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto yang mengatakan bahwa
ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,
yaitu :
23
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet. 5, h. 2
24
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), cet. 10, h. 21
25
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), cet. 3, h. 98-99
26
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1985), Cet. 2. h.
80-81.
30
Ibid., h. 81
31
28
Abdul Rahman, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2009), h. 265-268
32
baru terealisasi menjadi keberhasilan setelah belajar dan berlatih. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
pun akan baik karena ia belajar dengan perasaan senang. Misalnya, siswa
yang mempunyai bakat berhitung akan lebih mudah mengerti pelajaran
akuntansi
dengan
konsep
persamaan
akuntansi
dan
jurnal
umum,
serta
disenangi
siswa
sangat
besar
pengaruhnya
dalam
33
34
a) Kegiatan berlatih atau praktek, dalam hal ini dapat diberikan dalam dosis
besar ataupun kecil.
b) Overlearning dan Drill, yaitu untuk memantapkan reaksi dalam belajar.
c) Resitasi selama belajar, yaitu lebih cocok untuk diterapkan pada belajar
membaca atau belajar hafalan.
d) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar
selanjutnya.
e) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, mempunyai
kelemahan karena membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum
belajar yang sesungguhnya berlangsung.
f) Penggunaan modalitas indra, yaitu indera yang dipakai oleh masing-masing
individu dalam belajar tidaklah sama, baik oral, visual, maupun kinestetik.
g) Penggunaan set dalam belajar, yaitu suatu arah atau sikap terhadap
pekerjaan, dalam hal ini mengarahkan perhatian hal-hal yang relevan dengan
kebutuhan dan motivasi si pelajar, serta menemukan tujuan atau alternatif
tindakan yang paling baik.29
h) Bimbingan dalam belajar, diberikan dalam batasan-batas yang diperlukan
oleh individu.
i) Kondisi-kondisi insentif, yaitu obyek atau situasi eksternal yang dapat
memenuhi motif individu. Dalam hal ini merupakan alat untuk mencapai
tujuan.
3) Faktor-faktor Individual.
Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang, adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
a) Kematangan, yaitu dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan
fisiologisnya, termasuk sistem syaraf dan fungsi otak menjadi berkembang
sehingga akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang yang akhirnya akan
mempengaruhi hal belajar seseorang.
29
Ibid., h. 101
35
b) Faktor usia kronologis, yaitu pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi
dengan pertumbuhan dan perkembangan, usia kronologis merupakan faktor
penentu dari pada tingkat kemampuan belajar individu.
c) Faktor perbedaan jenis kelamin, yaitu dalam hal peranan dan perhatian antara
pria dan wanita berbeda terhadap pekerjaan yang merupakan akibat dari
pengaruh kultural.
d) Pengalaman sebelumnya, yaitu lingkungan mempengaruhi perkembangan
individu karena banyak memberikan pengalaman yang ikut mempengaruhi
hal belajar yang bersangkutan, terutama pada transfer belajarnya.
e) Kapasitas mental, yaitu dimana individu mempunyai kapasitas-kapasitas
mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi
fisiologis pada sistem syaraf dan jaringan otak.
f) Kondisi kesehatan jasmani, yaitu orang yang belajar membutuhkan kondisi
badan yang sehat.
g) Kondisi kesehatan rohani, dalam hal ini gangguan serta cacat-cacat mental
pada seseorang sangat mengganggu hal belajar orang yang bersangkutan.
h) Motivasi, yaitu berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan yang
sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.30
d. Peranan Minat Dalam Belajar
Keberhasilan belajar siswa di sekolah salah satunya disebabkan oleh minat
yang tinggi, karena minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar siswa. Dengan tumbuhnya minat pada diri siswa, maka minat menjadi
stimulus atau perangsang terhadap suatu kegiatan sehingga berperan dalam
menunjang belajarnya.
Menurut peneliti yang pernah dilakukan, telah banyak menunjukkan bahwa
penyebab dari kegagalan belajar siswa secara lebih rinci adalah berkaitan dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar adalah:
30
36
37
berasal
dari
bahasa
inggris
to
account
yang
berarti
38
Yoga Firdaus, Pelajaran Akuntansi Untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1997), cet. 3, h. 5
39
Saham
(Capital/Capital
Stocks
Owners
Equity)
40
11) Dividen (Dividens) adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang
dibagikan kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) sebagai imbalan
atas setoran modal pemilik. Aktivitas pembagian dividen hanya dilakukan di
dalam
perusahaan
berbentuk
Korporasi/Perseroan
Terbatas
(PT).
35
41
42
43
44
Dina Melita, Metode Pembelajaran Peer Teaching Dan Problem Based Learning Untuk
Memotivasi Sosialisme Dalam Kelas (Pada Pembelajaran Statistik), (Palembang: Uni Versitas
Bina Darma)
47
Sarifudin. loc. Cit.
45
Salah satu penyebab kurangnya minat, perhatian, dan hasil belajar siswa
terhadap pelajaran akuntansi di sekolah adalah penerapan metode pelajaran yang
kurang tepat. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Salah satu cara unruk mengtasinya adalah dengan menerapkan metode
pengajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan penerapan pembelajaran
metode peer teaching.
Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah bentuk refleksi dari metode
penelitian lainnya. Peneliti menggunakan metode PTK pada penelitian ini agar
dapat lebih menyatu dengan keadaan dan situasi pembelajaran yanga ada di SMA
Darussalam Ciputat, yang akan diteliti pada PTK adalah upaya penerapan metode
pembelajaran peer teaching terhadap minat belajar siswa. Model ini digunakan
untuk merubah doktrinasi bahwa siswa datang ke kelas ibarat sebuah gelas
kosong. Maksudnya adalah memeberikan kesempatamn kepada siswa untuk dapat
memberikan pendapat dan argumentasi tentang materi pelajaran akuntansi.
Pendekatan kegiatan pembelajaran peer teaching ini menekankan adanya
motivasi siswa untuk dapat menggali pengetahuan secara sendiri, seperti interaksi
anatar siswa melalui diskusi, siswa secara bersama menyelesaikan tugas-tugas yng
dihadapi, bila kondisi ini diboisasakna akan meningkatkan sosial, skill pada siswa.
Penerapan pembelajaran peer teaching diharapkan dapat meningkatkan motivasi
dan minat siswa dalam belajar akuntansi, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar secara indiviual atau kelompok. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian
tentang upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
akuntansi melalui metode peer teaching pada konsep persamaan akuntansi dan
jurnal umum.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan kerangka berfikir, maka
hipoptesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran
peer teaching dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPS di SMA
Darussalam Ciputat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam
rangka
mengumpulkan
dan
memperoleh
data-data
yang
ini
menggunakan
rancangan
penelitian
tindakan
kelas
1. PLANNING
3.
OBSERVING
2.
ACTION
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu
lembar observasi, angket, dan dokumen.
46
47
2. Pelaksanaan/Tindakan (Acting)
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti bekerjasama dengan guru
bidang studi. Peneliti sebagai palaku tindakan, sedangkan guru sebagai
pengamat (observer). Pada tahap ini, rancangan strategi yang sudah
didiskusikan bersama akan diterapkan. Dalam hal ini melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya
sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan bersama dengan proses pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini dilakukan kolaborasi dengan guru kolaborator atau guru mata
pelajaran akuntansi untuk mengisi lembar observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, data-data yang diperoleh pada saat pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh. Kemudian melakukan
evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.
Apabila hasil penelitian telah tercukupi seperti yang diharapkan, maka
penelitian dihentikan. Namun bila terdapat masalah dari proses refleksi atau
penelitian belum tercapai, maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya.
