PENDAHULUAN
1.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa tambahan yang membentuk
massa padat. Berdasarkan jenis agregat yang digunakan, beton dibedakan menjadi beton
normal dan beton ringan. Beton normal adalah beton yang memiliki berat satuan 2200
kg/m sampai dengan 2500 kg/m, agregat yang digunakan adalah agregat alam yang
dipecah atau tanpa dipecah. Beton ringan memiliki berat satuan lebih dari 1900 kg/m
dengan agregat ringan.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan
beton merupakan bahan yang bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9%
15% saja dari kuat tekannya (Dipohusodo, 1996).
Dengan nilai kuat tekan relatif tinggi, beton merupakan bahan konstruksi yang
kuat dalam menahan gaya tekan namun tidak kuat untuk menahan gaya tarik, sehingga
dalam penggunaannya sebagai komponen struktur bangunan, umumnya beton diperkuat
dengan baja tulangan yang berfungsi untuk menahan gaya tarik. Dengan demikian
terbentuklah suatu komponen struktur yang disebut beton bertulang, yang didefinisikan
dalam SNI 03 2847 2002 sebagai beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa beton bertulang adalah gabungan dari
dua jenis bahan yaitu beton yang memiliki kuat tekan tinggi tetapi kuat tarik rendah
dengan baja tulangan yang dapat memberikan kuat tarik yang diperlukan. Kedua bahan
tersebut bekerja sama dimana baja tulangan bertugas memperkuat dan menahan gaya
tarik, sedang beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya tekan.
BAB I-1
daya tahan
SNI 2002
= 300 kg / cm2
fc
= 25 MPa
fc
= 30 MPa
fc
= 35 MPa
BAB I-2
Jika perawatan
kelembaban terus berlangsung , akhirnya akan lebih besar apabila persentase C2S
semakin besar. C3A mempunyai kontribusi terhadap kekuatan selama beberapa hari
sesudah pengecoran beton karena bahan ini yang terdahulu mengalami hidrasi.
Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimuljo, 1996) Semen Portland yang dipakai di
Indonesia dibagi menjadi 5 Jenis, yaitu :
Jenis I
Jenis II
khusus.
Semen Portland untuk beton tahan terhadap sulfat dan mempunyai panas hidrasi
Jenis III
Jenis IV
Jenis V
sedang
Semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Semen Portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan yang sangat tahan
terhadap sulfat.
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-3
Ukuran partikel semen mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kelajuan
reaksi antara semen dengan air. Untuk berat tertentu semen halus, luas permukaan
partikel lebih besar dari pada semen yang kasar. Ini menyebabkan kecepatan reaksi
antara semen dengan air lebih tinggi, yang artinya proses pengerasan akan lebih cepat
untuk luas permukaannya lebih besar. Misalnya semen jenis III mencapai kekuatanya
dalan waktu 3 hari sedangkan semen jenis I dalam waktu 7 hari.
Disintegrasi kimiawi pada struktur beton , seperti pada struktur pelabuhan dan
substruktur, dapat diperlambat atau dicegah. Karena beton pada struktur struktur ini
diekspos terhadap klorida dan terkadang magnesium sulfat dan sodium sulfat, maka
perlu dispesifikasikan beton yang tahan sulfat. Biasanya semen jenis II digunakan untuk
hal tersebut.
Karena berbagai jenis semen mengasilkan panas yang berbeda-beda, juga dengan
kelajuan pelepasan panas yang berbeda, maka sangat perlu diketahui untuk struktur
apakah semen tersebut digunakan. Semakin besar dan berat panampang struktur beton ,
semakin sedikit panas hidrat yang diinginkan. Untuk struktur-struktur masif seperti
bendung, pundasi sumuran, dan dermaga semen yang paling menguntungkan untuk
digunakan adalah semen jenis IV.
b. Air
Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan. Air pencampur yang digunakan
pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya tertanam logam alumunium,
termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida
dalam jumlah yang membahayakan (SNI 03 2847 2002).
Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan
berikut terpenuhi :
1.
Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.
2.
Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurangkurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang
dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-4
serupa, kecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode
uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan
ukuran sisi 50 mm) ASTM C 109.
Sebagai akibat terjadinya penguapan air secara parlahan-lahan dari campuran beton,
akan timbul rongga-rongga pada beton keras yang dihasilkan. Jika rongga ini
terdistribusi dengan benar, dapat mempengaruhi karakteristik beton. Suatu bahan yang
disebut air-entraining agent , seperti vinsol resin, dapat ditambahkan kedalam
campuran agar diperoleh rongga yang terdistribusi merata. Adanya rongga-rongga ini
memudahkan pengerjaan beton, mengurangi kerapatannya, menambah keawetan,
mengurangi bleeding dan segregasi, dan mengurangi jumlah pasir yang diperlukan
dalam campuran. Karena itulah persentase air-entrained harus dipertahankan optimum
agar diperoleh beton dengan kualitas yang diinginkan. Kandungan udara ini optimum
adalah 9 % dari fraksi mortar dalam beton. Hal ini jika berlebihan akan mengurangi
kekuatan beton.
c.
Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 60 % sampai 75 % volume agregat. Agregat ini
harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai
benda yang utuh, homogen, dan rapat dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi
sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat berukuran besar. Agregat terbagi atas
agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikelpartikel yang lewat saringan # 4 atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak lewat
saringan tersebut. Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur dalam
peraturan, dengan tujuan agar agregat dapat masuk atau lewat di sela-sela tulangan.
Agregat yang digunakan harus memenuhi standar Spesifikasi agregat untuk beton
ASTM C 33 dan SNI 03 2461 1991 Spesifikasi agregat ringan untuk beton
struktur.
