ARTIKEL BENTHOS Fix
ARTIKEL BENTHOS Fix
PENDAHULUAN
Pantai Bama terletak di Taman Nasional Baluran, Situbondo. Pemanfaatan
sumberdaya yang optimal dari perairan ini sangat membutuhkan pengelolaan lingkungan
perairan yang baik, diantaranya mengenai fungsi ekosistem di perairan tersebut. Perairan laut
pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu perairan dalam dan perairan lepas pantai
(perairan laut). Perairan dalam umumnya bersifat tawar dan sebagian bersifat payau dengan
sifatnya mengalir atau menggenang. Bagian dasar perairan dihuni oleh beberapa jenis hewan
invertebrata yang dikenal dengan sebutan benthos (Ubaidillah, 2003).
Fauna pasang surut air (Benthos) merupakan organisme yang melekat atau beristirahat
pada dasar perairan (Odum, 1993). Berdasarkan kebiasaan hidupnya, Benthos dapat dibagi
menjadi dua yaitu epifauna dan infauna (Meadows and Champbell, 1998). Keberadaan
hewan akuatik seperti benthos dapat digunakan sebagai parameter biologis alam pemantauan
kualitas perairan secara kontinyu, karena hewan ini menghabiskan seluruh hidupnya di
lingkungan tersebut sedangkan penggunaan parameter fisika dan kimia hanya akan
memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan interpretasi
dan kisaran yang lebar (Sastrawijaya, 2000).
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan
tersebar atau terpencar didalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisika-kimia
lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari
pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu penyebaran teratur atau seragam dimana individu-individu terdapat pada
tempat tertentu dalam komunitas, penyebaran secara acak (random) dimana individu-individu
menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya, dan penyebaran
berkelompok/berumpun (clumped) dimana individu-individu selalu ada dalam kelompokkelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah (Michael, 1994).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pola penyebaran fauna pasang surut di Perairan Pantai Bama, Taman Nasional
Baluran, Situbondo. Manfaat dari penelitian ini, dapat mengetahui dan mendeskripsikan pola
penyebaran fauna pasang surut di Perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi di Pantai Bama Baluran, Jawa
Timur. Penelitian ini dilakukan pada 12 Desember 2015 dari pukul 06.00 WIB selesai
dengan menggunakan metode plot yang disebar di Pantai Bama Baluran, Jawa Timur yang
berukuran 1 m x 1 m lalu dianalisis dan dibahas dengan literatur. Sampel yang diamati yaitu
benthos. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, dan
tahap penyusunan laporan. Tahap persiapan berupa persiapan alat dan bahan yang diperlukan
selama melakukan observasi Pantai Bama Baluran, Jawa Timur. Tahap kedua yang dilakukan
yaitu tahap penelitian. Menentukan lokasi dan area cuplikan yang akan diteliti. Memasang
plot kuadrat dengan ukuran (1x1) m2. Menghitung jumlah populasi benthos yang berada di
tiap plot. Menghitung jumlah jenis spesies yang ada pada tiap plot. Mengidentifikasi spesies
hewan benthos yang berada di plot tersebut. Mengukur pH serta suhu di plot tersebut.
Mencatat hasil pengamatan di buku catatan. Tahap ketiga yaitu penyusunan laporan dan
artikel.
Penelitian ini menggunakan tali rafia dan pasak untuk membuat plot berukuran (1x1)
m2, termometer digunakan untuk mengukur suhu di setiap plot yang disebar, soil tester yang
digunakan untuk mengukur pH di setiap plot yang disebar, buku catatan yang digunakan
untuk spesies yang ditemukan disetiap plot yang disebar serta kamera yang digunakan untuk
melakukan dokumentasi penelitian. Sasaran penelitian ini adalah semua benthos yang
ditemukan di plot yang disebar di Pantai Bama Baluran, Jawa Timur.
