Anda di halaman 1dari 170

PENINGKATAN MINAT BELAJAR AKUNTANSI

DENGAN METODE PEER TEACHING PADA KONSEP JURNAL


UMUM DAN LAPORAN KEUANGAN SISWA KELAS XI
DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
RIADLUL JANNAH.
NIM 109015000134

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 November 2013 sampai 30
November 2013 dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar
akuntansi siswa dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan
laporan keuangan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan pendekatan deskriptif kuantitatif yang dilakukan dalam 1 siklus, dimana
dalam 1 siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Hal ini dikarenakan peneliti hanya
ingin mengetahui minat siswa dalam belajar akuntansi, dan kemudian menerapkan
suatu metode untuk meningkatkan minat siswa tersebut. Jenis data dalam
penelitian ini adalah data primer yang bersumber langsung dari subyek penelitian
yaitu siswa kelas XI SMA Darussalam Ciputat sebanyak 29 siswa. Materi
pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal umum dan laporan
keuangan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar
angket, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pembelajaran menggunakan
metode peer teaching dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa,
menjadikan pembelajaran efektif dan menyenangkan, dan dapat meningkatkan
minat siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar yang
mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya dengan nilai rata-rata hasil
penilaian ranah kognitif pertemuan pertama sebesar 71,12 pertemuan kedua
sebesar 82,16 pertemuan ketiga sebesar 96,29, dan pertemuan ke4 sebesar 98,28.
Akhirnya dapat peneliti simpulkan bahwa penerapan metode peer teaching
dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selanjutnya untuk penerapan metode ini
disarankan kepada pendidik agar aktif dalam mengamati, memberikan motivasi
dan membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

ABSTRACT

The study was conducted on 21 November 2013 until 30 November 2013


with the aim of improving learning to know the method of accounting student
peer teaching on the concept of general ledger and financial statements. This
research is a classroom action research (PTK) by quantitative descriptive
approach is performed in 1 cycle, which in one cycle consists of 4 meetings. This
is because researchers just want to know the students 'interest in learning
accounting, and then apply a method to increase the students' interest. The type of
data in this study is primary data sourced directly from the research subjects in
class XI students Darussalam Chester High School as 29 students. Subject matter
used in this study is a general journal and financial reports. Data collection
techniques using observation sheets, sheet questionnaires, and documentation.
The results of this study illustrate that peer teaching learning method can
improve the liveliness and creativity of students, making learning effective and
fun, and can increase the interest of students that can be seen from the results of
student learning. Increased learning outcomes at each meeting with the average
value of the results of the cognitive assessment at the first meeting of the second
meeting for 82.16 71.12 third meeting at 96.29, and 98.28 for the 4 th meeting.
Finally, the researcher can conclude that the application of the peer
teaching can improve students' interest in learning. Furthermore, for the
application of this method is recommended for educators to be active in
monitoring, motivating and guiding the students during the learning process takes
place.

ii

KATA PENGANTAR

Tak terbayangkan bila akhirya skripsi ini terhidang dihadapan pembaca


sekalian. Karena itu, tiada kata yang paling tepat untuk mengawali pengantar ini
selain mengucapkan puji syukur yang tiada terhingga ke hadirat Allah Swt. atas
segala keajaiban, kesempatan, kesehatan, dan semangat yang tiada henti diberikan
kepada penulis sehingga pengerjaan skripsi ini dapat berjalan lancar dan akhirnya
tersaji untuk anda yang ingin menjadikannya sebagai panduan dalam penyusunan
skripsi. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada kekasih
Allah yaitu baginda besar Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari
berbagai pihak, serta tentunya berkah dari Allah Swt. Sehingga kendala-kendala
yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada ibu Annisa Windarti, M.Sc selaku
pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dalam membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan
memberikan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama dalam
penyusunan skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Syarifulloh, M.Si sebagai Sekjur Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
3. Bapak Marul Waid selaku kepalah sekolah tempat penulis melakukan
penelitian.
4. Ibu Nur Asma selaku guru akuntansi SMA Darussalam Ciputat yang bersedia
menjadi observer saat penelitian berlangsung, dan senantiasa membimbing
penulis dalam penelitian.

iii

5. Para guru dan Stap SMA Darussalam Ciputat yang senantiasa membimbing,
terkhusus kak Ikbal yang senantiasa membantu penulis ketika membutuhkan
data-data yang diperlukan.
6. Terima kasih Rie ucapkan kepada ayahanda Amronih Am dan ibu Sobriyah
selaku orang tua. Berkat didikan, doa, dan pengorbanan keduanya penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
7. Lantunan doa dan ucapan terima kasih kepada almh ibunda Siti Aminah
sebagai wanita yang telah berjuang dalam melahirkan dan merawat Ririe.
Semoga Allah membalas setiap tetes keringatmu dan menempatkanmu di
syurgaNya. Aamiin.
8. Tak lupa pula terima kasih kepada Abd Ghoni dan Siti Husnah selaku paman
dan bibi yang tak henti-hantinya mengingatkan dan memotivasi penulis, serta
doanya. Sehingga Ririe tak patah semangat dalam proses pembuatan skripsi.
9. Ibu Ela beserta keluarga yang selalu mendoakan dan menyemangati.
10. Kakak-kakak dan adik-adik tersayang: Husnul khotimah (Mpo Noel), Siti
Atikoh (Sabaq), Husnul Khotimah (Unul), Syarifah Jumilah, Sintia, Desti,
Nuraini (matha), dan lainya yang tidak disebutkan namun tidak mengurangi
rasa terima kasih penulis. Terima kasih telah menghibur dan memberikan
dorongan semangat kepada penulis, sehingga kejenuhan dalam pembuatan
skripsi dapat hilang dalam sekejap.
11. Teman-teman terdekat: Nina nuraini, Suci Lestari, Siti Sugiyati, Linda
Permatasari, Deslina Maharani dan lainnya yang tidak disebutkan namun tetap
teringat oleh penulis atas dukungan semangat dan motivasi dalam pembuatan
skripsi. Terima kasih sobat, tak ku lupa perjuangan kita masa-masa itu.
12. Teman-teman kosan: Zakiyah, Dedeh, Irma, Nur (nene), uyun, Ainun,
Marfuah, Nelin, Ka Fitri, Ka Ifah, dan lainnya yang tidak dapat tersebutkan
satu persatu namun tidak mengurangi untaian terima kasih kepada kalian akan
doa serta semangat yang kalian berikan kepada penulis.
13. Bingkisan terima kasih ku hantarkan kepada Siswa-siswi SMA Darussalam
Ciputat, wabil khusus IPS kelas XI4 yang telah bersedia menjadi objek

iv

penelitian dalam pembuatan skripsi. Terima kasih atas kerja sama kalian,
sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
14. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2009, terkhusus mahasiswa IPS
kelas A (Ekonomi) yang telah membantu penulis dengan berbagai pendapat
dan tenaga kalian, sehingga kebingungan-kebingungan dapat teratasi. Terima
kasih ku ucapkan kepada kalian semua.
15. Terima kasi untuk teman-teman Aliyah (MAN 5 Jakarta): Rosyidah, Riya
Isnu, Putri Lestari, Shofwatul Husna, Neneng Komalasari, dan sebagainya tak
dapat disebutkan satu persatu. Wabil khusus ucapan terima kasih yang amat
banyak pada Neneng Komalasari yang telah membantu penulis dalam
pembuatan hard cover. Terima kasih atas doa, dan motivasi yang kalian
berikan selama pembuatan skripsi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak bisa
penulis sebutkan seperti tersebut di atas. Terima kasih telah membantu dalam
proses pembuatan skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk
kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan
pahala yang berlipat.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang terdahulu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 28 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................

B. Identifikasi Masalah ..............................................................

C. Pembatasan Masalah .............................................................

D. Rumusan Masalah .................................................................

E. Tujuan Penelitian ..................................................................

F. Manfaat Penelitian ................................................................

KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori ........................................................................... 10
1. Pengertian Metode Pembelajaran .................................... 10
2. Macam-macam Metode Pembelajaran ............................ 14
3. Pembelajaran Peer Teaching .......................................... 18
4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Peer Teaching... 23
5. Minat Belajar................................................................... 27
a. Pengertian Minat Belajar........................................... 27
b. Macam-macam Minat Belajar ................................... 30
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar .... 31
d. Peranan Minat Dalam Belajar ................................... 35
6. Hakikat Pembelajaran Akuntansi .................................... 37
a.

Pengertian Akuntansi ................................................ 37

b.

Tujuan Akuntansi ..................................................... 40

c.

Jurnal Umum ............................................................ 41

d.

Laporan Keuangan .................................................... 42

B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 43


C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan...................... 44
vi

D. Hipotesis Penelitian Tindakan .............................................. 45


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 46
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan............................... 46
C. Subjek Penelitian................................................................... 47
D. Peran dan Posisi Peneliti ....................................................... 47
E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................ 48
F. Hasil Intervensi Tindakan ..................................................... 53
G. Data dan Sumber Data ......................................................... 54
H. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 54
I.

Teknik Pengumpulan Data ................................................... 56

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi .......................... 56

K. Analisis Data dan Interptretasi Hasil Analisis ...................... 58


1. Teknik Pengolahan Data .................................................. 58
2. Teknik Analisis Data ....................................................... 59
L. Indikator keberhasilan .......................................................... 60
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Sekolah .................................................... 62
B. Deskripsi Data Intervensi Tindakan ...................................... 67
C. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................... 78
D. Data Hasil Penelitian ............................................................. 79
1. Data Hasil Angket............................................................ 79
2. Data Hasil Observasi ....................................................... 92
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 98
1. Hasil Angket Minat Belajar ............................................. 98
2. Hasil Lembar Observasi .................................................. 99
F. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 104

BAB V

KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 106
B. Saran ...................................................................................... 108
vii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110


LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
mengakibatkan generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menjadi lebih
baik. Salah satu cara agar manusia dapat menjadi lebih baik yaitu dengan
pendidikan.

Dengan

pendidikan

manusia

dapat

mengimbangi

setiap

perkembangan yang terjadi agar mereka tidak tertinggal jauh oleh kemajuan
teknologi.
Pendidikan menurut Oemar Hamalik merupakan bagian integral dalam
pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses
pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan
sektor ekonomi yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung
dengan berbarengan.1
Oemar Hamalik juga mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
sosial, karena berfungsi
memasyarakatkan anak didik melalui proses
sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah sebagai salah satu institusi
pendidikan dan berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga
tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan
masyarakatnya kelak.2 Oleh karena itu sekolah perlu menyusun suatu program
yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan kegiatan
belajar yang kondusif.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik yang
mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), perilaku, hasil tindakan,
dan sikap (afektif), serta pengalaman eksploratoris (pengalaman lapangan).3
Dalam keseluruhan proses pendidikan, siswa merupakan salah satu komponen
utama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di mana kegiatan utama siswa
adalah belajar yang merupakan tuntunan dan kewajiban yang harus dijalankan

Oemar Hamlik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 1
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 73
3
Ibid., h. 129
2

siswa agar terjadi perubahan yang diinginkan dalam dirinya, baik pada aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor.
Menurut pendapat Oemar Hamalik, Siswa merupakan suatu komponen input
dalam proses pendidikan. Sehingga berhasil atau tidak proses pendidikan
bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu
sendiri, karena adanya perbedaan individu, baik fisik, psikologis, maupun kondisi
sosial budaya tempat mereka tinggal.4
Dalam buku proses belajar mengajar, Pada dasarnya siswa adalah unsur
penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa, sesungguhnya tidak
akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya karena siswalah yang membutuhkan
pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada
pada murid.5 Jadi tanpa adanya murid tidak akan terjadi proses pengajaran.
Kemudian komponen yang tidak kalah pentingnya adalah guru.
Menurut Oemar Hamalik, Guru memegang salah satu peranan penting dalam
proses pendidikan. Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah
(kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar siswa memahami dengan baik
semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha
agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial,
apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.6
Guru hendaknya dapat mengembangkan dan memanfaatkan semua potensi
yang dimiliki siswa. Guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Selain

itu guru juga bertugas

mengalihkan seperangkat

pengetahuan yang terorganisir sehingga pengetahuan tersebut menjadi bagian dari


sistem pengetahuan siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam
memperluas dan memperdalam materi pelajaran adalah rancangan pembelajaran
yang dibuat dan dipilihnya. Sehingga proses pembelajaran yang efektif, efisien,
menarik dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi akan dapat dilakukan dan
dicapai oleh setiap guru.
Mutu pendidikan dalam usaha mengembangkan potensi masih menjadi salah
satu masalah yang dirasakan dalam pendidikan, hal ini karena lemahnya proses
4

Ibid., h. 115
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 99-100
6
Ibid., h. 124
5

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak didorong untuk mengembangkan


kemampuan berpikir, sedangkan kemampuan berfikir siswa itu berbeda-beda tidak
sama antara satu siswa dengan siswa lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan baik secara fisik, mental, minat, hobi, dan karakteristik lainnya.
Mengingat akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan
dalam UN, masih mempunyai kendala dalam proses pembelajaran. Sebagian besar
siswa kurang berminat terhadap pelajaran akuntansi dan mengalami banyak
kesulitan. Alasanya sangat beragam, mulai dari penghitungannya yang sulit
dimengerti, hingga pada proses pembelajaran yang berlangsung menjenuhkan.
Kesulitan dalam penghitungan akuntansi tidak hanya dikarenakan kurangnya
penguasaan materi, akan tetapi kurangnya minat pada siswa dalam pembelajaran
akuntansi. Akuntansi bukan hanya penguasaan materi dalam bentuk hitungan saja,
tetapi juga bermain pada logika. Fakta yang terlihat di SMA Darussalam,
khusunya kelas XI masih banyak yang belum mengerti mengenai pembelajaran
akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa SMA Darussalam kelas XI masih
dibawah nilai KKM, yaitu 40 dengan nilai tertinggi 75. Oleh karena itu saya
tertarik untuk melakukan penelitian dalam pembelajaran akuntansi pada konsep
jurnal umum dan laporan keuangan.
Akuntansi menurut American Accounting Association dalam buku Alam S
adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi
ekonomi, untuk memungkinkan adanaya penilaian dan pengambilan keputusan
yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan
tersebut.7 Sedangkan menurut Rudianto, akuntansi merupakan aktivitas
mengumpulkan,

menganalisis,

menyajikan

dalam

bentuk

angka,

mengklasifikasikan, mencatat, meringkas dan melaporkan aktivitas/transaksi


perusahaan dalam bentuk informasi keuangan.8
Dalam proses menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan, maka akuntansi harus melewati beberapa tahapan proses
yang disebut dengan siklus akuntansi.
7
8

Alam S., Ekonomi untuk SMA dan MA kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 139
Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 14

Siklus akuntansi adalah urutan kerja yang harus dibuat oleh akuntan sejak awal
hingga menghasilkan laporan keuangan. Proses atau siklus akuntansi tersebut
dimulai dari mengumpulkan dokumen dasar transaksi, mengklasifikasikan jenis
transaksi, menganalisis, meringkasnya dalam catatan, sampai dengan
melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan yang dibutuhkan.9
Jurnal menurut Alam S. adalah media dalam proses akuntansi yang menjadi
dasar bagi penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang
yang dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi.10 Sedangkan menurut
Rudianto, Jurnal umum atau jurnal transaksi merupakan aktivitas meringkas dan
mecatat transaksi perusahaan berdasarkan dokumen dasar secara kronologis
beserta penjelasan yang diperlukan di dalam buku harian.11
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringksan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.12 Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan tahapan terakhir dari proses akuntansi.
Mata pelajaran akuntansi kurang diminati oleh siswa SMA, karena dianggap
pelajaran yang sulit. Sebagian besar siswa memandang bahwa akuntansi adalah
mata pelajaran yang penuh dengan angka, sehingga siswa tidak berminat dengan
pembelajaran akuntansi. Masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran
akuntansi adalah pembelajaran yang sukar dimengerti, sehingga menyebabkan
siswa mendapat kesulitan untuk belajar. Selain itu juga muncul masalah-masalah
lain yaitu salah satunya adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Tidak jarang guru dalam menyampaikan materi akuntansi hanya menggunakan
metode ceramah saja, sehingga aktivitas belajar siswa selama di kelas hanya
mendengarkan penjelasan dari guru sebagai nara sumber.
Metode pembelajaran yang tidak tepat, akan memicu keragaman masalah
pada diri masing-masing individu yaitu antara lain: 1) antusias dan keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) para siswa jarang
mengajukan pertanyaan, 3) kurangnya keaktifan dalam mengerjakan soal-soal
9

Ibid.
Alam S., op. cit., h. 203
11
Rudianto, op. cit., h. 64
12
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, (Yogyakarta: IKAPI, 1992), h. 17
10

latihan, 4) rendahnya penguasaan siswa terhadap materi. Hal ini menggambarkan


keefektifan pembelajaran di dalam kelas yang masih sangat rendah. Akibatnya
menyebabkan rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran akuntansi, karena
siswa malas membaca materi tentang akuntansi, mengulang materi, mengerjakan
tugas yang diberikan guru.
Kemudian proses pembelajaran akuntansi masih berpusat pada satu arah yaitu
pada guru. Siswa dituntut untuk menguasai materi sebanyak mungkin tanpa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan materi yang
diajarkan oleh guru, sehingga siswa kurang mampu menerapkan pembelajaran
akuntansi baik di dalam kelas maupun kehidupan sehari-hari.
Guru lebih menekankan pada proses pembelajaran akuntansi dengan metode
pemberian tugas. Metode-metode tersebut kurang efektif dan efisien untuk
menggiatkan siswa untuk dapat berfikir lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan
belajar mengajar. Proses pembelajaran di kelas pun menyebabkan minat belajar
siswa berkurang, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Dari alasan-alasan tersebut, pembelajaran akuntansi dianggap tidak
menyenangkan, membosankan dan mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk
belajar akuntansi. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu metode pembelajaran
yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar siswa, sehingga
siswa tertarik untuk mempelajari pembelajaran akuntansi. Metode yang digunakan
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan.
Kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran, dapat menimbulkan
kebosanan, monoton, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang
diajarkan.
Metode yang digunakan harus mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Saat ini banyak sekali metode-metode pembelajaran
yang bermunculan. Metode-metode tersebut mengharuskan adanya suatu
perubahan lingkungan belajar. Suatu variasi siswa belajar, bekerja, dan
berinteraksi di dalam kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat saling
bekerja sama, saling membantu berdiskusi dalam memahami materi pembelajaran
maupun mengerjakan tugas kelompok.

Sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukkan hasil
yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai
terlalu jauh. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai anatara siswa
tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk
menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah.
Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah
bentuk pembelajaran yang lain.
Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan daya serap pengetahuan dan
keterampilan berfikir kritis siswa secara aktif dan kreatif yang berbasis pada siswa
aktif misalnya metode pembelajaran peer teaching. Metode pembelajaran peer
teaching merupakan cara pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar
siswa secara berkualitas dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya metode peer teaching dapat meningkatkan interaktif sosial
siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut mampu mengembangkan
keterampilan bekerja dalam kelompok agar dapat membangun semangat bekerja
sama. Siswa diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab untuk belajar
sendiri. Sehingga proses pencapaian hasil belajar pun dapat meningkat. Maka dari
itu, untuk mengkaji masalah-masalah sosial di dalam kelas yang dianggap penting
dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas dengan harapan dapat
merumuskan hipotesis yang telah diuji kebenaran faktanya, guru IPS khususnya
guru akuntansi dapat menggunakan metode pembelajaran peer teaching sebagai
metode mengajar yang efisien dan efektif yang dapat meningkatkan minat belajar
siswanya.
Dengan menerapkan metode peer teaching atau tutor sebaya ini, seorang guru
tidak lagi dituntut untuk mengajarkan suatu materi, karena transfer ilmu
pengetahuan yang terjadi di sekolah bukan hanya dari guru ke siswa tetapi bisa
juga dari siswa ke siswa. Sehingga proses pembelajaran dapat membuat siswa
merasa nyaman dan tidak malu untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka
mengerti, karena mereka dapat bertanya kepada tutor yang tak lain adalah teman
mereka sendiri. Kemudian dengan menerapkan metode peer teaching, maka

seorang guru juga telah mengajarkan strategi atau cara belajar yang efektif dan
efisien kepada siswanya agar dapat mempelajari, mengeksplorasi dan memahami
sendiri setiap persoalan, kasus atau masalah yang diberikan oleh guru di sekolah
dengan mudah dan menyenangkan sesuai dengan potensi dan modalitas belajar
yang mereka miliki.
Metode peer teaching atau tutor sebaya dapat diartikan siswa yang pandai
dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai.13 Oleh
karena itu, penerapan metode peer teaching ini akan sangat membantu guru
dalam mengajarkan materi kepada siswa-siswanya. Karena dalam hal tertentu
terkadang siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa
guru, dan siswa tidak akan merasa malu atau takut untuk menanyakan materi yang
belum mereka pahami, karena yang mereka tanya tidak lain adalah temannya
sendiri.
Penelitian-penelitian tentang metode peer teaching telah banyak dilakukan
oleh praktisi-praktisi pendidikan di banyak sekolah dan dengan menerapkannya
pada mata pelajaran yang berbeda. Sebagian besar hasilnya menunjukkan
peningkatan yang positif dan cukup signifikan bagi hasil belajar siswa. Dan hasil
penelitian dengan menggunakan metode peer teaching yaitu siswa merasa nyaman
dan tidak takut untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka mengerti.
Salah satu contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin dengan
kesimpulan bahwa:
Tutor sebaya memberikan lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk bertanya
tanpa merasa takut atau malu ditertawakan. Siswa dapat bertanya sebebasbebasnya kepada tutor dalam kelompoknya. Para siswa menjadi lebih senang
dan bersemangat belajar matematika karena soal-soalnya tidak lagi menjadi
momok yang menakutkan bagi mereka. Siswa dapat dengan mudah
menyelesaikan soal-soal yang dihadapi melalui diskusi dalam kelompoknya
serta bimbingan dari tutor yang cukup membantu mereka dalam belajar
matematika.14

13

Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:


IMSTEP, 2003), h. 276
14
Sarifudin, Penerapan teknik tutor sebaya dan pemberian kartu skor partisipasi siswa untuk
meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, Skripsi Jurusan Matematika Universitas Islam
Negeri Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama, 2008), h. 76-77

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan kegiatan PPKT di


SMA Darussalam Ciputat selama bulan februari sampai bulan juni 2013,
diketahui pada saat pembelajaran berlangsung minat belajar akuntansi siswa
sangat kurang (rendah). Hal ini terlihat ketika guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal yang diberikan, siswa tidak mengerjakannya dan tidak berminat
untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut tetapi lebih senang menunggu guru
menyelesaikan soal tersebut. Ketika guru mengajukan pertanyaan mengenai
materi, siswa tidak menjawab dengan baik bahkan beberapa siswa menjawab asalasalan. Jika pertanyaan guru mudah atau hanya melengkapi, mereka menjawab
secara bersama-sama. Jika guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan
secara lisan, mereka hanya terdiam dan tidak akan menjawab hingga guru
memanggil nama mereka. Observasi kembali dilakukan pada tanggal 14
November 2013. Dari pengamatan yang dilakukan, pembelajaran yang terjadi
masih sama seperti pada saat observasi PPKT.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) guna
membantu pencapaian proses pembelajaran yang diinginkan guru serta dapat
meningkatkan minat belajar siswa, khususnya dalam pelajaran akuntansi. Dengan
judul Peningkatan Minat Belajar Akuntansi dengan Metode Peer Teaching
Pada Konsep Jurnal Umum dan Laporan Keuangan Siswa Kelas XI Di SMA
Darussalam Ciputat.
Secara umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Gambaran-gambaran secara
lebih rincinya akan diperluas di bab III.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran akuntansi.
2. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran akuntansi pada
konsep persamaan akuntansi dan jurnal umum.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas,
maka peneliti membatasi permasalahannya yaitu kurangnya minat siswa terhadap
mata pelajaran akuntansi, khususnya pada konsep jurnal umum dan laporan
keuangan yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar akuntansi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut: Bagaimana meningkatkan minat belajar akuntansi siswa SMA Kelas XI
dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk meningkatan
minat belajar akuntansi siswa dengan metode peer teaching pada konsep jurnal
umum dan laporan keuangan.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Siswa, dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran
akuntansi.
2. Guru IPS khususnya guru akuntansi dapat memberikan pemahaman
terhadap minat siswa melalui metode pembelajaran peer teaching dalam
pengajaran sebagai solusi untuk mengatasi rendahnya minat siswa pada
pelajaran akuntansi.
3. Institusi, sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kebijakan sekolah
dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya berkaitan dengan pelajaran
akuntansi.
4. Peneliti, memberikan pengetahuan tentang metode pembelajaran peer
teaching yang dapat diterapkan di kehidupan bermasyarakat.

BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, guru akan menyampaikan
pesan-pesan yang terkait dengan materi pembelajaran. Untuk menyampaikan
pesan itu, guru sering sekali menggunakan berbagai cara atau teknik tertentu agar
siswa merasa tertarik dengan pesan atau materi yang disampaikannya. Cara atau
teknik tertentu itu disebut sebagai metode, maka disinilah guru membutuhkan
suatu metode yang tepat sebagai media penyampai pesan.
Metode secara harfiah yaitu cara.1 Menurut Wina Sanjaya, metode adalah
cara yang digunakan untuk meimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.2
Cara yang dimaksud di sisni adalah suatu cara yang mampu digunakan untuk
menjembatani seseorang (guru) untuk menganalisis dan mencapai suatu tujuan
yang diterapkan.
Metode, menurut Muhibbin Syah adalah cara atau jalan yang ditempuh
seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan.3 Jadi dapat dikatakan metode adalah
jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.
Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat
konsisten dan sistemtatis, mengingat sasaran tersebut adalah manusia yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dimana dalam dunia psikologi,
metode berarti prosedur sistematis (atau tata cara yang berurutan) yang biasa
digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan.4 Artinya

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset, 2010), cet. 16, h. 198
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2010), cet. 7, h. 147
3
Muhibbin Syah, op. cit., h. 27
4
Ibid., h. 198

10

11

pelaksanaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah


pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik atau mengajar yang bersifat
konsisten dan sitematis.
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang
dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga guru dalam menggunakan suatu
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan.
Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi
dalam kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
adalah seperangkat teknik atau cara yang juga merupakan suatu langkah
operasional, yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan pasan atau materi demi tercapainya suatu tujuan pendidikan yang
diinginkan. Dan pendidik harus mengetahui pula mengenai kelebihan dan
kelemahan

dari

suatu

metode

yang

dipilihnya,

serta

harus

mampu

mempertimbangkan aspek efktifitas, efesiensi dan relevansinya dengan tujuan


pembelajaran, materi yang akan disampaikan, karakteristik siswa dan sebagainya.
Sehingga siswa mampu menangkap, memahami dan mengaplikasikan makna yang
terkandung dalam materi pembelajaran tersebut.
Sedangkan definisi pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar mengajar, di
mana proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan
siswa, artinya membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Dalam
proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong tercapainya
tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut biasanya bersifat menetap yang
diperoleh dari suatu kejadian atau pengalaman. Sebagaiman yang diungkapkan
oleh Chalin dalam Dictionary of psychology, bahwa belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan
pengalaman.5
5

Ibid., h. 88

12

Konsep di atas memandang bahwa tujuan utama dari proses pembelajaran


pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku (pengalaman belajar) dan
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman
serta pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Dengan kata lain pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik dalam pengetahuan, keterampilan,
dan pembentukan sikap sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik.
Tujuan dari pembelajaran di atas yang merupakan adanya perubahan prilaku
dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar, yaitu seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam
tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang
lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam
rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa
dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran
akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.
Dalam pengertian tersebut di atas, tahapan perubahan dapat diartikan sepadan
dengan proses. Jadi proses belajar dapat dikatakan sebagai tahapan perubahan
perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada
keadaan sebelumnya. Kemudian belajar sebagai aktifitas yang berproses menuju
pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses
balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan
oleh setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses
belajar yang direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang
jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan

13

tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat
pendukung.
Dalam kegiatan proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari interaksi antara
siswa dengan guru. Sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan
berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat
diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing
jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat
sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru
dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi
proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar
komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan dari pengertian metode dan pembelajaran di atas dapat
diisyaratkan bahwa suatu metode pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari sebuah
sistem pembelajaran. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang
peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran.
Metode mengajar diartikan sebagai suatu pola atau konsep yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Pengetahuan siswa akan menjadi luas dan dapat bertahan lama jika didapatkan
melalui suatu proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebaliknya jika
dalam proses belajar mengajar itu kurang terjadi keterlibatan intelektual,
emosional peserta didik, maka kualitas dan kuantitas pengetahuan peserta didik
juga akan berkurang. Hal yang sama juga akan terjadi pada bidang keterampilan
(skill) maupun bidang sikap dan nilai (afektif), yakni kualitas dan kuantitasnya
akan sangat tergantung kepada tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses
belajar mengajar.

14

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran diartikan sebagai cara


yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Macam-macam Metode Pembelajaran
Dalam mencapai tujuan intstruksional, seorang guru perlu mengetahui dan
memahami macam-macam metode pembelajran. Selain itu juga perlu memilih dan
menetapkan metode yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan instruksional
yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
harus bersumberkan pada pemikiran sejauh mana metode tersebut dapat
mendorong terciptanya situasi belajar yang kondusif.
Pada prinsipnya tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang
sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang
studi, karena setiap metode pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing. Oleh karena itu seorang guru tidak boleh asal dalam memilih suatu
metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efketif dan
efisien merupakan sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Di bawah ini beberapa
metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
a. Metode ceramah, yaitu

sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode tanya jawab, yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari
siswa kepada guru.
c. Metode diskusi, yaitu salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
d. Metode demonstrasi, yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara

15

langsung maupun melalui penggunaan media pengajaranyan relevan dengan


pokok bahasan yang sedang dikaji.
e. Metode karyawisata, yaitu metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang
mengandung sejarah. Hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam suatu pelajaran dengan melihat langsung.
f. Metode tutorial, yaitu metode yang diberikan dengan bantuan tutor. Setelah
siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan
ajar tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit, siswa dapat bertanya kepada
tutor.
g. Metode

perumpamaan,

yaitu

suatu

metode

yang

digunaka

untuk

mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu.


h. Metode pemahaman dan penalaran, yaitu metode mendidik dengan
membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi
dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan
dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan
menginventarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana
yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar.
i. Metode praktek, yaitu mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik
menggunakan alat atau benda.
j. Metode penugasan, yaitu untuk merangsang anak aktif belajar baik secara
individual atau kelompok, dan dapat dikerjakan di mana saja baik disekolah,
rumah, maupun diperpus, dll.6
Secara garis besar, metode pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) dan metode
pembelajran yang berpusat pada siswa (student centered). Metode pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher centered) merupakan sebuah praktik yang
mekanistik dan diredusir menjadi pemberian informasi. Dalam kegiatan belajar
mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting karena mengajar
6

Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2007), cet. 1, h. 61-64

16

dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar (pembelajar). Dengan


kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap sebagai model transmisi
pengetahuan. Transmisi pengetahuan dari guru ke siswa merupakan salah satu
peran utama guru sebagai penyampai informasi. Hal ini seperti yang diungkapkan
Wina Sanjaya, yaitu Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat
pada guru, maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru. Tiga
peran utama guru tersebut yaitu guru sebagai perencana, sebagai penyampai
informasi, dan guru sebagai evaluator.7
Guru sebagai perencana pengajaran harus menyiapkan berbagai hal yang
diperlukan, mulai dari materi yang akan disampaikan sampai pada media apa yang
akan digunakan. Jadi tugas guru disini hendaknya memahami dan menguasai
materi

pelajaran

yang

akan

diajarkannya,

serta

memiliki

ketrampilan

mengusahakan, memilih, dan menggunakan media dengan baik. Kemudian guru


sebagai penyampai informasi yaitu memberikan informasi lisan maupun tertulis
dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti siswa. Namun dalam hal ini
peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan jika para siswa dari
waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak
akan menghasilkan lulusan yang optimal.8
Sedangkan peran guru sebagai evaluator yaitu melakukan penilaian terhadap
siswa untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan dan keefktifan dalam menggunakan metode.
Hal ini seperti ungkapan Rusman bahwa:
Penilaian dilakukan untuk mengtahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum
oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Tujuan lain
dari penilaian adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau
kelompoknya, sehingga guru dapat menetapkan apakah siswa tersebut
termasuk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang atau cukup baik di
kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.9

Wina Sanjaya, op. cit., h. 97


Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), Ed. 1, Cet. 4, h. 60
9
Ibid., h. 64-65
8

17

Penyelenggaraan

pembelajaran

berfokus

pada

guru

biasanya

lebih

menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan,


sehingga belajar dilihat sebagai proses meniru dan siswa dituntut untuk dapat
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes
terstandar. Dalam hal ini metode pembelajaran berfokus pada guru menekankan
pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan
pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan
nyata.
Kesimpulan dari penjelasan metode yang berpusat pada guru di atas, maka
peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi
kepada siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan
melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan.
Maka dapat dikatakan pula bahwa metode yang berpusat pada guru kurang efisien
jika hanya menggunakan satu metode yaitu ceramah, namun akan lebih efektif
lagi bila metode ceramah bisa dipadukan dengan metode lainnya yang dapat
menunjang satu sama lain.
Kemudian metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)
yaitu dimana mengajar tidak hanya ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat
ditentukan oleh sisiwa itu sendiri. Dalam hal ini siswa mempunyai kesempatan
untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri.
Metode yang berpusat pada siswa menggambarkan strategi-strategi
pembelajaran di mana guru lebih memfasilitasi dalam proses pembelajaran. Hal
ini seperti yang diungkapkan Wina sanjaya bahwa:
Peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai
fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa
untuk belajar. Karena tujuan utama dari mengajar adalah membelajarkan siswa,
maka kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana
siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana
siswa telah melakukan proses belajar.10

10

Wina Sanjaya, op. cit., h. 99

18

Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru secara sadar


menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan
interaksi sosial siswa. Maka guru sebagai fasilitator hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber,
buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered) merupakan metode yang efektif karena di sini siswa yang
lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan guru hanya sebagai fasilitaor dan
mengawasi proses pembelajaran di kelas. Peran guru sebagai fasilitator berfungsi
sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan siswa sendiri. Dalam hal ini guru tidak hanya memberikan pengetahuan
kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Jadi
siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode peer teaching. Dimana
motde peer teaching merupakan metode yang berpusat pada siswa. Dalam hal ini
siswa yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, guru hanya memfasilitasi
siswa dan mengawasi dalam berlangsungnya proses pembelajaran.
3. Pembelajaran Peer Teaching atau Tutor Sebaya
Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada di sekolah. Salah satu sumber daya yang dimaksud adalah sumber
daya pengajar dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman sekelas. Jadi
dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu program pengajaran disebabkan oleh
perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya yang saling mendukung menjadi
suatu sistem.
Menurut Harsunarko dalam Suherman menyatakan sumber daya pengajar
yang bukan guru berasal dari orang yang lebih pandai disebut sebagai tutor.11
11

Erman Suherman, dkk, loc.cit

19

Seperti yang diungkapkan Supriyadi dalam Suherman, menyatakan bahwa: Tutor


sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan
untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil
dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.12
Pembelajaran denggan menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya
ini telah banyak digunakan di inggris dan di negara-negara yang mengikuti sistem
pendidikan inggris. Pembelajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi
terhadap pembelajaran klasikal dengan kelas terlampau besar dan padat sehingga
guru atau tenaga pengajar tidak dapat memberikan bantuan secara individual,
bahkan sering guru tidak mengenal siswa satu persatu. Selain itu para pendidik
mengetahui bahwa beberapa siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara
belajar.
Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar mengajar yang sama
bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa.
Maka karena itu perlu dicari sistem pembelajaran yang membuka kemungkinan
memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan disamping itu memberi
kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.
Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan definisi metode tutor sebaya
atau peer teaching adalah metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran,
dengan menunjuk siswa sebagai tutor yang bertugas memberikan pemahaman
kepada siswa lainnya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini fungsi tutor
hanyalah membantu guru dan bekerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan, dan
ia bukanlah guru dan bukan juga pengganti guru. Jadi dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya, tutor hendaknya adalah
siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-temannya.
Sehingga pada saat ia membimbing teman-temannya, ia sudah menguasai bahan
atau materi yang akan disampaikan kepada teman-teman lainnya.
Sebenarnya metode peer teaching atau tutor sebaya merupakan modifikasi
dari cara belajar kelompok. Perbedaannya, pada cara berkelompok belum ada
penekanan secara khusus tentang siapa yang menjadi tutor bagi temannya, dan
12

Ibid., h. 277

20

tidak ada tanggung jawab untuk mengajarkan teman-temannya. Masalah ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi belajar yang menunjukkan siswa berhasil dalam
kelompok, namun tidak berhasil pada saat evaluasi belajar secara individu. Karena
dalam belajar kelompok, siswa yang lebih pandai tidak berusaha memberikan
penjelasan kepada siswa yang kurang, dan begitu sebaliknya, siswa yang kurang
pandai tidak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya kepada teman
yang lebih pandai. Akhirnya yang bekerja dalam kelompok adalah mereka yang
pandai.
Muntasir dalam bukunya Pengajaran Terprogram mengemukakan bahwa
tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah
disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi lainnya dari metode peer teaching
(tutor sebaya) yaitu siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi
untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. Sebagaimana
diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor
dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam
hatinya, dan khayalannya.13
Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang
kurang mampu, kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya, dan siswa yang
malu untuk bertanya kepada gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa
merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan
kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan,
bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedangkan yang ditutori akan lebih kreatif
dalam menerima pelajaran.
Kelebihan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam pendidikan yaitu
pada penerapan tutor sebaya siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya
rasa setia kawan yang tinggi. Maksudnya dalam penerapan tutor sebaya ini, siswa
yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang
pandai atau ketinggalan materi. Jadi disini peran guru hanya sebagai fasilitator
13

Smkswadayatmg weblog, Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya Mengoptimalkan


Pembelajaran Mata Pelajaran KKPI, http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/
penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pembelajaran-mata-pelajarankkpi/, 27 september 2007

21

mediator dan pembimbing terbatas. Artinya guru hanya melakukan intervensi


ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar siswa,
oleh karena itu guru juga perlu trampil dalam mempergunakan pengetahuan
tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan kata lain guru
dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan (menjadi tutor
sebaya) kepada siswa yang kurang pandai, dengan begitu siswa yang bertanya
atau yang ditutori tidak akan merasa malu dan takut karena yang menjelaskannya
adalah teman mereka sendiri.
Penerapan tutor sebaya dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat
memberikan lingkungan belajar yang penuh penguatan positif bagi seluruh siwa.
Lingkungan belajar yang penuh asosiasi positif dan menghapus ketegangan
sehingga siswa mendapatkan kembali energinya untuk menerima pelajaran.
Sedangkan lingkungan sosial yang positif bagi siswa adalah lingkungan yang
membuat siswa mendapatkan pengalamn belajar secara optimal tanpa merasa
terasingkan atau diremehkan.
Pelaksanaan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam proses belajar
mengajar dalam kelas dilakukan secara berkelompok. Dimana siswa dibentuk
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 siswa. Pengelompokkan
siswa dibuat secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari satu orang siswa
pandai atau yang menguasai materi pelajaran dan bertugas sebagai tutor. Pada
awal penyajian menu pelajaran, guru memberikan penjelasan umum tentang
materi pelajaran yang akan dibahas. Kemudian siswa pandai yang telah dipilih
sebagai tutor sebelumnya telah diberikan mandat resmi untuk membantu anggota
kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar. Siswa-siswa pandai yang
ditunjuk sebagai tutor sebelumnya telah diberikan arahan untuk tidak
mendominasi dalam kelompoknya, tidak merasa sombong karena paling pandai
dalam kelompoknya. Namun justru siswa yang pandai harus bisa menularkan
semangat belajar kepada anggotanya. Dengan demikian kekhawatiran dalam
belajar dapat teratasi. Selanjutnya para anggota kelompok selain tutor disebut
tutee.

22

Penerapan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam pelaksanaannya


guru bertugas mengamati dan mengawasi proses belajar siswa dalam kelompok.
Jika ada hal-hal yang tidak dapat dipecahkan oleh tutor, maka tutor meminta
bantuan langsung kepada guru untuk menyelesaikannya. Pada kasus tertentu guru
menangani siswa yang memerlukan bimbingan khusus. Sebagaimana dijelaskan
oleh Cony Semiawan yang menyatakan bahwa :
Pelaksanaan tutor sebaya dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
Jika tutor sebaya dilakukan di dalam kelas, maka (i) guru memberikan
penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas. (ii) kelas dibagi dalam
kelompok dan siswa yang pandai disebar kesetiap kelompok untuk
memberikan bantuannya. (iii) guru membimbing siswa yang perlu mendapat
bimbingan khusus. (iv) jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang
pandai meminta bantuan kepada guru. (v) guru mengadakan evaluasi.14
Dengan demikian, penggunaan metode peer teaching diharapkan mampu
mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. Namun perlu juga diketahui
mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode peer teaching atau tutor sebaya.
Diantara kelebihan dari metode peer teaching yaitu:
a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan kepada guru. Dalam hal ini meningkatkan kualitas
dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan hasil belajar.
b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep
yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka
seolah-olah ia menelaah serta menghafalnya kembali.
c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung
jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.
d. Mempererat hubungan antara siswa, sehingga mempertebal perasaan sosial.
Dalam hal ini Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran.15
Adapun kelemahan dari metode peer teaching yaitu:
a. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan
dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
14

Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 70


Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), cet. 3, h. 26-27
15

23

b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya
diketahui kawannya.
c. Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring ini sukar dilakasanakan. Karena
perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program
perbaikan.
d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau
beberapa orang siswa yang harus dibimbing.
e. Tidak semua siswa pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengajarkannya
kembali kepada kawan-kawannya.16
Beberapa penjelasan di atas, jelas bahwa peer teaching memudahkan siswa
untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri
ketimbang kepada guru, karena siswa lebih sungkan dan malu bila bertanya
kepada guru. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk
bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat
diterima oleh semua siswa.
Model

tindakan

yang

melaksanakan pembelajaran

dikembangkan

dalam

penelitian

ini

adalah

dengan memanfaatkan tutor sebaya. Siswa yang

bertindak sebagai tutor yaitu siswa yang telah memiliki kemampuan akuntansi
yang baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu
membimbing atau menjelaskan kepada anggotanya dalam hal ini yang ditutorinya,
sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru. Siswa yang menjadi tutor
dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan kepada teman-temannya dan yang
dijelaskan (tutee) dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami
dengan cara hasil pekerjaannya.
4. Langkah-langkah atau Prosedur penggunaan Metode Peer Teaching
Dari kelebihan dan kelemahan metode peer teaching di atas, maka perlu
diketahui bagaimana langkah dalam menggunakan metode peer teaching atau
tutor sebaya dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya yaitu:

16

Ibid., h. 27

24

a. Tahap persiapan
1) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang
dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan
satu pertemuan yang di dalamnya mencakup judul penggalan tujuan
pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus
diselesaikan.
2) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor
sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah
kelompok yang dibentuk.
3) Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau
bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga
latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau
siswa itu. Latihan di adakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok
kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang
akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana siswa seluruh kelas
dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung.
4) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri
atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat
kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada
masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
b. Tahap pelaksanaan
1) Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
materi yang di ajarkan.
2) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota
kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti,
demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang
tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru.
3) Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu
kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.

25

c. Tahap evaluasi
1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan
kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor
sudah menjelaskan tugasnya atau belum.
2) mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di
rumah.17
Sedangkan prosedur penyelenggaraan metode peer teaching atau tutor sebaya
menurut David Jaques, yaitu dapat dilihat dari cara pemilihan anggotaanggotanya. David Jaques dalam bukunya (learning in groups) yakni the way in
which students are assined to groups likewise depends on the purposes, both
educational and sosial. One procedure for accomplishing effective mixes is as
follows:
a. Divide the total number of students by the possible number of groups to
estimate the rough size of each group.
b. Decide on criteria whicht might be used to differentiate one student from
another, age, background, etc.
c. Go trough all the notes and assign a code to each according to these sriteria
A,B,C,etc.
d. Then, starting with group I, take one person from each of A,B,C,etc. Until this
groups complement is more than the number of qualities. Do the same for
the other groups. Finally, check that each group has a similar mix and adjust
if not.18
Maksud di atas yaitu satu cara di mana siswa dibentuk menjadi kelompokkelompok kecil yang sesuai dengan tujuan, baik pendidikan dan sosial. Salah satu
caranya yaitu dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan
kriteria yang sama (kelompok yang cepat tanggap, sedang, dan lama). Kemudian
dari kelompok dengan keriteria yang sama tersebut diberikan kode A, B, C, dan
lainnya. Selanjutnya untuk membentuk kelompok 1 dengan mengambil satu siswa
dari masing-masing A, B, C, dan lainnya. Dan untuk membentuk kelompok
17

http://pendidikan-matematika.blogspot.com/2009/03/contoh-skripsi-menggunakanpendekatan.html
18
David Jaques, Learning In Groups, (USA: Gulf Publishing Company, 1991), h. 118

26

selanjutnya lakukanlah hal yang sama. Kemudian periksa bahwa setiap kelompok
memiliki campuran yang sama dan menyesuaikan jika tidak.
Menurut Branley, seperti yang dikutip oleh Fahrur Azis ada tiga model dasar
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu : (a) Tutor to
student, yaitu proses pembelajaran di sini tutor membantu teman-temannya
yakni tiap individu dalam belajar. (b) Group to tutor, yaitu proses
pembelajaran pada model ini tutor membantu teman- temannya dalam bentuk
kelompok belajar. (c) Student to student, yaitu proses pembelajaran disini tutor
membantu sebagian dari teman/peserta didik lain dan peserta didik tersebut
juga berperan membantu teman yang lainnya.19
Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut :

19

Fahrur Azis, Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok Kecil Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat, Skripsi Jurusan
Matematika (Semarang: IAIN Walisongo, 2009), h. 17-18

27

Gambar 1
Model Pembelajaran Tutor Menurut Branley.
Dari tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
tutor sebaya di atas, maka peneliti menggunakan model group to totor. Dalam
model group to tutor ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana dalam
setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki pemahaman yang tinggi dan cerdas
yang akan ditugaskan sebagai tutor. Kemudian tugas tutor memberikan penjelasan
atau mengajarkan anggota kelompoknya masing-masing.
Hal yang menarik peneliti untuk menggunakan model group to tutor ini, yaitu
karena dengan adanya pembentukan kelompok maka suasana kelas akan terlihat
lebih rapih dan terorganisir. Selain itu dengan adanya pembagaian tugas tutor
kepada masing-masing kelompoknya, maka poses pembelajaran akan lebih efisien
dan efektif.
5. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat belajar menurut kamus besar indonesia terdiri dari dua suku kata, yaitu
kata minat dan belajar. Dari segi bahasa minat merupakan kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu.20 Kecenderungan seseorang terhadap sesuatu itu
menandakan adanya minat terhadap suatu objek yang dituju.

20

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), ed. 3, h. 744

28

Secara sederhana Muhibbin Syah mengatakan bahwa minat berarti


kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
seseuatu.21 Seseorang yang mempunyai minat, maka akan mempunyai keinginan
yang besar dalam hal tertentu. Misalnya dalam belajar, ketika siswa mempunyai
minat belajar maka siswa akan memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.
Hal ini dikarenakan minat dapat menyebabkan perhatian, di mana minat seolaholah menonjolkan fungsi rasa dan perhatian serta seolah-olah menonjolkan fungsi
pikiran. Artinya apa yang menarik minat menyebabkan siswa berperhatian, dan
apa yang menyebabkan berperhatian siswa tertarik, minatpun menyertainya. Jadi
ada hubungan antara minat dan perhatian. Seperti ungkapan Reber yang
menyatakan bahwa minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena
ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.22
Kecenderungan terhadap sesuatu yang menandakan adanya suatu minat
biasanya bersifat menetap. Kecenderungan yang menetap maksudnya yaitu bahwa
minat maerupakan ketertarikan dan kecenderungan untuk selalu memperhatikan
dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda, kegiatan)
yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta
membuktikannya lebih lanjut. Ketika seseorang memperhatikan dengan rasa
keingintahuannnya yang begitu tinggi, maka pemahaman akan dicapainnya.
Pemahaman yang diperoleh dari adanya perhatian yang tinggi, disebabkan pula
adanya rasa ketertarikan seseorang terhadap sesuatu yang mengakibatkan
timbulnya perhatian.
Berdasarkan pemaparan mengenai minat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa minat mengandung beberapa unsur yaitu perhataian, keingintahuan,
motivasi, rasa senang atau suka, rasa ketertarikan, dan pemahaman. Dengan
demikian minat merupakan kompleksitas internal individu yang mengandung
unsur perhatian, keingintahuan, motivasi, rasa senang, ketertarikan, dan unsur
pemahaman.
21
22

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 152
Ibid

29

Sedangkan definisi belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.23 Jadi belajar merupakan suatu usaha untuk suatu perubahan
tingkah laku yang baru, yang terbentuk dari adanya suatu interaksi di lingkungan
siswa. Kemudian perubahan dari adanya kegiatan belajar tidak hanya ditandai
dengan bertambahnya ilmu saja, melainkan perubahan pada tingkah laku siswa
juga merupakan adanya perubahan dari proses belajar. Hal ini sesuai dengan
tanggapan sudirman, yaitu perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.24
Menurut Jomes O. Wittaker dalam buku Wasty Soemanto dengan judul
bukunya Psikologi pendidikan, belajar merupakan suatu proses di mana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.25 Sedangkan
menurut Morgan dalam Purwanto mengemukakan bahwa Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.26 Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk
apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai
batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian organisme yang bersangkutan.
Dari definisi-definisi belajar di atas, maka dapat dismpulkan bahwa ciri-ciri
adanya proses belajar itu yaitu adanya perubahan tingkah laku, perubahan itu
bersifat relatif tetap dan perubahan itu terjadi karena adanya latihan dan
pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto yang mengatakan bahwa
ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,
yaitu :

23

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet. 5, h. 2
24
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), cet. 10, h. 21
25
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), cet. 3, h. 98-99
26
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1985), Cet. 2. h.
80-81.