Untuk mencapai kuat tekan yang baik perlu diperhatikan kepadatan dan kekerasan
massa agregat. Selain itu perlu susunan gradasi butiran agregat yang baik. Ukuran
maksimum nominal agregat kasar tidak boleh melebihi :
1. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan,
2. 1/3 ketebalan pelat lantai,
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-5
BAB I-6
d. Bahan Tambah
Bahan campuran tambahan adalah bahan yang bukan air, agregat, maupun semen,
yang ditambahkan kedalam campuran sesaat atau selama pencampuran. Fungsi bahan
ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton agar menjadi cocok untuk pekerjaan
tertentu, atau ekonomis, atau untuk tujuan lain seperti menghemat energi. Jenis bahan
tambahan adalah sebagai berikut :
1. Air Entraining Agent (ASTM C260)
Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap
pembekuan dan pencucian terutama untuk daerah salju.
2. Admixture Kimia (ASTM C49 dan BS 5075)
Yaitu bahan tambahan cairan yang ditambahkan untuk mengendalikan waktu
pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi kebutuhan air,
menambah kemudahan pengerjaan beton (meningkatkan nilai slump) dan
sebagainya.
3. Mineral Admixture;
Bahan tambahan ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkah
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta
keawetannya meningkat.Bahan-bahan mineral ini misalnya bahan tambahan
puzzolan, slag, abu terbang (batu bara), abu sekam (gabah) dan silika fume (bahan
produksi sampingan silikamurni).
4. Bahan tambahan lainnya;
Yang termasuk kategori bahan tambahan ini adalah semua bahan tambahan yang
tidak termasuk dan ketiga kategori diatas, misalnya bahan tambahan jenis polymer,
fiber
mash,
bahan
pencegah
keretakan,
bahan
tambahan
yang
dapat
BAB I-7
BAB I-8
dikenal di Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Fly ash mempunyai butiranyang
cukup halus dan berwarna abu-abu kehitaman.
3. Abu Sekam
Abu sekam adalah limbah dari tanaman padi dimana didalamnya terdapat unsur
SiO2, yang dengan mengatur pembakaran tertentu akan diperoleh silica yang reaktif.
1.3 Persyaratan keawetan beton
a. Rasio Air Semen
Rasio air-semen yang disyaratkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, rasio air-semen harus
dihitung menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 M, atau
ASTM C 845, ditambah dengan berat abu terbang dan bahan pozzolan lainnya sesuai
dengan ASTM C 618, kerak sesuai dengan ASTM C 989, dan silica fume sesuai dengan
ASTM C 1240
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan pada Tabel 1.1
harus memenuhi rasio air-semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang
ditetapkan pada tabel tersebut :
Tabel 1.1 Persyaratan untuk pengaruh lingkungan khusus
Rasio air semen
Maksimum1
f c minimum2
MPa
0,50
28
0,40
35
Kondisi Lingkungan
CATATAN
1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan
Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam
larutan atau tanah harus memenuhi persyaratan pada Tabel 1.2, atau harus terbuat dari
semen tahan sulfat dan mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum
sesuai dengan Tabel 1.2. Kalsium klorida sebagai bahan tambahan tidak boleh
digunakan pada beton yang dipengaruhi oleh lingkungan sulfat yang bersifat berat
hingga sangat berat, seperti ditetapkan pada Tabel 1.2.
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-9
Tabel 1.2 Persyaratan untuk beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang
mengandung sulfat
Paparan
lingk.
Sulfat
Sulfat (SO4)
dalam tanah
yang dapat larut
dalam air
persen thd berat
Sulfat (SO4)
dalam air
Mikron
gram
Per gram
Jenis semen
Rasio air-semen
maksimum
dalam berat
(beton berat
normal)
fc min
(beton berat
normal dan
ringan)
MPa
Ringan
0,00 0,10
0 150
0,50
28
Sedang
0,10 0,20
150 1500
II,IP(MS),
IS(MS),
I(PM)(MS),
I(SM)(MS)*
Berat
0,20 2,00
1500
10000
0,45
31
Sangat
Berat
> 2,00
> 10000
V + pozzolan
0,45
31
CATATAN :
Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C 595
BAB I-10
didasarkan pada uji silinder yang dibuat dan diuji sebagaimana yang dipersyaratkan.
Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai fc harus didasarkan pada pengujian
beton yang telah berumur 28 hari. Bila umur beton yang digunakan untuk pengujian
bukan 28 hari,maka umur beton untuk pengujian tersebut harus sesuai dengan yang
ditentukan pada gambar rencana atau spesifikasi teknis.
a. Pemilihan proporsi campuran beton
Proporsi material untuk campuran beton harus ditentukan untuk menghasilkan
sifat- sifat :
1) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam cetakan
dan ke celah di sekeliling tulangan dengan berbagai kondisi pelaksanaan pengecoran
yang harus dilakukan, tanpa terjadinya segregasi atau bleeding yang berlebih.
2) Ketahanan terhadap pengaruh lingkungan yang disyaratkan
3) Sesuai dengan persyaratan uji kekuatan.
Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek material yang digunakan
ataupun proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian
b. Kontrol kualitas
Kualitas beton digambarkan sebagai kuat tekan benda uji silinder 150 mm dia.X
300 mm yg dibuat berdasar ASTM C39-86 yg diuji pd umur 28 hari. Nilai modulus
elastik didefinisikan sebagai nilai kemiringan garis diagram tegangan-regangan pada
saat masih dalam kondisi elastik/linier :
Ec = tg = fc/c
Kondisi elastik adalah kondisi dimana peningkatan regangan akan diikuti dengan
peningkatan tegangan secara linier
c. Kuat rata-rata perlu
(1) Kuat tekan rata-rata perlu fcr yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau
persamaan 2 dengan nilai deviasi standar (s ) yang sesuai
BAB I-11
dengan:
f cr : kuat tekan rata-rata
s : standar deviasi
Jika data didapatkan dari benda uji yang kurang dari 30 buah, maka nilai deviasi
standar s harus dikalikan suatu faktor (besarnya 1,0), sesuai SNI02 pada bab 7.2.
Demikian pula jika tidak tersedia data untuk menetapkan deviasi standar, maka kuat
tekan beton harus dihitung sesuai ketentuan pada bab tersebut.
Jika data didapatkan dari benda uji yang kurang dari 30 buah, maka nilai deviasi
standar s harus dikalikan suatu faktor (besarnya 1,0), sesuai SNI02 pada bab 7.2.