48
metode pembelajaran Peer Teaching, dan bekerja sama dengan guru akuntansi
kelas XI yang berperan sebagai pengamat sekaligus kolaborator.
kelompok
49
2) Tahap Pelaksanaan
a) Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap
kelompok terdapat satu tutor.
b) Menerangkan metode peer teaching atau tutor sebaya.
c) Membagikan angket minat kepada siswa untuk diisi.
d) Membagikan bahan ajar dalam bentuk handt out.
e) Menjelaskan materi yang telah ditentukan dan direncanakan dalam
RPP, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas.
f) Membimbing pelaksanaan tugas yang telah diberikan pada setiap
kelompok, yaitu materi jurnal umum dengan menggunakan metode
peer teaching atau tutor sebaya.
g) Guru memanggil 2 sampai 3 siswa dari tiap kelompok untuk
mengerjakan soal latihan di depan kelas.
h) Membahas secara bersama tugas yang telah diselesaikan.
i) Guru menyimpulkan materi yang kurang atau bahkan tidak dipahami
oleh siswa.
j) Memeberikan latihan untuk dikerjakan di rumah.
k) Penilaian hasil pertemuan pertama.
l) Dokumentasi
3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Melakukan pengisian angket minat oleh siswa sebelum intervensi
tindakan.
c) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
pertama yang akan dijadikan dasar pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
50
b. Pertemuan Kedua
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti bersama observer mendiskusikan dan membuat RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran peer teaching atau tutor sebaya,
serta dilakukannya pengacakan siswa.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Melakukan pengacakan siswa dalam setiap pertemuan, dan
menjelaskan tujuan dari pengacakan siswa.
b) Guru meminta bantuan para tutor untuk mengumpulkan PR yang
telah dikerjakan para siswa.
c) Membahas latihan soal (PR) dengan memanggil 2 sampai 3 siswa
dari tiap kelompok untuk mengerjakan soal di depan kelas,
kemudian pembahasan dilakukan secara bersama.
d) Guru membagikan bahan ajar dalam bentuk hand out.
e) Guru dan observer membimbing pelaksanaan pembelajaran dan
memberikan arahan pada setiap kelompok dalam menggunakan
metode peer teaching, dengan meteri menganalisis dan menyusun
transaksi ke dalam jurnal umum.
f) Guru menyuruh para tutor menjelaskan kembali atau membahas
contoh soal kepada seluruh siswa di depan kelas, dengan dilanjuti
penjelasan oleh guru.
g) Guru memberikan latihan soal kepada seluruh siswa untuk
dikerjakan secara individu, dan dikumpulkan sebelum bel pergantian
jam pelajaran.
h) Guru menugaskan kepada seluruh siswa untuk mempelajarai materi
laporan keuangan di rumah.
i) Penilaian hasil pertemuan kedua.
j) Dokumentasi.
51
3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung pada setiap pertemuan.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
kedua yang akan dijadikan dasar pelaksanaan pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan Ketiga
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti bersama observer mendiskusikan dan membuat RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran peer teaching atau tutor sebaya,
serta dilakukannya pengacakan siswa.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Guru Melakukan pengacakan siswa.
b) Guru membagikan bahan ajar dalam bentuk hand out.
c) Peneliti dan observer berkeliling kelas untuk membimbing dan
memberikan bantuan bagi kelompok yang mengalami kesulitan.
d) Guru menjelaskan secara keseluruhan mengenai materi jurnal umum.
e) Guru menawarkan kepada seluruh siswa untuk mengerjakan contoh
soal di depan kelas.
f) Guru menawarkan kepada seluruh siswa yang ingin bertanya dan
memberikan tanggapannya.
g) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan di rumah.
h) Guru menugaskan kepada seluruh siswa untuk mempelajarai kembali
materi yang sudah diberikan, karena diawal pelajaran peneliti selalu
meriview yang sudah dipelajari dengan mengajukan pertanyaan.
i) Dokumentasi.
52
3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung pada setiap pertemuan.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
ketiga yang akan dijadikan dasar pelaksanaan pertemuan berikutnya.
d. Pertemuan Keempat
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti bersama observer mendiskusikan dan membuat RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran peer teaching atau tutor sebaya,
serta dilakukannya pengacakan siswa.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan angket untuk mengukur tingginya minat akuntansi
siswa setelah intervensi tindakan dengan penerapan metode peer
teaching dalam pembelajaran akuntansi.
e) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Guru melakukan pengacakan siswa.
b) Guru meminta bantuan para tutor untuk mengumpulkan PR yang
telah dikerjakan para siswa.
c) Membahas latihan soal (PR) dengan memanggil 2 sampai 3 siswa
dari tiap kelompok untuk mengerjakan soal di depan kelas,
kemudian pembahasan dilakukan secara bersama.
d) Guru membagikan bahan ajar dalam bentuk hand out.
e) Guru dan observer membimbing pelaksanaan pembelajaran dan
memberikan arahan pada setiap kelompok dalam menggunakan
metode peer teaching.
53
54
Variabel
Dimensi
Indikator
No. Item
Pertanyaan
+
15
55
2.
Pemahaman.
- Semangat belajar.
14
12
- Lebih mudah
17
8, 9
16
memahami
pembelajaran
akuntansi.
Perasaan
senang.
Perhatian.
3, 11
- Memperhatikan dalam
proses pembelajaran
Perasaan
- Ketertarikan terhadap
tertarik.
proses pembelajaran
Rasa ingin
tahu.
- Antusias dalam
2, 6
13
10
mengikuti
pembelajaran
2. Lembar observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.2
lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
kegiatan siswa dan guru. Lembar observasi kegiatan siswa untuk melihat
aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, sedangkan lembar
observasi kegiatan guru bertujuan untuk melihat konsistensi guru terhadap
RPP yang telah dibuat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik.3 Dokumentasi yang akan peneliti gunakan yaitu
berupa dokumentasi foto aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
56
Keterangan:
= Jumlah responden.
= Skor variabel (jawaban responden).
Y
57
2. Realibilitas
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil
pengukuran. Suatu intrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila
instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali
hasilnya sama atau relatif sama.5 Untuk menguji reliabilitas instrumen agar
dapat dipercaya, maka digunakan rumus Alpha cronbach.
Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel
adalah sebagai berikut:6
a. Menentukan varians setiap butir pertanyaan
[1 -
Keterangan:
n
= Jumlah sampel
= Varians total
= Jumlah varians butir
= Reliabilitas
K
. Dan untuk
5
6
58
Keterangan
0,80 1,00
Sangat tinggi
0,60 0,80
Tinggi
0,40 0,60
Sedang
0,20 0,40
Rendah
0,00 0,20
Sangat rendah
59
ket:
b.
Kategori
Baik
Cukup
Kurang Baik
Tidak Baik
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), Edisi Revisi V, h. 246
60
yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, kurang sekali. Seperti tabel 3.4 di
bawah ini:
Tabel 3.6 Klasifikasi Kegiatan Guru
Skor
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Keterangan:
P = Angka presentase
F = Frekuensi nilai yang memunculkan indikator
N = Jumlah nilai keseluruhan
Adapun kriteria pengujian:9
P : 80%-100%
= Sangat baik
P : 70%-79%
= Baik
P : 60%-69%
= Cukup
P : 50%-59%
= Kurang
P : 0%-49%
= Sangat kurang
L. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari
peningkatan minat belajar akuntansi siswa dengan metode Peer Teaching.
8
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.
43
9
61
Penelitian ini dikatakan berhasil jika 85% dari jumlah siswa telah mencapai atau
melebihi kriteria ketuntasan minimal 75.
Apabila hasil pada siklus I yang terdiri dari empat pertemuan tidak tercapai
indikator ketercapaian pembelajaran yang diharapkan maka akan dilanjutkan pada
pertemuan berikutnya bila diperlukan. Tetapi jika siklus I dengan empat kali
pertemuan sudah tercapai, maka penelitian sudah selesai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat SMA Darussalam
Sekolah menengah atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini
berstatus terakreditasi A didirikan pada tahun 1987, atas prakarsa Ketua
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam Drs. H.M. Salman Faris.
SMA Darussalam Ciputat yang beralamat di jalan Otista No. 36
Cimanggis Ciputat dipimpin oleh perode pertama tahun 1987 oleh H. Kohir
Bsc dan sempat tidak aktif sampai dengan tahun 2000, periode tahun 2000
sampai dengan
sampai dengan sekarang dipimpin oleh Marul Waid, S.Ag dengan jumlah
jumlah tenaga pengajar 27 guru dan staf tata usaha 3 orang, dengan jumlah
siswa sekitar 350 siswa.
SMA Darussalam Ciputat Kota Tanggerang Selatan beralamat di jalan
OTISTA Rt 01/010 No. 36 Desa: Ciputat, Kota: Tanggerang Selatan,
Provinsi: Banten yang terletak sekitar 4 km dari pusat pemerintahan Kota
Tanggerang Selatan. Secara Topografi SMA Darussalam Ciputat berada pada
ketinggian 44 m dari permukaan laut.
SMA Darussalam Ciputat berbatasan dengan:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pamulang dan wilayah
Serpong.
b. Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Pondok Aren.
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamulang.
2. Data Sekolah (Profil Sekolah)
Nama Sekolah
: SMA DARUSSALAM
Alamat Sekolah
Status Sekolah
: Swasta
NPSN
: 20603185
62
63
NSS
: 302280310010
NIS
: 300070
Nomor Rekening
: 0998-01-004786-50-8
Kelurahan
: Ciputat
Kecamatan
: Ciputat
Kota
: Tangerang Selatan
Provinsi
: Banten
Kode Pos
: 15411
Telepon
: 021 70631490
Tahun Berdiri
: Juli 2000
Akreditasi
: Terakreditasi A
Status
: Milik Yayasan
Luas Tanah
: 1.560 m2
: 260 m2
LapanganUpacara
: 315 m2
Taman
: 50 m2
LuasBangunan
: 900 m2
Lain-lain
: 660 m2
3. Keadaan Siswa
Secara kuantitas jumlah siswa yang mendaftar di sekolah SMA
Darussalam mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini dikarenakan
sekolah SMA Darussalam terkenal sebagai sekolah atlit. Tidak sedikit siswa
yang tertarik untuk memasuki sekolah ini dengan tujuan ingin menyalurkan
bakatnya melalui ekskul yang ada di sekolah itu.