30

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan


itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan tingkah laku itu harus relatif
menetap.27
Dari berbagai definisi yang tersebutkan diatas, jika dikaitakan antara minat
dengan belajar, maka minat belajar merupakan kecenderungan hati dalam diri
seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus
terhadap sesuatu (orang, benda atau kegiatan) yang disertai dengan keinginan
untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikannya dalam perubahan
tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.
b. Macam-macam Minat Belajar
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan
timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat. Berdasarkan timbulnya, minat
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Minat primitif
Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau
jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau
nyaman, kebebasan beraktivitas dan lainnya.
2) Minat sosial
Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini
tidak secara langsung berhubungan dengan kita sendiri. Misalnya minat
belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan
lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal
ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar
mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat
penting bagi harga dirinya.
Sedangkan minat berdasarkan arahannya menurut Abdul Rahman yaitu:
27

Ibid., h. 81

31

(1) Minat intrinsik, yaitu minat yang langsung berhubungan dengan


aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya,
seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahaun atau karena
memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau
penghargaan. (2) Minat ekstrinsik, yaitu minat yang berhubunnga dengan
tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada
kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya, seseorang yang belajar
dengan tujuan agar menjadi juara kelas.28
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Keberhasilan suatu pendidikan ditentukan oleh proses pendidikan, karena
pada proses pendidikan diperlukan peran siswa secara aktif. Sementara itu,
keaktifan seorang siswa dalam proses belajar mengajar erat kaitannya dengan
kondisi minat belajarnya. Minat belajar tiap-tiap siswa tidaklah sama.
Ketidaksamaan itu disebabkan oleh banyak hal yang mempengaruhi minat belajar,
sehingga ia dapat belajar dengan baik atau tidak. Demikian juga halnya dengan
minat siswa terhadap pelajaran akuntansi, ada yang minatnya tinggi dan ada juga
yang rendah. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil
belajarnya dalam pelajaran akuntansi.
Secara garis besar timbulnya minat belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal.
1) Faktor Internal
a) Kebutuhan
Seseorang akan melakukan seseuatu jika ada kebutuhan di dalam dirinya atau
ada sesuatu yang hendak dicapainya. Kebutuhan sebagai faktor yang
mempengaruhi minat dan menjadi tolak ukur tinggi rendahnya minat terhadap
suatu objek. Misalnya siswa yang ingin menang dalam olimpiade akuntansi,
maka rasa ingin menang tersebut akan menimbulkan minat untuk belajar
lebih giat dari sebelumnya.
b) Bakat
Menurut Chaplin, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Kemampuan itu

28

Abdul Rahman, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2009), h. 265-268

32

baru terealisasi menjadi keberhasilan setelah belajar dan berlatih. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
pun akan baik karena ia belajar dengan perasaan senang. Misalnya, siswa
yang mempunyai bakat berhitung akan lebih mudah mengerti pelajaran
akuntansi

dengan

konsep

persamaan

akuntansi

dan

jurnal

umum,

dibandingkan siswa yang kurang berbakat dalam berhitung.


c) Sikap
Seseorang tentu memiliki kecenderungan untuk menerima atau menolak
sesuatu berdasarkan penilaian, apakah sesuatu itu bermanfaat bagi dirinya
atau tidak. Misalnya, apakah mempelajari akuntansi dirasakan bermanfaat
bagi kehidupan siswa atau tidak.? Apabila dirasakan bermanfaat bagi siswa,
maka akan melahirkan sikap positif terhadap pelajaran akuntansi. Namun
sebaliknya, jika dirasakan kurang atau tidak bermanfaat bagi siswa, maka
akan melahirkn sikap negatif dalam diri siswa terhadap pelajaran akuntansi.
Sikap negatif yang terjadi akan terus menerus menjadi sesuatu kebiasaan
yang akhirnya akan memepengaruhi minat siswa terhadap pelajaran
akuntansi.
2) Faktor Eksternal
a) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan sering dipelajari oleh siswa
yang bersangkutan. Sabaliknya, bahan pelajaran yang tidak menarik minat
siswa tentu akan dikesampingkan leh siswa. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Slameto bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik bagi siswa.
b) Guru
Guru adalah penanggung jawab dalam proses pembelajaran. Menurut Kurt
Singer bahwa guru yang berhasil membina kesediaan belajar muridmuridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat
dilakukan demi kepentingan murid-muridnya. Guru yang pandai, baik, ramah,
disiplin,

serta

disenangi

siswa

sangat

besar

pengaruhnya

dalam

33

membangkitkan minat siswa. Sebaliknya gruru yang memiliki sikap buruk


dan tidak disukai oleh siswa, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat
dan perhatian siswa.
c) Metode pembelajaran
Faktor-faktro yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar tidak
hanya bahan pelajaran dan gruru, tetapi metode pemeblajaran juga merupakan
faktor yanga dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar.
Belajar sebagai suatu proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak faktorfaktor yang mempengaruhi belajar, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi
belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor-faktor Stimuli Belajar.
Maksud dari faktor-faktor stimuli belajar disini yaitu segala hal diluar
individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan
belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana
lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar. Berikut
ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimuli
belajar:
a) Panjangnya bahan pelajaran, semakin panjang bahan pelajaran, semakin
panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya.
b) Kesulitan bahan pelajaran, mengandung tingkat kesulitan yang berbeda.
c) Berartinya bahan pelajaran, belajar memerlukan modal pengalaman yang
diperoleh dari belajar sebelumnya.
d) Berat-ringannya tugas, sesuai dengan tingkat kemampuan individu.
e) Suasana lingkungan eksternal, menyangkuta banyak hal, diantaranya: cuaca,
waktu, kondisi tempat, dan sebagainya.
2) Faktor-faktor Metode Belajar.
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai
oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor
metode belajar menyangkut hal-hal berikut:

34

a) Kegiatan berlatih atau praktek, dalam hal ini dapat diberikan dalam dosis
besar ataupun kecil.
b) Overlearning dan Drill, yaitu untuk memantapkan reaksi dalam belajar.
c) Resitasi selama belajar, yaitu lebih cocok untuk diterapkan pada belajar
membaca atau belajar hafalan.
d) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar
selanjutnya.
e) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, mempunyai
kelemahan karena membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum
belajar yang sesungguhnya berlangsung.
f) Penggunaan modalitas indra, yaitu indera yang dipakai oleh masing-masing
individu dalam belajar tidaklah sama, baik oral, visual, maupun kinestetik.
g) Penggunaan set dalam belajar, yaitu suatu arah atau sikap terhadap
pekerjaan, dalam hal ini mengarahkan perhatian hal-hal yang relevan dengan
kebutuhan dan motivasi si pelajar, serta menemukan tujuan atau alternatif
tindakan yang paling baik.29
h) Bimbingan dalam belajar, diberikan dalam batasan-batas yang diperlukan
oleh individu.
i) Kondisi-kondisi insentif, yaitu obyek atau situasi eksternal yang dapat
memenuhi motif individu. Dalam hal ini merupakan alat untuk mencapai
tujuan.
3) Faktor-faktor Individual.
Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang, adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
a) Kematangan, yaitu dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan
fisiologisnya, termasuk sistem syaraf dan fungsi otak menjadi berkembang
sehingga akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang yang akhirnya akan
mempengaruhi hal belajar seseorang.

29

Ibid., h. 101

35

b) Faktor usia kronologis, yaitu pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi
dengan pertumbuhan dan perkembangan, usia kronologis merupakan faktor
penentu dari pada tingkat kemampuan belajar individu.
c) Faktor perbedaan jenis kelamin, yaitu dalam hal peranan dan perhatian antara
pria dan wanita berbeda terhadap pekerjaan yang merupakan akibat dari
pengaruh kultural.
d) Pengalaman sebelumnya, yaitu lingkungan mempengaruhi perkembangan
individu karena banyak memberikan pengalaman yang ikut mempengaruhi
hal belajar yang bersangkutan, terutama pada transfer belajarnya.
e) Kapasitas mental, yaitu dimana individu mempunyai kapasitas-kapasitas
mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi
fisiologis pada sistem syaraf dan jaringan otak.
f) Kondisi kesehatan jasmani, yaitu orang yang belajar membutuhkan kondisi
badan yang sehat.
g) Kondisi kesehatan rohani, dalam hal ini gangguan serta cacat-cacat mental
pada seseorang sangat mengganggu hal belajar orang yang bersangkutan.
h) Motivasi, yaitu berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan yang
sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.30
d. Peranan Minat Dalam Belajar
Keberhasilan belajar siswa di sekolah salah satunya disebabkan oleh minat
yang tinggi, karena minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar siswa. Dengan tumbuhnya minat pada diri siswa, maka minat menjadi
stimulus atau perangsang terhadap suatu kegiatan sehingga berperan dalam
menunjang belajarnya.
Menurut peneliti yang pernah dilakukan, telah banyak menunjukkan bahwa
penyebab dari kegagalan belajar siswa secara lebih rinci adalah berkaitan dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar adalah:

30

Wasty Soemanto, op. cit., h. 107-115

36

1) Minat dapat melahirkan perhatian serta merta.


Perhatian terhadap sesuatu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perhatian
yang serta merta dan perhatian yang dipaksakan. Perhatian serta merta terjadi
secara optimal, bersifat wajar, dan tumbuh sukarela yang muncul dalam diri
seseorang. Adapun perhatian yang dipaksa timbul karena ada sesuatu (luar diri
siswa) yang memaksanya dan bukan muncul dari kehendak siswa maupun
kerelaan siswa.
Bila perhatian dikaitakan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
maka bagi siswa yang memiliki minat tinggi dalam proses pembelajaran akuntansi
akan berpengaruh terhadap perhatian serta merta yang terjadi secara optimal. Hal
ini disebabkan semakin besar minat seseorang, maka akan semakin besar
spontanitas perhatiannya.
2) Memudahkan terjadinya kosentrasi.
Dengan timbulnya minat pada siswa dalam proses pembelajaran, maka kan
memudahkan terciptanya kosentrasi belajar. Kemudian perhatian yang serta merta
yang dicurahkan siswa dalam belajar akan memudahkan berkembangnya
kosentrasi. Dengan demikian pembelajaran yang dihadapi siswa tanpa disertai
minat maka kosentrasi belajarnya sukar dikembangkan.
3) Mencegah gangguan perhatian.
Minat sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan belajar siswa.
Selain berperan sebagai mengembangkan kosentrasi, dapat juga mencegah
gangguan perhatian dari luar. Dalam hal ini siswa mudah mengalihkan perhatian
yang melibatkanya dari luar diri siswa. Dan siswa mudah mengalihkan perhatian
dari pelajaran kepada sesuatu hal bila minat yang ada dalam dirinya kecil.
4) Memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
Bertalian erat dengan kosentrasi terhadap pelajaran yaitu mengingat bahan
pelajaran. Pengingatan hanya mungkin terlaksana jika siswa berminat terhadap
pelajaran. Dengan demikian minat memiliki peranan penting dan memprmudah
melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.

37

5) Memperkecil kebosanan yang ada dalam diirnya.


Penghapusan kebosanan dalam belajar siswa hanya bisa terlaksana dengan
jalan menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat sebenarbenarnya. Dengan demikian minat merupakan suatu kewajiban yang menyertai
siswa di kelas pada setiap kali belajar dan dapat memungkinkan siswa berhasil
dalam kegiatan belajar.
6. Hakikat Pembelajaran Akuntansi
a. Pengertian Akuntansi
Akuntansi

berasal

dari

bahasa

inggris

to

account

yang

berarti

memperhitungkan atau mempertanggung jawabkan. Kata akuntansi sebenarnya


diserap dari kata accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan
accountant dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan
profesinya.
Akuntansi menurut alam S. adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi untuk mungkin dilakukan penilaian serta
pengambilan keputusan secara tegas dan jelas bagi pihak yang menggunakan
informasi tersebut.31
Dalam pengertian lain menurut Sofyan Syafri Harahap yang dikutip dari buku
A Statment of Basic Accounting theory akuntansi adalah proses mengidentifikasi,
mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam
hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.32
Sedangkan menurut Supriyono akuntansi adalah aktivitas yang menghasilkan
jasa, dimana mempunyai fungsi untuk menyajikan informasi kuantitatif yang pada
dasarnya bersifat keuangan dari suatu badan usaha atau perusahaan.33
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka akuntansi adalah seperangkat
pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pemprosesan,
penganalisian, penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang
dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi yang bersifat keuangan yang
31

Alam S., loc. Cit.


Sofyan Syafri Harahap, Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994), cet. 2, h. 1
33
Supriyono, dkk., Akuntansi Keuangan Dasar, (Yogyakarta: Badan Penerbitan STIE YKPN,
1983), cet. 1, h. 2
32

38

diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang


diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk
memenuhi pertanggung jawaban pengurusan keuangan.
Secara umum akuntansi mempunyai tiga kegunaan, yaitu: 1) Untuk
mendapatkan informasi ekonomi (informasi keuangan tentang perusahaan yang
akurat sehingga pemakai dapat mengambil yang tepat; 2) Untuk memberikan
pertanggung jawaban manajemen kepada pemilik perusahaan; 3) Untuk
mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun (maju mundurnya
suatu perusahaan.
Menurut Stelling membagi perkembangan akuntansi menjadi tiga tahap,
yaitu:34
1) Tahap Pertama
Tahap ini ruang lingkup perusahaan dimana segala pencatatan mengenai
perusahaan yang dikerjakan sendiri.
2) Tahap Kedua
Perusahaan yang dikelola sudah besar, sehingga pengurusan dalam
perusahaan tidak mungkin lagi di kelola sendiri. Pada tahap ini pencatatan
akuntansi mulai diserahkan kepada orang lain yang mengerti tentang
akuntansi.
3) Tahap Ketiga
Terjadi pemisahan fungsi secara tegas antara pemilik dan perusahaan.
Pencatatan akuntansi mulai berkembang, sehingga timbul akan pertanggung
jawaban ini yang dinamakan laporan keuangan.
Setiap bidang ilmu akan menggunakan suatu istilah khusus untuk menyebut
beberapa di dalam bidang tersebut. Demikian juga dengan ilmu akuntansi.
Akuntansi menggunakan beberapa istilah khusus sebagai suatu kebiasaan yang
sering dipakai dalam bidang akuntansi. Walaupun banyak istilah di dalam
akntansi, namun istilah-istilah tersebut bukan merupakan kata-kata yang asing
bagi masyarakat umum. Namun kata-kata tersebut tetap saja disebut atau
digunakan sebagai suatu istilah baku dalam akuntansi.
34

Yoga Firdaus, Pelajaran Akuntansi Untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1997), cet. 3, h. 5

39

Untuk mempelajari akuntansi pada tahap awal atau tahap persamaan


akuntansi, maka perlu sekali mengenal dan mengetahui bebrapa istilah yang biasa
dipakai dalam pembelajaran akuntansi. Beberapa istilah dasar yang biasa
digunakan dalam akuntansi antara lain:
1) Kas (Cash) adalah alat pembayaran milik perusahaan yang siap digunakan,
seperti kontan, uang tunai (uang kertas dan uang logam).
2) Piutang (Account Recaivable) adalah hak perusahaan yang masih dibawa
oleh pihak lain. Seperti tagihan atas penjualan, atau tagaihan kepada
karyawan atas pinjamannya ke perusahaan.
3) Perlengkapan kantor (Office Supplies) adalah barang atau bahan pelengkap
aktivitas perusahaan yang biasanya berumur pendek (kurang dari satu tahun)
dan bisa habis karena pemakaian, seperti kertas, pulpen, tinta, dll.
4) Peralatan kantor (Office Equipment) adalah alat-alat yang dimiliki
perusahaan dan digunakan dalam operasi jangka panjang, seperti meja,
kursi, komputer, dsb.
5) Kendaraan (Vehicles) adalah alat transportasi yang dimiliki perusahaan dan
digunakan dalam operasi.
6) Bangunan (Building) adalah gedung permanen yang dimiliki dan digunakan
oleh perusahaan untuk aktivitas usaha rutin.
7) Tanah (Land) adalah lahan berupa tanah kosong atau lahan tempat suatu
bangunan berdiri yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk
aktivitas usaha rutin.
8) Hutang usaha (Account Payable) adalah kewajiban untuk membayar
sejumlah uang, barang atau jasa kepada pihak lain yang timbul akibat
transaksi yang dilakukan perusahaan masa lalu.
9) Modal/Modal

Saham

(Capital/Capital

Stocks

Owners

Equity)

menunjukkan setoran harta pemilik kepada perusahaan yang sekaligus


sebagau bukti kepemilikan. Setoran harta dapat berupa uang tunai ataupun
harta lain seperti mesin, tanah, gedung, dsb.
10) Prive (Drawing/Withdrawals) adalah pengambilan uang perusahaan oleh
pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

40

11) Dividen (Dividens) adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang
dibagikan kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) sebagai imbalan
atas setoran modal pemilik. Aktivitas pembagian dividen hanya dilakukan di
dalam

perusahaan

berbentuk

Korporasi/Perseroan

Terbatas

(PT).

Perusahaan berbentuk perseorangan atau firma, tidak menggunakan akun


dividen.
12) Pendapatan (Revenues) adalah kenaikan modal perusahaan yang timbul
akibat penjualan produk perusahaan. Istilah pendapatan biasanya digunakan
oleh perusahaan jasa, sedangkan perusahaan dagang atau perusahaan
manufaktur lebih banyak menggunakan istilah penjualan (sales) untuk
mencatat transaksi yang sama.
13) Biaya (Cost) adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau
jasa, dimana manfaat dari barang atau jasa tersebut dinikmati dalam waktu
lebih dari satu tahun (jangka panjang).
14) Beban (Expenses) adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang
atau jasa yang manfaatnya dinikmati hanya dalam waktu satu tahun atau
satu periode akuntansi saja. Dengan kata lain, beban adalah biaya yang
manfaatnya hanya dirasakan dalam waktu satu tahun atau biaya yang tidak
memiliki manfaat lagi di masa mendatang.35
b. Tujuan Akuntansi
Tujuan akuntansi menurut Rudianto yaitu:
1) Dapat memberikan informasi keuangan secara jelas mengenai perusahaan
tertentu, guru memenuhi keperluan pemakai dalam mengambil keputusankeputusan ekonomi.
2) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan
perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan.
3) Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pegawai dalam
menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan.

35

Rudianto, op. cit., h. 24

41

4) Menyajikan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai perubahan harta


dan kewajiban serta mengungkapkan lain-lain informasi yang sesuai dengan
keperluan pemakai.36
e. Jurnal Umum
Pencatatan langsung setiap bukti transaksi ke akun yang terpengaruh memang
sangat praktis. Namun banyak mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain
bila terjadi kesalahan dalam pencatatan sulit untuk ditemukan kesalahan tersebut.
Selain itu tidak ada catatan kronologis mengenai terjadinya transaksi dalam suatu
perusahaan. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi,
maka pencatatan dilakukan secara bertahap. Artinya, sebelum bukti transaksi
dicatat ke dalam akun terlebih dahulu dianalisis dan dicatat pada buku jurnal.
Menurut Kardiman Jurnal berasal dari kata jour (bahasa perancis) yang
artinya hari. Jurnal atau buku harian merupakan formulir khusus yang dipakai
untuk mencatat setiap bukti pencatatan secara kronologis menurut nama akun dan
jumlah yang harus di debit dan di kredit. Dalam praktik akuntansi, jurnal adalah
tempat pertama kali sebuah transaksi dicatat.37
Sedangkan jurnal menurut Rudianto diartikan sebagai aktivitas meringkas
dan mencatat transaksi perusahaan berdasarkan dokumen dasar secara kronologis
beserta penjelasan yang diperlukan di dalam buku harian38
Kegiatan penjurnalan merupakan penggolongan semua transaksi ke akun
masing-masing. Misalnya toni menyetorkan sejumlah uang sebagai modal pada
PT Banyu Biru Abadi. Kegiatan ini akan mempengaruhi dua akun yaitu kas dan
modal, masing-masing akan di debit dan di kredit. Jadi menjurnal suatu transaksi,
minimal ada dua akun yang terpengaruh dengan jumlah debit harus selalu sama
dengan jumlah kredit. Fungsi jurnal menurut kardiman adalah:
1) Fungsi historis, artinya pencatatan setiap bukti transaksi dilakukan secara
kronologis, urut, berdasarkan tanggal terjadinya transaksi. 2) Fungsi mencatat,
artinya semua transaksi harus dicatat dalam buku jurnal, jangan sampai ada
yang tertinggal, 3) Fungsi analisis, artinya pencatatan dalam jurnal merupakan
hasil analisis transaksi berupa pendebitan dan pengkreditan akun-akun yang
36

Supriyono, op. cit., h. 3-5


Kardiman, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, (Jakarta: Yudistira, 2006), h. 44
38
Rudianto, op. cit., h. 64
37

42

terpengaruh berikut jumlahnya, 4) Fungsi instruktif, artinya catatan dalam


jurnal merupakan perintah untuk mendebit dan mengkredit akun buku besar
sesuai dengan catatan dalam jurnal, 5) Fungsi informatif, artinya catatan dalam
jurnal memberikan penjelasan mengenai transaksi yang terjadi.39
Dari pembahasan mengenai fungsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
jurnal berfungsi mencatat dan meringkas setiap transaksi yang dilakukan
perusahaan. Sedangkan akun dan buku besar berfungsi mengelompokkan
transaksi perusahaan menurut jenis transaksinya. Jadi disini jurnal bukan
berfungsi menggantikan buku besar dan akun, tetapi antara keduanya saling
melengkapi satu dengan yang lainnya. Kemudian transaksi yang sudah dijurnal di
buku harian, setiap beberapa waktu misalnya seminggu sekali atau sebulan sekali,
maka diposting/dipindahkan ke buku besar sesuai dengan jenis akunnya.
d. Laporan Keuangan
Pada akhir siklus akuntansi, akuntan perusahaan harus membuat laporan
keuangan perusahaan untuk berbagai pihak yang membutuhkan. Laporan
keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu
ringksan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.40 Tujuan laporan keuangan menurut Alam S. yaitu:
1) Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi, 2) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
oleh manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Hal ini trkait dengan keputusan intervensi atau
penggantian jajaran manajemen tersebut.41
Menurut Rudianto, laporan keuangan yang disusun oleh manajemen biasanya
terdiri dari:
1) Neraca, yaitu suatu daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang
dimiliki perusahaan, serta informasi dari mana sumber daya tersebut
diperoleh. Dalam hal ini neraca merupakan laporan yang menunjukkan
keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
39

Kardiman, dkk., loc. cit.


Zaki Baridwan, loc. cit.
41
Alam S., op. cit., h. 169
40

43

2) Laporan rugi laba, yaitu laporan yang menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam menghasilkan keuntungan dalam suatu periode akuntansi atau satu
tahun. Artinya pelaporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya
selama satu periode akuntansi.
3) Laporan perubahan modal, yaitu suatu laporan yang menunjukkan perubahan
modal pemilik atau laba yang tidak dibagikan dalam periode akuntansi akibat
transaksi usaha selama periode tersebut.42
4) Laporan perubahan posisi keuangan (statment of changes in financial
position), menunjukkan arus dana dan perubahan-perubahan dalam posisi
keuangan salama tahun buku yang bersangkutan. (FASB dalam SFAS Nomor
95 menentukan laporan ini diganti dengan laporan aliran kas).43
Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara periodik dan periode yang
biasa digunakan adalah tahunan yang mulai 1 Januari dan berakhir pada tanggal
31 Desember. Periode ini disebut periode tahun kalender. Selain tahun kalander,
periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah
periode akuntansi sering juga diganti dengan istilah tahun buku. Walaupun
periode akuntansi (tahun buku) yang digunakan itu adalah tahunan, manajemen
masih dapat menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek,
misalnya bulanan, triwulan atau kuartal. Laporan keuangan yang dibuat untuk
periode yang lebih pendek dari satu tahun disebut laporan intern.44
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian relevan yaitu oleh Rusmita Kurniati (2009) tentang
Penerapan Metode Peer Teaching Untuk Meningkatkan Perhatian Siswa
Terhadap Materi Biologi Siswa Sma Kelas X yang menyatakan bahwa
Penggunaan pembelajaran kooperatif peer teaching dapat meningkatkan
perhatian siswa kelas X-4 SMA Assalam Sukoharjo tahun ajaran 2007/2008
terhadap materi Biologi.45
42

Rudianto, op. cit., h. 15-16


Zaki Baridwan, op. cit., h. 18
44
Ibid.
45
Rusmita Kurniati, Penerapan Metode Peer Teaching Untuk Meningkatkan Perhatian Siswa
Terhadap Materi Biologi Siswa Sma Kelas X, (Surakarta: Universitas Sebelas maret, 2009)
43

44

Menurut penelitian Dina Melita yang berjudul Metode Pembelajaran Peer


Teaching Dan Problem Based Learning Untuk Memotivasi Sosialisme Dalam
Kelas (Pada Pembelajaran Statistik) yang menyatakan bahwa prestasi akademik
mahasiswa meningkat sangat nyata dari jumlah perolehan nilai A masing-masing
8,11% dan 12,94% dari jumlah mahasiswa dan peserta kuliah pada tahun
akademik 2004/2005 dan 2005/2006 menjadi 36,71% pada tahun ajaran
2006/2007. Inovasi pembelajaran juga meningkat jumlah nilai B dari masingmasing 27% dan 22,35% pada tahun akademik 2004/2005 dan 2005/2006 menjadi
53,16% pada tahun akademik 2006/2007. Sedangkan jumlah perolehan nilai C
menurun, dan nilai D dan E tidak ada pada tahun 2006/2007. Kemuidian dari
inovasi pembelajaran dapat memunculkan sifat kemandirian, kepemimpinan, dan
enterprenership pada mahasiswa dan dapat diimplementasikan. Selain itu tingkat
kehadiran mahasiswa dalam kuliah dan diskusi peer teaching tinggi, dan merasa
nyaman selama mengikuti kuliah dan diskusi tim.46
Kemudian hasil penelitian yadilakukan oleh Sarifudin dengan kesimpulan
bahwa:
Tutor sebaya memberikan lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk
bertanya tanpa merasa takut atau malu ditertawakan. Siswa dapat bertanya
sebebas-bebasnya kepada tutor dalam kelompoknya. Para siswa menjadi lebih
senang dan bersemangat belajar matematika karena soal-soalnya tidak lagi
menjadi momok yang menakutkan bagi mereka. Siswa dapat dengan mudah
menyelesaikan soal-soal yang dihadapi melalui diskusi dalam kelompoknya
serta bimbingan dari tutor yang cukup membantu mereka dalam belajar
matematika.47
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
sesorang seperti pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan,
serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar.
Hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri individu) dan
faktor eksternal (luar diri individu).
46

Dina Melita, Metode Pembelajaran Peer Teaching Dan Problem Based Learning Untuk
Memotivasi Sosialisme Dalam Kelas (Pada Pembelajaran Statistik), (Palembang: Uni Versitas
Bina Darma)
47
Sarifudin. loc. Cit.

45

Salah satu penyebab kurangnya minat, perhatian, dan hasil belajar siswa
terhadap pelajaran akuntansi di sekolah adalah penerapan metode pelajaran yang
kurang tepat. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Salah satu cara unruk mengtasinya adalah dengan menerapkan metode
pengajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan penerapan pembelajaran
metode peer teaching.
Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah bentuk refleksi dari metode
penelitian lainnya. Peneliti menggunakan metode PTK pada penelitian ini agar
dapat lebih menyatu dengan keadaan dan situasi pembelajaran yanga ada di SMA
Darussalam Ciputat, yang akan diteliti pada PTK adalah upaya penerapan metode
pembelajaran peer teaching terhadap minat belajar siswa. Model ini digunakan
untuk merubah doktrinasi bahwa siswa datang ke kelas ibarat sebuah gelas
kosong. Maksudnya adalah memeberikan kesempatamn kepada siswa untuk dapat
memberikan pendapat dan argumentasi tentang materi pelajaran akuntansi.
Pendekatan kegiatan pembelajaran peer teaching ini menekankan adanya
motivasi siswa untuk dapat menggali pengetahuan secara sendiri, seperti interaksi
anatar siswa melalui diskusi, siswa secara bersama menyelesaikan tugas-tugas yng
dihadapi, bila kondisi ini diboisasakna akan meningkatkan sosial, skill pada siswa.
Penerapan pembelajaran peer teaching diharapkan dapat meningkatkan motivasi
dan minat siswa dalam belajar akuntansi, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar secara indiviual atau kelompok. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian
tentang upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
akuntansi melalui metode peer teaching pada konsep persamaan akuntansi dan
jurnal umum.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan kerangka berfikir, maka
hipoptesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran
peer teaching dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPS di SMA
Darussalam Ciputat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam

rangka

mengumpulkan

dan

memperoleh

data-data

yang

berhubungan dengan penyusunan laporan ini, penelitan akan dilaksanakan di


SMA Darussalam Ciputat, tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian


Penelitian

ini

menggunakan

rancangan

penelitian

tindakan

kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas atau PTK memiliki


peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran
apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian Kurt Lewin yang
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refeleksi.
Model penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Model Penelitian Kurt Lewin
4.
REFLECTING

1. PLANNING

3.
OBSERVING

2.
ACTION

1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu
lembar observasi, angket, dan dokumen.

