Anda di halaman 1dari 30

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu bangsa dapat dikatakan maju adalah dilihat dari harapan hidup
penduduknya.

Demikian

juga

dengan

Indonesia

sebagai

suatu

negara

berkembang yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan


Martono,1999).

Meningkatnya

status

kesehatan

masyarakat,

selain

digambarkan dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga


dapat digambarkan dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito,
2000). Sebagai akibat penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka
kematian menyebabkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia
(lansia). Makin panjangnya umur harapan hidup disamping sebagai suatu
kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan tantangan yang sangat berat,
mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul sebagai dampak penuaan.
Penyakit penyakit pada lansia pada umumnya memiliki karakterisrik berupa
penyakit multiple, degeneratif yang kronis. Sering kali keluhan sakit pada
lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis, sehingga hanya berupa
suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan, 1986).
Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk
Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan
menunjukkan peningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni sebesar
55,8 % (Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap
lansia

sebagai

manusia

yang

tidak

menyebabkan mereka memperlakukan

mampu,

lemah

dan

sakit-sakitan

lansia sebagai manusia yang tidak

berdaya sehingga segala aktifitas sangat dibatasi (Menuh,2000).


Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir
yang dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan
mengalami kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis
maupun kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti
menurut pandangan dan mitos-mitos, karena mereka masih memiliki potensi dan

dapat menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior cotizen.Pada saat ini
pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah pada pola hidup individu
mengakibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita. Banyak lansia yang
ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidakmampuan merawat dan tidak sedikit
dari mereka kini hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang masih
beruntung bisa dirawat di Panti-Panti Wreda. Keadaan ini memerlukan
antisipasi dari semua pihak termasuk diantaranya profesi keperawatan.
Keadaan lansia yang serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi
sama seperti manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan
peningkatan kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus
sehingga dapat mengurangi angka morbiditas lansia serta menjadikan mereka
hidup lebih sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu praktek
keperawatan lansia di Panti Wreda merupakan suatu langkah nyata untuk
merealisasikan upaya perawatan khususnya keperawatan bagi lansia, dengan
fokus peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, optimalisasi fungsi fisik
dan mental serta pemerliharaan kesehatan untuk mendapatkan ketenangan
hidup dan berproduktif.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan proses pembelajaran lapangan/klinik diharapkan
dapat mempelajari asuhan keperawatan pada lansia dan meningkatkan
profesionalisme Profesi keperawatan di Panti Werda Sosial Bahagia
Magetan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajiian perawatan pada lansia
b. Melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada lansia
c. Melakukan tindakan keperawatan pada lansia
d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia di Panti Sosial Werda Bahagia
Magetan.

C. Lingkup/Batasan Masalah
Pada laporan kasus ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Lansia Tn.
S dengan Gangguan Pola Aktivitas Akibat Rematik di Panti Sosial Tresna
Werdha Bahagia Magetan.

D. Sistematika Penulisan
Asuhan Keperawatan ini disusun dengan mengunakan metode diskriptif
dalam bentuk studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada lansia di
Panti Wreda Bahagia Magetan. Adapun langkah penulisan studi kasus ini
sebagai berikut :
a. Studi pustaka dengan mempelajari literatur ilmiah
b. Studi kasus dengan melakukan asuhan langsung pada lansia mulai
pengkajian hingga evaluasi.
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

B.

Tujuan

C.

Lingkup/Batasan Masalah

D.

Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN TEORI


A.

Teori Lansia

B. Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Pola Aktivitas


Akibat Rematik
BAB 3 TINJAUAN KASUS
A.

Pengkajian

B.

Rencana Keperawatan

C.

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

D.

Evaluasi

BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan

B.

Saran

BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun
1998 adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat
penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:
(1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki
lansia
(2) Kelompok lansia (65 tahun keatas)
(3) Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

B. Proses Terjadinya Penuaan


Proses terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara
lain:
1. Biologi
a. Teori "Genetic Clock";
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat

adanya

program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka
waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari
teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel
dalam

kultur

dengan

umur

spesies

Mutasisomatik

(teorierrorcatastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan


dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua
adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik.
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif

pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan


kemampuan fungsional sel tersebut.

b. Teori Error

Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik
adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).
Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai
macam kesalahan
tersebut

akan

sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan


berakibat

kesalahan

metabolisme

yang

dapat

mengakibatkan kerukan sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori Autoimun

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi


yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan
perubahan

sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

tersebut

sebagai

sel

asing

dan

menghancurkannya

Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan


makin

bertambahnya

prevalensi

auto

antibodi

pada

lansia

(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak


lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun,
sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur
(Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)

d. Teori Free Radical

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas


dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2),
Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas
sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang

dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua
umur

makin

banyak

terbentuk

radikal

bebas,

sehingga

poses

pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya


sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyababan sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan
secara langsung.
b. Teori

kontinuitas,

adanya

suatu

kepribadian

berlanjut

yang

menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.


c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan
mempercepat proses penuaan.