Faktanya setelah lulus dari sekolah SMA Darussalam, banyak siswa yang
benar-benar dapat tersalurkan dalam dunia kerja dari kegiatan ekskul yang
terdapat di sekolah tersebut. Selain karena ekskul yang membuat siswa
tertarik memasuki sekolah itu, ternyata guru-guru SMA Darussalam hampir
seluruhnya berpendidikan Strata I (SI). Dimana kulitas yang dimiliki dalam
hal ini dari segi guru sudah sangat baik, sehingga membuat para wali murid
64
Laki-laki
Perempuan
Total
Kelas X
81
24
109
Kelas XI
74
43
117
Kelas XII
77
38
115
Total
10
236
105
341
Tabel 4.2
Jumlah Siswa Perkelas SMA Darussalam Ciputat
Tahun Ajaran 2013/2014
NO
KELAS
JUMLAH
X.1
29
36
X.2
31
39
X.3
25
34
85
24
109
JUMLAH
1
XI IPA 1
12
23
35
XI IPS 2
20
25
XI IPS 3
21
28
XI IPS 4
21
29
74
43
117
JUMLAH
65
XII IPA 1
10
22
32
XII IPS 2
33
41
XII IPS 3
34
42
JUMLAH
77
38
115
TOTAL
236
105
341
9) 1 Ruang OSIS
3) 1 Ruang Guru
4) 1 Ruang Perpustakaan
11) 1 Koperasi
5) 11 Ruang Belajar
12) 1 Gudang
6) 1 Ruang BP/ BK
: Milik Yayasan
Luas Tanah
: 1.560 m2
: 260 m2
LapanganUpacara
: 315 m2
Taman
: 50 m2
66
: MilikYayasan
LuasBangunan
: 900 m2
Lain-lain
: 660 m2
Dari data tentang sarana dan prasarana di atas, maka SMA Darussalam
sudah sangat memadai dalam proses pembelajaran. Hal ini juga yang dapat
membuat siswa tertarik untuk mendaftarkan diri di sekolah tersebut.
5. Keadaan Guru
SMA Darussalam berdiri atas nama Yayasan Darussalam, dimana
terdapat 25 tenaga pengajar. Dari jumlah tersebut yang menjadi guru tetap
yayasan sebanyak 18 orang, dan selebihnya adalah guru tidak tetap (GTT).
Sesuai Undang-Undang N0.14 th 2005, guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Maka itu para guru yang mengajar di SMA Darussalam
sebagaian besar rata-rata berpendidikan Strata I (SI), dan masih ada 1 orang
yang berkualifikasi Diploma Dua (D2) serta 1 orang lagi berlulusan SMA.
SMA Darussalam juga memiliki 1 orang staf tata usaha. Jadi keseluruhan
jumlah pengajar dan pegawai sebanyak 26 orang. Data guru dapat dilihat
pada tabel 4.3 di bawah ini.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 4.3
Data Guru dan Mata Pelajaran SMA Darussalam Ciputat
Tahun Ajaran 2013/2014
Nama
Jenjang Tugas Mengajar
Jam
Pendidikan
Mengajar
Marul Waid, S.Ag
S1
Agama + Al-Qur'an
12
Riswadi, SE
S1
Penjas
6
Bambang Adi Rustam
D2
Pend. Seni
6
Nur Asma, SE. MM
S2
Ekonomi
14
Ardila, S.Pd
S1
Sosiologi
15
Hendra Wijaya, S.Kom
S1
TIK
12
Yati Rochayati, S.Pd
S1
Ekonomi
12
Sophan Sophian, S.Kom
S1
TIK
8
67
Ubaidillah, SS
S1
10
Ismail Fahmi, ST
S1
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SMA
S1
S1
S1
Sejarah
Matematika +
Fisika
Geografi
B. Inggris
B. Inggris
Biologi
Penjas
B. Indonesia
Agama + Al-Qur'an
Matematika
Agama + Al-Qur'an
B. Indonesia
PKN
Pend. Seni
B. Arab
Sosiologi
Kimia
19
24
18
12
28
14
12
20
14
28
20
12
18
14
20
6
8
68
2013, dan observasi ke dua pada pada tanggal 14 November 2013. Pada
penelitian pendahuluan ini peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran akuntansi tanpa adanya bantuan dari observer.
Adapun hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:
a. Kurangnya persiapan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya
pembelajran akuntansi. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya siswa
yang berada di luar kelas pada saat pergantian jam pelajaran. Kemudian
banyak siswa yang belum mempersiapkan buku pada saat guru sudah
memulai pelajaran.
b. Hanya beberapa siswa yang serius memperhatikan dan mengikuti
pembelajaran akuntansi. Hal ini dapat dilihat bahwa pada saat guru
menjelaskan materi, banyak siswa yang mengobrol dengan teman
sebangkunya dan tidak memperhatikan. Sehingga konsentrasi siswa
kurang terfokus pada pembelajaran akuntansi.
c. Pada saat pembelajaran berlangsung minat belajar akuntansi siswa sangat
kurang (rendah). Hal ini terlihat ketika guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal yang diberikan, siswa tidak mengerjakannya dan tidak
berminat untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut tetapi lebih senang
menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Ketika guru mengajukan
pertanyaan mengenai materi, siswa tidak menjawab dengan baik bahkan
beberapa siswa menjawab asal-asalan. Jika pertanyaan guru mudah atau
hanya melengkapi, mereka menjawab secara bersama-sama. Jika guru
meminta siswa untuk menjawab pertanyaan secara lisan, mereka hanya
terdiam dan tidak akan menjawab hingga guru memanggil nama mereka.
Sehingga proses pembelajaran terlihat pasif, karena kebanyakan siswa
tidak percaya diri dengan kemampuannya. Bahkan banyak siswa merasa
malu atau takut bertanya kepada gurunya jika ada materi yang
menyulitkannya. Selain itu banyak juga siswa yang malas mencatat,
bahkan mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini
siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran akuntansi.
69
untuk
memperbaiki
proses
pembelajaran
akuntansi
dan
70
2. Siklus 1
Dalam penelitian tindakan terdiri dari beberapa siklus, dimana setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yang berkaitan yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a. Petemuan Pertama
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan pertama yaitu pada tanggal 21 November 2013. Dalam
perencanaan tindakan, peneliti membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), membuat hand out terkait materi yang akan
diajarkan sebagai media pembelajaran siswa, menyiapkan latihan soal,
menyiapkan instrumen (berupa angket, lembar observasi guru dan
siswa).
2) Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan pertama jumlah siswa yang hadir yaitu 29 siswa.
Guru akuntansi hadir untuk memberikan bantuan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran diawali dengan memberi
salam dan menyapa siswa, kemudian mengabsen siswa. Selanjutnya
guru memberikan apersepsi pada siswa dengan tujuan menstimulus
siswa agar timbulnya rasa ingin tahu mengenai materi yang akan
dipelajari. Dalam hal ini siswa akan berfikir mengenai materi yang
akan dipelajari, menjawab pertanyaan guru serta mengungkapkan
pendapatnya.
Kemudian
guru
menyampaikan
tujuan
dari
71
72
Kemudian
hasil
penelitian
pertemuan
pertama
pelaksanaan
tindakan
yaitu
seperti
biasa
proses
73
seluruh
PR
anggotanya,
peneliti
memulai
kesulitan
yang
dihadapi
saat
mengerjakan
PR,
tutor
diarahkan
untuk
memulai
dan
memimpin
74
75
c. Pertemuan Ketiga
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan ke-3 yaitu hari kamis tanggal 28 November 2013,
jumlah siswa yang hadir 29 siswa. Seperti biasa peneliti bersama
observer mendiskusikan dan membuat RPP dan dilakukannya
pengacakan siswa., menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand
out, membuat latihan soal, menyiapkan lembar observasi serta semua
keperluan untuk observasi selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
Seperti pertemuan sebelumnya, yaitu siswa langsung berkumpul
sesuai kelompoknya masing-masing dan dilakukannya pengacakan
siswa kembali. Kali ini siswa terlihat lebih cepat dalam mengatur posisi
duduk sesuai kelompoknya masing-masing, sehingga waktu untuk
belajar dapat dimaksimalkan. Peneliti langsung mempersilahkan para
tutor untuk membuka dan memimpin jalannya diskusi pokok bahasan
pertemuan ketiga pada hand-out. Peneliti dan kolaborator berkeliling
kelas untuk membimbing dan memberikan bantuan bagi kelompok
yang menemui kesulitan saat mendiskusikan materi dan membahas
contoh soal dalam proses pembelajaran berlangsung.