46

47

2. Pelaksanaan/Tindakan (Acting)
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti bekerjasama dengan guru
bidang studi. Peneliti sebagai palaku tindakan, sedangkan guru sebagai
pengamat (observer). Pada tahap ini, rancangan strategi yang sudah
didiskusikan bersama akan diterapkan. Dalam hal ini melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya
sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan bersama dengan proses pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini dilakukan kolaborasi dengan guru kolaborator atau guru mata
pelajaran akuntansi untuk mengisi lembar observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, data-data yang diperoleh pada saat pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh. Kemudian melakukan
evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.
Apabila hasil penelitian telah tercukupi seperti yang diharapkan, maka
penelitian dihentikan. Namun bila terdapat masalah dari proses refleksi atau
penelitian belum tercapai, maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya.

C. Subjek atau Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian


Subjek atau partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Darussalam
Ciputat, kelas XI IPS4 yang berjumlah 29 siswa. Sedangkan pihak yang terkait
dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah guru bidang studi akuntansi.
Dalam penelitian ini, guru bidang studi akuntansi terlibat sebagai kolaborator dan
observer yang mengamati dan mencatat aktivitas guru (peneliti) dan siswa di kelas
pada lembar observasi.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai guru yang
melakukan proses pembelajaran yaitu pengajaran materi dengan menerapkan

48

metode pembelajaran Peer Teaching, dan bekerja sama dengan guru akuntansi
kelas XI yang berperan sebagai pengamat sekaligus kolaborator.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus yang tergantung
pada tingkat penyelesaian masalah. Tiap siklus teridiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, tindakan, observasi/analisis, dan refleksi. Pada penelitian ini peneliti
hanya ingin mengukur minat siswa, maka dari itu pelitian ini hanya membutuhkan
satu siklus saja. Satu siklus terdiri dari empat pertemuan, dimana tiap pertemuan
dilakukan beberapa tindakan yang digambarkan sebagai berilkut:
1. Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan, peneliti melakukan observasi ke sekolah
SMA Darussalam kelas XI khususnya Kelas XI4 pada saat peneliti
melaksanakan kegiatan PPKT di SMA Darussalam Ciputat, kemudian
observasi kedua dilakukan pada tanggal 14 November 21013.
2. Siklus I
a. Pertemuan Pertama
1) Tahap Perencanaan
a) Membuat RPP dengan menggunakan metode pembelajaran peer
teaching atau tutor sebaya.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan angket untuk mengukur tingginya minat akuntansi
siswa sebelum penerapan metode peer teaching dalam pembelajaran
akuntansi.
e) Menentukan siswa yang akan menjadi tutor dalam

kelompok

belajar, sesuai dengan arahan dari guru bidang studi.


f) Membuat rangkuman materi untuk tutor.
g) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.

49

2) Tahap Pelaksanaan
a) Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap
kelompok terdapat satu tutor.
b) Menerangkan metode peer teaching atau tutor sebaya.
c) Membagikan angket minat kepada siswa untuk diisi.
d) Membagikan bahan ajar dalam bentuk handt out.
e) Menjelaskan materi yang telah ditentukan dan direncanakan dalam
RPP, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas.
f) Membimbing pelaksanaan tugas yang telah diberikan pada setiap
kelompok, yaitu materi jurnal umum dengan menggunakan metode
peer teaching atau tutor sebaya.
g) Guru memanggil 2 sampai 3 siswa dari tiap kelompok untuk
mengerjakan soal latihan di depan kelas.
h) Membahas secara bersama tugas yang telah diselesaikan.
i) Guru menyimpulkan materi yang kurang atau bahkan tidak dipahami
oleh siswa.
j) Memeberikan latihan untuk dikerjakan di rumah.
k) Penilaian hasil pertemuan pertama.
l) Dokumentasi
3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Melakukan pengisian angket minat oleh siswa sebelum intervensi
tindakan.
c) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
pertama yang akan dijadikan dasar pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.

50

b. Pertemuan Kedua
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti bersama observer mendiskusikan dan membuat RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran peer teaching atau tutor sebaya,
serta dilakukannya pengacakan siswa.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Melakukan pengacakan siswa dalam setiap pertemuan, dan
menjelaskan tujuan dari pengacakan siswa.
b) Guru meminta bantuan para tutor untuk mengumpulkan PR yang
telah dikerjakan para siswa.
c) Membahas latihan soal (PR) dengan memanggil 2 sampai 3 siswa
dari tiap kelompok untuk mengerjakan soal di depan kelas,
kemudian pembahasan dilakukan secara bersama.
d) Guru membagikan bahan ajar dalam bentuk hand out.
e) Guru dan observer membimbing pelaksanaan pembelajaran dan
memberikan arahan pada setiap kelompok dalam menggunakan
metode peer teaching, dengan meteri menganalisis dan menyusun
transaksi ke dalam jurnal umum.
f) Guru menyuruh para tutor menjelaskan kembali atau membahas
contoh soal kepada seluruh siswa di depan kelas, dengan dilanjuti
penjelasan oleh guru.
g) Guru memberikan latihan soal kepada seluruh siswa untuk
dikerjakan secara individu, dan dikumpulkan sebelum bel pergantian
jam pelajaran.
h) Guru menugaskan kepada seluruh siswa untuk mempelajarai materi
laporan keuangan di rumah.
i) Penilaian hasil pertemuan kedua.
j) Dokumentasi.

51

3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung pada setiap pertemuan.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
kedua yang akan dijadikan dasar pelaksanaan pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan Ketiga
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti bersama observer mendiskusikan dan membuat RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran peer teaching atau tutor sebaya,
serta dilakukannya pengacakan siswa.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Guru Melakukan pengacakan siswa.
b) Guru membagikan bahan ajar dalam bentuk hand out.
c) Peneliti dan observer berkeliling kelas untuk membimbing dan
memberikan bantuan bagi kelompok yang mengalami kesulitan.
d) Guru menjelaskan secara keseluruhan mengenai materi jurnal umum.
e) Guru menawarkan kepada seluruh siswa untuk mengerjakan contoh
soal di depan kelas.
f) Guru menawarkan kepada seluruh siswa yang ingin bertanya dan
memberikan tanggapannya.
g) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan di rumah.
h) Guru menugaskan kepada seluruh siswa untuk mempelajarai kembali
materi yang sudah diberikan, karena diawal pelajaran peneliti selalu
meriview yang sudah dipelajari dengan mengajukan pertanyaan.
i) Dokumentasi.

52

3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung pada setiap pertemuan.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
ketiga yang akan dijadikan dasar pelaksanaan pertemuan berikutnya.
d. Pertemuan Keempat
1) Tahap Perencanaan
a) Peneliti bersama observer mendiskusikan dan membuat RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran peer teaching atau tutor sebaya,
serta dilakukannya pengacakan siswa.
b) Menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out.
c) Membuat latihan soal.
d) Menyiapkan angket untuk mengukur tingginya minat akuntansi
siswa setelah intervensi tindakan dengan penerapan metode peer
teaching dalam pembelajaran akuntansi.
e) Menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Guru melakukan pengacakan siswa.
b) Guru meminta bantuan para tutor untuk mengumpulkan PR yang
telah dikerjakan para siswa.
c) Membahas latihan soal (PR) dengan memanggil 2 sampai 3 siswa
dari tiap kelompok untuk mengerjakan soal di depan kelas,
kemudian pembahasan dilakukan secara bersama.
d) Guru membagikan bahan ajar dalam bentuk hand out.
e) Guru dan observer membimbing pelaksanaan pembelajaran dan
memberikan arahan pada setiap kelompok dalam menggunakan
metode peer teaching.

53

f) Guru menyuruh para tutor menjelaskan kembali atau membahas


contoh soal kepada seluruh siswa di depan kelas.
g) Guru memberikan latihan soal kepada seluruh siswa untuk
dikerjakan secara individu, dan dikumpulkan sebelum bel pergantian
jam pelajaran.
h) Membagikan angket minat kepada siswa untuk diisi.
i) Penilaian hasil pertemuan keempat.
j) Dokumentasi.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
a) Guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan sebelumnya.
b) Melakukan pengisian angket minat oleh siswa setelah intervensi
tindakan dengan penerapan metode peer teaching.
c) Mencatat, memproses, dan menilai hasil observasi selama proses
pembelajaran yang berlangsung.
4) Tahap Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan pertemuan
keempat. Pertemuan keempat ini merupakan pertemuan terakhir, karena
penelitian dibatasi hanya empat kali pertemuan. Hal ini dikarenakan
peneliti hanya ingin mengukur minat siswa tanpa hasil belajarnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan


Penelitian tindakan kelas ini diupayakan untuk memberikan solusi
terhadap masalah yang dihadapi, yaitu rendahnya minat siswa dalam belajar
akuntansi. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah
adanya peningkatan minat belajar akuntansi siswa kelas XI IPS4, sehingga hasil
belajar akuntansi siswapun meningkat setelah menggunakan metode peer teaching
dalam proses pembelajaran.

54

G. Data dan Sumber Data


Data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh baik
dari siswa maupun guru. Data untuk analisis kebutuhan terhadap proses
pembelajaran diambil dari laporan minat belajar siswa. Data saat proses
pembelajaran berlangsung diambil dari lembar observasi kegiatan siswa dan guru.
Sedangkan sumber data minat belajar diperoleh dari angket yang diberikan
sebelum dan setelah intervensi tindakan.

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan


Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Instrumen-instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua buah instrumen, yaitu
instrumen tes dan non tes. Instrumen tes diberikan setiap akhir siklus untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa dan berfungsi sebagai data tambahan.
Adapun instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Angket
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.1 Angket diberikan kepada siswa
sebelum dan sesudah penerapan metode peer teaching pada setiap siklus,
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar akuntansi dengan
menggunakan metode peer teaching.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa Setelah Intervensi Tindakan
No.
1.

Variabel

Dimensi

Metode Peer Keaktifan.


Teaching.

Indikator

- Aktif belajar dengan

No. Item
Pertanyaan
+
15

metode peer teaching


atau tutor sebaya.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 9, h. 199

55

2.

Minat belajar Motivasi


Akuntansi.

Pemahaman.

- Semangat belajar.

14

12

- Usaha dalam belajar.

- Lebih mudah

17

8, 9

16

memahami
pembelajaran
akuntansi.

Perasaan
senang.

Perhatian.

- Senang dan nyaman


terhadap proses
pembelajaran.

3, 11

- Memperhatikan dalam
proses pembelajaran

Perasaan

- Ketertarikan terhadap

tertarik.

proses pembelajaran

Rasa ingin
tahu.

- Antusias dalam

2, 6

13

10

mengikuti
pembelajaran

2. Lembar observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.2
lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
kegiatan siswa dan guru. Lembar observasi kegiatan siswa untuk melihat
aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, sedangkan lembar
observasi kegiatan guru bertujuan untuk melihat konsistensi guru terhadap
RPP yang telah dibuat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik.3 Dokumentasi yang akan peneliti gunakan yaitu
berupa dokumentasi foto aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja


Rosadakarya, 2011), Cet. 7, h. 220
3
Ibid., h. 221

56

I. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa
kegiatan, yaitu dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran,
dokumentasi, lembar observasi, dan penyebaran angket minat.
Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama kolabolator dalam hal ini
guru akuntansi melakukan analisis dan evaluasi data untuk membuat kesimpulan
mengenai peningkatan minat belajar akuntansi siswa, serta kelebihan dan
kekurangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Validitas berasal dari kata Validity, yang artinya tepat atau shahih, yaitu
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurannya. Artinya bahwa valid atau tidaknya suatu alat tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Sebelum instrumen angket untuk mengukur minat digunakan dalam
penelitian, maka terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui dan
mengq1ukur validitas dan reabilitasnya.
1. Validitas angket
Untuk mengetahui validitas instrumen angket, maka digunakan rumus
product moment sebagai berikut:4

Keterangan:
= Jumlah responden.
= Skor variabel (jawaban responden).
Y

= Skor total variabel untuk responden N.

Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),


cet. 9, h. 70

57

2. Realibilitas
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil
pengukuran. Suatu intrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila
instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali
hasilnya sama atau relatif sama.5 Untuk menguji reliabilitas instrumen agar
dapat dipercaya, maka digunakan rumus Alpha cronbach.
Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel
adalah sebagai berikut:6
a. Menentukan varians setiap butir pertanyaan

b. Menentukan nilai varians total

c. Menentukan reliabilitas instrumen

[1 -

Keterangan:
n

= Jumlah sampel

= Nilai skor yang dipilih

= Varians total
= Jumlah varians butir
= Reliabilitas
K

= Banyaknya butir pertanyaan

Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika

. Dan untuk

mengetahui kriteria reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

5
6

Nana Syaodih, op. cit., h. 229-230


Suharismi Arikunto, op. cit., 110-111

58

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas


Rentang

Keterangan

0,80 1,00

Sangat tinggi

0,60 0,80

Tinggi

0,40 0,60

Sedang

0,20 0,40

Rendah

0,00 0,20

Sangat rendah

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis


Setelah data terkumpul, maka dilakukan teknik analisis data yaitu peneliti
memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu
cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat
dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian. Data yang akan didapat berupa angket peningkatan
minat belajar, lembar observasi kegiatan guru dan siswa pada proses
pembelajaran, serta dokumentasi berupa foto dalam proses pembelajaran.
1. Teknik Pengolahan Data
Untuk mengelolah data dalam penulisan ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Editing, memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan
oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu,
dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada
pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang
diragukan atau bahkan tidak dijawab, maka penulis menghubungi
responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
b) Scoring, yaitu dalam rangka pemberian skor terhadap butir-butir
pernyataan dalam angket. Dalam setiap pernyataan dalam angket
terdapat 4 butir jawaban yang harus dipilih responden. Empat butir
jawaban dari setiap pernyatan tersebut yaitu sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Dimana untuk pernyataan positif

59

skornya adalah 4, 3, 2, 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif sekornya


adalah 1, 2, 3, 4.
2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara
kuantitatif yang dinamakan deskrisi analisis, yaitu menggambarkan apa
adanya. Analisis data diperoleh dari angket dan lembar observasi.
a. Analisis Data Angket
Analisis data angket dilakukan dengan cara dihitung skor pada masingmasing siswa untuk tiap dimensi, kemudian dihitung persentase skor
yang diperoleh dari langkah 1, menggunakan rumus di bawah ini:

ket:

= Persen total yang dicapai

A = jumlah skor yang diperoleh siswa pada setiap aspek


B = jumlah skor total maksimal pada setiap aspek
Kemudian setelah itu pembacaan kesimpulan kondisi minat siswa dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan kriteria yang diadaptasi
dari pedoman penilaian di bawah ini.7
Tabel 3.2
Klasifikasi Persentase Untuk Skor Hasil Angket
Persentase
75% x 100%
55% x 74,99%
41% x 54,99%
Kurang dari 40,99%

b.

Kategori
Baik
Cukup
Kurang Baik
Tidak Baik

Analisis Data Observasi


Data observasi diperoleh dari pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data
hasil pengamatan ini diolah secara kualitatif. Dimana skor rata-rata
kegiatan guru dan siswa akan dibagi menjadi lima kategori skala ordinal,

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), Edisi Revisi V, h. 246

60

yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, kurang sekali. Seperti tabel 3.4 di
bawah ini:
Tabel 3.6 Klasifikasi Kegiatan Guru
Skor

Kategori

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Data yang diperoleh dari observasi merupakan data kualitatif dan


diskonversasi dalam bentuk penskoran kualitatif berdasarkan jumlah siswa
yang memunculkan tiap indikator. Pada pengolahan data ini digunakan
rumus sebagai berikut:8

Keterangan:
P = Angka presentase
F = Frekuensi nilai yang memunculkan indikator
N = Jumlah nilai keseluruhan
Adapun kriteria pengujian:9
P : 80%-100%

= Sangat baik

P : 70%-79%

= Baik

P : 60%-69%

= Cukup

P : 50%-59%

= Kurang

P : 0%-49%

= Sangat kurang

L. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari
peningkatan minat belajar akuntansi siswa dengan metode Peer Teaching.
8

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.

43
9

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT Remaja


Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 153

61

Penelitian ini dikatakan berhasil jika 85% dari jumlah siswa telah mencapai atau
melebihi kriteria ketuntasan minimal 75.
Apabila hasil pada siklus I yang terdiri dari empat pertemuan tidak tercapai
indikator ketercapaian pembelajaran yang diharapkan maka akan dilanjutkan pada
pertemuan berikutnya bila diperlukan. Tetapi jika siklus I dengan empat kali
pertemuan sudah tercapai, maka penelitian sudah selesai.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat SMA Darussalam
Sekolah menengah atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini
berstatus terakreditasi A didirikan pada tahun 1987, atas prakarsa Ketua
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam Drs. H.M. Salman Faris.
SMA Darussalam Ciputat yang beralamat di jalan Otista No. 36
Cimanggis Ciputat dipimpin oleh perode pertama tahun 1987 oleh H. Kohir
Bsc dan sempat tidak aktif sampai dengan tahun 2000, periode tahun 2000
sampai dengan

tahun 2003 dipimpin oleh Drs Marpudin, periode 2003

sampai dengan sekarang dipimpin oleh Marul Waid, S.Ag dengan jumlah
jumlah tenaga pengajar 27 guru dan staf tata usaha 3 orang, dengan jumlah
siswa sekitar 350 siswa.
SMA Darussalam Ciputat Kota Tanggerang Selatan beralamat di jalan
OTISTA Rt 01/010 No. 36 Desa: Ciputat, Kota: Tanggerang Selatan,
Provinsi: Banten yang terletak sekitar 4 km dari pusat pemerintahan Kota
Tanggerang Selatan. Secara Topografi SMA Darussalam Ciputat berada pada
ketinggian 44 m dari permukaan laut.
SMA Darussalam Ciputat berbatasan dengan:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pamulang dan wilayah
Serpong.
b. Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Pondok Aren.
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamulang.
2. Data Sekolah (Profil Sekolah)
Nama Sekolah

: SMA DARUSSALAM

Alamat Sekolah

: Jln. OTISTA No. 36 Cimanggis

Status Sekolah

: Swasta

NPSN

: 20603185

62

63

NSS

: 302280310010

NIS

: 300070

Nomor Rekening

: 0998-01-004786-50-8

Kelurahan

: Ciputat

Kecamatan

: Ciputat

Kota

: Tangerang Selatan

Provinsi

: Banten

Kode Pos

: 15411

Telepon

: 021 70631490

Tahun Berdiri

: Juli 2000

Akreditasi

: Terakreditasi A

Status

: Milik Yayasan

Luas Tanah

: 1.560 m2

Lapangan Olah raga

: 260 m2

LapanganUpacara

: 315 m2

Taman

: 50 m2

LuasBangunan

: 900 m2

Lain-lain

: 660 m2

3. Keadaan Siswa
Secara kuantitas jumlah siswa yang mendaftar di sekolah SMA
Darussalam mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini dikarenakan
sekolah SMA Darussalam terkenal sebagai sekolah atlit. Tidak sedikit siswa
yang tertarik untuk memasuki sekolah ini dengan tujuan ingin menyalurkan
bakatnya melalui ekskul yang ada di sekolah itu.
Faktanya setelah lulus dari sekolah SMA Darussalam, banyak siswa yang
benar-benar dapat tersalurkan dalam dunia kerja dari kegiatan ekskul yang
terdapat di sekolah tersebut. Selain karena ekskul yang membuat siswa
tertarik memasuki sekolah itu, ternyata guru-guru SMA Darussalam hampir
seluruhnya berpendidikan Strata I (SI). Dimana kulitas yang dimiliki dalam
hal ini dari segi guru sudah sangat baik, sehingga membuat para wali murid

64

mempercayakan anak-anaknya untuk disekolahkan di SMA Darussalam


Ciputat. Hal inilah yang menyebabkan siswa SMA Darussalam Ciputat
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Lebih jelasnya data siswa
dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Siswa Keseluruhan SMA Darussalam Ciputat Tahun Ajaran
2013/2014
No.
Data Kelas
Jumlah
Jumlah Siswa
Jumlah
Rombel

Laki-laki

Perempuan

Total

Kelas X

81

24

109

Kelas XI

74

43

117

Kelas XII

77

38

115

Total

10

236

105

341

Tabel 4.2
Jumlah Siswa Perkelas SMA Darussalam Ciputat
Tahun Ajaran 2013/2014
NO

KELAS

JUMLAH

X.1

29

36

X.2

31

39

X.3

25

34

85

24

109

JUMLAH
1

XI IPA 1

12

23

35

XI IPS 2

20

25

XI IPS 3

21

28

XI IPS 4

21

29

74

43

117

JUMLAH

65

XII IPA 1

10

22

32

XII IPS 2

33

41

XII IPS 3

34

42

JUMLAH

77

38

115

TOTAL

236

105

341

4. Sarana dan Prasarana


Dalam penjelasan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pasal 45 (1 menyatakan setiap satuan pendidikan
formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik)
maka di SMA Darussalam bisa dikatakan sudah memadai untuk
pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Darussalam yaitu:
a. Ruang yang terdapat di sekolah SMA Darussalam terdiri dari:
1) 1 ruang kepala sekolah

8) 1 Ruang Lab. Komputer

2) 1 Ruang Tata Usaha

9) 1 Ruang OSIS

3) 1 Ruang Guru

10) 1 Kantin Sekolah

4) 1 Ruang Perpustakaan

11) 1 Koperasi

5) 11 Ruang Belajar

12) 1 Gudang

6) 1 Ruang BP/ BK

13) 2 Ruang Penjaga Sekolah

7) 1 Ruang Lab IPA


b. Tanah dan halaman.
Status

: Milik Yayasan

Luas Tanah

: 1.560 m2

Lapangan Olah raga

: 260 m2

LapanganUpacara

: 315 m2

Taman

: 50 m2

66

c. Gedung dan Bangunan Sekolah.


Status

: MilikYayasan

LuasBangunan

: 900 m2

Lain-lain

: 660 m2

Dari data tentang sarana dan prasarana di atas, maka SMA Darussalam
sudah sangat memadai dalam proses pembelajaran. Hal ini juga yang dapat
membuat siswa tertarik untuk mendaftarkan diri di sekolah tersebut.
5. Keadaan Guru
SMA Darussalam berdiri atas nama Yayasan Darussalam, dimana
terdapat 25 tenaga pengajar. Dari jumlah tersebut yang menjadi guru tetap
yayasan sebanyak 18 orang, dan selebihnya adalah guru tidak tetap (GTT).
Sesuai Undang-Undang N0.14 th 2005, guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Maka itu para guru yang mengajar di SMA Darussalam
sebagaian besar rata-rata berpendidikan Strata I (SI), dan masih ada 1 orang
yang berkualifikasi Diploma Dua (D2) serta 1 orang lagi berlulusan SMA.
SMA Darussalam juga memiliki 1 orang staf tata usaha. Jadi keseluruhan
jumlah pengajar dan pegawai sebanyak 26 orang. Data guru dapat dilihat
pada tabel 4.3 di bawah ini.

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel 4.3
Data Guru dan Mata Pelajaran SMA Darussalam Ciputat
Tahun Ajaran 2013/2014
Nama
Jenjang Tugas Mengajar
Jam
Pendidikan
Mengajar
Marul Waid, S.Ag
S1
Agama + Al-Qur'an
12
Riswadi, SE
S1
Penjas
6
Bambang Adi Rustam
D2
Pend. Seni
6
Nur Asma, SE. MM
S2
Ekonomi
14
Ardila, S.Pd
S1
Sosiologi
15
Hendra Wijaya, S.Kom
S1
TIK
12
Yati Rochayati, S.Pd
S1
Ekonomi
12
Sophan Sophian, S.Kom
S1
TIK
8

67

Ubaidillah, SS

S1

10

Ismail Fahmi, ST

S1

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Wisa Dwitiara, S.Si


Edi Haryono,S.Pd
Firman Hardyansyah, S.Pd
Mulyadi, S.Pd
Edy Sutikno, S.Pd
Azye Murni, SS
M. Yahya. S.Pd.I
Tita Nurhidayah, S.Pd
Muslihudin, S.HI
Ade Irwan Setiawan, S.Pd
Ishlah Cahyadi Syam, SH
Priyanto
Nursuqiah Kholilah, S.Pd.I
Dra. Sri Rachmani
Ina Rahmanita, S.Pd

S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SMA
S1
S1
S1

Sejarah
Matematika +
Fisika
Geografi
B. Inggris
B. Inggris
Biologi
Penjas
B. Indonesia
Agama + Al-Qur'an
Matematika
Agama + Al-Qur'an
B. Indonesia
PKN
Pend. Seni
B. Arab
Sosiologi
Kimia

19
24
18
12
28
14
12
20
14
28
20
12
18
14
20
6
8

6. Visi dan Misi SMA Darussalam


a. Visi SMA Darussalam
Visi SMA Darussalam yaitu Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif dan
dapat disingkat dengan CINTA (Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif).
b. Misi SMA Darussalam
1) Membantu siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri.
2) Mengembangkan daya nalar siswa dan mandiri.
3) Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti.
4) Membina minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah.

B. Deskripsi Data Intervensi Tindakan


1. Penelitian pendahuluan
Subjek penelitian ini yaitu siswa SMA Darussalam Ciputat kelas XI4
sebanyak 29 orang. Pelaksanaan penelitian pendahuluan dilakukan sebanyak
dua kali. Observasi pertama pada saat peneliti sedang melaksanakan kegiatan
PPKT di SMA Darussalam Ciputat pada bulan februari sampai bulan juni

68

2013, dan observasi ke dua pada pada tanggal 14 November 2013. Pada
penelitian pendahuluan ini peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran akuntansi tanpa adanya bantuan dari observer.
Adapun hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:
a. Kurangnya persiapan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya
pembelajran akuntansi. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya siswa
yang berada di luar kelas pada saat pergantian jam pelajaran. Kemudian
banyak siswa yang belum mempersiapkan buku pada saat guru sudah
memulai pelajaran.
b. Hanya beberapa siswa yang serius memperhatikan dan mengikuti
pembelajaran akuntansi. Hal ini dapat dilihat bahwa pada saat guru
menjelaskan materi, banyak siswa yang mengobrol dengan teman
sebangkunya dan tidak memperhatikan. Sehingga konsentrasi siswa
kurang terfokus pada pembelajaran akuntansi.
c. Pada saat pembelajaran berlangsung minat belajar akuntansi siswa sangat
kurang (rendah). Hal ini terlihat ketika guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal yang diberikan, siswa tidak mengerjakannya dan tidak
berminat untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut tetapi lebih senang
menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Ketika guru mengajukan
pertanyaan mengenai materi, siswa tidak menjawab dengan baik bahkan
beberapa siswa menjawab asal-asalan. Jika pertanyaan guru mudah atau
hanya melengkapi, mereka menjawab secara bersama-sama. Jika guru
meminta siswa untuk menjawab pertanyaan secara lisan, mereka hanya
terdiam dan tidak akan menjawab hingga guru memanggil nama mereka.
Sehingga proses pembelajaran terlihat pasif, karena kebanyakan siswa
tidak percaya diri dengan kemampuannya. Bahkan banyak siswa merasa
malu atau takut bertanya kepada gurunya jika ada materi yang
menyulitkannya. Selain itu banyak juga siswa yang malas mencatat,
bahkan mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini
siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran akuntansi.