3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai
aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai
kebtuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas
dalam perkembangan kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga
lingkungan ada tingkat maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.

B. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

1. Perubahan Fisik

a. Sistem pernafasan pada lansia.


1)

Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2)

Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial


terjadi penumpukan sekret.

3)

Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara


pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang
tenang kira kira 500 ml.

4)

Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal


50m), menyebabkan terganggunya prose difusi.

5)

Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi


dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

6)

CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7)

kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

c.

Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a)

Kornea lebih berbentuk skeris.

b)

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar.
c)

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi


terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.


g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.


c)

Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena


meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.


a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya

kemampuan

penghidu

sehingga

mengakibatkan

selera makan berkurang.


4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b)

Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.


1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan

tekanan

darah

menurun

menjadi

65

mmHg

( mengakibatkan pusing mendadak ).


4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal 170/95 mmHg ).

d. Sistem genito urinaria.

10
1)

Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2)

Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3)

Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4)

Atropi vulva.

5)

Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan


menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.

6)

Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas


untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

e. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.


1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh
darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang
serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

f.Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.


1)

Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.

2)

Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3)
4)

Esofagus melebar.
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.

11
5)
6)
7)

Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.


Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
Liver ( hati ),

Makin

mengecil

&

menurunnya

tempat

penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

g. Sistem muskuloskeletal.
1)

Tulang kehilangan densikusnya rapuh.

2)

resiko terjadi fraktur.

3)

kyphosis.

4)

persendian besar & menjadi kaku.

5)

pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.


7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan
berkurang ).
a. Gerakan volunter gerakan berlawanan.
b. Gerakan reflektonik Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap
rangsangan pada lobus.
c. Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap
suatu perangsangan terhadap lobus
d. Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin
efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

h. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.


1)

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2)

Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adiposa

3)

Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4)

Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5)

Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.

6)

Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7)

Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.

8)

Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

9)

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

12
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.

I. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.


1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual,
disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual
akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan
proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui
pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan
dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling
diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang
lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk
anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih
banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil
alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Perubahan-perubahan mental
2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Ttingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan

13

2.2. Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam
sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2)
Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanantekanan dari faktro waktu.
2.3. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.
1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada
fungsi mereka.

2.Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.


3.Gangguan halusinasi.
4.Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5.Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
2.4. Konsep Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau
diri (Carpenito, 1999). Harga diri merupakan satu dari empat komponen
konsep diri. Gangguan konsep diri merupakan kategori diagnostik umum.
2.4.1 Batasan karakteristik ganguan harga diri (Carpenitto) :
- Pengungkapan diri negatif
- Ekpresi malu atau rasa bersalah
- Ekpresi diri sebagai seorang yang tidak dapat mengatasi suatu situasi.
- Merasionalisasi penolakan
- Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan
- Pemecahan masalah yang buruk
- Menunjukkan gejala depresi (ggn tidur, ggn makan).
- Mencari jaminan secara berlebihan

14

- Perilaku penyalahgunaan diri


- Menolak mencoba situasi baru
- Mengingkari masalah-masalah nyata
- Proyeksi rasa bersalah/ tanggungjawab terhadap masalah
- Merasionalisasikan kegagalan pribadi
- Hipersensivitas terhadap kritik ringan
- Penuh kata-kata yang muluk.
2.4.2. Faktor-faktor yang berhubungan
Gangguan harga diri dapat

merupakan kejadian episodik atau masalah

kronis. Kegagalan untuk memecahkan suatu masalah atau stress berurutan


dapat menimbulkan harga diri rendah kronis. Faktor-faktor tersebut
dapat terjadi sepanjang waktu.