Pertemuan kali ini kegiatan belajar siswa terlihat lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan aktifnya seluruh
anggota pada beberapa kelompok. Beberapa tutor yang pertemuan
sebelumnya terlihat gerogi, sudah mulai berani dan terlihat percaya diri
saat menjelaskan materi kepada anggotanya meski sesekali terbata-bata
saat menjelaskan materi. Setelah waktu diskusi berlalu selama 20 menit,
seluruh siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan ulang materi
jurnal umum oleh peneliti. Pada saat peneliti masuk pada pembahasan
contoh soal, peneliti menawarkan kepada seluruh siswa untuk
menjelaskan contoh soal tersebut di papan tulis.
Sekitar 21 siswa mengacungkan tangan ingin maju ke depan kelas
untuk menjelaskan contoh soal. Karena terlalu banyak siswa yang
76
77
penelitian pertemuan ketiga dibandingkan dengan pertemuan sebelumsebelumnya dan indikator keberhasilan.
d. Pertemuan keempat
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 30
November 2013, dimana seluruh siswa hadir saat pembelajaran
akuntansi. Tahap perencanaan kali ini peneliti bersama observer
mendiskusikan dan membuat RPP dan dilakukannya pengacakan siswa,
menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out, membuat latihan
soal, menyiapkan angket untuk mengukur tingginya minat akuntansi
siswa setelah intervensi tindakan, menyiapkan lembar observasi serta
semua keperluan untuk observasi selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan keempat ini, seluruh siswa sudah terbiasa dengan
penerapan
metode
peer
teaching.
Dimana
sebelum
memulai
78
observer
menganalisis
sekaligus
mengevaluasi
proses
79
80
Pernyataan
1
2
3
Positif
(STS)
(TS)
(S)
Keaktifan Saya merasa
mudah
memahami
pembelajaran
55,17% 37,93% 6,90%
akuntansi
dengan
metode peer
teaching.
Jumlah
55,17% 37,93% 6,90%
Rata-rata
55,17% 37,93% 6,90%
Dimensi
4
(SS)
Persentase
%
100%
100%
100%
81
Dimensi
Motivasi
Pernyataan
Positif
Saya sudah
belajar
akuntansi
pada malam
hari sebelum
pelajaran
esok hari.
Saya selalu
mengikuti
pembelajaran
akuntansi di
kelas.
Pernyataan
Negatif
Saya tidak
peduli jika
nilai
akuntansi
saya jelek
Saya tidak
pernah
mengerjakan
1
(STS)
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
44,83%
55,17%
51,72%
24,14%
20,69%
3,45%
100%
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
55,17%
37,93%
6,90%
100%
34,48%
37,93%
27,59%
100%
100%
82
soal latihan
akuntansi
Jumlah
Rata-rata
186,20%
46,55%
155,17%
38,79%
55,18%
13,80%
3,45%
0,86%
400%
100%
Pernyataan
Positif
Pemahaman Saya paham
dengan
materi-materi
akuntansi
yang
disamapaikan
guru.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
kebingungan
Dimensi
1
(STS)
2
(TS)
3
(S)
62,07%
34,48%
3,45%
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
55,17%
41,38%
3,45%
4
(SS)
Persentase
%
100%
4
Persentase
(STS)
%
100%
83
ketika belajar
akuntansi.
Akuntansi
merupakan
pelajaran
37,93% 48,28% 13,79%
yang sulit
dipahami.
Jumlah
155,17% 124,14% 20,69%
100%
300%
tepat,
yang
menyebabkan
perhatian
siswa
berkurang
saat
Dimensi
Perasaan
Senang
Pernyataan
Positif
Saya merasa
senang apabila
guru sering
memberikan
tugas
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
1
(STS)
41,38% 48,28%
Saya tidak
senang
mengerjakan
soal-soal
akuntansi.
41,38% 51,72%
1
(SS)
2
(TS)
2
(S)
3
(S)
10,34%
3
(TS)
6,90%
4
(SS)
Persentase
%
100%
4
Persentase
(STS)
%
100%
84
Jumlah
Rata-rata
82,76%
41,38%
100%
50%
17,24%
8,62%
200%
100%
Data pada tabel 4.7 di atas menyatakan bahwa siswa tidak senang
mengerjakan soal-soal akuntansi, sehingga siswa merasa tidak senang jika
guru memberikan tugas. Karena sebanyak 91,38% siswa menjawab tidak
setuju dengan pernyataan yang diajukan peneliti, dan hanya 8,62% siswa
yang menjawab setuju.
Perasaan tidak senang siswa dikarenaka sebagian besar siswa merasa
tidak paham dengan materi akuntansi, sehingga siswa tidak dapat
mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Ini terbukti pada tabel 4.6 di atas
mengenai dimensi pemahaman, bahwa tingkat pemahaman siswa sangat
rendah yaitu hanya sebesar 6,90%. Artinya perasaan siswa yang tidak
menyenangi pembelajaran akuntansi, maka akan berpengaruh juga pada
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan.
Tabel 4.8 Perhatian Siswa Saat Belajar Akuntansi
No.
5
Pernyataan
Negatif
Perhatian Saya suka
bercanda
ketika guru
menjelaskan
Saya banyak
bergurau
dengan
teman-teman
ketika belajar
kelompok.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
4
Persentase
(STS)
%
100%
100%
200%
100%
85
Dimensi
Perasaan
Tertarik
Pernyataan
Positif
Akuntansi
adalah
pelajaran yang
menarik
Saya tertarik
untuk
membuat
ringkasan
materi
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
tidak tertarik
mengikuti
bimbingan
belajar
akuntansi
Jumlah
Rata-rata
1
(STS)
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
51,72%
41,38%
6,90%
100%
48,28%
37,93%
13,79%
100%
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
51,72%
27,59%
20,69%
100%
151,72
%
50,57%
106,90
%
35,63%
41,38%
300 %
13,79%
100%
4
(STS)
Persentase
%
Persentase
%
oleh
beberapa
faktor,
metode,
media
ataupun
strategi
86
Pernyataan
Positif
Rasa Ingin Saya pernah
Tahu
mencari
informasi di
internet
mengenai
sejarah
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya malu
bertanya jika
ada yang tidak
saya mengerti
dari
pembelajaran
akuntansi.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi
1
(STS)
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
41,38%
48,28%
10,34%
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
44,83%
37,93%
17,24%
100%
86,21%
43,11%
86,21%
43,11%
27,58%
13,79%
200%
100%
100%
4
Persentase
(STS)
%
Hasil penelitian mengenai dimensi rasa ingin tahu siswa yaitu sangat
rendah. Data di atas menunjukkan sebesar 86,22% siswa menjawab tidak
setuju dengan pernyataan yang diajukan, dan 13,79% siswa menjawab setuju.
Artinya siswa tidak mempunyai antusias dalam mengikuti pembelajaran
akuntansi. Ketidak antusiasan siswa dalam belajar ditandai dari siswa yang
tidak mau mencari informasi di inetrnet mengenai sejarah akuntansi, dan
siswa merasa malu bertanya jika ada materi yang tidak dimengertinya.
b. Setelah Intervensi Tindakan
Setelah mengetahui hasil kuesioner minat belajar akuntansi siswa yaitu
sangat rendah, maka peneliti melakukan intervensi tindakan sebagai solusi
dari masalah rendahnya minat siswa tersebut. Hasil intervensi tindakan yang
diharapkan yaitu adanya peningkatan minat belajar akuntansi. Intervensi
tindakan oleh peneliti adalah penerapan sebuah metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dimana siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran.
Metode yang diterapkan itu adalah metode peer teaching atau tutor sebaya.
87
Pernyataan
Positif
Keaktifan Saya merasa
mudah
memahami
pembelajaran
akuntansi
dengan
metode peer
teaching.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi
1
(STS)
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
13,79%
86,21%
100%
13,79%
13,79%
86,21%
86,21%
100%
100%
Dimensi
Motivasi
Pernyataan
Positif
Saya sudah
belajar
akuntansi
pada malam
hari sebelum
pelajaran
esok hari.
1
(STS)
2
(TS)
3
(S)
3,45% 13,79%
4
(SS)
Persentase
%
82,76%
100%
88
Saya selalu
mengikuti
pembelajaran
akuntansi di
kelas.
Pernyataan
Negatif
Saya tidak
peduli jika
nilai
akuntansi
saya jelek
Saya tidak
pernah
mengerjakan
soal latihan
akuntansi
Jumlah
Rata-rata
1
(SS)
27,59%
72,41%
100%
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
6,90%
93,10%
100%
10,34%
89,66%
100%
3,45% 58,62%
0,86% 14,66%
337,93%
84,48%
400%
100%
2
(S)
menerapkan metode
peer
teaching
dalam
Dimensi
Pemahaman
Pernyataan
Positif
Saya paham
dengan
materi-materi
akuntansi
1
(STS)
3,45%
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
10,34%
86,21%
100%
89
yang
disamapaikan
guru.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
kebingungan
ketika belajar
akuntansi.