69

d. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, sehingga membuat siswa


merasa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran. Bahkan siswa merasa
sulit ketika menyelesaikan soal yang diberikan guru karena kurang
tepatnya pemilihan metode belajar. Akhirnya keberadaan guru di kelas
kurang mendapat perhatian siswa.
e. Hasil belajar akuntansi siswa rendah, karena kurangnya minat siswa untuk
belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya. Hal ini terlihat bahwa banyak siswa yang mendapat nilai
di bawah standar ketuntasan hasil belajar minimum (SKHBM).
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tersebut, maka diperlukan
suatu intervensi tindakan oleh peneliti. Intervensi tindakan berupa penerapan
suatu metode belajar yang dapat menjawab atau menyelesaikan masalahmasalah siswa pada saat proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini peneliti
mencoba menerapkan suatu metode yang belum pernah digunakan oleh guru
mata pelajaran akuntansi. Metode yang diterapkan oleh peniliti dalam
pembelajaran akuntansi yaitu metode peer teaching atau tutor sebaya, dengan
harapan metode ini dapat meningkatkan minat belajar akuntansi siswa.
Metode peer teaching merupakan bagian dari model pembelajaran
kooperatif. Layaknya model pembelajaran kooperatif, metode peer teaching
lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam hal
ini metode peer teaching merupakan metode pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Karena dalam metode peer teaching memakai sistem
pembelajaran kelompok, jadi sangat diharapkan terjalinnya interaksi antar
siswa dan memupuk rasa kerjasama serta tanggung jawab dari masing-masing
siswa atau anggota kelompok. Sehingga proses pembelajaran akuntansi di
kelas menjadi kondusif.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, maka peneliti dan guru mata
pelajaran yang berperan sebagai observer mengembangkan rencana tindakan
berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran yang aktif.
Tujuannya

untuk

memperbaiki

proses

meningkatkan minat belajar akuntansi siswa.

pembelajaran

akuntansi

dan

70

2. Siklus 1
Dalam penelitian tindakan terdiri dari beberapa siklus, dimana setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yang berkaitan yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a. Petemuan Pertama
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan pertama yaitu pada tanggal 21 November 2013. Dalam
perencanaan tindakan, peneliti membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), membuat hand out terkait materi yang akan
diajarkan sebagai media pembelajaran siswa, menyiapkan latihan soal,
menyiapkan instrumen (berupa angket, lembar observasi guru dan
siswa).
2) Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan pertama jumlah siswa yang hadir yaitu 29 siswa.
Guru akuntansi hadir untuk memberikan bantuan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran diawali dengan memberi
salam dan menyapa siswa, kemudian mengabsen siswa. Selanjutnya
guru memberikan apersepsi pada siswa dengan tujuan menstimulus
siswa agar timbulnya rasa ingin tahu mengenai materi yang akan
dipelajari. Dalam hal ini siswa akan berfikir mengenai materi yang
akan dipelajari, menjawab pertanyaan guru serta mengungkapkan
pendapatnya.

Kemudian

guru

menyampaikan

tujuan

dari

pembelajaran materi tersebut. Selanjutnya guru membagi siswa


menjadi beberapa kelompok, dimana tiap kelompok terdapat satu
tutor. Setelah itu guru memberikan angket kepada seluruh siswa untuk
diisi, tujuannya untuk mengetahui minat belajar akuntansi siswa
sebelum intervensi tindakan. Namun sebelum membagikan angket
kepada para siswa untuk diisi, guru terlebih dahulu menjelaskan
metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran akuntansi yaitu
metode peer teaching atau tutor sebaya.

71

Setelah pengisisan angket, guru membagikan bahan ajar dalam


bentuk hand out kepada para siswa. Kemudian guru menjelaskan
materi secara keseluruhan, dan dilanjutkan dengan memberikan soal
latihan yang berbeda pada tiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan dengan menggunakan metode tutor sebaya. Tugas guru
disini adalah mengawasi kegiatan siswa. Setiap kelompok yang telah
selesai mengerjakan soal latihan, guru memanggil dua sampai tiga
siswa dari setiap kelompok untuk menyelesaikan soal latihan di depan
kelas. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa siswa mengerti
materi yang dipelajari dengan menggunakan metode peer teaching
dalam proses pembelajaran. Kemudian guru menyimpulkan materi
yang kurang atau bahkan tidak dipahami oleh siswa, dan diakhiri
dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Setelah
pembelajaran selesai, peneliti meminta kepada seluruh siswa untuk
merapihkan meja dan kursi seperti keadaan semula.
Kendala-kendala yang didapat pada pertemuan pertama ini antara
lain yaitu lamanya siswa dalam mengatur posisi duduk sesuai
kelompok, belum terbiasanya tutor menjelaskan materi kepada
anggotanya karena merasa malu dan takut salah, masih ada beberapa
siswa yang berjalan mengunjungi kelompok lain dan tidak perduli
dengan kelompoknya, serta masih ada beberapa siswa yang
mengobrol dengan teman satu kelompoknya. Hal ini mengakibatkan
banyak waktu belajar yang terbuang. Namun pertemuan pertama ini
dapat dimaklumi, karena siswa belum terbiasa dengan metode yang
diterapkan dan siswa perlu adanya penyesuaian terlebih dahulu.
Kemudian kendala-kendala tersebut dapat diminimalisir dengan
adanya bimbingan dan arahan dari peneliti dan guru bidang studi yang
bertindak sebagai kolaborator sekaligur observer.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
Pada tahap ini guru mata pelajaran yang berperan sebagai
observer mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses

72

pembelajaran menggunakan metode

peer teaching berlangsung.

Kemudian melakukan penilaian angket sebelum intervensi tindakan,


dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4) Tahap evaluasi dan Refleksi
Dalam tahap ini peneliti bersama observer menganalisis sekaligus
mengevaluasi proses pembelajaran pada pertemuan pertama, apakah
tindakan yang diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep
penelitian.

Kemudian

hasil

penelitian

pertemuan

pertama

dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Sedangkan refleksi


bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang
akan diberikan pada pertemuan berikutnya. Melalui refleksi, berbagai
kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas saat
diberikan inetrvensi tindakan didiskusikan kembali bersama observer
untuk mencari solusi dari kendala-kendala yang baru muncul.
b. Pertemuan Kedua
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan ke-2 yaitu pada tanggal 23 November 2013, dengan
siswa yang hadir sebanyak 29 siswa. Materi yang diajarkan masih
mengenai jurnal umum, akan tetapi pada pertemuan kali ini adalah
menganalisis dan menyususn transaksi ke jurnal umum.
Tahap perencanaan kali ini peneliti mendiskusikan dan membuat
RPP dan dilakukannya pengacakan siswa tiap kelompok, menyiapkan
materi pengajaran dalam bentuk hand out, membuat latihan soal,
menyiapkan lembar observasi serta semua keperluan untuk observasi
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap

pelaksanaan

tindakan

yaitu

seperti

biasa

proses

pembelajaran diawali dengan memberi salam dan menyapa siswa,


kemudian mengabsen siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi
pada siswa dengan tujuan menstimulus siswa agar timbulnya rasa
ingin tahu mengenai materi yang akan dipelajari. Dalam hal ini siswa

73

akan berfikir mengenai materi yang akan dipelajari, menjawab


pertanyaan guru serta mengungkapkan pendapatnya. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan dari pembelajaran materi tersebut.
Sebelum memulai pembelajaran, siswa mengatur posisi duduk
sesuai kelompok yang telah dibagikan pada pertemuan pertama.
Untuk pertemuan kedua ini adanya pengacakan siswa dalam tiap
kelompok. Pengacakan ini dilakukan hanya kepada siswa yang masih
mengobrol pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti
meminta bantuan kepada tutor masing-masing kelompok untuk
mengumpulkan PR yang telah dikerjakan. Ternyata masih banyak
siswa yang belum menyelesaikan tugasnya di rumah. Setelah tutor
mengumpulkan

seluruh

PR

anggotanya,

peneliti

memulai

pembelajaran dengan membahas latihan soal yang ditugaskan menjadi


pekerjaan rumah (PR).
Pada saat kegiatan membahas PR, seluruh siswa dalam kelompok
dipersilahkan untuk menanyakan soal materi yang dianggap sulit.
pada pertemuan kedua ini hanya ada beberapa siswa yang berani
menanyakan

kesulitan

yang

dihadapi

saat

mengerjakan

PR,

selanjutnya peneliti memanggil dua siswa dari tiap kelompok untuk


menyelesaikan PR tersebut di depan kelas. Tiba-tiba kelas menjadi
sunyi, seluruh siswa mulai membuka hand-out dan kemudian bertanya
kepada tutor masing-masing kelompok mengenai soal-soal yang telah
dikerjakannya. Namun demikian jawaban soal latihan yang telah
dikerjakan oleh beberapa siswa relatif banyak yang benar.
Setelah selesai membahas soal selama kurang lebih 20 menit,
selanjutnya

tutor

diarahkan

untuk

memulai

dan

memimpin

kelompoknya masing-masing dalam mendiskusikan materi pertemuan


kedua pada hand-out yang telah dibagikan. Seperti pertemuan
sebelumnya peneliti berkeliling kelas untuk membimbing siswa dalam
proses pembelajaran dengan metode peer teaching, sekaligus
memberikan arahan untuk kelompok yang menemui kesulitan dalam

74

memahami pokok bahasan. Kali ini kolaborator sekaligus observer


ikut berkeliling sambil membawa lembar observasi dengan tujuan
membimbing sekaligus mengamati siswa tiap kelompok, dan sesekali
waktu kolaborator menceklis lembar observasi untuk menilai sikap
siswa selama pertemuan kedua. Adapun lembar panduan observasi
kegiatan siswa dalam belajar akuntansi dapat dilihat pada lampiran 5.
Usai mendiskusikan materi, peneliti mempersilahkan kepada tutor
tiap kelompok untuk menjelaskan kembali atau membahas contoh soal
kepada seluruh siswa di depan kelas dengan dilanjuti penjelasan oleh
penelit. Pada pertemuan kali ini beberapa tutor masih terlihat gugup
saat menjelaskan materi kepada para anggotanya. Kemudian siswa
dipersilahkan untuk mengerjakan latihan soal secara individu. Seperti
biasa peneliti bersama observer kembali berkeliling kelas untuk
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan latihan soal.
Sebelum bel pergantian jam pelajaran, peneliti meminta bantuan
kepada para tutor untuk mengumpulkan latihan soal yang telah
dikerjakan. Selanjutnya peneliti menutup pelajaran dan menugaskan
kepada seluruh siswa untuk mempelajari materi laporan keuangan.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
Pada tahap ini observer mengamati aktivitas siswa dan aktivitas
guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode peer teaching
berlangsun, dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Evaluasi dan Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama observer menganalisis sekaligus
mengevaluasi proses pembelajaran pada pertemuan kedua, apakah
tindakan yang diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep
penelitian. Kemudian hasil penelitian pertemuan kedua dibandingkan
dengan pertemuan pertama dan indikator keberhasilan, agar dapat
memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang akan diberikan
pada pertemuan berikutnya jika ada masalah-masalah yang baru
muncul.

75

c. Pertemuan Ketiga
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan ke-3 yaitu hari kamis tanggal 28 November 2013,
jumlah siswa yang hadir 29 siswa. Seperti biasa peneliti bersama
observer mendiskusikan dan membuat RPP dan dilakukannya
pengacakan siswa., menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand
out, membuat latihan soal, menyiapkan lembar observasi serta semua
keperluan untuk observasi selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
Seperti pertemuan sebelumnya, yaitu siswa langsung berkumpul
sesuai kelompoknya masing-masing dan dilakukannya pengacakan
siswa kembali. Kali ini siswa terlihat lebih cepat dalam mengatur posisi
duduk sesuai kelompoknya masing-masing, sehingga waktu untuk
belajar dapat dimaksimalkan. Peneliti langsung mempersilahkan para
tutor untuk membuka dan memimpin jalannya diskusi pokok bahasan
pertemuan ketiga pada hand-out. Peneliti dan kolaborator berkeliling
kelas untuk membimbing dan memberikan bantuan bagi kelompok
yang menemui kesulitan saat mendiskusikan materi dan membahas
contoh soal dalam proses pembelajaran berlangsung.
Pertemuan kali ini kegiatan belajar siswa terlihat lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan aktifnya seluruh
anggota pada beberapa kelompok. Beberapa tutor yang pertemuan
sebelumnya terlihat gerogi, sudah mulai berani dan terlihat percaya diri
saat menjelaskan materi kepada anggotanya meski sesekali terbata-bata
saat menjelaskan materi. Setelah waktu diskusi berlalu selama 20 menit,
seluruh siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan ulang materi
jurnal umum oleh peneliti. Pada saat peneliti masuk pada pembahasan
contoh soal, peneliti menawarkan kepada seluruh siswa untuk
menjelaskan contoh soal tersebut di papan tulis.
Sekitar 21 siswa mengacungkan tangan ingin maju ke depan kelas
untuk menjelaskan contoh soal. Karena terlalu banyak siswa yang

76

menujuk, maka peneliti memilih 5 siswa dari 21 siswa untuk maju ke


depan kelas dan menjelaskan contoh soal. Saat siswa memberikan
penjelasan di depan kelas, peneliti berkeliling dengan tujuan mengamati
seluruh siswa dalam memperhatikan penjelasan dan tidak lupa peneliti
juga mengamati siswa dalam memberikan penjelasan contoh soal
tersebut.
Setelah kelima siswa tersebut selesai memberikan penjelasan
bahasan contoh soal, peneliti mempersilahkan seluruh siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Ada 6 siswa yang
mengacungkan tangan untuk bertanya, lalu peneliti mempersilahkan
seluruh siswa untuk menanggapi pertanyaan tersebut. Kemudian
beberapa siswa mengacungkan tangannya untuk menanggapi dan
menjawab pertanyaan temannya tersebut. Hal ini menandakan minat
siswa meningkat yang dapat dilihat dari meningkatnya perhatian,
pemahaman, perasaan tertarik, perasaan senang serta rasa ingin tahu
siswa. Sehingga membuat siswa termotivasi ingin maju kedepan untuk
menjelaskan contoh soal dengan cara mengancungkan tangan mereka.
Setelah selesai jam pembelajaran, peneliti memberikan soal
latihan untuk dikerjakan di rumah masing-masing. Peneliti juga
menugaskan kepada

seluruh siswa untuk mempelajari kembali

pelajaran yang telah diberikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,


karena diawal pelajaran peneliti selalu meriview materi-materi
sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
Pada tahap ini observer mengamati aktivitas siswa dan aktivitas
guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode peer teaching
berlangsung, dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Evaluasi dan Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama observer menganalisis sekaligus
mengevaluasi proses pembelajaran, apakah tindakan yang diberikan
sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Kemudian hasil

77

penelitian pertemuan ketiga dibandingkan dengan pertemuan sebelumsebelumnya dan indikator keberhasilan.
d. Pertemuan keempat
1) Tahap Perencanaan
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 30
November 2013, dimana seluruh siswa hadir saat pembelajaran
akuntansi. Tahap perencanaan kali ini peneliti bersama observer
mendiskusikan dan membuat RPP dan dilakukannya pengacakan siswa,
menyiapkan materi pengajaran dalam bentuk hand out, membuat latihan
soal, menyiapkan angket untuk mengukur tingginya minat akuntansi
siswa setelah intervensi tindakan, menyiapkan lembar observasi serta
semua keperluan untuk observasi selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan keempat ini, seluruh siswa sudah terbiasa dengan
penerapan

metode

peer

teaching.

Dimana

sebelum

memulai

pembelajaran dilakukannya pengacakan siswa pada tiap kelompok. Dan


sebelum masuk materi, seluruh tutor tiap kelompok terlebih dahulu
mengumpulkan PR yang telah dikerjakan di rumah. Materi yang
diajarkan pada pertemuan kali ini yaitu masih mengenai laporan
keuangan, hanya saja kali ini siswa membuat dan menyususn laporan
keuangan dari kolom jurnal umum.
Pertemuan kali ini disebarkannya angket minat dengan tujuan
untuk mengukur minat belajar akuntansi siswa setelah intervensi
tindakan dengan menerapkan metode peer teaching atau tutor sebaya.
Dan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang sudah
diajarkan, maka peneliti memberikan tes latihan soal berbentuk esay.
Latihan soal ini hanya sebagai penguat bahwa siswa telah mengerti
dengan materi yang sudah dipelajari.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
Tahap observasi ini observer mengamati aktivitas siswa dan
aktivitas guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode peer

78

teaching berlangsung. Kemudian melakukan penilaian angket setelah


intervensi tindakan, dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Evaluasi dan Refleksi
Tahapan terakhir yaitu analisis dan refleksi. Dalam hal ini peneliti
bersama

observer

menganalisis

sekaligus

mengevaluasi

proses

pembelajaran, apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai atau belum


dengan konsep penelitian. Kemudian hasil penelitian pertemuan
keempat ini dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya
dan indikator keberhasilan.
C. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen non tes
berupa angket, lembar observasi guru dan siswa, serta dokumentasi berupa
foto. Instrumen angket di sebarkan kepada siswa IPS kelas XI3 sebanyak 24
siswa pada hari sabtu, tanggal 16 November 2013 untuk uji instrumen
sebelum dilaksanakannya penelitian, kemudian skor hasil sebaran angket
tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah dihitung validitas dan
reliabilitasnya, maka dapat diketahui dari 24 pernyataan mengenai minat
siswa dan metode yang akan diterapkan ternyata seluruh pernyataan itu valid,
dengan tingkat reliabilitas 0,87 (reliabilitas sangat tinggi). Hasil dan contoh
perhitungan validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 3. Setelah uji
validitas selesai, maka dilaksankannya penelitian. Namun sebelum diberikan
tindakan dalam hal ini penerapan metode peer teaching, langkah pertama
yaitu penyebaran angket di kelas yang akan diteliti yakni kelas XI4 yang
berjumlah 29 siswa.
Penyebaran angket pertama pada kelas yang akan diteliti bertujuan untuk
mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran akuntansi, kemudian skor
hasil sebaran angket pertama tersebut dihitung persentasenya dan kemudian
dianalisis. Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan minat belajar akuntansi
siswa ke dalam beberapa kelas yaitu: minat belajar sangat tinggi, minat
belajar tinggi, minat belajar sedang, dan minat belajar rendah berdasarkan
hasil jawaban 24 pernyataan angket yang telah diisi oleh siswa IPS kelas XI4.

79

Kemudian angket dengan 24 pernyataan tersebut disebarkan kembali untuk


mengetahui apakah ada peningkatan skor minat siswa dalam belajar akuntansi
setelah dilakukannya intervensi tindakan berupa penerapan metode peer
teaching atau tutor sebaya dalam proses pembelajaran.
Untuk mengetahui peningkatan skors minat siswa, maka peneliti juga
menggunakan instrumen lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Lembar
observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang berkaitan dengan
minat belajar akuntansi siswa pada setiap pertemuan. Kemudian untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki kepercayaan yang
tinggi, dilakukan member chek. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan kembali
keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber,
memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya atau tidak, sehingga dapat
dipastikan keajegannya serta dapat memastikan kebenaran data.
Untuk mengetahui tingkat pemahan siswa dilakukan dengan memeriksa
hasil latihan soal yang dikerjakan siswa pada tiap pertemuan. Soal yang
dibuat disesuaikan dengan kurikulum sekolah mengenai kompetensi dasar
dan indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Soal tersebut sebelumnya
dikonsultasikan dengan guru kolaborator yang merupakan guru mata
pelajaran akuntansi di SMA Darussalam Ciputat.
D. Data Hasil Penelitian
1. Data Hasil Angket
Untuk meningkatkan minat belajar akuntansi siswa kelas XI SMA
Darussalam, penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
metode peer teaching. Sedangkan untuk mengukur minat belajar akuntansi
siswa dilakukannya penyebaran angket, dimana indikator angket terkait
dengan unsur-unsur minat itu sendiri dan terkait metode yang diterapkan
dalam penelitian tindakan kelas.
Penyebaran angket dilakukan di kelas yang diteliti yaitu kelas XI4,
dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa. Penyebaran angket dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah intervensi tindakan. Dalam

80

angket terdapat penilaian skor dari 1 sampai 4. Dimana angka 1 dan 2


diibaratkan sebagai jawaban tidak setuju dari pernyataan yang diajukan,
sedangkan angka 3 dan 4 diibaratkan sebagai jawaban ya atau setuju dari
pernyataan yang diajukan. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil angket
yang diperoleh baik sebelum maupun setelah tindakan dapat dilihat di bawah
ini.
a. Sebelum Intervensi Tindakan
Pada pertemuan pertama sebelum memulai pembelajaran, peneliti
membagikan angket kepada seluruh siswa kelas XI4 dengan tujuan untuk
mengetahui minat siswa sebelum intervensi tindakan. Angket dibagikan
setelah siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dan setelah dijelaksan apa
itu metode peer teaching. Setelah angket diisi dan dikembalikan kepada
peneliti, selanjutnya peneliti mengolah data angket dan mendiskusikan hasil
angket dengan mitra kolaborator.
Berdasarkan data kuisioner minat awal yang diukur dari unsur-unsur
minat yaitu keaktifan, motivasi, pemahaman, perasaan senang, perhatian,
perasaan tertarik, dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar akuntansi diperoleh
hasil bahwa mayoritas siswa mempunyai tingkat minat yang rendah. Data
selengkapnya dapat dilihat pada penjelasan dari setiap tabel dimensi unsurunsur minat di bawah ini.
Tabel 4.4
Aktif Belajar dengan Metode Peer Teaching
No.
1

Pernyataan
1
2
3
Positif
(STS)
(TS)
(S)
Keaktifan Saya merasa
mudah
memahami
pembelajaran
55,17% 37,93% 6,90%
akuntansi
dengan
metode peer
teaching.
Jumlah
55,17% 37,93% 6,90%
Rata-rata
55,17% 37,93% 6,90%
Dimensi

4
(SS)

Persentase
%

100%

100%
100%

81

Mayoritas siswa menjawab tidak setuju yaitu sebesar 93,1%, dimana


minat siswa dalam dimensi keaktifan belajar sangat rendah. Artinya hampir
seluruh siswa kelas XI4 merasa sulit memahami pembelajaran akuntansi,
sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran akuntansi.
Meskipun ada 6,90% siswa merasa mudah memahami pembelajaran
akuntansi, akan tetapi mereka merasa pembelajaran akuntansi di kelas kurang
aktif. Salah satu faktor penyebab siswa merasa sulit memahami pembelajaran
akuntansi adalah karena pelajaran akuntansi banyak menghitung, sedangkan
metode pembelajaran yang digunakan hanya berpusat pada guru yaitu
ceramah tanpa melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dimana
siswa hanya menjadi pendengar setia tanpa mengetahui kesulitan yang
dialami siswa. Sehingga pembelajaran di kelas terlihat kurang efektif dan
membuat siswa menjadi kurang aktif atau bahkan tidak aktif.
Tabel 4.5 Semangat dan Usaha Dalam Belajar
No.

Dimensi

Motivasi

Pernyataan
Positif
Saya sudah
belajar
akuntansi
pada malam
hari sebelum
pelajaran
esok hari.
Saya selalu
mengikuti
pembelajaran
akuntansi di
kelas.
Pernyataan
Negatif
Saya tidak
peduli jika
nilai
akuntansi
saya jelek
Saya tidak
pernah
mengerjakan

1
(STS)

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

44,83%

55,17%

51,72%

24,14%

20,69%

3,45%

100%

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

55,17%

37,93%

6,90%

100%

34,48%

37,93%

27,59%

100%

100%

82

soal latihan
akuntansi
Jumlah
Rata-rata

186,20%
46,55%

155,17%
38,79%

55,18%
13,80%

3,45%
0,86%

400%
100%

Pada tabel 4.5 di atas menunjukkan hasil penelitian menyatakan bahwa


minat pada dimensi motivasi siswa yaitu rendah, karena mayoritas siswa
menjawab tidak setju yaitu sebesar 85,34%. Dan hanya 14,66% siswa yang
menjawab setuju atau ya dari pernyataan yang diajukan oleh peneliti, artinya
sedikit sekali siswa yang mempunyai motivasi belajar akuntansi.
Rendahnya motivasi siswa dapat dilihat dari kurangnya kesiapan siswa
dalam belajar sebanyak 100%, dalam hal ini siswa tidak melakukan
pembelajaran akuntansi ketika di rumah. Sebanyak 75,86% siswa menyatakan
tidak selalu mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan oleh
beberapa faktor, diantaranya sering adanya latihan lomba ekskul seperti bola
dan voli dengan latihan pada jam pembelajaran berlangsung, sehingga siswa
tidak dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas. Faktor lainnya seperti
keterlambatan datang ke sekolah, karena adanya peraturan sekolah bagi yang
terlambat tidak boleh masuk ke dalam kelas. Kemudian hampir seluruh siswa
tidak perduli dengan nilai akuntansinya yang jelek atau di bawah KKM, maka
dari itu sebanyak 72,41% siswa tidak pernah mengerjakan soal latihan
akuntansi yang diberikan gurunya.
Tabel 4.6
Siswa Dalam Memahami Pembelajaran Akuntansi
No.
3

Pernyataan
Positif
Pemahaman Saya paham
dengan
materi-materi
akuntansi
yang
disamapaikan
guru.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
kebingungan
Dimensi

1
(STS)

2
(TS)

3
(S)

62,07%

34,48%

3,45%

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

55,17%

41,38%

3,45%

4
(SS)

Persentase
%

100%

4
Persentase
(STS)
%
100%

83

ketika belajar
akuntansi.
Akuntansi
merupakan
pelajaran
37,93% 48,28% 13,79%
yang sulit
dipahami.
Jumlah
155,17% 124,14% 20,69%

100%

300%

Hasil angket menyatakan pemahaman siswa dapat dikatakan rendah,


karna dari 29 responden hanya 6,90% yang merasa memahami pembelajaran
akuntansi. Artinya hampir seluruh siswa mempunyai tingkat minat yang
rendah terhadap pembelajaran akuntansi yang dilihat dari rendahnya
pemahaman siswa terhadap materi akuntansi.
Rendahnya pemahaman siswa dikarenakan pemikiran siswa yang merasa
pembelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang sulit dipahami karena
banyak hitungan dan membuat siswa menjadi bingung. Kebingungan siswa
lebih disebabkan pada cara guru atau metode yang digunakan guru selama ini
kurang

tepat,

yang

menyebabkan

perhatian

siswa

berkurang

saat

pembelajaran. Sehingga siswa tidak dapat memahami materi akuntansi


dengan baik.
Tabel 4.7
Perasaan Siswa Dalam Mempelajari Akuntansi
No.