Demikian pula jika tidak tersedia data untuk menetapkan deviasi standar, maka kuat
tekan beton harus dihitung sesuai ketentuan pada bab tersebut.
BAB I-12
3. Baja tulangan yang digunakan haruslah tulangan ulir. Baja polos hanya
diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon;
4. Batasan tulangan di atas tidak berlaku untuk jaring kawat baja polos.
1.5 Material Baja
Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos diperkenankan
untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri dari profil baja struktural, pipa
baja, atau tabung baja dapat digunakan sesuai persyaratan pada tata cara ini (SNI 03
2847 2002).
Penempatan tulangan baja pada suatu penampang beton terutama untuk menahan gaya
tarik yang bekerja pada penampang tersebut. Untuk menahan tegangan tarik yang
terjadi pada struktur beton, dikenal :
Batang lonjoran
1.
2.
BAB I-13
Gambar 1.1 diagram hubungan tegangan regangan untuk batang baja tulangan
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal kurva
tegangan-regangan di daerah elastis dimana antara mutu baja yang satu dengan yang
lainnya tidak banyak bervariasi. Ketentuan SNI 03 2847 2002 menetapkan bahwa
nilai modulus elastisitas untuk tendon prategang harus dibuktikan dan ditentukan
melalui pengujian atau dipasok oleh pabrik produsen.
Tegangan leleh minimum sering digunakan sebagai dasar perencanaan. Dalam
perencanaan beton bertulang tidak boleh didasarkan pada kuat leleh tulangan fy yang
melebihi 550 MPa, kecuali untuk tendon pratekan. Pada tabel 1.6 dapat dilihat jenis dan
simbol baja tulangan serta Tegangan leleh minimumnya
Tabel 1.6 Jenis baja dan simbolnya
1.6
JENIS
SIMBOL
fy minimum (MPa)
Polos
BJTP 24
BJTP 30
240
300
Deform
BJTD 24
BJTD 30
BJTD 35
BJTD 40
BJTD 50
240
300
350
400
500
Beton mempunyai nilai kuat tekan yang relatif tinggi dan nilai kuat tarik relatif rendah,
sehingga diperhitungkan beton hanya bekerja dengan baik di daerah tekan pada
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-14
JENIS
Beton bertulang
Beton prategang
Beton mutu tinggi (ready mix)
Sumber : Dipohusodo, 1996
Nilai kuat tekan beton didapat melalui pengujian standar ASTM C39-86, kuat
tekan ditentukan oleh tegangan tekan tekan tertinggi (f c) pada benda uji silinder beton
yang berumur 28 hari. Dengan demikian f c bukan tegangan yang timbul pada saat
benda uji hancur melainkan tegangan yang timbul pada saat regangan beton (c)
mencapai nilai 0,002.
Dengan mengamati bermacam kurva tegangan-regangan kuat beton yang
berbeda, tampak bahwa pada umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai
satuan regangan tekan c mencapai 0,002. Selanjutnya nilai tegangan f c akan turun
dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai c mencapai
0,003-0,005.
Beton dengan kuat tekan tinggi lebih getas akan hancur pada nilai
regangan maksimum yang lebih rendah daripada beton dengan kuat tekan rendah. Pada
SNI 03 2847 2002 pasal 3.3.2 menetapkan bahwa regangan kerja maksimum yang
diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar adalah 0,003 sebagai batas hancur.
Sesuai SNI 03 2847 2002 pasal 3.1.5 digunakan rumus nilai modulus elastisitas
beton sebagai berikut :
Ec = 0,043 wc1,50 f c
Dimana,
Ec = modulus elastisitas beton tekan, MPa
wc = berat isi beton, kg/m3
fc = kuat tekan beton, MPa
BAB I-15
Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton yang berat isinya berkisar antara
1500 sampai dengan 2500 kg/m3. Untuk beton dengan kepadatan normal dengan berat
isi 2300 kg/m3 dapat digunakan nilai Ec sebesar Ec = 4700 fc.
1.7 Kuat Tarik Beton
Nilai kuat tarik beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari nilai kuat tekannya.
Untuk mengukur nilai kuat tarik beton, biasanya dilakukan dengan menggunakan
Modulus of Rupture, yaitu tegangan tarik lentur beton yang timbul pada pengujian
hancur balok beton polos (tanpa tulangan), sebagai pengukur kuat tarik sesuai teori
elastisitas.
Pengujian yang lain adalah Pengujian Split Silinder yang memberikan hasil lebih baik
dan mencerminkan kuat tarik yang sebenarnya. Nilai pendekatan yang diperoleh
mencapai kekuatan 0,50 0,60 kali fc, sehingga untuk beton normal diperoleh nilai
0,57 fc. Pengujian tersebut menggunakan benda uji silinder beton berdiameter 150
mm dengan panjang 300 mm, diuji tarik belah. Tegangan yang timbul sewaktu benda uji
terbelah tersebut disebut split cylinder strength, diperhitungkan sebagai berikut :
ft
2P
LD
Dimana :
ft
BAB I-16
makin berkurang untuk selang waktu tertentu dan kemungkinan akan berakhir setelah
beberapa tahun. Pada umumnya beton mutu tinggi mempunyai nilai rangkak yang lebih
kecil dibandingkan dengan beton yang mempunyai mutu lebih rendah. Besarnya
deformasi rangkak sebanding dengan beban yang ditahan dan juga jangka waktu
pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap
kekuatan struktur namun mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban
kerja dan mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (defleksi).
Pada umumnya proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena
keduanya terjadi bersamaan dan seringkali memberikan pengaruh yang sama, ialah
deformasi yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu. Faktor-faktor yang yang
mempengaruhi besarnya rangkak adalah :
1. sifat bahan dasar
2. faktor air semen, rasio air terhadap jumlah semen
3. suhu saat proses pengerasan
4.
5. lama pembebanan
6. nilai tegangan
7. nilai banding luas permukaan dan volume komponen struktur
8. nilai slump
Susut didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban.
Pada
umumnya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
rangkak
juga
Kondisi
BAB I-17
(mm)
a.