Akuntansi
merupakan
pelajaran
yang sulit
dipahami.
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
24,14%
75,86%
100%
3,45%
13,79%
82,76%
100%
Jumlah
6,90%
48,27%
244,83%
300%
Rata-rata
2,30%
16,09%
81,61%
100%
Dimensi
Perasaan
Senang
Pernyataan
1
Positif
(STS)
Saya merasa
senang apabila
guru sering
memberikan
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
10,34%
89,66%
100%
90
tugas
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya tidak
senang
mengerjakan
soal-soal
akuntansi.
Jumlah
Rata-rata
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
6,90%
93,10%
100%
17,24%
8,62%
182,76%
91,38%
200%
100%
Pernyataan
Negatif
Perhatian Saya suka
bercanda
ketika guru
menjelaskan
Dimensi
Saya banyak
bergurau
dengan
temanteman ketika
belajar
kelompok.
Jumlah
Rata-rata
1
(SS)
2
(S)
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
3,45%
72,41%
24,14%
100%
20.69%
79,31%
100%
93,10%
46,55%
103,45%
51,73%
200%
100%
3,45%
1,73%
91
menjawab tidak setuju dari pernyataan yang diajukan. Artinya hampir seluruh
siswa mengalami peningkatan pada minat belajar yang ditandai dari
meningkatnya perhatian siswa. peningkatan perhatian siswa ditandai dari
sudah tidak adanya siswa yang bercanda ketika guru sedang menjelaskan, dan
tidak ada siswa yang bergurau atau mengobrol dengan temannya saat
berdiskusi dalam kelompok.
Tabel 4.16
Kertarikan Siswa Terhadap Pelajaran Akuntansi
No.
6
Pernyataan
Positif
Perasaan Akuntansi
Tertarik adalah
pelajaran yang
menarik
Saya tertarik
untuk
membuat
ringkasan
materi
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
tidak tertarik
mengikuti
bimbingan
belajar
akuntansi
Jumlah
Rata-rata
Dimensi
1
(STS)
1
(SS)
2
(TS)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
3,45%
13,79%
82,76%
100%
3,45%
10,34%
86,21%
100%
2
(S)
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
3,45%
3,45%
93,10%
100%
10,35%
3,45%
27,58%
9,19%
262,07%
87,36%
300%
100%
Dari tabel 4.16 di atas, sebanyak 96,55% siswa menjawab setuju dan
3,45% siswa menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan.
perasaan tertarik siswa terhadap pembelajaran akuntansi meningkat dari
sebelumnya. Ini berarti minat belajar siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan rasa ketertarikan siswa terhadap akuntansi dilihat dari
keikutsertaan siswa dalam mengikuti bimbingan belajar, siswa mulai
92
Pernyataan
Positif
Rasa
Saya pernah
Ingin
mencari
Tahu
informasi di
internet
mengenai
sejarah
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya malu
bertanya jika
ada yang
tidak saya
mengerti dari
pembelajaran
akuntansi.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi
1
(STS)
1
(SS)
2
(TS)
2
(S)
3
(S)
4
(SS)
Persentase
%
6,90%
93,10%
100%
3
(TS)
4
(STS)
Persentase
%
10,34%
89,66%
100%
17,24%
8,62%
182,76%
91,38%
200%
100%
93
Kategori Pengamatan
Kesiapan mengikuti
pembelajaran.
Tingkat pemahaman
penjelasan guru.
Berusaha menyelesaikan
soal latihan yang diberikan
guru.
Kerjasama dalam
kelompok.
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Keaktifan berpendapat
Ketepatan waktu
2
mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan
94
Jumlah
22
23
25
24
29
22
Skor Persentase
55%
56%
63%
Jumlah Rata-rata
362%/6 = 60%
Pada tabel 4.18 di atas, terlihat bahwa penilaian lembar aktivitas siswa
tiap kelompoknya mayoritas berkriteria kurang yaitu berkisar 60%-69%.
Kelompok yang berkriteria kurang itu adalah kelompok 1, 2, dan 6. Sedang
kelompon 3 dan 4 berkriteria cukup, dan kelompok 5 berkriteri baik. Namun
jika dijumlahkan persentase rata-ratanya menjadi 60%. Artinya penilaian
aktivitas siswa pada pertemuan pertama berkriteria cukup.
Kriteria cukup dalam aktivitas siswa dari hasil pengamatan perkelompok
yaitu rata-rata dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, tingkat
pemahaman siswa atas penjelasan guru, mengerjakan soal latihan, keaktifan
berpendapat, dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas.
Hampir seluruh kelompok bernilai cukup pada Kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, hanya kelompok 5 yang telah memiliki kesiapan
yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Kurang siapnya siswa dalam
mengikuti pembelajaran diantaranya dapat dilihat dari lamanya siswa dalam
mengatur posisi duduk sesuai kelompok, ada beberapa siswa berjalan
mengunjungi kelompok lainnya, dan ada beberapa siswa yang keluar untuk
ketoilet.
Tingkat pemahaman yang cukup dapat diamati dari kurangnya usaha
siswa dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru, karena beberapa
siswa terlihat asik mengobrol dengan teman sekelompoknya. Sedikit siswa
yang aktif bertanya, menjawab dan berpendapat, sehingga mengakibatkan
95
Aspek Penilaian
Kegiatan Pendahuluan.
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kesiapan
kelas.
Memberi salam dan menyapa siswa.
Mengabsen siswa.
Nilai
2
3
96
b. Apersepsi.
c. Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu
siswa (motivasi).
Kegiatan Inti.
a. Penggunaan media/alat pembelajaran yang
sesuai dengan indikator bahan ajar.
97
Jumlah
Skor Maksimum
Skor Minimal
Skor Rata-rata
27 16
68
17
51/68 x 100% = 75%
Data aktivitas guru selama mengajar dapat dilihat pada tabel 4.22 di atas,
bahwa pada pertemuan pertama total skor penilaiannya baik dengan
persentase 75%. Namun ada beberapa dari aspek yang dinilai mendapat skor
2 dengan keterangan cukup, dalam hal ini dianggap sebagai kekurangan pada
guru yang harus diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Aspek penilaian
yang kurang itu yaitu: 1) pada saat membangkitkan minat atau motivasi
siswa, baik pada saat memulai pembelajaran maupun diakhir pembelajaran.
2) pemusatan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung. 3) memberikan
bimbingan kepada kelompok.
Kurangnya membangkitkan motivasi belajar siswa diawal maupun
diakhir, dikarenakan jam pembelajaran yang terpakai oleh mata pelajaran
sebelumnya. Sebab pada pertemuan pertama, pelajaran akuntansi berada pada
jam ke-3 dan ke-4. Jadi ketika pergantian jam pelajaran, guru mata pelajaran
sebelumnya tidak langsung keluar kelas. Sehingga memakai jam pelajaran
akuntansi dan mengakibatkan guru dalam hal ini peneliti hanya sekedarnya
sajah dalam memberikan motivasi belajar.
Sedangkan kurangnya kelemahan dalam memberi bimbingan disini yaitu
ketika proses pembelajaran berlangsung, guru hanya berkeliling tanpa
memberikan bimbingan yang lebih intens kepada setiap kelompok yang
mengalami kesulitan. Sehingga terlihat oleh peneliti beberapa siswa tidak
berusaha mengerjakan soal latihan dan asik mengobrol dengan teman
sekelompoknya.
Untuk pertemuan ke-2 berdasarkan bimbingan dan arahan dari
kolaborator dalam hal ini guru bidang studi, aktivitas guru dalam proses
mengajar mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas guru sangat baik
dengan persentase 89%. Pada pertemuan ini, guru mendatangi tiap kelompok
saat menyelesaikan latihan soal yang diberikan guru. Begitupun halnya pada
98
Pertemuan
Sebelum Tindakan
Setelah Tindakan
Persentase Kategori
Persentase Kategori
37,93%
tidak baik
96,55%
Baik
42,24%
kurang baik
95,69%
Baik
37,65%
tidak baik
94,25%
Baik
41,81%
kurang baik
97,84%
Baik
46,98%
kurang baik
93,53%
Baik
40,80%
tidak baik
95,98%
Baik
99
42,67%
kurang baik
97,84%
Baik
Rata-rata
41,44%
kurang baik
95,95%
Baik
Dari data angket yang diperoleh tersebut di atas, maka dapat diperjelas
dengan sebuah grafik. Grafik berikut adalah grafik perkembangan minat
siswa dari sebelum tindakan ke sesudah tindakan.