Dimensi

Perasaan
Senang

Pernyataan
Positif
Saya merasa
senang apabila
guru sering
memberikan
tugas
akuntansi.
Pernyataan
Negatif

1
(STS)

41,38% 48,28%

Saya tidak
senang
mengerjakan
soal-soal
akuntansi.

41,38% 51,72%

1
(SS)

2
(TS)

2
(S)

3
(S)

10,34%

3
(TS)

6,90%

4
(SS)

Persentase
%

100%

4
Persentase
(STS)
%

100%

84

Jumlah
Rata-rata

82,76%
41,38%

100%
50%

17,24%
8,62%

200%
100%

Data pada tabel 4.7 di atas menyatakan bahwa siswa tidak senang
mengerjakan soal-soal akuntansi, sehingga siswa merasa tidak senang jika
guru memberikan tugas. Karena sebanyak 91,38% siswa menjawab tidak
setuju dengan pernyataan yang diajukan peneliti, dan hanya 8,62% siswa
yang menjawab setuju.
Perasaan tidak senang siswa dikarenaka sebagian besar siswa merasa
tidak paham dengan materi akuntansi, sehingga siswa tidak dapat
mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Ini terbukti pada tabel 4.6 di atas
mengenai dimensi pemahaman, bahwa tingkat pemahaman siswa sangat
rendah yaitu hanya sebesar 6,90%. Artinya perasaan siswa yang tidak
menyenangi pembelajaran akuntansi, maka akan berpengaruh juga pada
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan.
Tabel 4.8 Perhatian Siswa Saat Belajar Akuntansi
No.
5

Pernyataan
Negatif
Perhatian Saya suka
bercanda
ketika guru
menjelaskan
Saya banyak
bergurau
dengan
teman-teman
ketika belajar
kelompok.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

4
Persentase
(STS)
%

41,38% 37,93% 20,69%

100%

31,03% 41,38% 27,59%

100%

72,41% 79,31% 48,28%


36,21% 39,66% 24,14%

200%
100%

Hasil penelitian menyatakan bahwa rendahnya perhatian siswa saat


proses belajar mengajar berlangsung. Terlihat sebanyak 75,86% menjawab
tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan, dan hanya 24,14% yang
menjawab setuju. Rendahnya perhatian siswa diantaranya karena siswa suka

85

bercanda ketika guru menjelaskan, bahkan sering bergurau dengan teman


yang lainnya ketika sedang berdiskusi dengan teman kelompoknya.
Tabel 4.9
Kertarikan Siswa Terhadap Pelajaran Akuntansi
No.

Dimensi

Perasaan
Tertarik

Pernyataan
Positif
Akuntansi
adalah
pelajaran yang
menarik
Saya tertarik
untuk
membuat
ringkasan
materi
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
tidak tertarik
mengikuti
bimbingan
belajar
akuntansi

Jumlah
Rata-rata

1
(STS)

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

51,72%

41,38%

6,90%

100%

48,28%

37,93%

13,79%

100%

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

51,72%

27,59%

20,69%

100%

151,72
%
50,57%

106,90
%
35,63%

41,38%

300 %

13,79%

100%

4
(STS)

Persentase
%

Persentase
%

Ketertarikan siswa dalam pembelajaran akuntasi sangat rendah. Ini dapat


dilihat pada tabel 4.9 di atas, yaitu sebesar 86,20% siswa menjawab tidak
setuju dan hanya 13,79% siswa menjawab setuju. Artinya sebagian besar
siswa tidak tertarik dengan pembelajaran akuntansi. Ketidak tertarikan siswa
disebabkan

oleh

beberapa

faktor,

metode,

media

ataupun

strategi

pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Dimana ketidak tertarikan siswa


terhadap pembelajaran akuntansi menyebabkan siswa tidak pernah membuat
ringkasan materi akuntansi serta tidak mengikuti bimbingan belajar akuntansi
yang sudah ditentukan oleh guru yang bersangkutan.

86

Tabel 4.10 Keingintahuan Siswa


Dalam Mengikuti Pembelajaran Akuntansi
No.
7

Pernyataan
Positif
Rasa Ingin Saya pernah
Tahu
mencari
informasi di
internet
mengenai
sejarah
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya malu
bertanya jika
ada yang tidak
saya mengerti
dari
pembelajaran
akuntansi.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi

1
(STS)

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

41,38%

48,28%

10,34%

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

44,83%

37,93%

17,24%

100%

86,21%
43,11%

86,21%
43,11%

27,58%
13,79%

200%
100%

100%

4
Persentase
(STS)
%

Hasil penelitian mengenai dimensi rasa ingin tahu siswa yaitu sangat
rendah. Data di atas menunjukkan sebesar 86,22% siswa menjawab tidak
setuju dengan pernyataan yang diajukan, dan 13,79% siswa menjawab setuju.
Artinya siswa tidak mempunyai antusias dalam mengikuti pembelajaran
akuntansi. Ketidak antusiasan siswa dalam belajar ditandai dari siswa yang
tidak mau mencari informasi di inetrnet mengenai sejarah akuntansi, dan
siswa merasa malu bertanya jika ada materi yang tidak dimengertinya.
b. Setelah Intervensi Tindakan
Setelah mengetahui hasil kuesioner minat belajar akuntansi siswa yaitu
sangat rendah, maka peneliti melakukan intervensi tindakan sebagai solusi
dari masalah rendahnya minat siswa tersebut. Hasil intervensi tindakan yang
diharapkan yaitu adanya peningkatan minat belajar akuntansi. Intervensi
tindakan oleh peneliti adalah penerapan sebuah metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dimana siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran.
Metode yang diterapkan itu adalah metode peer teaching atau tutor sebaya.

87

Metode peer teaching merupakan metode dengan menunjuk siswa sebagai


tutor yang bertugas memberikan pemahaman kepada siswa lainnya dalam hal
ini anggota kelompoknya.
Data hasil penelitian peningkatan minat belajar dengan penerapkan
metode peer teaching, lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 4.11 Aktif Belajar dengan Metode Peer Teaching
No.
1

Pernyataan
Positif
Keaktifan Saya merasa
mudah
memahami
pembelajaran
akuntansi
dengan
metode peer
teaching.
Jumlah
Rata-rata
Dimensi

1
(STS)

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

13,79%

86,21%

100%

13,79%
13,79%

86,21%
86,21%

100%
100%

Setelah diterapkannya metode peer teaching di kelas XI4, maka hasil


minat belajar akuntansi siswa pada dimensi keaktifan yaitu meningkat sangat
tinggi. Dapat dilihat pada tabel 4.11 di atas, 13,79% siswa menjawab setuju
dan 86,21% responden menjawab sangat setuju. Artinya seluruh siswa pada
pengukuran minat akhir menyatakan adanya peningkatan minat belajar
akuntansi siswa. Ciri perubahan meningkatnya minat belajar siswa pada
dimensi keaktifan dapat dilihat dari hampir seluruh siswa sudah dapat
memahami pembelajaran akuntansi dengan mudah.
Tabel 4.12 Semangat dan Usaha Dalam Belajar
No.

Dimensi

Motivasi

Pernyataan
Positif
Saya sudah
belajar
akuntansi
pada malam
hari sebelum
pelajaran
esok hari.

1
(STS)

2
(TS)

3
(S)

3,45% 13,79%

4
(SS)

Persentase
%

82,76%

100%

88

Saya selalu
mengikuti
pembelajaran
akuntansi di
kelas.
Pernyataan
Negatif
Saya tidak
peduli jika
nilai
akuntansi
saya jelek
Saya tidak
pernah
mengerjakan
soal latihan
akuntansi
Jumlah
Rata-rata

1
(SS)

27,59%

72,41%

100%

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

6,90%

93,10%

100%

10,34%

89,66%

100%

3,45% 58,62%
0,86% 14,66%

337,93%
84,48%

400%
100%

2
(S)

Hasil penelitian diperoleh ada sebanyak 99,14% menjawab setuju dengan


pernyataan yang diajukan, dan hanya 0,86% yang menjawab tidak setuju.
Artinya setelah peneliti

menerapkan metode

peer

teaching

dalam

pembelajaran akuntansi, hampir seluruh siswa memiliki motivasi tinggi.


Motivasi siswa yang tinggi dapat dilihat dari aktivitas belajar dirumah pada
malam hari sebelum pelajaran esok hari, siswa selalu mengikuti pembelajaran
dikelas karena sudah tidak ada siswa yang telat datang sekolah, siswa selalu
mengerjakan soal latihan yang diberikan gurunya bahkan sering mengerjakan
latihan dengan mencari soal sendiri karena siswa sudah mulai perduli dengan
nilainya.
Tabel 4.13
Siswa Dalam Memahami Pembelajaran Akuntansi
No.

Dimensi

Pemahaman

Pernyataan
Positif
Saya paham
dengan
materi-materi
akuntansi

1
(STS)
3,45%

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

10,34%

86,21%

100%

89

yang
disamapaikan
guru.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
kebingungan
ketika belajar
akuntansi.
Akuntansi
merupakan
pelajaran
yang sulit
dipahami.

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

24,14%

75,86%

100%

3,45%

13,79%

82,76%

100%

Jumlah

6,90%

48,27%

244,83%

300%

Rata-rata

2,30%

16,09%

81,61%

100%

Persentase pemahamn siswa kelas XI4 setelah intervensi tindakan yaitu


sebesar 97,7% menjawab setuju, dan hanya 2,30% menjawab tidak setuju
dengan pernyataan yang peneliti ajukan. Ini berarti hampir seluruh siswa telah
dapat memahami materi akuntansi. Artinya adanya peningkatan minat belajar
yang ditandai dengan meningkatnya pula pemahaman siswa dalam belajar,
karena pemahaman merupakan salah satu unsur minat.
Meningkatnya pemahaman siswa ditandai dengan tanggapan meraka
yang mengatakan bahwa akuntansi bukan pelajaran yang sulit jika kita benarbenar serius dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, dan sudah tidak
ada siswa yang merasa kebingungan ketika belajar akuntansi. Sehingga
hampir seluruh siswa merasa telah dapat memahami materi-materi akuntansi
yang disampaikan gurunya.
Tabel 4.14
Perasaan Siswa Dalam Mempelajari Akuntansi
No.

Dimensi

Perasaan
Senang

Pernyataan
1
Positif
(STS)
Saya merasa
senang apabila
guru sering
memberikan

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

10,34%

89,66%

100%

90

tugas
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya tidak
senang
mengerjakan
soal-soal
akuntansi.
Jumlah
Rata-rata

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

6,90%

93,10%

100%

17,24%
8,62%

182,76%
91,38%

200%
100%

Perasaan senang siswa kelas XI4 terhadap pelajaran akuntansi setelah


intervensi tindakan adalah 100%, karena seluruh siswa menjawab setuju
dengan pernyataan yang diajukan. Artinya seluruh siswa menyenangi
pelajaran akuntansi setelah adanya penerapan metode yang belum pernah
digunakan sebelumnya. Meningkatnya perasaan senang siswa berarti pula
meningkatnya minat belajar siswa. Hal ini ditandai karena siswa senang
apabila guru memberikan tugas akuntansi, dan siswa senang mengerjakan
soal-soal akuntansi.
Tabel 4.15 Perhatian Siswa Saat Belajar Akuntansi
No.
5

Pernyataan
Negatif
Perhatian Saya suka
bercanda
ketika guru
menjelaskan
Dimensi

Saya banyak
bergurau
dengan
temanteman ketika
belajar
kelompok.
Jumlah
Rata-rata

1
(SS)

2
(S)

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

3,45%

72,41%

24,14%

100%

20.69%

79,31%

100%

93,10%
46,55%

103,45%
51,73%

200%
100%

3,45%
1,73%

Hasil penelitian mengenai perhatian siswa saat belajar setelah intervensi


tindakan yaitu 98,27% siswa menjawab setuju, dan hanya 1,73% siswa

91

menjawab tidak setuju dari pernyataan yang diajukan. Artinya hampir seluruh
siswa mengalami peningkatan pada minat belajar yang ditandai dari
meningkatnya perhatian siswa. peningkatan perhatian siswa ditandai dari
sudah tidak adanya siswa yang bercanda ketika guru sedang menjelaskan, dan
tidak ada siswa yang bergurau atau mengobrol dengan temannya saat
berdiskusi dalam kelompok.
Tabel 4.16
Kertarikan Siswa Terhadap Pelajaran Akuntansi
No.
6

Pernyataan
Positif
Perasaan Akuntansi
Tertarik adalah
pelajaran yang
menarik
Saya tertarik
untuk
membuat
ringkasan
materi
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya merasa
tidak tertarik
mengikuti
bimbingan
belajar
akuntansi
Jumlah
Rata-rata
Dimensi

1
(STS)

1
(SS)

2
(TS)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

3,45%

13,79%

82,76%

100%

3,45%

10,34%

86,21%

100%

2
(S)

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

3,45%

3,45%

93,10%

100%

10,35%
3,45%

27,58%
9,19%

262,07%
87,36%

300%
100%

Dari tabel 4.16 di atas, sebanyak 96,55% siswa menjawab setuju dan
3,45% siswa menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan.
perasaan tertarik siswa terhadap pembelajaran akuntansi meningkat dari
sebelumnya. Ini berarti minat belajar siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan rasa ketertarikan siswa terhadap akuntansi dilihat dari
keikutsertaan siswa dalam mengikuti bimbingan belajar, siswa mulai

92

membuat ringkasan-ringkasan terkait materi yang akan dipelajari, dan siswa


mulai merasa bahwa akuntansi adalah pelajaran yang menarik.
Tabel 4.17
Keingintahuan Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Akuntansi
No.
7

Pernyataan
Positif
Rasa
Saya pernah
Ingin
mencari
Tahu
informasi di
internet
mengenai
sejarah
akuntansi.
Pernyataan
Negatif
Saya malu
bertanya jika
ada yang
tidak saya
mengerti dari
pembelajaran
akuntansi.
Jumlah
Rata-rata

Dimensi

1
(STS)

1
(SS)

2
(TS)

2
(S)

3
(S)

4
(SS)

Persentase
%

6,90%

93,10%

100%

3
(TS)

4
(STS)

Persentase
%

10,34%

89,66%

100%

17,24%
8,62%

182,76%
91,38%

200%
100%

Rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti pembelajaran akuntansi setelah


adanya intervensi tindakan sangat baik sekali dengan persentase 100% siswa
menjawab setuju atau ya dengan pernyataan yang diajukan. Artinya seluruh
siswa mengalami peningkatan rasa keingintahuannya terhadap pembelajaran
akuntansi. Peningkatan keingintahuan yang sangat signifikan ini tandai dari
adanya siswa yang mulai mencari informasi mengenai sejarah akuntansi, dan
sudah tidak siswa yang malu bertanya ketika ada materi yang tidak
dimengertinya.
2. Data Hasil Observasi
Selain mengambil data dari hasil angket, peneliti juga melakukan
pengamatan terhadap kegiatan aktivitas siswa dan guru yang dituangkan ke
dalam lembar observasi. Pengamatan terhadap guru dan siswa dilakukan
setiap pertemuan yaitu sebanyak 4 kali selama proses pembelajaran

93

berlangsung. Pengamatan siswa dilakukan secara berkelompok, karena


metode yang diterapkan merupakan salah satu metode belajar dengan
membentuk kelompok. Kekurangan dan kelebihan data hasil pengamatan
aktivitas siswa dan guru dapat dilihat di bawah ini.
a. Data Observasi Siswa
Kegiatan siswa diukur menggunakan lembar observasi dengan penilaian
secara perkelompok, maka didapatkan hasil bahwa jumlah keterlibatan siswa
selalu meningkat pada setiap pertemuannya. Dengan bobot nilai yaitu: 4 =
sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = kurang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di bawah ini mengenai data aktivitas siswa selama proses
pembelajaran yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.18 Data Aktivitas Siswa Pada Pertemuan ke-I
No.
1

Kategori Pengamatan
Kesiapan mengikuti
pembelajaran.

Tingkat pemahaman
penjelasan guru.

Skor Tiap Kelompok


2
3
4
5

Berusaha menyelesaikan
soal latihan yang diberikan
guru.

Kerjasama dalam
kelompok.

Keaktifak tutor dalam


memimpin kelompok.

Keaktifan bertanya

Keaktifan menjawab

Keaktifan berpendapat

Ketepatan waktu
2

mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan

94

yang diberikan guru.


10

Kondusif dalam proses


pembelajaran dengan

Jumlah

22

23

25

24

29

22

Skor Persentase

55%

56%

63%

menggunakan metode peer


teaching.

Jumlah Rata-rata

60% 73% 55%

362%/6 = 60%

Pada tabel 4.18 di atas, terlihat bahwa penilaian lembar aktivitas siswa
tiap kelompoknya mayoritas berkriteria kurang yaitu berkisar 60%-69%.
Kelompok yang berkriteria kurang itu adalah kelompok 1, 2, dan 6. Sedang
kelompon 3 dan 4 berkriteria cukup, dan kelompok 5 berkriteri baik. Namun
jika dijumlahkan persentase rata-ratanya menjadi 60%. Artinya penilaian
aktivitas siswa pada pertemuan pertama berkriteria cukup.
Kriteria cukup dalam aktivitas siswa dari hasil pengamatan perkelompok
yaitu rata-rata dari kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, tingkat
pemahaman siswa atas penjelasan guru, mengerjakan soal latihan, keaktifan
berpendapat, dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas.
Hampir seluruh kelompok bernilai cukup pada Kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, hanya kelompok 5 yang telah memiliki kesiapan
yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Kurang siapnya siswa dalam
mengikuti pembelajaran diantaranya dapat dilihat dari lamanya siswa dalam
mengatur posisi duduk sesuai kelompok, ada beberapa siswa berjalan
mengunjungi kelompok lainnya, dan ada beberapa siswa yang keluar untuk
ketoilet.
Tingkat pemahaman yang cukup dapat diamati dari kurangnya usaha
siswa dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru, karena beberapa
siswa terlihat asik mengobrol dengan teman sekelompoknya. Sedikit siswa
yang aktif bertanya, menjawab dan berpendapat, sehingga mengakibatkan

95

proses pembelajaran terlihat kurang kondusif. Namun untuk kerjasama dalam


kelompok dan keaktifan tutor tiap kelompok, rata-rata bernilai baik.
Kekurangan-kekurangan yang telah disebutkan di atas, akan menjadi
kenadala dalam proses belajar mengajar di kelas. Namun kendala-kendala
tersebut dapat peneliti maklumi karena seluruh siswa belum terbiasa dengan
metode yang diterapkan. Hal ini juga dikarenakan kurangnya bimbingan
secara intens oleh guru dalam hal ini peneliti kepada tiap kelompok siswa,
dan hal-hal lainnya yang menjadi kekurangan guru dalam mengajar serta
sebagai intropeksi guru untuk memperbaiki cara mengajarnya pada
pertemuan selanjutnya.
Kemudian pada pertemuan ke-2, kekurangan pada aktivitas siswa ratarata pada keaktifan berpendapat. Karena siswa merasa malu dan takut jika
pendapatnya itu salah. Akan tetapi ada beberapa siswa yang sudah mulai
berani dalam berpendapat, namun masih terlihat sangat gugup dan malumalu. Selanjutnya pertemuan ke-3 dan ke-4 sudah tidak ada kekurangnan
siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Artinya kegiatan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar di kelas dengan penerapan meetode peer
teaching mengalami peningkatan yang dilihat dari lembar observasi siswa.
Untuk lebih jelasnya mengenai data pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat
pada lampiran.
b. Data Observasi Guru
Selain mengambil data dari kegiatan siswa, peneliti juga mengambil data
dari kegiatan guru selama mengajar. Data kegiatan guru ini akan menjadi
acuan untuk mengambil tindakan atau langkah selanjutnya dalam mengajar.
Tabel 4.22 Data Observasi Kegiatan Guru
No.

Aspek Penilaian

Kegiatan Pendahuluan.
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kesiapan
kelas.
Memberi salam dan menyapa siswa.
Mengabsen siswa.

Nilai
2
3

96

b. Apersepsi.
c. Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu
siswa (motivasi).

d. Menyampaikan tujuan/indikator yang ingin


dicapai.

Kegiatan Inti.
a. Penggunaan media/alat pembelajaran yang
sesuai dengan indikator bahan ajar.

b. Menggunakan metode peer teaching.


Membagi
siswa
menjadi
beberapa
kelompok, dimana terdapat satu tutor pada
tiap kelompok. Dan dilakukan pengacalkan
siswa pada setiap pertemuannya.
Memberi soal latihan yang berbeda pada
setiap kelompok.
Membimbing dan mengawasi pelaksaan
tugas yang telah diberikan.
Memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap
kelompok untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
Membahas secara bersama tugas yang telah
diselesaikan.
Mereview materi yang telah dibahas.
c. Pemusatan perhatian siswa terhadap proses
pembelajaran.

d. Teknik menjelaskan/menyampaikan materi.


e. Pengelolaan kegiatan belajar dengan metode
peer teaching.
f. Bimbingan kepada kelompok.
g. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
berfikir.
h. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan mengungkapkan pendapat.
i. Antusias terhadap jawaban atau pendapat
siswa.
j. Menyimpulkan hasil pembelajaran.
k. Memberikan latihan soal untuk dikerjakan di
rumah.
Kegiatan Penutup.
a. Memberikan motivasi agar siswa lebih giat
belajar.
b. Menutup pembelajaran.

97

Jumlah
Skor Maksimum
Skor Minimal
Skor Rata-rata

27 16
68
17
51/68 x 100% = 75%

Data aktivitas guru selama mengajar dapat dilihat pada tabel 4.22 di atas,
bahwa pada pertemuan pertama total skor penilaiannya baik dengan
persentase 75%. Namun ada beberapa dari aspek yang dinilai mendapat skor
2 dengan keterangan cukup, dalam hal ini dianggap sebagai kekurangan pada
guru yang harus diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Aspek penilaian
yang kurang itu yaitu: 1) pada saat membangkitkan minat atau motivasi
siswa, baik pada saat memulai pembelajaran maupun diakhir pembelajaran.
2) pemusatan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung. 3) memberikan
bimbingan kepada kelompok.
Kurangnya membangkitkan motivasi belajar siswa diawal maupun
diakhir, dikarenakan jam pembelajaran yang terpakai oleh mata pelajaran
sebelumnya. Sebab pada pertemuan pertama, pelajaran akuntansi berada pada
jam ke-3 dan ke-4. Jadi ketika pergantian jam pelajaran, guru mata pelajaran
sebelumnya tidak langsung keluar kelas. Sehingga memakai jam pelajaran
akuntansi dan mengakibatkan guru dalam hal ini peneliti hanya sekedarnya
sajah dalam memberikan motivasi belajar.
Sedangkan kurangnya kelemahan dalam memberi bimbingan disini yaitu
ketika proses pembelajaran berlangsung, guru hanya berkeliling tanpa
memberikan bimbingan yang lebih intens kepada setiap kelompok yang
mengalami kesulitan. Sehingga terlihat oleh peneliti beberapa siswa tidak
berusaha mengerjakan soal latihan dan asik mengobrol dengan teman
sekelompoknya.
Untuk pertemuan ke-2 berdasarkan bimbingan dan arahan dari
kolaborator dalam hal ini guru bidang studi, aktivitas guru dalam proses
mengajar mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas guru sangat baik
dengan persentase 89%. Pada pertemuan ini, guru mendatangi tiap kelompok
saat menyelesaikan latihan soal yang diberikan guru. Begitupun halnya pada

98

pertemuan ke-3 dan ke-4, aktivitas guru dalam mengajar mengalami


peningkatan sangat baik dengan persentase 96% dan 99%. Unutk lebih
jelasnya data aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 10.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Data penelitian diperoleh dari kuesioner dan lembar observasi kegiatan
siswa. Dimana lembar observasi sebagai data penguat bahwa data penelitian
yang didapat sesuai dengan proses pembelajaran yang berlangsung selama
empat kali pertemuan. Kemudian hasil data kuesioner dan lembar observasi
tersebut dibandingkan untuk mengetahui bagaimana peningkatan minat belajar
siswa dalam pembelajaran akuntansi. Apakah hasil data kuesioner seimbang
dengan data pengamatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Perbandingan hasil data akan diperjelas sebagaimana di bawah ini.
1. Hasil Angket Minat Belajar Akuntansi Siswa
Sebelum melakukan tindakan, peneliti memberikan angket minat kepada
siswa untuk diisi. Data yang diperoleh berdasarkan hasil isian angket, dapat
disimpulkan bahwa besarnya minat belajar siswa adalah sebesar 41,44%
(berada pada kurang baik). Pada akhir tindakan yang dilakukan, peneliti juga
memberikan angket minat belajar akuntansi. Data yang diperoleh berdasarkan
hasil isian angket pada akhir tindakan, dapat disimpulkan bahwa besarnya
minat belajar siswa adalah sebesar 95,95% (berada pada kategori baik).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.23 sebagai berikut.
Tabel 4.23
Hasil Angket Minat Belajar Siswa Kelas XI-4
Dimensi
Keaktifan
Motivasi
Pemahaman
Perasaan senang
Perhatian
Perasaan Tertarik

Pertemuan
Sebelum Tindakan
Setelah Tindakan
Persentase Kategori
Persentase Kategori
37,93%
tidak baik
96,55%
Baik
42,24%
kurang baik
95,69%
Baik
37,65%
tidak baik
94,25%
Baik
41,81%
kurang baik
97,84%
Baik
46,98%
kurang baik
93,53%
Baik
40,80%
tidak baik
95,98%
Baik

99

Rasa Ingin Tahu

42,67%

kurang baik

97,84%

Baik

Rata-rata

41,44%

kurang baik

95,95%

Baik

Dari data angket yang diperoleh tersebut di atas, maka dapat diperjelas
dengan sebuah grafik. Grafik berikut adalah grafik perkembangan minat
siswa dari sebelum tindakan ke sesudah tindakan.
70
60

50
40

Sebelum Intervensi
Tindakan

30

Setelah Intervensi
Tindakan

20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Minat Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI-4
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket didapatkan bahwa
minat belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi meningkat dengan melalui
metode peer teaching. Sehingga dapat dikatakan tujuan penelitian ini sudah
tercapai yaitu peningkatan minat belajar akuntansi siswa. peningkatan minat
dari hasil data angket, dapat didukung oleh hasil pengamatan kegiatan siswa
yang menyatakan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan
di bawah ini.
2. Hasil Lembar Observasi
Berdasarkan hasil dari lembar observasi yang telah disusun dengan
memuat aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas dan minat belajar
yang terdiri dari 10 aspek yang diamati yaitu: (a) kesiapan mengikuti
pembelajaran, (b) tingkat pemahaman penjelasan guru, (c) menyelesaikan

100

soal latihan yang diberikan guru, (d) kerjasama dalam kelompok, (e)
keaktifak tutor dalam memimpin kelompok, (f) keaktifan bertanya, (g)
keaktifan menjawab, (h) keaktifan berpendapat, (i) ketepatan waktu
mengumpulkan hasil jawaban dari soal latihan yang diberikan guru, (j)
kondusif

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode peer

teaching, maka didapatkan hasil bahwa jumlah keterlibatan siswa selalu


meningkat untuk tiap pertemuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Berikut adalah data hasil observasi:
Tabel 4.24. Data hasil observasi Aktivitas Siswa XI-4
Pertemuan

Persentase Rata-rata
Aktivitas Siswa

60%

II

74%

III

85%

IV

94%

Rata-rata

Kategori

78,25%

Baik

Dari tabel di atas, jelas terlihat peningkatan aktivitas siswa dari setiap
pertemuan dalam proses pembelajaran di kelas. Dimana aktivitas belajar
akuntansi siswa pada pertemuan I sebesar 60%, pertemuan II sebesar 74%,
pertemuan III 85%, dan pertemuan IV sebesar 94%, dengan rata-rata
persentase 78,25% berada pada kategori baik. Begitupun juga mengenai
aktivitas guru selama mengajar mengalami peningkatan dari setiap
pertemuan, dengan rata-rata persentase 89,75% berada pada kategori sangat
baik. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil persentase dari observasi aktivitas
guru dapat dilihat pada tabel 4.25 di bawah ini.