75
50
40
40
20
40
20
15
BAB I-18
BAB II
METODE PERENCANAAN DAN PROVISI KEAMANAN
2.1 Umum
Dalam perkembangannya, peraturan beton yang berlaku di Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan. Hal ini disebabkan kemajuan teknologi bahan dan pelaksanaan
dan pengaruh peraturan beton negara lain. Peraturan beton yang berlaku di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1955
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
3. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SK SNI T-15-1991-03)
4. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SK SNI 03-2847-2002)
Perencanaan elemen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan masih
mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan
tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan
lentur akibat struktur.
Pada Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI-1971) metode perencanaan dan analisis
didasarkan pada Metode Tegangan Kerja (Working Stress Method), sementara di SNI 03
2847 2002 metode perencanaan dan analisis didasarkan pada Metode Kekuatan
(Ultimated Strenght Method).
Beberapa istilah yang digunakan dalam pembahasan metode perencanaan dan analisis
adalah sebagai berikut;
1) Kuat nominal
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan
ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor
reduksi kekuatan yang sesuai.
BAB I-19
2) Kuat perlu
Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan
beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut
dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam peraturan.
3) Kuat rencana
Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan
4) Beban Kerja :
beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur.
5) Beban Terfaktor
beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.
2.2 Metode Tegangan Kerja
Di dalam metode tegangan kerja, untuk struktur direncanakan sedemikian sehingga
tegangan-tegangan yang timbul akibat beban kerja dan yang dihitung secara mekanika
dari unsur-unsur yang elastis, yang tidak melampaui dengan tegangan-tegangan yang
diijinkan yang ditetapkan lebih dahulu. Beban kerja adalah beban-beban yang berasal
dari beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa, yang dimisalkan benarbenar terjadi sewaktu masa kerja dari struktur.
Metode tegangan kerja ini secara matematis dapat dinyatakan :
BAB I-20
ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh dinamakan beban
ultimit. Kuat rencana penampang komponen struktur didapatkan melalui perkalian kuat
teoritis atau kuat nominal dengan faktor kapasitas, yang dimaksudkan untuk
memperhitungkan kemungkinan buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan,
tenaga kerja, ukuran-ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat
teoritis atau kuat nominal diperoleh berdasarkan keseimbangan statis dan kesesuaian
tegangan regangan-tegangan yang tidak linear di dalam penampang elemen tertentu.
2.4 Jenis Beban
Ketidakpastian besarnya beban yang bekerja pada komponen struktur untuk tiap
jenis beban berbeda-beda sehingga besarnya pengambilan faktor-faktor beban
jugaberbeda-beda untuk tiap kombinasi beban yang bekerja. Jenis beban yang biasanya
bekerja pada komponen struktur beton bertulang :
1. Beban mati (dead load) / D
2. Beban hidup (live load) / L
3. Beban atap /A
4. Beban hujan (rain load) /R
5. Beban gempa (earthquake load) /E
6. Beban angin (wind load) /W
7. Beban tekanan tanah /H
8. Beban tekanan fluida /F
9. Beban struktural lainnya akibat pengaruh rangkak, susut, dan ekspansi beton atau
pengaruh perubahan temperatur/ T
2.5 Provisi Keamanan Dan Pembebanan
Struktur atau elemen-elemennya harus direncanakan untuk memiliki cadangan
kekuatan untuk dapat menerima beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas
cadangan ini digolongkan dalam dua kategori yaitu faktor pembebanan yang
memperhitungkan
pelampauan
beban,
dan
faktor
reduksi
kekuatan,
yang
BAB I-21
2847 2002 dibedakan dua faktor yaitu faktor kuat perlu U untuk beban dan faktor
untuk reduksi kekuatan. Faktor kuat perlu U sesuai dengan Pasal 11.2 SNI 03 2847
2002, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Kuat perlu U
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kuat Perlu
(U)
Kombinasi Beban
D
D, L, A atau R
D, L, W, A atau R
D, W
D, L, E
D, E
D, L, A atau R, H
D, W, H
D, E, H
D, F
D, L, A atau R, F
Kejut harus disertakan pada L
T
P dikalikan 1,2
1,4 D
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R)
0,9 D 1,6 W
1,2 D + 1,0 L 1,6 E
0,9 D 1,0 E
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 1,6 H
0,9 D 1,6 H
0,9 D 1,6 H
U = 1,4 (D + F)
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) + 1,2 F
1,2 (D T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Kondisi Gaya
Lentur, tanpa beban aksial
Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
- dengan tulangan spiral
- dengan tulangan sengkang biasa
Untuk aksial tekan yang rendah, nilai boleh
ditingkatkan
dari 0,65 menjadi 0,80
Geser dan torsi
- penahan geMPa kuat
- hubungan balok-kolom
- tumpuan pada beton
- daerah pengangkeran pasca tarik
- komponen struktur pratarik menahan lentur
tanpa aksial
Faktor Reduksi
Kekuatan ( )
0,80
0,80
0,70
0,65
0,75
0,55
0,80
0,65
0,85
BAB I-22
0,55
BAB I-23
BAB III
ANALISIS DAN DESAIN BALOK
3.1
UMUM
Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik berupa beban gravitasi (berarah
vertikal) maupun beban-beban lain seperti beban angin, beban gempa (dapat berarah
horisontal), menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur
pada balok merupakan akibat dari adanya regangan yang timbul karena beban luar
tersebut.
Apabila beban bertambah, maka pada balok terjadi deformasi yang
mengakibatkan timbulnya retak lentur disepanjang bentang balok. Bila bebannya
bertambah, pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan pada elemen struktur, yaitu pada saat
beban luarnya mencapai kapasitas elemen. Oleh karena itu, perencana struktur harus
mendesain penampang sedemikian sehingga tidak terjadi retak yang berlebihan pada
saat beban kerja, dan masih mempunyai keamanan yang cukup dan kekuatan cadangan
untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami keruntuhan.