70
60
50
40
Sebelum Intervensi
Tindakan
30
Setelah Intervensi
Tindakan
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Minat Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI-4
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket didapatkan bahwa
minat belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi meningkat dengan melalui
metode peer teaching. Sehingga dapat dikatakan tujuan penelitian ini sudah
tercapai yaitu peningkatan minat belajar akuntansi siswa. peningkatan minat
dari hasil data angket, dapat didukung oleh hasil pengamatan kegiatan siswa
yang menyatakan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan
di bawah ini.
2. Hasil Lembar Observasi
Berdasarkan hasil dari lembar observasi yang telah disusun dengan
memuat aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas dan minat belajar
yang terdiri dari 10 aspek yang diamati yaitu: (a) kesiapan mengikuti
pembelajaran, (b) tingkat pemahaman penjelasan guru, (c) menyelesaikan
100
soal latihan yang diberikan guru, (d) kerjasama dalam kelompok, (e)
keaktifak tutor dalam memimpin kelompok, (f) keaktifan bertanya, (g)
keaktifan menjawab, (h) keaktifan berpendapat, (i) ketepatan waktu
mengumpulkan hasil jawaban dari soal latihan yang diberikan guru, (j)
kondusif
Persentase Rata-rata
Aktivitas Siswa
60%
II
74%
III
85%
IV
94%
Rata-rata
Kategori
78,25%
Baik
Dari tabel di atas, jelas terlihat peningkatan aktivitas siswa dari setiap
pertemuan dalam proses pembelajaran di kelas. Dimana aktivitas belajar
akuntansi siswa pada pertemuan I sebesar 60%, pertemuan II sebesar 74%,
pertemuan III 85%, dan pertemuan IV sebesar 94%, dengan rata-rata
persentase 78,25% berada pada kategori baik. Begitupun juga mengenai
aktivitas guru selama mengajar mengalami peningkatan dari setiap
pertemuan, dengan rata-rata persentase 89,75% berada pada kategori sangat
baik. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil persentase dari observasi aktivitas
guru dapat dilihat pada tabel 4.25 di bawah ini.
101
Persentase Rata-rata
Aktivitas Siswa
75%
II
89%
III
96%
IV
99%
Rata-rata
Kategori
89,75%
Sangat Baik
Setelah mengetahui data dari hasil angket dan lembar observasi yang
menyatakan adanya peningkatan minat dalam pembelajaran akuntansi. Untuk
menjadikan data ini sebagi data yang akurat, maka peneliti mecantumkan
nilai dari hasil latihan dan tugas yang dikerjakan siswa. Karena peningkatan
minat juga mengiringi prestasi belajar siswa meningkat dalam pembelajaran
akuntansi. Tabel di bawah ini merupakan data nilai siswa selama penelitian
berlangsung selama 4 kali pertemuan.
Tabel 4.26 Data Nilai Akuntansi Siswa Kelas XI-4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NAMA
Achmad Syahirul
Alim
Ade Echa
Aprilianti
Ade Hasanudin
Adinda Pangestika
Putri
Agung Nugroho
A. Muzaki
Anjas Sutrisno
Annisa Nur
Lintang
Aulia Fauziah
Baldan Fattulah
Damai Yanwardi
Pertemuan
II
Latihan
Nilai
Awal
III
IV
PR
PR
PR
60
65
75
70
85
80
100
100
50
65
75
85
100
100
100
100
60
65
70
75
85
95
100
95
65
65
75
90
100
100
100
100
40
55
50
65
70
65
70
80
75
70
100
95
75
85
85
95
100
95
95
100
100
100
100
95
65
70
80
100
100
100
100
100
65
65
60
75
70
70
80
75
70
85
75
75
85
80
75
95
90
95
95
95
100
100
90
95
102
12
13
14
Doni Septiandi
Faisal Alam
Habib Hafidz
Maulana
15 Hamdan Fahmi
16 Johan Ardiansyah
17 Khodijah
18 M. Febrizal
Ramadhan
19 M. Rafli
20 M. Hasanudin
21 M. Afwan
22 M. Al Aziz
23 M. Fikri Al Fajar
24 M. Firmansyah
25 Redika Anjani
26 Rifky Fadillah
27 Suci Indah Sari
28 Syaifulloh
29 Puput Safitri
Rata-rata
Jumlah Rata-rata
55
50
65
70
70
75
75
80
75
75
90
95
95
100
100
100
50
65
65
80
85
95
90
95
55
60
60
65
65
75
70
75
80
75
80
80
85
75
95
100
100
100
95
95
100
100
100
100
65
75
75
80
75
90
90
95
50
45
50
55
50
50
60
65
75
55
70
57,07
57,07
65
65
75
85
65
70
80
75
75
75
85
90
75
70
75
85
65
65
75
85
65
65
70
75
75
70
80
85
75
70
75
80
80
85
85
85
65
65
75
80
80
80
85
90
69,31 72,93 80,34 83,97
71,12
82,16
100
100
85
95
100
100
90
95
100
95
95
100
100
95
95
90
100
100
85
100
100
100
95,34 97,24
96,29
usaha
yang
dilakukan
sesorang.
Minat
yang
akan
95
95
100
100
100
100
100
100
100
95
100
98,28
98,28
103
menimbulkan usaha yang gigih, serius, dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia
akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Menurut Elizabeth B. Hurlock
yang dikutip oleh Abdul Wahid, fungsi minat bagi kehidupan anak yaitu
sebagi pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa
mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun
suasana sedang hujan.1
Kemudian siswa yang mempunyai minat dalam belajar, maka siswa
tersebut akan melakukan hal apapun agar tujuannya tercapai. Hal ini seperti
ungkapan oleh Pasaribu dan Simanjutak bahwa minat adalah suatu motif
yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang
menariknya.2 Jadi ketika siswa sudah berminat terhadap sesuatu, maka hal
apapun akan dilakukannya agar yang menjadi tujuannya itu tercapai. Dimana
segala hal yang dilakukan siswa tersebut disertai dengan perasaan senang,
adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Tujuh aspek yang diukur dalam lembar angket minat tidak terlepas dari
pengukuran afektif atau tidaknya metode yang diterapkan, dalam hal ini
metode peer teaching atau tutor sebaya. Metode peer teaching merupakan
metode yang berpusat pada siswa dengan membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok, dimana terdapat tutor dalam tiap kelompoknya. Jadi dapat
dikatakan metode peer tecahing dapat meningkatkan minat belajar akuntansi
siswa, dimana siswa menjadi lebih aktif ketika belajar. Sehingga proses
pembelajaran di kelas menjadi kondusif.
Dari pembahsan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa hasil penelitian
diperoleh pembelajaran akuntansi siswa kelas XI-4 SMA Darussalam Ciputat
melalui metode peer teaching dapat meningkatkan minat siswa kelas XI-4
SMA Darussalam untuk belajar akuntansi. Artinya metode peer teaching
terbukti dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar, karena metode
1
Abdul Wahid, Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak-Anak Dalam Chabib Toha (eds),
PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Prose Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: pustaka pelajar, 1998), h. 109-110
2
Pasaribu dan simanjutak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1983), h. 52
104
masih
ditemukan
kekurangan-kekurangan
diantaranya adalah:
1. Terbatasnya waktu penelitian karena persiapan untuk menghadapi ujian
akhir semester.
2. Kondisi siswa yang terbiasa hanya menerima informasi yang diberikan
oleh guru (teacher centered).
105
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembahasan dari hasil penelitian yang terdapat pada bab 4 mengenai
peningkatan minat belajar akuntansi siswa IPS kelas XI4 SMA Darussalam
Ciputat dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan minat akuntansi siswa
setelah diberikannya tindakan dalam proses pembelajaran yaitu berupa
penerapan metode peer teaching atau tutor sebaya.
Meningkatnya minat belajar siswa dapat dilihat dari hasil data angket yang
menyatakan bahwa adanya peningkatan minat siswa dalam belajar akuntansi,
dimana sebelum intervensi sebesar 41,44% dan setelah intervensi menjadi
95,95%. Peningkatan minat dari data angket diperkuat dengan hasil data
pengamatan
aktivitas
siswa
selama
proses
pembelajaran
mengalami
106
107
yang
disampaikan oleh guru, tetapi malu dan takut untuk bertanya kembali.
Dengan metode peer teaching membuat siswa merasa mudah memahami
pelajaran, karena para tutee merasa nyaman ketika bertanya kepada tutornya
dengan menggunakan bahasa pertemanan.
3. Metode peer teaching dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk belajar
baik secara fisik, sosial, maupun emosional. Dalam penelitian yang telah
dilakukan, guru mengkondisikan siswa tiap kelompok agar terjadi interaksi
belajar antar siswa. Metode peer teaching ternyata dapat meminimalisir
kesenjangan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai,
sehingga inetraksi antar siswa tetap terjalin. Dalam hal ini adanya rasa
saling berbagi, mengkomunikasikan hasil fikirannya dalam memecahkan
masalah dan adanya interaksi saling tatap muka .