101

Tabel 4.25 Data hasil observasi Aktivitas Guru


Pertemuan

Persentase Rata-rata
Aktivitas Siswa

75%

II

89%

III

96%

IV

99%

Rata-rata

Kategori

89,75%

Sangat Baik

Setelah mengetahui data dari hasil angket dan lembar observasi yang
menyatakan adanya peningkatan minat dalam pembelajaran akuntansi. Untuk
menjadikan data ini sebagi data yang akurat, maka peneliti mecantumkan
nilai dari hasil latihan dan tugas yang dikerjakan siswa. Karena peningkatan
minat juga mengiringi prestasi belajar siswa meningkat dalam pembelajaran
akuntansi. Tabel di bawah ini merupakan data nilai siswa selama penelitian
berlangsung selama 4 kali pertemuan.
Tabel 4.26 Data Nilai Akuntansi Siswa Kelas XI-4

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

NAMA

Achmad Syahirul
Alim
Ade Echa
Aprilianti
Ade Hasanudin
Adinda Pangestika
Putri
Agung Nugroho
A. Muzaki
Anjas Sutrisno
Annisa Nur
Lintang
Aulia Fauziah
Baldan Fattulah
Damai Yanwardi

Pertemuan
II
Latihan

Nilai
Awal

III

IV

PR

PR

PR

60

65

75

70

85

80

100

100

50

65

75

85

100

100

100

100

60

65

70

75

85

95

100

95

65

65

75

90

100

100

100

100

40
55
50

65
70
65

70
80
75

70
100
95

75
85
85

95
100
95

95
100
100

100
100
95

65

70

80

100

100

100

100

100

65
65
60

75
70
70

80
75
70

85
75
75

85
80
75

95
90
95

95
95
100

100
90
95

102

12
13
14

Doni Septiandi
Faisal Alam
Habib Hafidz
Maulana
15 Hamdan Fahmi
16 Johan Ardiansyah
17 Khodijah
18 M. Febrizal
Ramadhan
19 M. Rafli
20 M. Hasanudin
21 M. Afwan
22 M. Al Aziz
23 M. Fikri Al Fajar
24 M. Firmansyah
25 Redika Anjani
26 Rifky Fadillah
27 Suci Indah Sari
28 Syaifulloh
29 Puput Safitri
Rata-rata
Jumlah Rata-rata

55
50

65
70

70
75

75
80

75
75

90
95

95
100

100
100

50

65

65

80

85

95

90

95

55
60
60

65
65
75

70
75
80

75
80
80

85
75
95

100
100
100

95
95
100

100
100
100

65

75

75

80

75

90

90

95

50
45
50
55
50
50
60
65
75
55
70
57,07
57,07

65
65
75
85
65
70
80
75
75
75
85
90
75
70
75
85
65
65
75
85
65
65
70
75
75
70
80
85
75
70
75
80
80
85
85
85
65
65
75
80
80
80
85
90
69,31 72,93 80,34 83,97
71,12
82,16

100
100
85
95
100
100
90
95
100
95
95
100
100
95
95
90
100
100
85
100
100
100
95,34 97,24
96,29

Hasil data angket yang menyatakan bahwa adanya peningkatan minat


siswa dalam belajar akuntansi, dimana sebelum intervensi sebesar 41,44%
dan setelah intervensi menjadi 95,95%. Peningkatan minat dari data angket
diperkuat dengan hasil data pengamatan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran mengalami peningkatan pada tiap pertemuannya, dimana ratarata dari 4 pertemuan sebesar 78,25% dengan keterangan aktivitas belajar
siswa baik. Kemudian dengan meningkatnya minat siswa yang dilihat dari
hasil angket dan observasi, maka prestasi siswapun meningkat yang dapat
dilihat dari hasil tugas yang dikerjakan siswa baik di sekolah maupun di
rumah.
Meningkatnya minat siswa, akan meningkatkan pula siswa dalam
prestasinya. Karena minat merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi

usaha

yang

dilakukan

sesorang.

Minat

yang

akan

95
95
100
100
100
100
100
100
100
95
100
98,28
98,28

103

menimbulkan usaha yang gigih, serius, dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia
akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Menurut Elizabeth B. Hurlock
yang dikutip oleh Abdul Wahid, fungsi minat bagi kehidupan anak yaitu
sebagi pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa
mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun
suasana sedang hujan.1
Kemudian siswa yang mempunyai minat dalam belajar, maka siswa
tersebut akan melakukan hal apapun agar tujuannya tercapai. Hal ini seperti
ungkapan oleh Pasaribu dan Simanjutak bahwa minat adalah suatu motif
yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang
menariknya.2 Jadi ketika siswa sudah berminat terhadap sesuatu, maka hal
apapun akan dilakukannya agar yang menjadi tujuannya itu tercapai. Dimana
segala hal yang dilakukan siswa tersebut disertai dengan perasaan senang,
adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Tujuh aspek yang diukur dalam lembar angket minat tidak terlepas dari
pengukuran afektif atau tidaknya metode yang diterapkan, dalam hal ini
metode peer teaching atau tutor sebaya. Metode peer teaching merupakan
metode yang berpusat pada siswa dengan membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok, dimana terdapat tutor dalam tiap kelompoknya. Jadi dapat
dikatakan metode peer tecahing dapat meningkatkan minat belajar akuntansi
siswa, dimana siswa menjadi lebih aktif ketika belajar. Sehingga proses
pembelajaran di kelas menjadi kondusif.
Dari pembahsan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa hasil penelitian
diperoleh pembelajaran akuntansi siswa kelas XI-4 SMA Darussalam Ciputat
melalui metode peer teaching dapat meningkatkan minat siswa kelas XI-4
SMA Darussalam untuk belajar akuntansi. Artinya metode peer teaching
terbukti dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar, karena metode
1

Abdul Wahid, Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak-Anak Dalam Chabib Toha (eds),
PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Prose Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: pustaka pelajar, 1998), h. 109-110
2
Pasaribu dan simanjutak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1983), h. 52

104

tersebut dapat memudahkan siswa dalam belajar akuntansi. Dimana siswa


merasa mudah untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan
kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan
malu bila bertanya kepada guru. Ini dikarena diantara siswa telah terbentuk
bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaan yang dapat
diterima oleh siswa. Hal ini senada dengan pendapat M. Saleh Muntasir
bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-muridnya, mereka
dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya dan khayalannya.3
Jadi dengan adanya penerapan metode peer teaching akan membantu siswa
yang kurang mampu dan kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya,
bahkan membantu siswa yang malu bertanya kepada gurunya.
Pada penelitian ini, minat belajar akuntansi siswa mengalami
peningkatan yang sangat baik. Hal ini terlihat dari hasil angket pada pra
tindakan yang mengalami peningkatan bila dibandingkan hasil angket pada
akhir tindakan. Rata-rata minat belajar siswa yang awalnya adalah 41,44%
berada pada ketegori kurang baik, pada akhir tindakan menjadi 95,95%
berada pada kategori baik. Hasil pengamatan secara umum menunjukkan
bahwa siswa mempunyai minat yang tinggi selama pembelajaran, siswa
mengungkapkan bahwa mereka senang saat mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode peer teaching, sehingga siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran akuntansi.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini

masih

ditemukan

kekurangan-kekurangan

diantaranya adalah:
1. Terbatasnya waktu penelitian karena persiapan untuk menghadapi ujian
akhir semester.
2. Kondisi siswa yang terbiasa hanya menerima informasi yang diberikan
oleh guru (teacher centered).

Smkswadayatmg weblog. Loc. cit

105

3. Keterbatasan penelitian dan observer selama proses belajar mengajar dan


refleksi rangkaian pada setiap pertemuannya.
4. Kurangnya sarana dan prasarana kelas yang dapat menunjang rangkaian
pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan jurnal umum dan laporan
keuangan saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan
yang lainnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembahasan dari hasil penelitian yang terdapat pada bab 4 mengenai
peningkatan minat belajar akuntansi siswa IPS kelas XI4 SMA Darussalam
Ciputat dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan minat akuntansi siswa
setelah diberikannya tindakan dalam proses pembelajaran yaitu berupa
penerapan metode peer teaching atau tutor sebaya.
Meningkatnya minat belajar siswa dapat dilihat dari hasil data angket yang
menyatakan bahwa adanya peningkatan minat siswa dalam belajar akuntansi,
dimana sebelum intervensi sebesar 41,44% dan setelah intervensi menjadi
95,95%. Peningkatan minat dari data angket diperkuat dengan hasil data
pengamatan

aktivitas

siswa

selama

proses

pembelajaran

mengalami

peningkatan pada tiap pertemuannya, dimana rata-rata dari 4 pertemuan


sebesar 78,25% dengan keterangan aktivitas belajar siswa baik. Kemudian
dengan meningkatnya minat siswa yang dilihat dari hasil angket dan observasi,
maka prestasi siswapun meningkat yang dapat dilihat dari hasil tugas yang
dikerjakan siswa baik di sekolah maupun di rumah.
Kemudian dari hasil analisis dan pembahasan penelitian dapat peneliti
simpulkan bahwa:
1. Penerapan metode peer teaching atau tutor sebaya dapat mendorong tiaptiap kelompok siswa berani untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak
dimengerti dalam pelajaran akuntansi. Hal ini dikarenakan dalam metode
peer teaching, anggota bebas bertanya kepada tutornya dengan bahasa
pertemanan. Sehingga membuat siswa menjadi tidak malu dan tidak takut
ditertawakan oleh temannya yang lain, dan tidak ada lagi siswa yang
terdiam menunggu jawaban dari temannya.
2. Belajar dengan menggunakan metode peer teaching lebih mudah dipahami
siswa. Banyak faktor yang menyebabkan siswa sulit memahami pelajaran,
diantaranya yaitu metode belajar yang hanya berpusat pada guru.

106

107

Adakalanya siswa merasa kesulitan memahami pembahasan

yang

disampaikan oleh guru, tetapi malu dan takut untuk bertanya kembali.
Dengan metode peer teaching membuat siswa merasa mudah memahami
pelajaran, karena para tutee merasa nyaman ketika bertanya kepada tutornya
dengan menggunakan bahasa pertemanan.
3. Metode peer teaching dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk belajar
baik secara fisik, sosial, maupun emosional. Dalam penelitian yang telah
dilakukan, guru mengkondisikan siswa tiap kelompok agar terjadi interaksi
belajar antar siswa. Metode peer teaching ternyata dapat meminimalisir
kesenjangan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai,
sehingga inetraksi antar siswa tetap terjalin. Dalam hal ini adanya rasa
saling berbagi, mengkomunikasikan hasil fikirannya dalam memecahkan
masalah dan adanya interaksi saling tatap muka .
4. Pembelajaran dengan penerapan metode peer teaching berpengaruh positif
dalam mengembangkan kemampuan dan sikap siswa, serta merangsang dan
meningkatkan kepedulian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
Minat siswa setelah inetrvensi tindakan dengan penerapan metode peer
teaching terlihat meningkat. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata angket siswa
sebelum intervensi tindakan yaitu 40,14 dan ternyata setelah intervensi
tindakan minat siswa meningkat dengat rata-rata angket siswa sebesar 89,17.
Ini berarti peningkatan minat siswa sebesar 83%. Dan untuk lembar observasi
kegiatan siswa menyatakan bahwa adanya peningkatan minat siswa pada setiap
pertemuannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kelompok tiap
pertemuannya. Dan berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa setiap
pertemuan yang sudah dianalisis pada bab 4, menyatakan bahwa minat siswa
meningkat. Karena banyak siswa yang sudah mulai berani bertanya, menjawab
maupun memberikan tanggapan.
Dari beberapa keunggulan metode peer teaching yang telah disebutkan di
atas, maka ada juga beberapa kelemahan dari metode tersebut. Salah satunya

108

yaitu pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan metode peer teaching


suasana kelas terkesan ramai. Akan tetapi lebih disebabkan karena suara-suara
diskusi dalam kelompoknya masing-masing. Maka dari itu peranan guru disini
sangat penting untuk mengawasi siswa agar keaktifan dan interaksi yang terjadi
pada siswa tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Artinya guru diharapkan
dapat memandu pelaksanaan pembelajaranber kelompok dengan metode peer
teaching, agar berjalan dengan baik dan meminimalisir sikap mengajar yang
dapat membuat siswa merasa takut. Sehingga dapat menumbuhkan rasa berani
siswa dalam bertanya, menjawab maupun berpendapat.
Berdasarkan penelitian dengan penerapan metode peer teaching, maka
dapat disimpulkan bahwa metode ini merupakan salah satu solusi atau
alternatif untuk mengatasi kurangnya minat siswa dalam belajar, khususnya
mata pelajaran akuntansi. Hal ini dikarenakan metode peer teaching atau tutor
sebaya menggunakan bahasa atau cara siswa itu sendiri atu dengan bahasa
pertemanan, dengan faktor tutor yang berasal dari teman mereka sendiri.
B. Saran
Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti
memiliki beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat untuk pihak-pihak
yang terkait yaitu:
1. Bagi siswa, hendaknya dapat meningkatkan minat belajar yang tidak hanya
dengan tergantungnya bagaimana guru mengajar. Dalam hal ini siswa dapat
meningkatkan minat dari dalam diri siswa. Salah satunya dengan cara
menanamkan rasa senang terhadap pelajaran akuntansi, karena hal tersebut
akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. Selain itu siswa juga
perlu membangun kerjasama antar siswa, agar dapat mengatasi berbagai
rintangan, bertindak mandiri, dan penuh tanggung jawab.
2. Guru ekonomi pada umumnya dan khususnya sekolah ini, hendaknya dapat
menerapkan metode peer teaching pada materi pelajaran lain. Karena
berdasarkan penelitian, metode ini dapat membantu tugas guru dalam
mengajar. Karena jumlah siswa yang terlalu banyak, menyebabkan guru

109

tidak dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa. Sehingga dengan


bantuan tutor, setiap siswa dapat lebih mudah memahami materi.
Kemudian Dalam menerapkan metode ini, hendaknya guru mengetahui
kemampuan masing-masing siswa. Sehingga dalam pembagian kelompok
dapat tersebar secara heterogen.
3. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan dalam proses
pembelajaran, dan hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan
metode tutor sebaya yang merupakan alternatif dalam teknik pembelajaran
yang tidak hanya dapat diterapkan pada mata pelajaran akuntansi saja.
Karena penggunaan metode peer teaching ini diharapkan dapat membantu
siswa, sehingga meningkatkan kualitas sekolah tersebut.
4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tindakan kelas terkait
metode peer teaching, diharapkan semaksimal mungkin membimbing para
tutor. Sehingga para tutor merasa mampu memberikan penjelasan yang baik
kepada para anggotanya atau teman-temannya.
Mengingat masih adanya kelemahan-kelemahan metode peer teaching,
maka dalam penggunaan metode tersebut untuk selanjutnya diharapkan
memperhatikan kondisi dan karakter siswa terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
agar saat pelaksaan pembelajaran dengan metode peer teaching dapat berjalan
lancar, dan tidak mengalami kesulitan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara, Cet. 9, 2009.
Arikunto,Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, Ed. Revisi V, 1998.
Azis, Fahrur, Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok
Kecil Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan
Fungsi Kuadrat, Skripsi Jurusan Matematika, Semarang: IAIN Walisongo, 2009.
Baridwan, Zaki,Intermediate Accounting, Yogyakarta: IKAPI, 1992.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Dina Melita, Metode Pembelajaran Peer Teaching Dan Problem Based Learning
Untuk Memotivasi Sosialisme Dalam Kelas (Pada Pembelajaran Statistik),
Palembang: Uni Versitas Bina Darma.
Djamarah,Syaiful Bahri, dan Zain, Aswain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Rineka Cipta, Cet. 3, 2006.
Fathurrohman, Pupuh,dan Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. 1, 2007.
Firdaus, Yoga, Pelajaran Akuntansi Untuk SMU, Jakarta: Erlangga, Cet. 3, 1997.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Hamlik, Oemar,Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 9,
2009.
Hamalik, Oemar,Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Harahap,Sofyan Syafri, Auditing Kontemporer, Jakarta: Erlangga, Cet. 2, 1994.
http://pendidikan-matematika.blogspot.com/2009/03/contoh-skripsimenggunakan-pendekatan.html
http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/
penerapan-metode-tutorsebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pembelajaran-mata-pelajaran-kkpi/,
27
september 2007.
Jaques, David, Learning In Groups, USA: Gulf Publishing Company, 1991.
Kardiman, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jakarta: Yudistira, 2006.

110

111

Kurniati, Rusmita, Penerapan Metode Peer Teaching Untuk Meningkatkan


Perhatian Siswa Terhadap Materi Biologi Siswa Sma Kelas X, Surakarta:
Universitas Sebelas maret, 2009.
Pasaribu dan simanjutak, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito, 1983.
Purwanto,M. Ngalim Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, Cet. 2,
1985.
Rahman, Abdul, dan Wahab,Muhbib Abdul, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2009.
Rudianto, Pengantar Akuntansi, Jakarta: Erlangga, 2009.
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, Ed. 1, Cet. 4, 2011.
S. Alam, Ekonomi untuk SMA dan MA kelas XI, Jakarta: Erlangga, 2007.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, Cet. 7, 2010.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, cet. 10, 2003.
Sarifudin, Penerapan teknik tutor sebaya dan pemberian kartu skor partisipasi
siswa untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, Skripsi Jurusan
Matematika Universitas Islam Negeri Jakarta,Jakarta: PerpustakaanUtama, 2008.
Semiawan, Conny, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: PT Gramedia,
1992.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. 4, 2010.
Smkswadayatmg weblog, Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Upaya
Mengoptimalkan Pembelajaran Mata PelajaranKKPI,
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. 3, 1990.
Purwanto,M. Ngalim,Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, Cet. 2,
1985.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, Cet. 9, 2010.
Suherman, Erman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung: IMSTEP, 2003.

112

Sukmadinata,Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.


Remaja Rosadakarya, Cet. 7, 2011.
Supriyono, dkk., Akuntansi Keuangan Dasar, Yogyakarta: badan Penerbitan STIE
YKPN, Cet. 1, 1983.
Syah,Muhibbin,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, Cet. 16, 2010.
Syah, Muhibbin,Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Wahid, Abdul, Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak-Anak Dalam Chabib Toha
(eds), PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Prose Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam, Yogyakarta: pustaka pelajar, 1998.

Lampiran 1

Kisi-Kisi Angket Minat Sebelum Uji Validitas

No. Item Pertanyaan


No.

1.

Variabel

Dimensi

Metode Peer Keaktifan.


Teaching.

Indikator
+

14, 21

22

7, 20

18

4, 5

24

10, 11

6, 15

23

12

3, 17

2, 8

19

9, 16

13

- Aktif belajar dengan


metode peer
teaching atau tutor
sebaya.

2.

Minat belajar Motivasi.

- Semangat belajar.

Akuntansi.

- Usaha dalam
belajar.
Pemahaman.

- Lebih mudah
memahami
pembelajaran
akuntansi.

Perasaan
senang.

- Senang dan nyaman


terhadap proses
pembelajaran.

Perhatian.

- Memperhatikan
dalam proses
pembelajaran

Perasaan
tertarik.

- Ketertarikan
terhadap proses
pembelajaran

Rasa ingin
tahu.

- Antusias dalam
mengikuti
pembelajaran

Lampiran 2

KUESIONER MINAT BELAJAR AKUNTANSI SISWA


SEBELUM UJI VALIDITAS

Keterangan pilihan jawaban:

SS

= Sangat Setuju

= Setuju

TS

= Tidak Setuju

STS

= Sangat Tidak Setuju

Pilihan Jawaban
No.

Pernyataan
SS

1.

Saya sudah belajar akuntansi pada malam hari sebelum


pelajaran esok hari.

2.

Akuntansi adalah pelajaran yang menarik.

3.

Saya suka bercanda ketika guru menjelaskan.

4.

Saya belajar akuntansi hanya ketika akan menghadapi


ulangan.

5.

Saya tidak peduli jika nilai akuntansi saya jelek.

6.

Saya merasa senang apabila guru sering memberikan


tugas akuntansi.

7.

Ketika guru akuntansi memberikan pertanyaan kepada


siswa, saya menjawabnya tanpa harus menunggu
dipanggil.

8.

Saya

tertarik

untuk

membuat

ringkasan

materi

akuntansi.
9.

Saya sering mencari informasi di internet mengenai


sejarah akuntansi.

10.

Saya merasa kebingungan ketika belajar akuntansi.

11.

Akuntansi merupakan pelajaran yang sulit dipahami.

TS

STS

12.

Saya memperhatikan dengan seksama penjelasan yang


disampaikan oleh guru akuntansi.

13.

Saya malu bertanya jika ada yang tidak saya mengerti


dari pembelajaran akuntansi.

14.

Metode peer teaching efektif untuk pembelajaran


akuntansi.

15.

Saya merasa senang bila guru akuntansi memberikan


soal-soal yang sulit karena lebih menantang.

16.

Saya tidak malu untuk bertanya kepada guru apabila


saya mengalami kesulitan mengerjakan tugas.

17.

Saya banyak bergurau dengan teman-teman ketika


belajar kelompok

18.

Saya tidak pernah mengerjakan soal latihan akuntansi.

19.

Saya merasa tidak tertarik mengikuti bimbingan belajar


akuntansi.

20.

Saya selalu mengikuti pembelajaran akuntansi di kelas.

21.

Saya merasa mudah memahami pembelajaran akuntansi


dengan metode peer teaching.

22.

Metode peer teaching membuat saya menjadi malu


bertanya.

23.

Saya tidak senang mengerjakan soal-soal akuntansi.

24.

Saya paham dengan materi-materi akuntansi yang


disamapaikan guru.
Jumlah
Skor Total

Lampiran 3
Validitas Data Reliabilitas Angkat

Skor soal No.

Total Skor

Responden
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

54

2916

60

3600

60

3600

77

5929

73

5329

61

3721

80

6400

80

6400

68

4624

10

66

4356

11

67

4489

12

71

5041

13

64

4096

14

63

3969

15

67

4489

16

63

3969

17

44

1936

18

66

4356

19

72

5184

20

76

5776

21

64

4096

22

50

2500

23

68

4624

24

70

4900

1584

106300

61

X
X.Y

66

70

63

78

58

68

58

67

48

47

76

63

76

58

72

72

75

68

73

66

71

64

66

165

190

218

183

268

156

206

152

197

106

103

248

179

248

152

232

232

241

208

225

192

217

190

190

4092

4412

4705

4221

5255

3919

4547

3927

4488

3232

3185

5059

4237

5061

3871

4820

4855

5033

4627

4850

4427

4728

4328

4421

0,5

0,46

0,55

0,36

0,67

0,55

0,39

0,69

0,5

0,48

0,6

0,38

0,51

0,4

0,3

0,41

0,61

0,77

0,85

0,44

0,52

0,38

0,56

0,53

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

0,42

Keterangan

TV

TV

TV

TV

TV

TV

TV

24

VAR i

0,42

0,35

0,58

0,73

0,6

0,66

0,56

0,49

0,42

0,42

0,46

0,31

0,57

0,31

0,49

0,67

0,67

0,28

0,64

0,12

0,44

0,29

0,81

0,35

VAR T

73,17

r
(5%)

Perhitungan Realibilitas Instrumen Minat Belajar


K
24

11,64

73,17

Keterangan: Reliabel Sangat Tinggi

0,87

Lampiran 4

Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Angket


A. Validitas
Rumus yang digunakan yaitu:
( ) ( )

1.

=
=
=

) }{

)(

)
) (

+ *

*
*

) (

) (

( ) } {

+*

) }

=
= 0,50
(

2.

=
=
=

+*

*
*

) (

+*

) (
) }{

)(

)
) (

=
= 0,46
Instrumen penelitian dinyatakan valid nilai

) }

( ) }

B. Reliabilitas
Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
(

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.
Untuk selanjutnya menghitung jumlah varians butir yaitu hasil yang didapat
dijumlahkan sebagai berikut:

0,42 + 0,35 + 0,58 + 0,73 + 0,6 + 0,66 + 0,56 + 0,49 + 0,42 + 0,42 +
0,46 + 0,31 + 0,57 + 0,31 + 0,49 + 0,67 + 0,67 + 0,28 + 0,64 + 0,12 +
0,44 + 0,29 + 0,81 + 0,35 = 11,64

b. Menghitung nilai varians total dengan rumus:


( )

c. Menghitung reliabilitas dengan rumus:

[1 -
= [

][

]=,

-,

Instrumen penelitian dinyatakan reliabel, karena nilai


Keterangan:
N

= Jumlah sampel.

= Nilai skor yang dipilih.


= Varians total.

= Jumlah varians butir.

= Jumlah butir pertanyaan.


= Koefisien reliabilitas instrumen.

Lampiran 5

Kisi-Kisi Angket Minat Setelah Uji Validitas

No. Item Pertanyaan


No.

Variabel

Dimensi

Indikator
+

1.

Metode Peer Keaktifan.


Teaching.

- Aktif belajar dengan


metode peer
teaching atau tutor

15

sebaya.
2.

