Anda di halaman 1dari 3

A.

Human Biology
1. Maturation and aging : dulunya PJK diderita oleh orang tua terutama yang berusia
60 tahun ke atas. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga di derita oleh pasien
di bawah usia 40 tahun (usia reproduktif). Hal ini dapat terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup masa kini (Yayasan Jantung Indonesia,
http://www.inaheart.or.id).
2. Genetic : untuk factor genetik, PJK jauh lebih sering dijumpai dari bentuk penyakit
jantung lain. Penyakit jantung dapat menyebabkan kelainan pada saat lahir yang
dalam hal ini disebut sebagai penyakit jantung bawaan atau dapat timbul kemudian
pada saat seeorang tersebut dewasa (Dr. Michael Petch, Buku Pintar Kesehatan
Penyakit Jantung).
3. Internal system : proses internal yang terjadi pada PJK yaitu adanya penyempitan
dan sumbatan pembuluh nadi koroner (arteri koronaria). Hal ini menghentikan aliran
darah ke otot jantung dan menyebabkan rasa nyeri, hilangnya kemampuan
memompa darah, kerusakan system listrik yang mengontrol irama jantung dan
kematian (Dr. Michael Petch, Buku Pintar Kesehatan Penyakit Jantung).
B. Environment
1. Social : PJK terjadi terutama terjadi pada masyarakat modern. Ketika era
gloalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang
dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin pola
hidup modern. Sejumlah perilaku yang dapat meningkatkan resiko penyakit menjadi
gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Contoh pada teknologi-teknologi yang
tidak mengharuskan seseorang untuk bergerak banyak, menyebabkan orang-orang
semakin malas berolahraga dan tentunya hal tersebut akan menjadi salah satu
faktor timbulnya berbagai macam penyakit khususnya penyakit jantung koroner
(Yayasan Jantung Indonesia, http://www.inaheart.or.id).
2. Psychological : hal ini berhubungan dengan stress yang dialami seseorang.
Namun stress masih merupakan faktor resiko PJK yang paling diperdebatkan. Ada
satu pendapat yang luas, bahwa orang-orang dengan tipe tertentu cenderung
mendapat PJK. Tipe yang dimaksud adalah tipe A dan B yang ditandai oleh Friedman
dan Rossenberg pada tahun 1959. Kepribadian tipe A dikatakan mempunyai resiko
yang lebih tinggi karena bersifat ambisius, selalu terburu-buru dan mempunyai
sikap bermusuhan. Sebaliknya, tipe B biasanya bersifat santai, mudah memaafkan,
tidak ambisius dan dianggap tidak cenderung menderita PJK. Kenyataan adanya
hubungan dengan kepribadian ini didasarkan pada penelitian di California dan telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti tersebut (Dr. Michael Petch, Buku Pintar Kesehatan
Penyakit Jantung).
3. Physical : sampai saat ini belum didapatkan hubungan antara lingkungan fisik
terhadap timbulnya penyakit jantung koroner.

C. Life Style (Self Created Risks)


1. Environment Participation and occupational risk : partisipasi dan resiko pekerjaan
bukanlah faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Namun,
jika seseorang melakukan pekerjaan yang menumpuk dengan tergesa-gesa yang
menyebabkan rasa tertekan (stress), maka kemungkinan seseorang terkena
penyakit jantung koroner juga akan timbul. Hal ini terjadi apabila stress akibat kerja
itu berlangsung dalam waktu yang lama dan berulang-ulang.
2. Concumption Pattern : kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)
yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, merokok dan meminum minuman
beralkohol dapat meningkatkan penyakit jantung koroner. Dalam hal ini makanan
yang mengandung lemak tinggi, akan menyebabkan timbulnya penyumbatan arteri
koronaria sebagai tanda dari PJK itu sendiri. Sedangkan untuk rokok dan alkohol,
kedua bahan ini dapat meningkatkan radikal bebas. Dimana radikal bebas akan
menghabiskan cadangan antioksidan tubuh, dan selanjutnya menghancurkan asam
lemak esensial yang merupakan blok pembangun eikosanoid. Terdapat pula
penelitian yang menyatakan bahwa merokok akan disertai dengan peningkatan
resistensi insulin. Itu berarti peningkatan hiperinsulinemia, faktor resiko utama
untuk meramalkan kemungkinan serangan jantung (Barry Sears, PH. D. dengan Bill
Lawren, Masuki Zona).
3. Leisure (aktifitas fisik) : hubungan antara latihan fisik dan penyakit jantung
koroner merupakan suatu masalah lain yang juga belum jelas. Beberapa penelitian
yang dilakukan secara hati-hati menunjukkan bahwa orang yang melakukan latihan
fisik secara teratur lebih jarang mendapat penyakit jantung.
D. System of Healt Care Organization
1. Preventive : tindakan pencegahan untuk PJK terbagi menjadi dua yaitu
pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer merupakan
pencegahan yang dilakukan sebelum timbul penyakit jantung tersebut. Misalnya
menghindari rokok dan minuman beralkohol, memperbaiki pola makan yang sehat,
berolahraga teratur, dll. Sedangkan untuk pencegahan sekunder, dilakukan setelah
suatu serangan penyakit jantung timbul. Ini dilakukan untuk mencegah serangan
jantung berikutnya. Contohnya dengan pemberian obat-obatan seperti nitrat,
penghambat adrenoseptor beta, dll.
2. Curative : pengobatan dapat dilakukan dengan cara penghancuran bekuan darah
dengan pengobatan trombolitik. Pengobatan ini dilakukan dengan cara
menghancurkan (lisis) bekuan (thrombus) yang meyumbat pembuluh arteri
koronaria. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan pembedahan dengan operasi
pintas, pencangkokan pembuluh darah payudara bagian dalam, dan teknik
angioplasti.

3. Restrorative : proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara perawatan


kesehatan yang rutin dan rehabilitasi penderita yang telah mengalami serangan
jantung. Program ini memberikan dukungan psikologik pada penderita serangan
jantung agar mereka tetap mempunyai harapan dalam hidupnya yang berangsurangsur akan menekan stress yang mereka rasakan.

Anda mungkin juga menyukai