4. Pembelajaran dengan penerapan metode peer teaching berpengaruh positif
dalam mengembangkan kemampuan dan sikap siswa, serta merangsang dan
meningkatkan kepedulian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
Minat siswa setelah inetrvensi tindakan dengan penerapan metode peer
teaching terlihat meningkat. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata angket siswa
sebelum intervensi tindakan yaitu 40,14 dan ternyata setelah intervensi
tindakan minat siswa meningkat dengat rata-rata angket siswa sebesar 89,17.
Ini berarti peningkatan minat siswa sebesar 83%. Dan untuk lembar observasi
kegiatan siswa menyatakan bahwa adanya peningkatan minat siswa pada setiap
pertemuannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kelompok tiap
pertemuannya. Dan berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa setiap
pertemuan yang sudah dianalisis pada bab 4, menyatakan bahwa minat siswa
meningkat. Karena banyak siswa yang sudah mulai berani bertanya, menjawab
maupun memberikan tanggapan.
Dari beberapa keunggulan metode peer teaching yang telah disebutkan di
atas, maka ada juga beberapa kelemahan dari metode tersebut. Salah satunya
108
109
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara, Cet. 9, 2009.
Arikunto,Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, Ed. Revisi V, 1998.
Azis, Fahrur, Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok
Kecil Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan
Fungsi Kuadrat, Skripsi Jurusan Matematika, Semarang: IAIN Walisongo, 2009.
Baridwan, Zaki,Intermediate Accounting, Yogyakarta: IKAPI, 1992.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Dina Melita, Metode Pembelajaran Peer Teaching Dan Problem Based Learning
Untuk Memotivasi Sosialisme Dalam Kelas (Pada Pembelajaran Statistik),
Palembang: Uni Versitas Bina Darma.
Djamarah,Syaiful Bahri, dan Zain, Aswain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Rineka Cipta, Cet. 3, 2006.
Fathurrohman, Pupuh,dan Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. 1, 2007.
Firdaus, Yoga, Pelajaran Akuntansi Untuk SMU, Jakarta: Erlangga, Cet. 3, 1997.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Hamlik, Oemar,Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 9,
2009.
Hamalik, Oemar,Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Harahap,Sofyan Syafri, Auditing Kontemporer, Jakarta: Erlangga, Cet. 2, 1994.
http://pendidikan-matematika.blogspot.com/2009/03/contoh-skripsimenggunakan-pendekatan.html
http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/
penerapan-metode-tutorsebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pembelajaran-mata-pelajaran-kkpi/,
27
september 2007.
Jaques, David, Learning In Groups, USA: Gulf Publishing Company, 1991.
Kardiman, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jakarta: Yudistira, 2006.
110
111
112
Lampiran 1
1.
Variabel
Dimensi
Indikator
+
14, 21
22
7, 20
18
4, 5
24
10, 11
6, 15
23
12
3, 17
2, 8
19
9, 16
13
2.
- Semangat belajar.
Akuntansi.
- Usaha dalam
belajar.
Pemahaman.
- Lebih mudah
memahami
pembelajaran
akuntansi.
Perasaan
senang.
Perhatian.
- Memperhatikan
dalam proses
pembelajaran
Perasaan
tertarik.
- Ketertarikan
terhadap proses
pembelajaran
Rasa ingin
tahu.
- Antusias dalam
mengikuti
pembelajaran
Lampiran 2
SS
= Sangat Setuju
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
SS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Saya
tertarik
untuk
membuat
ringkasan
materi
akuntansi.
9.
10.
11.
TS
STS
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Lampiran 3
Validitas Data Reliabilitas Angkat
Total Skor
Responden
1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
54
2916
60
3600
60
3600
77
5929
73
5329
61
3721
80
6400
80
6400
68
4624
10
66
4356
11
67
4489
12
71
5041
13
64
4096
14
63
3969
15
67
4489
16
63
3969
17
44
1936
18
66
4356
19
72
5184
20
76
5776
21
64
4096
22
50
2500
23
68
4624
24
70
4900
1584
106300
61
X
X.Y
66
70
63
78
58
68
58
67
48
47
76
63
76
58
72
72
75
68
73
66
71
64
66
165
190
218
183
268
156
206
152
197
106
103
248
179
248
152
232
232
241
208
225
192
217
190
190
4092
4412
4705
4221
5255
3919
4547
3927
4488
3232
3185
5059
4237
5061
3871
4820
4855
5033
4627
4850
4427
4728
4328
4421
0,5
0,46
0,55
0,36
0,67
0,55
0,39
0,69
0,5
0,48
0,6
0,38
0,51
0,4
0,3
0,41
0,61
0,77
0,85
0,44
0,52
0,38
0,56
0,53
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
Keterangan
TV
TV
TV
TV
TV
TV
TV
24
VAR i
0,42
0,35
0,58
0,73
0,6
0,66
0,56
0,49
0,42
0,42
0,46
0,31
0,57
0,31
0,49
0,67
0,67
0,28
0,64
0,12
0,44
0,29
0,81
0,35
VAR T
73,17
r
(5%)
11,64
73,17
0,87
Lampiran 4
1.
=
=
=
) }{
)(
)
) (
+ *
*
*
) (
) (
( ) } {
+*
) }
=
= 0,50
(
2.
=
=
=
+*
*
*
) (
+*
) (
) }{
)(
)
) (
=
= 0,46
Instrumen penelitian dinyatakan valid nilai
) }
( ) }
B. Reliabilitas
Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
(
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Untuk selanjutnya menghitung jumlah varians butir yaitu hasil yang didapat
dijumlahkan sebagai berikut:
0,42 + 0,35 + 0,58 + 0,73 + 0,6 + 0,66 + 0,56 + 0,49 + 0,42 + 0,42 +
0,46 + 0,31 + 0,57 + 0,31 + 0,49 + 0,67 + 0,67 + 0,28 + 0,64 + 0,12 +
0,44 + 0,29 + 0,81 + 0,35 = 11,64
[1 -
= [
][
]=,
-,
= Jumlah sampel.
Lampiran 5
Variabel
Dimensi
Indikator
+
1.
15
sebaya.
2.
- Semangat belajar.
Akuntansi.
- Usaha dalam
belajar.
Pemahaman.
14
12
17
8, 9
16
- Lebih mudah
memahami
pembelajaran
akuntansi.
Perasaan
senang.
Perhatian.
- Memperhatikan saat
3, 11
proses pembelajaran
Perasaan
tertarik.
- Ketertarikan
terhadap proses
2, 6
13
10
pembelajaran
Rasa ingin
tahu.
- Antusias dalam
mengikuti
pembelajaran
Lampiran 6
SS
= Sangat Setuju
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS
Pilihan Jawaban
No.
Pernyataan
SS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Saya
tertarik
untuk
membuat
ringkasan
materi
akuntansi.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
TS
STS
akuntansi.
14.
15.
16.
17.
Lampiran 7
DATA ANGKET AWAL SETELAH VALIDITAS
Skor Soal No.
Responden
1
1
2
1
3
1
4
3
5
2
6
1
7
2
8
1
9
2
10
2
11
2
12
1
13
3
14
1
15
2
16
2
17
2
29
25
35
25
32
23
22
28
25
10
29
11
26
12
20
13
26
14
30
15
25
16
30
17
24
18
27
19
26
20
36
21
35
22
27
23
31
24
30
25
39
26
27
27
36
28
24
29
26
45
45
52
44
49
48
49
43
47
50
57
56
49
51
44
48
41
Lampiran 8
Responden
10
11
12
13
14
15
16
17
68
67
68
68
44
68
66
68
66
10
64
11
67
12
66
13
63
14
68
15
67
16
64
17
66
18
66
19
66
20
67
21
68
22
62
23
68
24
68
25
67
26
67
27
67
28
66
29
49
110
110
107
113
113
111
114
109
109
113
110
113
113
108
112
114
110
1889
Lanpiran 9
Pertemuan ke-1
Bobot nilai yaitu: 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = kurang.
No.
Kategori Pengamatan
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Keaktifan berpendapat
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan yang diberikan guru.
Kondusif dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode
peer teaching.
Jumlah
22
23
25
24
29
22
55%
56%
63%
9
10
Skor Persentase
Jumlah Rata-rata
362%/6 = 60%
Pertemuan ke-1I
No.
Kategori Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Skor Persentase
Jumlah Rata-rata
1
3
3
6
3
3
2
3
3
2
2
3
3
4
3
3
4
4
3
3
2
3
3
3
3
2
3
4
3
3
2
3
4
3
2
2
27
68%
30
75%
31
28
32
29
78% 70% 80% 73%
444%/6 = 74%
Pertemuan ke-III
No.
Kategori Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Skor Persentase
Total Rata-rata
1
3
3
6
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
3
3
31
78%
37
93%
34
33
34
35
85% 83% 85% 86%
510%/6 = 85%
Pertemuan ke-1V
No.