Apabila suatu gelagar balok bentang sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi regangan lentur
didalam balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan terjadi
dibagian atas dan regangan tarik dibagian bawah dari penampang. Regangan-regangan
tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok,
tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik disebelah bawah. Agar stabilisasnya
terjamin batang balok sebagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk
menahan tegangan tekan dan tarik. Sifat utama bahwa beton kurang mampu menahan
tegangan tarik menjadi dasar pertimbangan, maka dengan cara memperkuat dengan
tulangan baja pada daerah tarik bekerja akan dapat apa yang dinamakan struktur beton
bertulang.
BAB I-24
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat struktur balok sederhana di atas tumpuan yang
diberikan beban luar berupa beban mati (D) dan beban hidup (L). Akibat dari pengaruh
pembebanan tersebut, balok akan mengalami lendutan sehingga terjadi daerah tarik dan
daerah tekan.
Oleh karena beton tidak mampu menahan gaya tarik maka pada daerah tarik balok
diberikan baja tulangan untuk menahan gaya tarik tersebut.
Gambar 3.2. Penampang melintang balok dengan kondisi daerah tekan dan tarik akibat
pengaruh pembebanan
Penempatan baja tulangan tergantung pada momen yang terjadi pada struktur akibat
beban luar.
Didalam bab ini akan dibahas analisis dan desain penampang persegi yang menahan
lentur, sedangkan faktor-faktor lain seperti lendutan, lebar retak, panjang penyaluran
tulangan, akan dibahas pada bab tersendiri.
BAB I-25
BAB I-26
(a)
(b)
(a)
(b)
(c)
(d)
BAB I-27
(a)
(b)
Gambar 3.5. Tipe tulangan balok : (a). Penulangan tunggal (b). Penulangan rangkap
D
2
dimana :
As
mm2
As
mm2
D
.ds
=
=
=
=
Mm
Mm
Mm
BAB I-28
a. Penampang
b. Regangan
c. Blok Tegangan Parabola
d. Blok Tegangan segiempat Ekuivalen
Gambar 3.7. Distribusi Tegangan dan Regangan pada Balok Persegi
Untuk menghitung volume blok tegangan tekan yang berbentuk parabola bukanlah
suatu hal yang mudah, olah karena itu Whitney mengusulkan agar digunakan blok
tegangan ekuivalen yang dapat digunakan untuk menghitung gaya tekan.
Blok tegangan ekuivalen ini mempunyai tinggi a dan tegangan tekan rata-rata sebesar
0,85 f c seperti terlihat pada Gambar 3.7.d, besarnya a = 1 c yang ditentukan dengan
'
diredusir dengan 0,008 untuk setoiap kelebihan 1 MPa, tetapi 1 tidak boleh diambil
kurang dari 0,65.
BAB I-29
C = 0,85. f c .a.b................................................................................................(3.1)
T = As . f y ........................................................................................................(3.2)
Keterangan :
C = gaya tekan beton, yaitu volume blok tekan pada atau dekat keadaan batas, yaitu bila
gaya tarik tewlah leleh.
T = gaya tarik baja tulangan
Dengan prinsip kesetimbangan, C = T, maka :
'
0,85. f c .a.b = As . f y .....................................................................................(3.3)
Sehingga :
a=
As . f y
'
0,85 f c . b
.................................................................................................(3.4)
a
) ......................................................................................(3.5)
2
Atau
'
M n 0,85 . f c . a . b . ( d
a
) .....................................................................(3.6)
2
BAB I-30
cu
0,85 f c
ab
cb
'
Cb
Asb
Tb= Asb .
s y
b
Gambar 3.8. Keadaan Regangan Berimbang
Keterangan :
b =
Asb
....................................................................................................(3.10)
b.d
Dengan menggunakan C b
diperoleh :
b =
'
0,85 . f c
600
1
fy
600 f y
......................................................................(3.11)
BAB I-31
Tulangan yang diberikan oleh persamaan (3.11) dinamakan tulangan didalam keadaan
berimbang. Penampang yang tulangan tariknya lebih besar dari persamaan (3.11)
disebut sebagai bertulangan kuat. Didalam keadaan ini keruntuhan balok akan terjadi
dengan tiba-tiba, tanpa disertai dengan lendutan/deformasi yang berfungsi sebagai abaaba terhadap keruntuhan.
Sebaliknya, penampang yang bertulangan lebih kecil dari (3.11) disebut sebagai
bertulangan lemah, yang mempunyai daktilitas tinggi (deformasi plastis sebelum
runtuh). Oleh karena tulangan yang diberikan oleh persamaan (3.11) relatif tinggi, maka
untuk menjamin pola keruntuhan yang daktail, tulangan tarik dibatasi sehingga tidak
boleh lebih besar dari 0,75 kali tulangan pada keadaan berimbang.
maks 0,75 b .............................................................................................(3.12)
Untuk komponen balok yang menahan beban gempa, jumlah tulangan disyaratkan
tidak melebihi 0,5 b , sehingga dapat dijamin daktilitas yang lebih tinggi.
Pada PB-89, juga menuliskan tulangan minimum untuk balok, sebesar :
1,4
min =
f y .....................................................................................................(3.13)
Dimana f y dinyatakan dalam MPa, hal ini sesuai untuk memperhitungkan adanya
tegangan-tegangan akibat susut, rangkak dan perubahan temperatur, sedangkan min
untuk pelat akan dijelaskan kemudian.
3.5 Analisis Dan Perencanaan Balok Penampang Persegi Tulangan Tunggal
Beban-beban luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan lentur dan
deformasi pada elemen struktur. Lentur yang terjadi pada balok merupakan akibat
adanya regangan yang timbul karena adanya beban dari luar. Apabila beban luar yang
bekerja terus bertambah, maka balok akan mengalami deformasi dan regangan
tambahan yang mengakibatkan retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya
terus bertambah sampai batas kapasitas baloknya, maka balok akan runtuh. Taraf
pembebanan seperti ini disebut dengan keadaan limit dari keruntuhan pada lentur. Oleh
karena itu, pada saat perencanaan, balok harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-32
terjadi retak berlebihan pada saat beban bekerja dan mempunyai keamanan cukup dan
kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami runtuh.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk menganalis penampang balok beton
bertulang akibat lentur adalah sebagai berikut :
1. Distribusi regangan diangggap linier (Hukum Bernoulli), yaitu penampang tegak
lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar sebelum mengalami lentur akan tetap
datar dan tegak lurus terhadap sumbu netralnya setelah mengalami lentur.