2.4.3 Patofisiologi
Perubahan penampilan :
- Kehilangan bagian tubuh
- Kehilangan fungsi tubuh
- Bentuk badan berubah

Maturasi :
- Berhubungan dengan kehilangan (orang,
fungsi, finansial, pekerjaan)

Harga diri rendah

Situasional:
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Kurangnya umpan balik positif
- Perasaan diabaikan
- Perasaan kegagalan skunder ; tidak bekerja, masalah
finansial, kehilangan kerja, masalah hubungan dengan
keluarga, riwayat penyalah gunaan hubungan.
- Harapan yang tak terelealisasi
- Penolakan oleh keluarga
- Persaasaan tidak berdaya akibat institusionalisasi
- Riwayat berbagai kegagalan

Ggn konsep diri (Harga diri)

Stress

HPA AXIS

ACTH

Korteks adrenal (cortisol)


(Perubahan sistem imun)

Medulla adrenal
(Peningkatan katekolamin )

Resiko terjadi infeksi

Nadi meningkat, Tek. Darah meningkat, Respirasi


meningkat

Resiko terjadi trauma


Gambar 1. Hubungan harga diri dengan timbulnya berbagai masalah keperawatan.

Dari konsep diatas dapat dirumuskan beberapa diagnose keperawatan


pada klien yang mengalami gangguan harga diri yaitu:

15

1). Gangguan harga diri b.d kegagalan


masalah

finansial,

masalah

hidup skunder tidak bekerja,

dengan

hubungan

keluarga

serta

instiusionalisasi.
2). Resiko infeksi b.d penurunan daya tahan
3). Resiko cedera b.d gangguan fungsi vaskuler
2.5 Konsep Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan harga diri
2.5.1. Pengkajian
- Kaji hal yang berhubungan dengan karakteristik atau identitas klien
secara umum termasuk genogram serta riwayat hidup klien terutama
yang behubungan dengan kondisi klien saat ini.
- Kaji tentang keadaan umum
- Kaji tentang keadaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik
- Kaji tentang kemampuan ADL klien dan lakukan penilaian dengan indeks
ADL Katz.
- Kaji tentang data mental, dengan sekala depresi beck, Short Portable
Mental Status Questionnaire (SPMSQ), dan Mini Mental State Exam
(MMSE) serta tingkat keasadarn klien.
2.5.2 Rencana Keperawatan
1). Gangguan harga diri b.d kegagalan
masalah

finansial,

masalah

dengan

hidup skunder tidak bekerja,


hubungan

keluarga

instiusionalisasi.
Tujuan :
Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri
- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.
Intervensi :

serta

16

INTERVENSI
1.

RASIONALISASI

Tetapkan hubungan saling percaya perawat


klien dengan cara:
Dorong individu meng-ungkapkan
perasaan.
Dorong individu bertanya tentang
masalah dan penanganan serta akibat
jika masalah stress tidak diatasi
Berikan informasi yang terpercaya dan
perkuat informasi yang telah diberikan
Perjelas mengenai konsep harga diri,
perawatan dan pemberi pelayanan
perawatan.
Hindari kritik negatif

Berikan privasi atau lingkungan aman.

2
3
4

Dorong gerakan/latihan
Gali kekuatan dan sumber - sumber pada
individu
Diskusikan tentang realitas harapan dan
alternatif.
Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain
Beri dorongan terhadap aktivitas posistif
dan kontak dengan teman yang telah
dilakukan.

Bantu kien mengepresikan pikiran dan


perasaannya.
Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan
dan kejujuran serta berikan bimbingan
prilaku sesuai norma.

2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan


sehingga semakin banyak proses katarsis
yang dapat dilakukan dengan klien.
3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan
konsep diri klien.
4). Agar klien dapat menjalani hidup secara
rasional sesuai dengan kondisinya saat ini.
5) Untuk membantu memecahkan masalah
dengan mencari berbagai dukungan
koping.
6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien
sehingga mampu meningkatkan harga diri
klien menciptakan situasi hubungan yang
saling membantu.
7). Untuk mengurangi beban psikologis
sehingga dapat merduksi stress.
8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan
secara langsung dapat mengurangi
kesempatan klien menyendiri yang dapat
memunculkan timbulnya stress.

Tingkatkan interaksi sosial


Hindari perlindungan ber-lebihan

Dengan adanya saling percaya klien akan


mau mengungkapkan perasaan yang
terpendam yang beresiko menimbulkan
stress sehingga dengan proses katarsis
beban hidup klien akan berkurang
sehingga harga diri klien akan menjadi
semakin baik.

INTERVENSI
1

RASIONAL

Lakukan HE tentang pengaruh stress


terhadap ttimbulnya penyakit infeksi.
HE agar klien aktif melakukan latihan fisik

HE agar klien makan makanan dengan


jumlah dan kualitas yang cukup.