Peta daerah observasi di Pantai Bama Baluran, Jawa Timur, sebagai berikut
STASI
UN 2
STASI
UN 3
STASI
UN 4
STASI
UN 5
STASI
UN 6
STASI
UN 7
STASI
UN 8
STASI
UN 9
STASI
UN 10
TEPI
TENGAH
DALAM
STASI
UN
1
Jumlah
1
2
85
18
3
13
Jumlah
Plot
ditemuka
n spesies
A
1
1
9
4
1
3
Densita
s Relatif
(%)
0,04
0,08
3,30
0,70
0,12
0,50
Frekuens
i Relatif
(%)
0,30
0,30
2,71
1,20
0,30
0,90
Dominans
i Relatif
(%)
2,77
1,38
0,29
0,61
0,92
0,64
Indeks
Dominans
i (ID)
-0,0004
-0,0004
0,0063
-0,0014
-0,0004
-0,0011
INP
3,11
1,76
6,30
2,52
1,34
2,05
14
5
6
9
2
24
552
3
250
8
2
3
4
2
6
10
2
12
0,54
0,19
0,23
0,35
0,08
0,93
21,42
0,12
9,70
2,41
0,60
0,90
1,20
0,60
1,81
3,01
0,60
3,61
1,58
1,11
1,38
1,23
2,77
0,69
0,05
1,84
0,13
-0,0029
-0,0008
-0,0011
-0,0015
-0,0008
-0,0018
0,4551
-0,0008
0,1083
4,53
1,90
2,52
2,78
3,45
3,43
24,48
2,56
13,45
Nama Benthos
Anadara
Aplocheilus
Archotheres
Assinenea
Atherina
Brachidania
Bucciananopsi
s
Bullia
Canarium
Cerastoderma
Conus
Corophium
Cymbiola
Danio
Elgsia
Eucelus
Haliclona
Hemifusus
Holothuria
Kepiting
Kerang putih
Lepidopa
Liocarmicus
Lismata
Litopenaeus
Littorina
Luidia
Lyreidus
Lysidice
Misgurnus
Mitra
Monopterus
Mytilus
Nassarius
Natica
Ophiothrix
Pagurus
Palaemon
Parathelphusa
Penaeus
Perna
Pinctada
Pito
Polinesoda
Polinices
Porcellio
Porifera
Portunus
Protothaca
Pynia
Rhinoclavis
Spongia
Sticodactyla
Stolephorus
Strombus
Trikentrion
Turbo
Turicula
Turritella
10
55
3
88
21
4
3
5
6
3
9
5
2
1
1
4
1
14
18
22
1
3
6
53
1
47
1
3
1
17
2
23
1
3
4
87
83
1
4
248
23
86
220
353
3
9
9
37
9
2
2
2
3
2
5
4
2
1
1
2
1
3
16
3
1
2
3
9
3
11
1
2
1
7
1
9
1
1
2
9
14
2
6
33
3
5
5
8
0,39
2,13
0,12
3,41
0,81
0,16
0,12
0,19
0,23
0,12
0,35
0,19
0,08
0,04
0,04
0,16
0,04
0,54
0,70
0,85
0,04
0,12
0,23
2,06
0,04
1,82
0,04
0,12
0,04
0,66
0,08
0,89
0,04
0,12
0,16
3,38
3,22
0,04
0,16
9,62
0,89
3,34
8,54
13,70
0,90
2,71
2,71
11,14
2,71
0,60
0,60
0,60
0,90
0,60
1,51
1,20
0,60
0,30
0,30
0,60
0,30
0,90
4,82
0,90
0,30
0,60
0,90
2,71
0,90
3,31
0,30
0,60
0,30
2,11
0,30
2,71
0,30
0,30
0,60
2,71
4,22
0,60
1,81
9,94
0,90
1,51
1,51
2,41
0,83
0,45
8,30
1,16
1,19
1,38
1,84
1,11
1,38
1,84
1,54
2,21
2,77
2,77
2,77
1,38
2,77
0,59
2,46
0,38
2,77
1,84
1,38
0,47
8,30
0,65
2,77
1,84
2,77
1,14
1,38
1,08
2,77
0,92
1,38
0,29
0,47
5,53
4,15
0,37
0,36
0,16
0,06
0,06
-0,0011
0,0006
-0,0035
0,0288
-0,0029
-0,0008
-0,0008
-0,0008
-0,0011
-0,0008
-0,0019
-0,0015
-0,0008
-0,0004
-0,0004
-0,0008
-0,0004
-0,0011
-0,0054
-0,0009
-0,0004
-0,0008
-0,0011
0,0003
-0,0012
-0,0006
-0,0004
-0,0008
-0,0004
-0,0024
-0,0004
-0,0028
-0,0004
-0,0004
-0,0008
0,0068
0,0091
-0,0008
-0,0023
0,2929
-0,0009
0,0036
0,0345
0,1471
2,12
5,30
11,13
15,72
4,71
2,14
2,56
1,90
2,52
2,56
3,39
3,61
3,45
3,11
3,11
2,14
3,11
2,04
7,98
2,13
3,11
2,56
2,52
5,24
9,24
5,78
3,11
2,56
3,11
3,91
1,76
4,69
3,11
1,34
2,14
6,37
7,90
6,17
6,11
19,93
2,16
5,00
10,11
16,17
Uca
Jumlah
44
2577
9
332
1,71
100
2,71
100
0,57
100
-0,0009
1,04
4,98
300
Terdapat 60 genus fauna pasang surut yang ditemukan di zona pasang surut Pantai
Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo yang didominasi oleh Gasthropoda.