2. Regangan pada baja dan beton di sekitarnya sama sebelum terjadi retak pada beton
atau leleh pada baja.
3. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton diabaikan.
4. Beton diasumsikan runtuh pada saat mencapai regangan batas tekan.
5. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi, trapezium atau
parabola.
Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton bertulang adalah
sebagai berikut :
1. Keruntuhan tarik (under reinforced), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok
dengan rasio tulangan kecil (jumlah tulangannya sedikit), sehingga pada saat beban
yang bekerja maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya
sedangkan beton belum hancur (beton belum mencapai regangan maksimumnya =
0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat ductile.
2. Keruntuhan tekan (over reinforced), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan besar (jumlah tulangannya banyak), sehingga pada saat beban yang
bekerja maksimum, baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan
beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003).
3. Keruntuhan seimbang (balance), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan yang seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum,
baja tulangan dan beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai
regangan lelehnya dan beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003).
seperti bersifat getas.
Dua istilah yang sering dipakai didalam bab ini yaitu analisis dan perencanaan, yang
mempunyai arti lain sebagai berikut :
Analisis penampang, bertujuan untuk mengetahui kapasitas penampang (kekuatan
nominal), dengan demikian harus diberikan data mengenai dimensi penampang beton
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-33
y
. d ...................................................................................(3.14)
a = .
'
0,85 f c
Dimana :
As
(3.5) diperoleh :
M n . b . d 2 . f y (1 1 . m) ...............................................................(3.15)
2
Dimana :
fy
0,85 f c
'
..................................................................................................(3.16)
Mn
=
b.d 2
. f y (1 1 2 . m ) ..........................................................(3.17)
'
Perhatikan bahwa Rn hanya tergantung dari pada , f y dan f c . Untuk b dan d yang
3.5.1
1
(1
m
2 m Rn
) ...........................................................................(3.18)
fy
BAB I-34
Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur murni
(a)
(b)
Diagram Regangan
= Reg. ultimit beton tekan
= 0,003
= Reg. pada baja
Tul.
Gambar 3.10. Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur
(tipe under reinforce)
2. Tipe Keruntuhan Tekan (OVER REINFORCED)
BAB I-35
Keruntuhan tekan terjadi bila regangan yang terjadi pada daerah baja tulangan lebih
kecil dari regangan lelehnya
Balok dengan tulangan yang kuat
Nilai fs < fy , s y , s > b dimana baja tulangan telah leleh.
Tegangan yang terjadi pada baja, fs dapat ditentukan dengan menggunakan
perbandingan pada diagram regangan berikut :
Gambar 3.11a. Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur tipe
keruntuhan tekan
f s s .E s
s 0,003
d c
d a
0,003 1
c
a
Atau :
d a
f s 600 1
, Es = 200.000 MPa
a
BAB I-36
Mulai
Gambar 3.12.a Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur
tipe keruntuhan seimbang (Balance)
Diberikan : , , , ,
Diambil MPa
Tegangan yang terjadi dapat ditentukan dengan menggunakan perbandingan pada
diagram regangan berikut :
As
d c
s 0b,003
.d c b
fy
1,d4 c
s
b
minE
0,003 f y cb
Tidak
600
600 f
y
cb
.d
Ya
0,75 b
Ya
Tidak
Penampang
diperbesar
As . f y
'
0,85 f c . b
a
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang
I
M n As . f y (d )
2
Selesai
BAB I-37
BAB I-38
= 400 mm
= 800 mm
= 740 mm
fc
'
= 25 MPa
fy
= 400 MPa
As
= 6 D 25 = 2945 mm2
Penyelesaian :
As
2945
= 400 . 740 = 0,0143
b.d
min
= f =
= 0,0035
400
y
1,4
1,4
600
600 f y
'
0,85 f c
. 1
=
fy
0,85 . 25
600
. 0,85
400
600
400
= 0,027
max = 0,75 b = 0,75 . 0,027 = 0,02
As . f y
Mn
= As . f y ( d
2945 . 400
=
= 138,6 mm
0,85 f c . b 0,85 . 25 . 400
'
a
)
2
138,6
)
2
= 790084600 Nmm
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-39
= 790,0846 . 106
= 790,0846 KNm
Latihan
1. Tentukan Mn dari suatu balok dengan penampang seperti gambar, dengan tulangan
baja tarik saja, fc = 30 MPa dan fy = 400 MPa.
3.5.2
Secara rinci prosedur analisis balok persegi tulangan tunggal pada Gambar 3.14
BAB I-40
Mulai
Diberikan : , , , , , ,
Hitung :
=
=
= 0,75
=
=
=
=
max
Tentukan agar tulangan tekan leleh
max
Tulangan :
As = . b .
Tulangan minimum :
=..
Hitung :
=
=
=
Pilih tulangan
Tulangan :
= ..
= ..
Selesai
BAB I-41
d'
= 60 mm
fc
f y = 400 MPa
= 0,8
'
= 25 MPa
= 800 mm
d = 720 mm
Penyelesaian :
a. Mu = 5 tm = 50 kNm = 50.106 Nmm
Mn =
Mu
50.10 6
= 62,5.106 Nmm
0,8
0,85 f c
600
0,85 . 25
600
1 .
=
= 400 . 0,45 . 600 400 = 0,027
fy
600 f y
'
m =
fy
0,85 f c
400
'
= 0,85 . 25 = 18,823
Mn
62,5.10 6
Rn =
=
= 0,3014
bd2
400 . (720) 2
1
1
m
2 m Rn
fy
1
1
18,823
2 .18,823 . 0,3014
400
= 0,00076
min
1,4
1,4
f y = 400 = 0,0035
BAB I-42
As
Dipakai :
Tulangan tarik 3 D 22 = 3 ( 1
Mn =
450.10 6
= 562,5.106 Nmm
0,8
0,85 f c
600
0,85 . 25
1 .