Minat belajar Motivasi

- Semangat belajar.

Akuntansi.

- Usaha dalam
belajar.
Pemahaman.

14

12

17

8, 9

16

- Lebih mudah
memahami
pembelajaran
akuntansi.

Perasaan
senang.

- Senang dan nyaman


terhadap proses
pembelajaran.

Perhatian.

- Memperhatikan saat
3, 11

proses pembelajaran
Perasaan
tertarik.

- Ketertarikan
terhadap proses

2, 6

13

10

pembelajaran
Rasa ingin
tahu.

- Antusias dalam
mengikuti
pembelajaran

Lampiran 6

KUESIONER MINAT BELAJAR AKUNTANSI SISWA


SETELAH UJI VALIDITAS

Keterangan pilihan jawaban:

SS

= Sangat Setuju

= Setuju

TS

= Tidak Setuju

STS

= Sangat Tidak Setuju

Pilihan Jawaban
No.

Pernyataan
SS

1.

Saya sudah belajar akuntansi pada malam hari sebelum


pelajaran esok hari.

2.

Akuntansi adalah pelajaran yang menarik.

3.

Saya suka bercanda ketika guru menjelaskan.

4.

Saya tidak peduli jika nilai akuntansi saya jelek.

5.

Saya merasa senang apabila guru sering memberikan


tugas akuntansi.

6.

Saya

tertarik

untuk

membuat

ringkasan

materi

akuntansi.
7.

Saya pernah mencari informasi di internet mengenai


sejarah akuntansi.

8.

Saya merasa kebingungan ketika belajar akuntansi.

9.

Akuntansi merupakan pelajaran yang sulit dipahami.

10.

Saya malu bertanya jika ada yang tidak saya mengerti


dari pembelajaran akuntansi.

11.

Saya banyak bergurau dengan teman-teman ketika


belajar kelompok.

12.

Saya tidak pernah mengerjakan soal latihan akuntansi.

13.

Saya merasa tidak tertarik mengikuti bimbingan belajar

TS

STS

akuntansi.
14.

Saya selalu mengikuti pembelajaran akuntansi di kelas.

15.

Saya merasa mudah memahami pembelajaran akuntansi


dengan metode peer teaching.

16.

Saya tidak senang mengerjakan soal-soal akuntansi.

17.

Saya paham dengan materi-materi akuntansi yang


disamapaikan guru.
Jumlah
Skor Total

Lampiran 7
DATA ANGKET AWAL SETELAH VALIDITAS
Skor Soal No.

Responden

1
1

2
1

3
1

4
3

5
2

6
1

7
2

8
1

9
2

10
2

11
2

12
1

13
3

14
1

15
2

16
2

17
2

29

25

35

25

32

23

22

28

25

10

29

11

26

12

20

13

26

14

30

15

25

16

30

17

24

18

27

19

26

20

36

21

35

22

27

23

31

24

30

25

39

26

27

27

36

28

24

29

26

45

45

52

44

49

48

49

43

47

50

57

56

49

51

44

48

41

Lampiran 8

DATA ANGKET AKHIR SETELAH VALIDITAS


Skor Soal No.

Responden

10

11

12

13

14

15

16

17

68

67

68

68

44

68

66

68

66

10

64

11

67

12

66

13

63

14

68

15

67

16

64

17

66

18

66

19

66

20

67

21

68

22

62

23

68

24

68

25

67

26

67

27

67

28

66

29

49

110

110

107

113

113

111

114

109

109

113

110

113

113

108

112

114

110

1889

Lanpiran 9

LEMBAR OBSERVASI SISWA PERKELOMPOK


PADA TIAP PERTEMUAN

Pertemuan ke-1
Bobot nilai yaitu: 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = kurang.
No.

Kategori Pengamatan

Skor Tiap Kelompok


1

Kesiapan mengikuti pembelajaran.

Tingkat pemahaman penjelasan guru.

Berusaha menyelesaikan soal latihan yang


diberikan guru.

Kerjasama dalam kelompok.

Keaktifak tutor dalam memimpin kelompok.

Keaktifan bertanya

Keaktifan menjawab

Keaktifan berpendapat
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan yang diberikan guru.
Kondusif dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode
peer teaching.
Jumlah

22

23

25

24

29

22

55%

56%

63%

9
10

Skor Persentase
Jumlah Rata-rata

60% 73% 55%

362%/6 = 60%

Pertemuan ke-1I

No.

Kategori Pengamatan

1
2
3

Kesiapan mengikuti pembelajaran.


Tingkat pemahaman penjelasan guru.
Berusaha menyelesaikan soal latihan yang
diberikan guru.
Kerjasama dalam kelompok.
Keaktifak tutor dalam memimpin kelompok.
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Keaktifan berpendapat
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan yang diberikan guru.
Kondusif dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode peer teaching.

4
5
6
7
8
9
10

Jumlah
Skor Persentase
Jumlah Rata-rata

1
3
3

Skor Tiap Kelompok


2
3
4
5
3
3
3
3
2
3
3
3

6
3
3

2
3
3
2
2

3
3
4
3
3

4
4
3
3
2

3
3
3
3
2

3
4
3
3
2

3
4
3
2
2

27
68%

30
75%

31
28
32
29
78% 70% 80% 73%
444%/6 = 74%

Pertemuan ke-III
No.

Kategori Pengamatan

1
2
3

Kesiapan mengikuti pembelajaran.


Tingkat pemahaman penjelasan guru.
Berusaha menyelesaikan soal latihan yang
diberikan guru.
Kerjasama dalam kelompok.
Keaktifak tutor dalam memimpin kelompok.
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Keaktifan berpendapat
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan yang diberikan guru.
Kondusif dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode peer teaching.

4
5
6
7
8
9
10

Jumlah
Skor Persentase
Total Rata-rata

1
3
3

Skor Tiap Kelompok


2
3
4
5
4
4
4
4
3
4
3
3

6
3
4

3
3
3
3
3

4
4
4
3
3

4
4
3
3
3

3
4
3
3
3

3
4
4
3
3

3
4
4
3
3

31
78%

37
93%

34
33
34
35
85% 83% 85% 86%
510%/6 = 85%

Pertemuan ke-1V
No.

Kategori Pengamatan

1
2
3

Kesiapan mengikuti pembelajaran.


Tingkat pemahaman penjelasan guru.
Berusaha menyelesaikan soal latihan yang
diberikan guru.
Kerjasama dalam kelompok.
Keaktifak tutor dalam memimpin kelompok.
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Keaktifan berpendapat
Ketepatan waktu mengumpulkan hasil
jawaban dari soal latihan yang diberikan guru.
Kondusif dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode peer teaching.

4
5
6
7
8
9
10

Jumlah
Skor Persentase
Total Rata-rata

1
4
4

Skor Tiap Kelompok


2
3
4
5
4
3
4
4
4
4
3
4

6
4
4

4
4
3
3
4

4
4
4
3
3

3
4
3
4
3

4
4
4
3
3

4
4
4
4
3

4
4
4
3
3

38
95%

38
95%

36
37
39
38
90% 93% 98% 95%
566%/6 = 94%

Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI GURU PADA TIAP PERTEMUAN

Bobot nilai yaitu: 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup; 1 = kurang.


No.
1

Aspek Penilaian

Skor Tiap Pertemuan


1

Kegiatan Pendahuluan.
a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kesiapan
kelas.
Memberi salam dan menyapa siswa.
Mengabsen siswa.
b.

Apersepsi.

c.

Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa


(motivasi).

d.

Menyampaikan tujuan/indikator yang ingin


dicapai.

Kegiatan Inti.
a.

Penggunaan media/alat pembelajaran yang


sesuai dengan indikator bahan ajar.

b.

Menggunakan metode peer teaching.

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok,


dimana terdapat satu tutor pada tiap kelompok.
Memberi soal latihan yang berbeda pada setiap
kelompok.
Membimbing dan mengawasi pelaksaan tugas
yang telah diberikan.
Memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap
kelompok untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Membahas secara bersama tugas yang telah
diselesaikan.
Mereview materi yang telah dibahas.

c. pemusatan perhatian siswa terhadap proses

i. Antusias terhadap jawaban atau pendapat siswa.

j. Menyimpulkan hasil pembelajaran.

51

61

65

67

pembelajaran
d. Teknik menjelaskan/menyampaikan materi.
e. Pengelolaan kegiatan belajar dengan metode peer
teaching.
f. Bimbingan kepada kelompok.
g. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
berfikir.
h. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan mengungkapkan pendapat.

k. Memberikan latihan soal untuk dikerjakan di


rumah.
3

Kegiatan Penutup.
a.

Memberikan motivasi agar siswa lebih giat


belajar.

b.

Menutup pembelajaran.
Jumlah
Skor Persentase

75% 89% 96% 99%

Total Rata-rata

359%/4 = 89,75%

Lampiran 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Mata Pelajaran

: IPS/Ekonomi Akuntansi

Kelas/Semester

: XI4

Pertemuan ke-

: I (Satu)

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

Standar Kompetensi

: 1. Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa.

Kompetensi Dasar

: 1.4 Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum.

Indikator Pembelajaran :
1.4.1 Menjelaskan jurnal.
1.4.2 Menyebutkan fungsi jurnal.
1.4.3 Mengklasifikasikan jenis-jenis jurnal.
1.4.4 Menganalisis transaksi jurnal umum.

I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan jurnal.
2. Siswa dapat menyebutkan fungsi jurnal.
3. Siswa dapat mengklasifikasikan jenis-jenis jurnal.
4. Siswa dapat menganalisis transaksi jurnal umum.
II. Materi Pembelajaran
A. Materi Pokok
Jurnal umum.
B. Uraian Materi
Terlampir.
III. Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran aktif learning.
2. Metode peer teaching dengan membentuk kelompok.
3. Pendekatan konstruktivisme.
4. Strategi pembelajaran kocok nomor.

5. Ceramah bervariasi.
6. Power point.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan (waktu 5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan

Nilai Karakter
Religius.

menanyakan kabar siswa.


2. Guru mengabsen seluruh siswa.

Disiplin dan jujur.

3. Guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa

Religius.

sebelum memulai pelajaran.


4. Apersepsi: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

Disiplin.

terkait materi yang akan diajarkan dan menjelaskan


tujuan pembelajaran.
5. Memberikan motivasi

Disiplin

6. Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan

Disiplin

diajarkan beserta tujuannya.

B. Kegiatan Inti (waktu 80 menit).


B.1 Eksplorasi (waktu 10 menit)
1. Menjelaskan metode peer teaching.

Nilai Karakter
Rasa ingin tahu dan
disiplin

2. Membagikan angket sebelum intervensi tindakan.

Disiplin.

3. Guru menggunakan metode kocok nomor untuk

Disiplin.

membentuk kelompok.
4. Guru menempatkan satu tutor di tiap kelompok.

B.2 Elaborasi (waktu 65 menit)


1. Menjelaskan materi secara keseluruhan.

Disiplin.

NilaiKarakter
Rasa ingin tahu dan
disiplin.

2. Bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah


dijelaskan guru, dan memberikan kesempatan kepada

Kerja keras, dan rasa


ingin tahu.

siswa yang ingin bertanya.


3. Memberikan soal latihan yang berbeda pada tiap

Mandiri, kerja keras,

kelompok terkait materi jurnal umum.

rasa ingin tahu,


komunikatif, dan
tanggung jawab.

4. Memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap kelompok

Disiplin, dan
tanggung jawab.

untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas.

Disiplin, dan rasa

5. Guru menjelaskan kembali jawaban siswa

ingin tahu.

B.3 Konfirmasi (waktu 5 menit)

NilaiKarakter

1. Guru menyimpulkan materi yang kurang atau bahkan


tidak dipahami oleh siswa.

Disiplin dan rasa


ingin tahu.

C. Penutup( waktu 5 menit ).


Penutup

NilaiKarakter
Tanggung jawab,

1. Guru memberikan tugas sebagai latihan di rumah.

mandiri dan kerja


keras.
2. Mengingatkan dan memotivasi siswa untuk lebih giat

Disiplin.

belajar.
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucap

Religius dan disiplin.

lafadz hamdalah, sekaligus mengucapkan salam.

V. Sumber Belajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS

VI. Penilaian
Indikator

Prosedur

Bentuk dan

Instrumen

Penilaian

Jenis

Penilaian

1. Menjelaskan jurnal.

Latihan

2. Menyebutkan fungsi jurnal.

soal

3. Mengklasifikasikan jenis-jenis

Bentuk:
Tertulis.
Jenis: Soal

Terlampir.

jurnal.

uraian atau

4. Menganalisis transaksi jurnal umum.

subjektif

Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru, dengan

menggunakan kriteria

sebagai berikut :
Nilai

Poin

Range

80 - 100

70 - 79

60 - 69

50 - 59

< 50

Jakarta, 21 November 2013


Mengetahui
Guru Pamong

Peneliti

Nur Asma, SE., MM

Riadlul Jannah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Mata Pelajaran

: IPS/Ekonomi Akuntansi

Kelas/Semester

: XI4

Pertemuan ke-

: II (Dua)

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

Standar Kompetensi

: 1. Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa.

Kompetensi Dasar

: 1.4 Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum.

Indikator Pembelajaran :
1.4.1 Mengidentifikasi cara menyusun jurnal umum.
1.4.2

Memberikan contoh transaksi jurnal umum.

1.4.3

Menganalisis soal jurnal umum.

I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi cara menyusun jurnal umum.
2. Siswa dapat memberikan contoh transaksi jurnal umum.
3. Siswa dapat menganalisis soal jurnal umum.
II. MateriPembelajaran
A. MateriPokok
Jurnal umum.
B. UraianMateri
Terlampir
III. MetodePembelajaran
1. Model pembelajaran aktif learning.
2. Pendekatan konstruktivisme.
3. Metode pembelajaran peer teaching dengan membentuk kelompok.
4. Ceramah bervariasi.
5. Power point.

IV. Langkah-langkah Pembelajaran


A. Pendahuluan (waktu5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan

Nilai Karakter
Religius.

menanyakan kabar siswa.


2. Guru mengabsen seluruh siswa.

Disiplin dan jujur.

3. Guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa

Religius.

sebelum memulai pelajaran.


4. Apersepsi: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

Rasa ingin tahu.

terkait materi yang akan diajarkan dan menjelaskan


tujuan pembelajaran.
5. Memberikan motivasi.

Disiplin

6. Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan

Rasa ingin tahu, dan

diajarkan beserta tujuannya.

disiplin

B. Kegiatan Inti (waktu 80 menit).


B.1 Eksplorasi (waktu 30 menit)

Nilai Karakter

1. Melakukan pengacakan siswa pada tiap kelompok.

Disiplin.

2. Guru menyuruh tiap tutor untuk mengumpulkan PR para

Disiplin.

anggotanya.
3. Guru memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap

Rasa ingin tahu,

kelompok untuk membahas soal di depan kelas.

kerja keras, dan

4. Guru meriview dengan menanyakan materi yang telah


dipelajari pada pertemuan pertama

tanggung jawab.
Kerja keras, dan rasa
ingin tahu.

B.2 Elaborasi (waktu 47 menit)


1. Guru memberikan hand-out untuk bahan diskusi secara

NilaiKarakter
Rasa ingin tahu,

berkelompok dengan menggunakan metode peer

mandiri, tanggung

teaching.

jawab, kerja keras,


dan mandiri.

2. Guru menyuruh para tutor untuk menjelaskan kembali


materi yang didiskusikan di depan kelas.
3. Guru menjelaskan materi secara keseluruhan.

Mandiri, dan
tanggung jawab.
Rasa ingin tahu, dan
disiplin.

4. Bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah


dijelaskan guru, dan memberikan kesempatan kepada

Rasa ingin tahu, dan


tanggung jawab.

siswa yang ingin bertanya.


5. Memberikan soal latihan yang berbeda pada tiap
kelompok.

Kerja keras, rasa


ingin tahu, mandiri,
tanggung jawab, dan
komunikatif.

6. Memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap kelompok


untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas

Tanggung jawab,
kerja keras, dan
mandiri.

7. Guru menjelaskan kembali jawaban siswa

Rasa ingin tahu, dan


disiplin.

B.3 Konfirmasi (waktu 3 menit)


1. Guru menyimpulkan materi yang kurang atau bahkan tidak
dipahami oleh siswa.

NilaiKarakter
Disiplin dan rasa
ingin tahu.

C. Penutup( waktu 5 menit ).


Penutup

NilaiKarakter
Tanggung jawab,

1. Guru memberikan tugas sebagai latihan di rumah.

mandiri, dan kerja


keras.
2. Mengingatkan dan memotivasi siswa untuk lebih giat

Disiplin.

belajar.
4. Mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucap

Religius dan

lafadz hamdalah, sekaligus mengucapkan salam.

disiplin.

V. SumberBelajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS

VI. Penilaian
Instrumen
No

Indikator

Prosedur

Bentuk dan Jenis

Penilaian
1.

Mengidentifikasi cara
menyusun jurnal umum.

Post Test

(terlampir)
Bentuk: Tertulis.
Jenis: Soal uraian atau
subjektif.

2.

Memberikan contoh transaksi


jurnal umum.

3.

Menganalisis soal jurnal


umum.

Penilaian

Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai

Poin

Range

80 - 100

70 - 79

60 - 69

50 - 59

< 50

Jakarta, 23 November 2013


Mengetahui
Guru Pamong

Peneliti

Nur Asma, SE., MM

Riadlul Jannah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Mata Pelajaran

: IPS/Ekonomi Akuntansi

Kelas/Semester

: XI4

Pertemuan ke-

: III (Tiga)

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

Standar Kompetensi

: 1. Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa.

Kompetensi Dasar

: 1.6 Menyusun laporan keuangan prusahaan jasa.

Indikator Pembelajaran :
1.6.1

Mendefinisikan laporan keuangan.

1.6.2

Menyebutkan tujuan dari laporan keuangan.

1.6.3

Menjelaskan macam-macam laporan keuangan.

1.6.4

Mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan.

I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendefinisikan laporan keuangan.
2. Siswa dapat menyebutkan tujuan dari laporan keuangan.
3. Siswa dapat menjelaskan macam-macam laporan keuangan.
4. Siswa dapat mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan.
II. MateriPembelajaran
A. MateriPokok
Laporan keuangan.
B. UraianMateri
Terlampir
III. MetodePembelajaran.
1. Model pembelajaran aktif learning
2. Pendekatan konstruktivisme
3. Ceramah bervariasi.
4. Power point.
5. Metode pembelajaran peer teaching dengan membentuk kelompok.

IV. Langkah-langkahPembelajaran
A. Pendahuluan (waktu5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan

Nilai Karakter
Religius.

menanyakan kabar siswa.


2. Guru mengabsen seluruh siswa.

Disiplin dan jujur.

3. Guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa

Religius.

sebelum memulai pelajaran.


4. Apersepsi: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

Rasa ingin tahu.

terkait materi yang akan diajarkan dan menjelaskan


tujuan pembelajaran.
5. Memberikan motivasi.

Disiplin

6. Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan

Disiplin, dan rasa

diajarkan beserta tujuannya.

ingin tahu.

B. Kegiatan Inti (waktu 80 menit).


B.1 Eksplorasi (waktu 30 menit)

Nilai Karakter

1. Melakukan pengacakan siswa pada tiap kelompok.

Disiplin.

2. Guru menyuruh tiap tutor untuk mengumpulkan PR para

Disiplin.

anggotanya.
3. Guru memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap

Rasa ingin tahu,

kelompok untuk membahas soal di depan kelas.

kerja keras, dan


tanggung jawab.

4. Guru meriview dengan menanyakan materi yang telah


dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Kerja keras, dan rasa


ingin tahu.

B.2 Elaborasi (waktumenit)


1. Guru memberikan hand-out untuk bahan diskusi secara

NilaiKarakter
Rasa ingin tahu,

berkelompok dengan menggunakan metode peer

mandiri, tanggung

teaching.

jawab, kerja keras,


dan mandiri.

2. Guru menyuruh para tutor untuk menjelaskan kembali


materi yang didiskusikan di depan kelas.
3. Guru menjelaskan materi secara keseluruhan.

Mandiri, dan
tanggung jawab.
Rasa ingin tahu, dan
disiplin.

4. Bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah


dijelaskan guru, dan memberikan kesempatan kepada

Rasa ingin tahu, dan


tanggung jawab.

siswa yang ingin bertanya.


5. Memberikan soal latihan yang berbeda pada tiap
kelompok.

Kerja keras, rasa


ingin tahu, mandiri,
tanggung jawab, dan
komunikatif.

6. Memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap kelompok


untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas.

Tanggung jawab,
kerja keras, dan
mandiri.

7. Guru menjelaskan kembali jawaban siswa

Rasa ingin tahu, dan


disiplin.

B.3 Konfirmasi (waktu 3 menit)


1. Guru menyimpulkan materi yang kurang atau bahkan tidak
dipahami oleh siswa.

NilaiKarakter
Disiplin dan rasa
ingin tahu.

C. Penutup( waktu 5 menit ).


Penutup

NilaiKarakter
Tanggung jawab,

1. Guru memberikan tugas sebagai latihan di rumah.

mandiri, dan kerja


keras.
Disiplin.

2. Mengingatkan dan memotivasi siswa untuk lebih giat


belajar.
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucap

Religius dan

lafadz hamdalah, sekaligus mengucapkan salam.

disiplin.

V. SumberBelajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS

VI. Penilaian
Instrumen
No

Indikator

Prosedur

BentukdanJenis

Penilaian
1.

Mendefinisikan laporan
keuangan.

Post Test

(terlampir)
Bentuk: (Tertulis)
Jenis:(SoalUraianatausub
jektif

2.

Menyebutkan tujuan dari


laporan keuangan.

3.

Menjelaskan macam-macam
laporan keuangan.

4.

Mengklasifikasikan unsur-unsur
laporan keuangan

Penilaian

Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai

Poin

Range

80 - 100

70 - 79

60 - 69

50 - 59

< 50

Jakarta, 28 November 2013


Mengetahui
Guru Pamong

Peneliti

Nur Asma, SE., MM

Riadlul Jannah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Mata Pelajaran

: IPS/Ekonomi Akuntansi

Kelas/Semester

: XI4

Pertemuan ke-

: IV (Empat)

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

Standar Kompetensi

: 1. Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa.

Kompetensi Dasar

: 1.6 Menyusun laporan keuangan prusahaan jasa.

Indikator Pembelajaran :
1.6.1

Mengidentifikasi cara menyusun laporan keuangan.

1.6.2

Menganalisis soal laporan keuangan.

1.6.3

Membuat laporan keuangan.

I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi cara menyusun laporan keuangan.
2. Siswa dapat menganalisis soal laporan keuangan.
3. Siswa dapat membuat laporan keuangan.
II. MateriPembelajaran
A. MateriPokok
Laporan keuangan.
B. UraianMateri
Terlampir
III. MetodePembelajaran.
1. Model pembelajaran aktif learning.
2. Pendekatan konstruktivisme.
3. Ceramah bervariasi.
4. Power point.
5. Metode pembelajaran peer teaching dengan membentuk kelompok.

IV. Langkah-langkahPembelajaran
A. Pendahuluan (waktu5 menit)
Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada seluruh siswa dan

Nilai Karakter
Religius.

menanyakan kabar siswa.


2. Guru mengabsen seluruh siswa.

Disiplin dan jujur.

3. Guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa

Religius.

sebelum memulai pelajaran.


4. Apersepsi: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

Rasa ingin tahu.

terkait materi yang akan diajarkan dan menjelaskan


tujuan pembelajaran.
5. Memberikan motivasi.

Disiplin

6. Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan

Disiplin, dan rasa

diajarkan beserta tujuannya.

ingin tahu.

B. Kegiatan Inti (waktu 80 menit).


B.1 Eksplorasi (waktu 30 menit)

Nilai Karakter

1. Melakukan pengacakan siswa pada tiap kelompok.

Disiplin.

2. Guru menyuruh tiap tutor untuk mengumpulkan PR para

Disiplin.

anggotanya.
3. Guru memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap

Rasa ingin tahu,

kelompok untuk membahas soal di depan kelas.

kerja keras, dan


tanggung jawab.

4. Guru meriview dengan menanyakan materi yang telah


dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Kerja keras, dan rasa


ingin tahu.

B.2 Elaborasi (waktu 47 menit)


1. Guru memberikan hand-out untuk bahan diskusi secara

NilaiKarakter
Rasa ingin tahu,

berkelompok dengan menggunakan metode peer

mandiri, tanggung

teaching.

jawab, kerja keras,


dan mandiri.

2. Guru menyuruh para tutor untuk menjelaskan kembali


materi yang didiskusikan di depan kelas.
3. Guru menjelaskan materi secara keseluruhan.

Mandiri, dan
tanggung jawab.
Rasa ingin tahu, dan
disiplin.

4. Bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah


dijelaskan guru, dan memberikan kesempatan kepada

Rasa ingin tahu, dan


tanggung jawab.

siswa yang ingin bertanya.


5. Memberikan soal latihan yang berbeda pada tiap
kelompok.

Kerja keras, rasa


ingin tahu, mandiri,
tanggung jawab, dan
komunikatif.

6. Memanggil dua sampai tiga siswa dari tiap kelompok


untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas.

Tanggung jawab,
kerja keras, dan
mandiri.

7. Guru menjelaskan kembali jawaban siswa.

Rasa ingin tahu, dan


disiplin.

B.3 Konfirmasi (waktu 3 menit)


1. Guru menyimpulkan materi yang kurang atau bahkan tidak
dipahami oleh siswa.

NilaiKarakter
Disiplin dan rasa
ingin tahu.

C. Penutup( waktu 5 menit ).


Penutup

NilaiKarakter

Tanggung jawab,

1. Guru memberikan tugas sebagai latihan di rumah.

mandiri, dan kerja


keras.
Disiplin.

2. Mengingatkan dan memotivasi siswa untuk lebih giat


belajar.
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucap

Religius dan

lafadz hamdalah, sekaligus mengucapkan salam.

disiplin.

V. Sumber Belajar
Kardiman, dkk. 2007. Prinsip-prinsip akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudistira
LKS

VI. Penilaian
Instrumen
No

Indikator

Prosedur

BentukdanJenis

Penilaian
1.

Mengidentifikasi cara
menyusun laporan keuangan.

Post Test

(terlampir)
Bentuk: (Tertulis)
Jenis:(SoalUraianatausub
jektif

2.

Menganalisis soal laporan


keuangan.

3.

Membuat laporan keuangan

Penilaian

Pada akhirnya penilaian akan dilakukan oleh guru menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai

Poin

Range

80 - 100

70 - 79

60 - 69

50 - 59

< 50

Jakarta, 30 November 2013


Mengetahui
Guru Pamong

Peneliti

Nur Asma, SE., MM

Riadlul Jannah

Anda mungkin juga menyukai