He dan beri contoh agar klien menjaga


kebersihan lingkungannya setiap hari.

He agar klien teratur menjaga kebersihan


dirinya.

Stress dapat meningkatkan kadar kortisol


yang bersifat imunosupresan.
Aktivitas dapat meningkatkan status
imunologi.
Makanan
sebagai
sumber
energi,
pembangun serta vitamin yang bermanfaat
bagi daya tahan klien.
Lingkungan yang sehat akan mencegah
terjadinya
perkembangan
penyakit
terutama penyakit akbat lingkungan.
Tubuh yang bersih akan mencegah
timbulnya penyakit seperti diare, dan
penyakit kulit.

BAB 3

17

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Nama
Jenis kelamin
Golongan darah
Tempat & tanggal lahir
Pendidikan terakhir
Agama
Status perkawinan
Tinggi badan/berat badan
Penampilan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Alamat

Orang yang mudah dihubungi


Hubungannya dengan klien
Alamat & telepon
Tanggal pengkajian

S
Laki-laki
Yogyakarta,13 Maret 1922
STM Bangunan Gedung
Katholik
Duda
156 cm /BB 52 kg
Rapi dan ceria dengan ciri tubuh pendek, kulit agak
gelap, rambut putih
Perum Kopri Tulus harapan kepiting Blok U 4/3
Rt.3/Rw.II,Semarang atau Jl.Bubul 8 Jalur 3
No.225/329.Kecamatan Bubul,Mareuke,Papua
:
:
:
:

Wiwit dan Yus


Keponakan
Perum Bumi Mas Blok 9,No.11 Madiun
04 Maret 2002

B. Riwayat Keluarga
Genogram
:

Keterangan

= Laki-laki
= Perempuan
= Lansia yang dirawat

C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Alamat pekerjaan : Berapa jarak dari rumah
Alat transportasi
Pekerjaan sebelumnya
Berapa jarak dari rumah

::: Kepala Desa di Bubul 8 Jalur 3 Mareuke,Papua


: Hingga luar pulau jawa spt: Papua dan Kalimantan
(Pangkalan Bun) ikut Transmigrasi

18

Alat tranpoertasi

: Kapal Laut dan Mobil

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :


Semasih kuat bekerja klien mempunyai penghasilan yang cukup banyak. Gaya
hidupnya sangat konsumstif. Lansia mempunyai sejumlah rumah dan tabungan. Akan
tetapi setelah kerusuhan diMareuke klien pulang keJawa tanpa sempat membawa
hartanya juga uang dan surat-surat yang sempat dibawa dicopet orang begitu sampai
diJawa. Klien tertangkap saat Razia karena tdk membawa identitas dianggap sebagai
lansia terlantar, keluaga diMadiun tdk mau menampung.
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Type tempat tinggal
: permanen milik keponakan
Jumlah kamar
: 3 buah kamar tidur 1 kamar mandi, 1 dapur
Kondisi tempat tinggal
: sempit dan sumpek
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : laki 3..orang, perempuan 2 org
Derajat privasi
: Kurang diperhatikan dan dihargai oleh keponakan
Tetangga terdekat
:Alamat dan telepon
:E. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat
: Menyanyi, menari dan kegiatan dipanti spt:senam klientdk
menyukai kegiatan ketrampilan
Keanggotaan dalam organisasi : Sebagai ketua kelompok diwisma Arimbi
Liburan/perjalanan
: Jalan-jalan disekitar panti/antar Wisma.
F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Puskesmas Magetan
Jarak dari rumah
: 3 Km
Rumah Sakit
: RSUD. Magetan 10 km
Klinik
: Dr Umum jaraknya 1 km
Pelayanan kesehatan di rumah/Panti
: Perawat Panti
Makanan yang dihantarkan
:Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Lain-lain
:G. Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Lansia beragama Katholik,kegereja bila diberikan Ijin
Yang lainnya
: Klien suka menyanyi dan menari
H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
jari kaki dan tangan serta bahu.