Kategori Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Skor Persentase
Total Rata-rata
1
4
4
6
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
38
95%
38
95%
36
37
39
38
90% 93% 98% 95%
566%/6 = 94%
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI GURU PADA TIAP PERTEMUAN
Aspek Penilaian
Kegiatan Pendahuluan.
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kesiapan
kelas.
Memberi salam dan menyapa siswa.
Mengabsen siswa.
b.
Apersepsi.
c.
d.
Kegiatan Inti.
a.
b.
51
61
65
67
pembelajaran
d. Teknik menjelaskan/menyampaikan materi.
e. Pengelolaan kegiatan belajar dengan metode peer
teaching.
f. Bimbingan kepada kelompok.
g. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
berfikir.
h. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan mengungkapkan pendapat.
Kegiatan Penutup.
a.
b.
Menutup pembelajaran.
Jumlah
Skor Persentase
Total Rata-rata
359%/4 = 89,75%
Lampiran 11
Mata Pelajaran
: IPS/Ekonomi Akuntansi
Kelas/Semester
: XI4
Pertemuan ke-
: I (Satu)
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran :
1.4.1 Menjelaskan jurnal.
1.4.2 Menyebutkan fungsi jurnal.
1.4.3 Mengklasifikasikan jenis-jenis jurnal.
1.4.4 Menganalisis transaksi jurnal umum.
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan jurnal.
2. Siswa dapat menyebutkan fungsi jurnal.
3. Siswa dapat mengklasifikasikan jenis-jenis jurnal.
4. Siswa dapat menganalisis transaksi jurnal umum.
II. Materi Pembelajaran
A. Materi Pokok
Jurnal umum.
B. Uraian Materi
Terlampir.
III. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran aktif learning.
2. Metode peer teaching dengan membentuk kelompok.
3. Pendekatan konstruktivisme.
4. Strategi pembelajaran kocok nomor.
5. Ceramah bervariasi.
6. Power point.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan (waktu 5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan
Nilai Karakter
Religius.
Religius.
Disiplin.
Disiplin
Disiplin
Nilai Karakter
Rasa ingin tahu dan
disiplin
Disiplin.
Disiplin.
membentuk kelompok.
4. Guru menempatkan satu tutor di tiap kelompok.
Disiplin.
NilaiKarakter
Rasa ingin tahu dan
disiplin.
Disiplin, dan
tanggung jawab.
ingin tahu.
NilaiKarakter
NilaiKarakter
Tanggung jawab,
Disiplin.
belajar.
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucap
V. Sumber Belajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS
VI. Penilaian
Indikator
Prosedur
Bentuk dan
Instrumen
Penilaian
Jenis
Penilaian
1. Menjelaskan jurnal.
Latihan
soal
3. Mengklasifikasikan jenis-jenis
Bentuk:
Tertulis.
Jenis: Soal
Terlampir.
jurnal.
uraian atau
subjektif
menggunakan kriteria
sebagai berikut :
Nilai
Poin
Range
80 - 100
70 - 79
60 - 69
50 - 59
< 50
Peneliti
Riadlul Jannah
Mata Pelajaran
: IPS/Ekonomi Akuntansi
Kelas/Semester
: XI4
Pertemuan ke-
: II (Dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran :
1.4.1 Mengidentifikasi cara menyusun jurnal umum.
1.4.2
1.4.3
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi cara menyusun jurnal umum.
2. Siswa dapat memberikan contoh transaksi jurnal umum.
3. Siswa dapat menganalisis soal jurnal umum.
II. MateriPembelajaran
A. MateriPokok
Jurnal umum.
B. UraianMateri
Terlampir
III. MetodePembelajaran
1. Model pembelajaran aktif learning.
2. Pendekatan konstruktivisme.
3. Metode pembelajaran peer teaching dengan membentuk kelompok.
4. Ceramah bervariasi.
5. Power point.
Nilai Karakter
Religius.
Religius.
Disiplin
disiplin
Nilai Karakter
Disiplin.
Disiplin.
anggotanya.
3. Guru memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap
tanggung jawab.
Kerja keras, dan rasa
ingin tahu.
NilaiKarakter
Rasa ingin tahu,
mandiri, tanggung
teaching.
Mandiri, dan
tanggung jawab.
Rasa ingin tahu, dan
disiplin.
Tanggung jawab,
kerja keras, dan
mandiri.
NilaiKarakter
Disiplin dan rasa
ingin tahu.
NilaiKarakter
Tanggung jawab,
Disiplin.
belajar.
4. Mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucap
Religius dan
disiplin.
V. SumberBelajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS
VI. Penilaian
Instrumen
No
Indikator
Prosedur
Penilaian
1.
Mengidentifikasi cara
menyusun jurnal umum.
Post Test
(terlampir)
Bentuk: Tertulis.
Jenis: Soal uraian atau
subjektif.
2.
3.
Penilaian
Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai
Poin
Range
80 - 100
70 - 79
60 - 69
50 - 59
< 50
Peneliti
Riadlul Jannah
Mata Pelajaran
: IPS/Ekonomi Akuntansi
Kelas/Semester
: XI4
Pertemuan ke-
: III (Tiga)
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran :
1.6.1
1.6.2
1.6.3
1.6.4
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendefinisikan laporan keuangan.
2. Siswa dapat menyebutkan tujuan dari laporan keuangan.
3. Siswa dapat menjelaskan macam-macam laporan keuangan.
4. Siswa dapat mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan.
II. MateriPembelajaran
A. MateriPokok
Laporan keuangan.
B. UraianMateri
Terlampir
III. MetodePembelajaran.
1. Model pembelajaran aktif learning
2. Pendekatan konstruktivisme
3. Ceramah bervariasi.
4. Power point.
5. Metode pembelajaran peer teaching dengan membentuk kelompok.
IV. Langkah-langkahPembelajaran
A. Pendahuluan (waktu5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan
Nilai Karakter
Religius.
Religius.
Disiplin
ingin tahu.
Nilai Karakter
Disiplin.
Disiplin.
anggotanya.
3. Guru memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap
NilaiKarakter
Rasa ingin tahu,
mandiri, tanggung
teaching.
Mandiri, dan
tanggung jawab.
Rasa ingin tahu, dan
disiplin.
Tanggung jawab,
kerja keras, dan
mandiri.
NilaiKarakter
Disiplin dan rasa
ingin tahu.
NilaiKarakter
Tanggung jawab,
Religius dan
disiplin.
V. SumberBelajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS
VI. Penilaian
Instrumen
No
Indikator
Prosedur
BentukdanJenis
Penilaian
1.
Mendefinisikan laporan
keuangan.
Post Test
(terlampir)
Bentuk: (Tertulis)
Jenis:(SoalUraianatausub
jektif
2.
3.
Menjelaskan macam-macam
laporan keuangan.
4.
Mengklasifikasikan unsur-unsur
laporan keuangan
Penilaian
Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai
Poin
Range
80 - 100
70 - 79
60 - 69
50 - 59
< 50
Peneliti
Riadlul Jannah
Mata Pelajaran
: IPS/Ekonomi Akuntansi
Kelas/Semester
: XI4
Pertemuan ke-
: IV (Empat)
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran :
1.6.1
1.6.2
1.6.3
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi cara menyusun laporan keuangan.
2. Siswa dapat menganalisis soal laporan keuangan.
3. Siswa dapat membuat laporan keuangan.
II. MateriPembelajaran
A. MateriPokok
Laporan keuangan.
B. UraianMateri
Terlampir
III. MetodePembelajaran.
1. Model pembelajaran aktif learning.
2. Pendekatan konstruktivisme.
3. Ceramah bervariasi.
4. Power point.
5. Metode pembelajaran peer teaching dengan membentuk kelompok.
IV. Langkah-langkahPembelajaran
A. Pendahuluan (waktu5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan
Nilai Karakter
Religius.
Religius.
Disiplin
ingin tahu.
Nilai Karakter
Disiplin.
Disiplin.
anggotanya.
3. Guru memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap
NilaiKarakter
Rasa ingin tahu,
mandiri, tanggung
teaching.
Mandiri, dan
tanggung jawab.
Rasa ingin tahu, dan
disiplin.
Tanggung jawab,
kerja keras, dan
mandiri.
NilaiKarakter
Disiplin dan rasa
ingin tahu.
NilaiKarakter
Tanggung jawab,
Religius dan
disiplin.
V. Sumber Belajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS
VI. Penilaian
Instrumen
No
Indikator
Prosedur
BentukdanJenis
Penilaian
1.
Mengidentifikasi cara
menyusun laporan keuangan.
Post Test
(terlampir)
Bentuk: (Tertulis)
Jenis:(SoalUraianatausub
jektif
2.
3.
Penilaian
Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai
Poin
Range
80 - 100
70 - 79
60 - 69
50 - 59
< 50
Peneliti
Riadlul Jannah