=
= 400 . 0,45 .
fy
600 f y
'
600
600 400
= 0,027
fy
m =
0,85 f c
400
'
= 0,85 . 25 = 18,823
Rn =
Mn
562,5.10 6
=
= 2,713
bd2
400 . (720) 2
1
m
2 m Rn
fy
1
18,823
2 .18,823 . 2,713
400
= 0,0073
min
1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400
As
Dipakai :
Tulangan tarik 6 D 22
= 6(1
(22) 2 )
4
BAB I-43
Mn =
Mu
1200.10 6
= 1500.106 Nmm
0,8
0,85 f c
600
0,85 . 25
1 .
=
= 400 . 0,85 .
fy
600 f y
'
600
600 400
= 0,027
m =
Rn =
fy
0,85 f c
400
'
= 0,85 . 25 = 18,823
Mn
1500.10 6
=
= 7,234
bd2
400 . (720) 2
1
m
2 m Rn
fy
1
1
18,823
2 .18,823 . 7,234
=
400
0,023
.
=
1
m
d
600
600 f
y
1
60
600
= 18,823 . 0,85 . 720 600 400 = 0,0113
Ditentukan :
M n1 =
( 1 ) . b . d . f y . (d a )
2
= 431,232.106 Nmm
M n1 = M n M n1
= 1500.106 1068,768.106
= 431,232.106 Nmm
'
M n2
431,232.10 6
=
=
= 0,00566
b . d . f y . (d d ' )
300 . 720 . 400 . (720 60)
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-44
As
'
As = ' . b . d = 0,00566 . 400 . 720 = 1630,08 mm2
Dipakai :
Tulangan tarik 10 D 28 = 10 ( 1
(28) 2 )
(28) 2 )
16
1
x10 0,625m
16
BAB I-45
Mu
qu.l 2
67,4.10 2
Mu
f ' c 1 0,59
fy
400
0,01
0,16
f 'c
25
sehingga
bd 2
842,5 x10 6
290.10 6 mm 3
0,8 25.0,161 0,59.0,16
BAB I-46
Mu
68,57.10 2
857kNm 857.10 6 Nmm
8
3,2655
b.d 2 400 x8.10 2
Sedangkan
Mu
f ' c 1 0,59
b.d 2
Atau
f ' c 1 0,59
Mu
3,2655
b.d 2
Sehingga
0.8 x 25 1 0,59 3,2655 0
11,8 2 20 3,2655 0
fy
0,183
fc '
sehingga
0,01144
fy
400
0,85 f c
600
1 .
0,02032
fy
600 f y
'
maks 0,75 b
As min
As min
fc '
4 fy
bw.d
25
.400.810 1012,5mm 2
4.400
1,4
1,4
bw.d
.400.810 1134 mm 2
fy
400
BAB I-47
d d
a
As. fy
3695 x 400
174mm
0,85. f ' c.b
0,85 x 25 x 400
a 174
0,213
d 818
ab
600
600
0,85
1
0,51
d
600
fy
600
400
diperoleh
a
a
0,213 b 0,51
d
d
8. cek Mn
a
174
BAB I-48
Bagian pertama, adalah bagian yang bertulang tunggal dengan luas tulangan tariknya
'
As1 ( As As ) , termasuk juga balok segi empat ekuivalen seperti dibahas dalam
pasal 3.2, sehingga membentuk kopel Ts1 dan Cc. Bagian kedua, adalah tulangan tarik
dan tulanagn tekan yang luasnya sama, yaitu As2 = As = (As As1), sehingga membentuk
kopel Ts2 dan Cs.
a. Penampang
b. Regangan
BAB I-49
M n1 =
( As As ) f y (d a )
2
'
Dimana :
'
( As As ) f y
'
0,85 f c b
'
M n 2 As f y (d d ' )
Adapun bagan alir analisis tulangan rangkap diberikan pada Gambar 3.16.
Komponen
Struktur
Plat solit
satu arah
Balok atau
plat lajur
satu arah
Tebal Minimum, h
Satu ujung
Kedua ujung
Dua tumpuan
Kantilever
menerus
menerus
Komponen tidak mendukung atau menyatu dengan partisi atau konstruksi
lain yang akan merusak akibat lendutan besar
l
20
l
16
l
24
l
28
l
21
l
18,5
l
10
l
8
Tabel 3.2.5(a) SNI 2002 hanya diperuntukan bagi balok dan plat beton bertulang satu
arah, non prategang, berat beton normal (wc=23 kN/m3) dan mutu baja tulangan BJTD
40. apabila digunakan mutu tulangan baja yang lain nilai dari daftar harus dikalikan
dengan factor berikut :
0,4
fy
700
BAB I-50
Mulai
Diberikan : , , , , , ,
min
Tidak
1,4
fy
Ya
min
terlalu kecil
Tidak
Ya
=
=
Selesai
Gambar 3.16 Bagan Alir Analisis Tulangan Rangkap
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-51
Tinggi Balok
BAB I-52
tinggi
dapat
menyebabkan
menurun/hilangnya
BAB I-53
As
b = 400 mm
d'
'
= 800 mm
d = 720 mm
d ' = 60 mm
'
f c = 25 MPa
As
f y = 400 MPa
b
Hitung Mn, jika :
'
1. Tulangan As = 5735,8 mm2 ; As = 1419,4 mm2
'
2. Tulangan As = 5735,8 mm2 ; As = 3277,4 mm2
As
As
5735,8
= (400 . 720) = 0,0199
b.d
= 1419,4 mm2
As
1419,4
= (400 . 720) = 0,00493
b.d
= 5735,8 mm2
'
As1
'
= As - As = 5735,8 1419,4 = 4316,4 mm2
min
1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400
= 0,01991
> min
ok!
f y .d
600 f y
BAB I-54
0,85 . 0,85 . 25 . 60
600
600 400
400 . 720
= 0,01129
' = 0,01498 ' = 0,01498 > 0,01129; tulangan tekan leleh ( f s f y )
'
0,85 f c
600
1 .
=
fy
600 f y
'
0,85 . 25
600
0,85 .