: Nyeri pada persendian,jari-

Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Lansia sudah terdeteksi
menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1998 tai tidak diakui oleh klien.
Keluhan utama
:

Provokative/Paliative

Quality/Quantity
selama 20
Region

Severity scale

Timing

: Merasa nyeri saat bangun tidur/pagi hari


: Bisa bangun setelah diam tdk bergerak
30 menit.
: Persendian.jari kaki dan tangan serta bahu ki/ka
: Sangat susah jika menggerakan tubuh
: dirasakan saat bangun tidur/pagi hari atau
duduk/berdiri pada suatu posisi yg lama

Obat-obatan yang digunakan klien saat ini

19

NO
1
2

NAMA OBAT
B1
Axalan Tab

DOSIS
1X1
3X1

KET
Untuk obat sakit pegal
badannya.

Status imunisasi :
tak ingat
Alergi
:

Obat-obatan :
Makanan
: daging dan ikan bandeng (badan gatal-gatall)

Faktor lingkungan: Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak merasakan adanya suatu penyakit. Tetapi
klien mengeluh persendian,jari tangan dan kaki sering kesemutan/sakit
I. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : A ; Lansia mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Nafas 18 X/mnt, Suara paru normal, Wh -/-, Rh +/+, batuk +, sesak Cairan dan eklektrolit
: Minum utama air putih 5 gelas (@200 cc)/hari ditambah
teh. Lansia minum kopi.
Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan lauk sesuai yang disediakan Panti. Semua makanan
yang disediakan bisa dihabiskan. Nafsu makan baik.
Eliminasi : bab 1 kali sehari pagi, jumlah dan konsistensi normal.
Aktivitas
: Klien aktif beraktivitas seperti mengikuti kegiatan sosialisasi dan kegiatan
lain yang dilaksanakan oleh panti. Klien merasa senang jika ada kegiatan
hiburan.berkumpul dengan rekan sesama penghuni panti..
Istirahat dan tidur : klien tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk. 01.00
dan bangun pk. 3.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan masa lalu dan rasa
bersalah akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap keluarga.
Personal hygiene : Kepala bersih, hidung, telinga dan mulut bersih. Klien mandi 2 x
sehari dengan sabun, klien menggosok gigi 2 x sehari dengan menggunakan pasta
gigi. Kuku kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang. Kulit bersih
Seksual
: Lansia mengatakan masih mempunyai keinginan sek terhadap lawan jenis.
Lansi masih bisa terangsang dan ereksi bila melihat tubuh wanita yang seksi. Tetapi
klien menyadari sekarang klien sudah ada di panti dan harus mengikuti aturan yang
ada.
Rekreasi
: Klien dapat berekreasi dengan sesama lansia melalui kegiatan rekreasi
yang dilakukan oleh Panti setap hari Rabu. Dengan kegiatan ini klien dapat
menyalurkan hobi menyanyi dan menarinya.
Psikologis
:
Persepsi klien
: Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di Panti
karena terlantar dan tdk mampu bekerja lagi dan tidak memiliki dana yang cukup
untuk menghidupi dirinya. lansia mengatakan telah gagal dalam hidupnya. Tetapi
lansia menyadari bahwa semua ini merupakan nasib dan garis hidup yang harus
dijalani (diucapkan sambil menangis).
Konsep diri : Lansia beranggapan memiliki karisma u/ menundukan hati orang
Emosi
: Lansia menangis setiap menceritakan keadaan dirinya dan riwayat
kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa.
Adaptasi
: Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan tdk betah
tinggal di Panti ia ingin kembali kePapua tapi ia perlu uang.Klien menulis surat
kepada keluarga/kenalan/Mahasiswa bahwa ia sangat memerlukan uang u/kembali
kePapua,saat pengakajian klien menitipkan surat u/pembimbing PSIK (tdk
disampaikan khawatir klien mendapat teguran dari pihak panti).
Mekanisme pertahanan diri: Rasionalisasi

20

J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum
: Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat beraktivitas secara penuh
Tingkat kesadaran: Kompos mentis
GCS
: E4 V5 M6
Total : 15
o
Tanda vital : S: 36,8 C, Nadi : 72 X/mnt, Tensi : 165/90 mmHg, RR : 18 X/mnt
1. Kepala : Rambut uban semua, benjolan tidak ada, kulit kepala bersih
2. Mata-Telinga-Hidung : Katarak (-), visus 6/6, klien mengalami kesulitan jika
menutup mata kanan kadang gatal dan perih. Pendengaran baik, serumen (-), hidung
tidak ditemukan kelainan.
3. Leher

: Tidak ditemukan benjolan ataupun bendungan vena jugularis.