600
552
500
400
353
300
250
248
220
200
100
0
88
8783
86
55
53 47
24
23
23
22
3 10 3 214 3 5 6 3 9 5 2 1 1 4 11418 1 3 6 1 1 3 1172 1 3 4
1 2 18313145 6 9 2
14
85
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data di atas maka diketahui pola
penyebaran populasi fauna pasang surut di pantai Bama adalah seragam. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai indeks dominansi (Id) sebesar 1.04, diketahui jika nilai indeks dominansi lebih
besar dari satu (Id > 1) maka distribusi populasi tersebut adalah seragam (Susanto, 2000).
Akan tetapi, pola penyebaran untuk setiap populasi genus tidak seragam atau mengelompok,
hal ini bisa dilihat dari nilai indeks dominansi yang bernilai kurang dari satu.
44
Pengamatan ini dilakukan di zona intertidal atau zona pasang-surut yang merupakan
bagian dari laut yang memiliki bermacam jenis organisme. Naik turunnya permukaan air laut
disebut dengan pasang surut air laut, hal ini merupakan faktor lingkungan yang
mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya.
Organisme intertidal umumnya berasal dari laut maka setiap organisme memiliki cara
beradaptasinya sendiri untuk menghadapi kekurangan air ketika surut. Fauna yang banyak
ditemukan ketika surut yaitu dari genus Cymbiola. Cymbiola merupakan Gastropoda yang
hidup di dasar laut berpasir yang langsung masuk ke celah-celah yang basah, sehingga
kehilangan air dapat diatasi. Salah satu cara yang juga dipakai sebagai bentuk adaptasi pada
Turritella yang juga banyak ditemukan ketika surut yaitu adanya operkulum atau penutup di
bagian dasar cangkang. Mekanisme ini juga menjadi salah satu cara untuk menahan
kekurangan tubuh terhadap air.
SIMPULAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 60 genus fauna pasang surut yang
ditemukan di zona pasang surut Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo yang
didominasi oleh Gastropoda. Nilai indeks dominansi (Id) sebesar 1.04, Berdasarkan hasil
pengamatan dan analisis data di atas maka diketahui pola penyebaran populasi fauna pasang
surut di Pantai Bama adalah seragam.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 1996. Biology, 4th Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company,
Inc., Menlo Park, California.
Hawkes, Y. 1978. Invertebrate as Indicator of River Water Quality In: A James And I.
Evinson (Eds.) Biological Indicator of Water Quality. John Wiley and Sons.
Meadows, P.S., and J.L. Champbell. 1998. An Introduction to Marine Science 2nd edition.
Halsted Press: New York.
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ke-3. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Edisi Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.
Susanto, R. D., A. L. Gordon, J. Sprintall, and B. Herunadi (2000), Intraseasonal variability
and tides in Makassar Strait,Geophys. Res. Lett.,27(10), 14991502
Toronto.
Ubaidillah, R dan Maryanto I. 2003. Managemen Bioenergional Jadobetabek: Profil dan
Strategi Pengelolaan Situ, Rawa, dan Danau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 8. Porifera