Sejarah Karapan Sapi
Sejarah Karapan Sapi
tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan
berkembang).
Anatomi Kerapan
Pengertian kata kerapan adalah adu sapi memakai kaleles. Kaleles adalah
sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah Madura disebut
tukang tongko. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong
pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.
Orang Madura memberi perbedaan antara kerapan sapi dan sapi kerap.
Kerapan sapi adalah sapi yang sedang adu pacu, dalam kaedaan bergerak,
berlari dan dinamis. Sedang sapi kerap adalah sapi untuk kerapan baik satu
maupun lebih. Ini untuk membedakan dengan sapi biasa. Ada beberapa kerapan
yaitu kerrap kei (kerapan kecil), kerrap raja (kerapan besar), kerrap
onjangan (kerapan undangan), kerrap jar-ajaran (kerapan latihan).
Kaleles sebagai sarana untuk kerapan yang dinaiki tokang tongko dari waktu ke
waktu mengalami berbagai perkembangan dan perubahan. Kaleles yang dipakai
dipilih yang ringan (agar sapi bisa berlari semaksimal mungkin), tetapi kuat
untuk dinaiki tokang tongko (joki).
Sapi kerap adalah sapi pilihan dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya berdada air
artinya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku rapat, tegar tegak serta
kokoh, berekor panjang dan gemuk. Pemeliharaan sapi kerap juga sangat
berbeda dengan sapi biasa. Sapi kerap sangat diperhatikan masalah makannya,
kesehatannya dan pada saat-saat tertentu diberi jamu. Sering terjadi biaya ini
tidak sebanding dengan hadiah yang diperoleh bila menang, tetapi bagi
pemiliknya merupakan kebanggaan tersendiri dan harga sapi kerap bisa sangat
tinggi.
Sapi kerap ada tiga macam yaitu sapi yang cepat panas (hanya dengan diolesi
bedak panas dan obat-obatan cepat terangsang), sapi yang dingin (apabila
akan dikerap harus dicemeti berkali-kali), dan sapi kowat kaso (kuat lelah,
memerlukan pemanasan terlebih dahulu).
Pada waktu akan dilombakan pemilik sapi kerap harus mempersiapkan tukang
tongko (joki), tukang tambeng (bertugas menahan, membuka dan
Maklum, sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari,
terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan. Berdasarkan tradisi
masyarakat pemilik sapi karapan, maka hewan tersebut menjelang diterjunkan
ke arena dilukai di bagian pantatnya yakni diparut dengan paku hingga kulitnya
berdarah agar dapat berlari cepat. Bahkan luka itu diberikan sambal ataupun
balsem yang dioles-oleskan di bagian tubuh tertentu antara lain di sekitar mata.
Sehari sebelum lomba dilaksanakan, pasangan sapi dan pemilik serta sejumlah
kerabatnya menginap di tenda yang dipasang di lapangan. Tidak lupa
rombongan itu dimeriahkan oleh kelompok musik tradisional Sronen yang
mengarak pasangan sapi menjelang dipertandingkan. Bahkan jasa dukun pun
diperlukan dalam kegiatan karapan sapi. Para penggila Kerapan Sapi
melakukan itu semua demi sebuah gengsi atau prestise yang memang
merupakan watak khas orang Madura