4. Dada dan punggung


: Bentuk normal, simetris, gerakan simetris, Suara paru
vesikuler. Suara jantung S1 S2 normal, icts kordis pada ICCC 4-5 kiri. Tulang
belakang tidak ditemukan kelainan.
5. Abdomen dan pinggang : Pada pemeriksaan abdomen dan pinggang tidak ditemuka
kelainan.
6. Ektremitas atas dan bawah
: Ektremitas kanan & kiri dalam keadaan
normal,LLA= 28 cm, Patela dislokasi riwayat cidera saat sepak bola
7. Sistem immune
dengan sistem imun.

: Tidak ditemukan adanya kelainan yang berhubungan

8. Genetalia

: bersih dan normal

9. Reproduksi

: lansia merasa masih mampu melakukan aktivitas seksual.

10 Persarafan

: Adanya kelemahan pada nervus kranialis IV, VI, dan VII

11 Pengecapan

: lansia masih mampu membedakan semua rasa.

12 Penciuman

: Tidak ditemukan gangguan penciuman

13 Taktil respon

: Tidak ada masalah

K. Status Kognitif / Afektif / Sosial


1. Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ ):Kesalahan 0 yaitu fungsi
intelektual utuh
2. Mini - Mental State Exam ( MMSE ): Nilai 28 yaitu aspek kognitif & fungsi mental
tdk mengalami penurunan
3. Inventaris Depresi Beck: Nilai 15 ( Depresi sedang)
4. APGAR Keluarga : Nilai 4 : kondisi keluarga tidak kondusif untuk lansia.
L. Data Penunjang
1. Laboratorim
2. Radiologi
3. EKG
4. USG
5. CT- Scan

:::::-

21

6. Obat - obatan : B1 1X1 dan Axalan 3X1tab


II. ANALISA DATA
NO

DATA (SIGN/SYMPTOM)

INTERPRETASI
(ETIOLOGI)

MASALAH
(PROBLEM)

Lansia merasa gagal dalam hidup, Kegagalan


lansia merasa tidak mampu bekerja hidup.
lagi, tidak punya dana, lansia
merasa
tidak
mampu
bertanggungjawab
terhadap
keluarga, Dulu lansia sebagai
pedagang yang sukses. Bila teringat
masa lalu lansia sering sulit tdur.
Lansia tidur 3-4 jam/hari. Setiap
bercerita masa lalu lansia menangis.
Selalu menggunakan pembelaan
bahwa semua ini sudah nasib
dengan justufikasi rasional.

Skala depresi beck 15 (depresi


sedang), susah tidur, tidur 3-4
jam/hari.
Komunikasi
kurang.
Perasaan
bersalah
yang
berkepanjangan. Kuku kotor, kamar
kotor,
Kelemahan pada ektremitas kanan,
riwayat hipertensi sejak 1991,
riwayat stroke tahun 1999, tempat
tidur tinggi, lokasi Panti yang naik
turun

Ggn harga
diri

Stress/ggn daya
tahan

Resiko terjadi
infeksi.

Kondisi
vaskuler dan
ektremitas yang
belum stabil
serta
lingkungan
yang tidak
kondusif.

Resiko terjadi
trauma

3.2 Prioritas Diagnose Keperawatan


1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat
ditandai dengan skala depresi , tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan
mekanisme koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak
punya simpanan, keluarga menolak klien.
2) Resiko terjadi trauma/jatuh b.d kelemahan bagian tubuh dan tekanan darah yang tidak
stabil
3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan
yang menahun.
3.3. Perencanaan
1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat
ditandai dengan skala depresi , tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan

22

mekanisme koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak
punya simpanan, keluarga menolak klien.
Tujuan :
Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri
- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.

Rencana tindakan
Hari/tanggal
Selasa,
27/11/2001

INTERVENSI
1

RASIONALISASI

Tetapkan hubungan saling percaya perawat klien dengan


cara:
Dorong individu meng-ungkapkan perasaan.

Dorong individu bertanya tentang masalah dan

penanganan serta akibat jika masalah stress tidak


diatasi
Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat
informasi yang telah diberikan
Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan dan
pemberi pelayanan perawatan.
Hindari kritik negatif

Berikan privasi atau lingkungan aman.


2

Tingkatkan interaksi sosial


Hindari perlindungan ber-lebihan

Dorong gerakan/latihan
Rabu, 28/11/2001

3
4
5

Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu


Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif.
Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain

Beri dorongan terhadap aktivitas posistif


dengan teman yang telah dilakukan.

Bantu kien mengepresikan pikiran dan perasaannya.

Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan kejujuran


serta berikan bimbingan prilaku sesuai norma.

dan kontak

Dengan adanya saling percaya klien akan mau


mengungkapkan perasaan yang terpendam yang beresiko
menimbulkan stress sehingga dengan proses katarsis
beban hidup klien akan berkurang sehingga harga diri
klien akan menjadi semakin baik.

2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga


semakin banyak proses katarsis yang dapat dilakukan
dengan klien.
3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri
klien.
4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai
dengan kondisinya saat ini.
5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari
berbagai dukungan koping.
6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga
mampu meningkatkan harga diri klien menciptakan
situasi hubungan yang saling membantu.
7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat
merduksi stress.
8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung
dapat mengurangi kesempatan klien menyendiri yang
dapat memunculkan timbulnya stress.

2) Resiko terjadi trauma/jatuh/stoke berulang b.d kelemahan bagian tubuh tekanan darah yang tidak stabil dan riwayat stroke
Tujuan
Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko terjadi trauma dan trauma tidak terjadi
Kriteria :
- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya
- Lantai tidak licin
- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar
- Tempat tidur aman
- Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
- Tekanan darah normal
HARI/TANGGAL
Rabu, 28/11/2001

INTERVENSI
1
2
3
4

Amankan benda-benda berbahaya yang ada di sekitar


klien.
Perhatikan agar lantai jangan terlalu licin
He agar klien hati-hati bila baru bangun terutama jika
kepala pusing. Beritahu agar klien jangan salah posisi
jika bergerak.
Jaga agar tempat tidur bersih dan tidak terlalu tinggi.

RASIONALISASI
1
2
3
4
5

Lakukan pemeriksaan fisik secara teratur dan he agar klien


mengurangi jumlah garam.

Untuk mencegah timbulnya trauma fisik akibat benda terutama benda


tajam
Lantai licin dapat menyebabkan terpeleset sehingga lansia bisa jatuh.
Bangun yang tiba-tiba dapat menyebabkan hipotensi ortostatik sehingga
klien bisa jatuh. Posisi yang benar dapat mencegah timbulnya penyakit
akibat kerja.
Tempat tidur yang bersih dapat mencegah timbulnya trauma
(dekubitus). TT yang tinggi dapat menyebabkan jatuh.
Dengan pemeriksaan fisik dapat diketahui faktor resiko sehingga dapat
lebih mudah mencegah timbulnya trauma.

3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun.

Tujuan :
Setelah dirawat klien tidak mengalami infeksi
Kriteria:
- Personal higiene baik
- Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit infeksi
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul
HARI/TANGGAL
Kamis, 29/11/2001

INTERVENSI
1
2

Lakukan HE tentang pengaruh stress terhadap ttimbulnya penyakit


infeksi.
HE agar klien aktif melakukan latihan fisik

HE agar klien makan makanan dengan jumlah dan kualitas yang cukup.

He dan beri contoh agar klien menjaga kebersihan lingkungannya setiap


hari.

He agar klien teratur menjaga kebersihan dirinya.

RASIONAL
1
2
3
4
5

Stress dapat meningkatkan kadar kortisol yang


bersifat imunosupresan.
Aktivitas dapat meningkatkan status imunologi.
Makanan sebagai sumber energi, pembangun serta
vitamin yang bermanfaat bagi daya tahan klien.
Lingkungan yang sehat akan mencegah terjadinya
perkembangan penyakit terutama penyakit akbat
lingkungan.
Tubuh yang bersih akan mencegah timbulnya
penyakit seperti diare, dan penyakit kulit.

3.4 Pelaksanaan
Hari/tgl

Tindakan

Selasa
27/11/01
08.00-14.00

Membina hubungan saling percaya perawat klien


dengan cara:
Perkenalan lebih intensif
Mendorong individu meng-ungkapkan perasaan.
Mendorong individu bertanya tentang masalah dan
penanganan serta akibat jika masalah stress tidak
diatasi
Menjelaskan mengenai konsep harga diri,
perawatan dan pemberi pelayanan perawatan.
2
3
4
5

Rabu,
28/11/2001
Pk. 08.0010.00

6
7
8

3.5 Evaluasi

Menganjurkan agar klien melakukan


interaksi
sosial dengan penghuni lain.secara terbuka.
Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu
Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif.
Menyampaikan kondisi yang dialami klien
sehubungan dengan adanya gejala post stroke yang
berpengaruh terhadap prilaku klien saat ini.kepada
penanggungjawab panti.
Memberi dorongan terhadap aktivitas posistif dan
kontak dengan teman yang telah dilakukan.
Membantu klien mengepresikan pikiran dan
perasaannya.
Melibatkan klien dalam aktivitas sosial

Evaluasi formatif
(Hasil)

DAFTAR PUSTAKA
Ader R & Cohen N. (1991). The Influence Of Conditioning On Immune Response,
Psychoneuroimmunology. 2 nd Ed. Academic Press Inc. San Diego
Azis H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. AKPER Dr.
Otten. Bandung. (Makalah)
Bouchard C, (1990). The Field of The Phisical Activity Science. Human Konetics
Books. Champaign.
Darmojo dan Martono, (1999). Geriatri. PercetakanYudistira. Jakarta,
Departemen Kesehatan R.I, (1995), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta
Djojosugito. A.H.M (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat.
Bandung. (Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI).
Lueckenotte. (1998) (alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerontologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Nuryati M.(1994). Proses Menua.AKPER Dr. Oten. Bandung. (Makalah)
Nurgiwiati.E. (1994) Perubahan-Perubahan Psikososial Pada Usia Lanjut. AKPER
Dr. Oten. Bandung.
Soedoso (1995). Cedera Olahraga. EGC.Jakarta.
Shadikin. dr. (1999). Modulasi Imunologi Pada Pemberian Aktivitas Dengan Metode
DLF. UNAIR. Surabaya.
Stevens P.J.M, F. Bordui, Van Der Weyde (1999), Perawatan Lanjut Usia, EGC,
Jakarta

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian klien dengan gangguan pola aktivitas akibat dari osteoporosis perubahan
fisik yang terjadi berupa pada sistem muskuloskletal berupa postur tubuh kyfosis/membungkuk,
dan sitem pencernaan yaitu gigi yang tidak ada menyebabkan kemampuan memotong,
mengunyah dan menelan menurun, sedangkan sistem pernafasan, sistem kardiovaskueler,
sistem perkemihan, sistem reproduksi masih dalam batas normal, kemungkinan hal ini
disebabkan karena pengaruh kinerja klien sebelum menjelang masa tuanya sebagai perkerja
dan bersikap santai.
Masalah-masalah yang muncul pada kien Tn. K tidak sekomplek dengan masalah yang
didapatkan di teori pada klien dengan osteoporosis umumnya, hal ini disebabkan karena
tingkat kemampuan, adaptasi dan koping individu yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Masalah-masalah yang muncul adalah perubahan mobilititas fisik, risiko cedera
dan kemampuan dalam perawatan mandiri.
Dalam intervensi dan implementasisecara umum tidak banyak perbedaan, hanya saja perlu
modifiksi untuk mempermudah dan bersifat operasional sehingga bisa dilaksanakan dan
diaplikasikan oleh klien sesuai dengan kemampuan dan sumber daya dan dana yang ada.
Evaluasi dari yang telah dilakukan dari berbagai tindakan baik independent maupun
interdependent dan dalam catatan perkembangannya memberikan evaluasi yang baik
walaupun tidak maksimal.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.

Proses menua terjadi pada setiap individu dengan masalah-masalah yang


bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan fisik, psikologis, sosial dan
lingkungannya sebelum menjelang masa tuanya.

2.

Pelayanan perawatan klien Tn. K meliputi pemenuhan kebutuhan aktibvitas


sehari-hari seoptimal mungkin, memelihran dan meningkatkan kesehatannya,
bimbingan keterampilan perawatan mandiri dan penjelasan tentang status gizi serta
faktor-faktor yang mempengaruhi proses ketuaan.

3.

Dalam menyelenggarakan implementasi perawat melibatkan klien untuk


mengatasi masalah yang terjadi.

4.

Kegiatan pelayanan yang diberikan juga menitikberatkan pada promotif dan


preventif serta minimal curatif dan rehabilitatif.

5.

Proses pendokumentasian dilakukan tiap hari untuk mengikuti perkembangan


klien dalam bekerja sama mengatasi masalahnya.

B. Saran
1.

Pelayanan

lanjut

usia

diselenggarakan

dalam

bentuk

pelayanan

kepererawatan secara komprehensif dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu


meliputi bidang kesehatan, rehabilitasi dan sosial.
2.

Peningkatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara terpadu sesuai


dengan media yang sehingga dapat mengoptimalkan lansia dalam memenuhi
kehiudpan sendiri secara mandiri sehingga siap diresosialisasikan.

Anda mungkin juga menyukai