400
600
400
fc'
= 0,02709
' . fs
fs' f y
= 0,75 b
fy
'
max
0,00493. 400
= 0,02524
400
'
=
=
ok!
As . f y As . f s
'
'
0,85 f c . b
'
fs f y
= 203 mm
Mn =
( As f y As f s ) (d a ) As f s (d d ' )
2
'
'
'
'
= 1442,58 KNm
= 5735,8 mm2
As
5735,8
= (400 . 720) = 0,01991
b.d
BAB I-55
As
= 3277,4 mm2
'
'
= As - As = 5735,8 3277,4 = 2458,4 mm2
As1
'
min
As
3277,4
= (400 . 720) = 0,01138
b.d
1,4
1,4
=
= 0,0035
fy
400
= 0,01991
> min
ok!
f y .d
600 f y
0,85 . 0,85 . 25 . 60
600
600 400
400 . 720
= 0,01129
' = 0,00853 ' = 0,00853 < 0,01129; tulangan tekan belum leleh (
'
fs f y )
'
Dicari f s factual :
fs
'
0,85 1 . f c . d '
1
( ' ) f y . d
'
= 600
0,85 .0,85 . 25 . 60
= 335,3 MPa
0,85 f c
600
1 .
=
fy
600 f y
'
BAB I-56
0,85 . 25
600
0,85 .
400
600
400
fc'
= 0,02709
max
' . fs
= 0,75 b
fy
'
0,01138 . 335,3
= 0,02986
400
ok!
'
=
=
As . f y As . f s
'
'
0,85 f c . b
5735,8. 400 3277,4 . 400
0,85 . 25 . 400
= 140 mm
Mn
= ( As f y As f s ) ( d a ) As f s ( d d )
'
'
'
'
'
As As' fy
0,85 fc' b
Ast. fy
0,85. fc' b
a
1
BAB I-57
c d'
0,003
c
d-c
0,003
s
c
s '
Dengan menganggap s y, yang berarti baja tarik telah meluluh, akan timbul
salah satu dari dua kondisi berikut ini
a. kondisi I : s y, menunjukkan bahwa anggapan pada langkah awal
betul dan tulangan baja tekan meluluh.
b. kondisi II : s < y, menunjukkan bahwa anggapan pada langkah awal
tidak betul dan tulangan baja tekan belum meluluh.
Kondisi I
5. Apabila s dan s keduanya melampaui y, hitunglah kapasitas momen teoritis
Mn1 dan Mn2
Untuk pasangan kopel gaya tulangan tekan dan tarik Mn2 = As.fy. (d d)
Untuk pasangan kopel gaya beton tekan dan tulangan tarik Mn2 = As.fy. (d a
)
2
aktual
Ast
b.d
Kondisi II
5. Jika s< y dan s y, untuk mendapatkan nilai c digunakan persamaan
sebagai berikut
(0,85.fc.b. 1)c2 +(600As-As.fy)c-600d.As=0
Dapatkan nilai c dari persamaan kuadrat.
6. menghitung tegangan pada tulangan baja tekan,
fs '
c d'
(600)
c
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-58
As '. fs '
A
aktual st
fy
b.d
Contoh C4.4
2D36
d=65 mm
510 mm
6D32
ds=90
300 mm
diketahui :
fc = 20 MPa
fy = 300 MPa
Ditanya : MR
Penyelesaian
Anggap semua tulangan sudah leleh (luluh)
fs = fy dan fs = fy
As1
= As As
= 4825,6 2035,8 = 2789,8 mm2
BAB I-59
Dari pasangan kopel beton desak dan tulangan baja tarik, tinggi blok tegangan
desak beton dapat dihitung.
H = 0
Cc = Ts1
0,85.fc.a.b =As1.fy
As1 . fy
0,85. fc '.b
2789.8.300
164,1 mm
0,85.20.300
a
164,1
193,1 mm
1
0,85
0,003
c
's
c d'
.0,003
c
's
193,1 65
.0,003 0,002
193,1
s
d c
0,003
c
d c
.0,003
c
510 193,1
.0,003 0,0049
193,1
fy
300
0,0015
Es 200.000
d cb
y
cb.y 0,003 d cb
cb.y 0,003.d 0,003cb
BAB I-60
cb y 0,003 0,003.d
cb
cb
Ccb
0,003.d
y 0,003
0,003.d
fy 0,003
E
0,003.d .E
600.d
600.510
340 mm
fy 0,003.E fy 600 300 600
ab = . cb = 0,85 . 340 = 289 mm
= 0,85.fc.ab.b
=0,85. 20. 289 . 300.10-3
=1473,900 kN
Ccb
= Ts1
Ccb
= Asb . fy
Ccb
= Asb . 300
Asb
1473900
4913 mm2
300
= As1 . fy (d-
a
)
2
164,1
).10-6
2
= 358,2 kNm
Mn2
= Asfy (d d)
= 2038,8 . 300 (510 65).10-6
= 271,8 kNm
Mn
= Mn1 + Mn2
= 358,2 + 271,8
= 629,4 kNm
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-61
MR
= . Mn
= 0,8 . 629,4 = 504 kNm
Contoh C4.5
d=65 mm
2D25
530 mm
3D36
ds=70
300 mm
diketahui :
fc = 35 MPa
fy = 400 MPa
Ditanya : Mn
Penyelesaian
Anggap semua tulangan sudah luluh (leleh)
fs = fy
As1
fs = fy
= As As
= 3053,6 981,8 = 2071,8 mm2
Dari pasangan kopel beton desak dan tulangan baja tarik, tinggi blok tegangan desak
beton dapat dihitung.
H = 0
Cc = Ts1
0,85.fc.a.b =As1.fy
a
As1 . fy
0,85. fc '.b
2071.8.400
92,9 mm
0,85.35.300
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-62
a
92,9
114,7 mm
1 0,81
0,003
c
's
c d'
.0,003
c
's
114,7 65
.0,003 0,0013
114,7
s
d c
0,003
c
d c
.0,003
c
550 114,7
.0,003 0,0109
114 ,7
fy
400
0,002
Es 200.000
Diperoleh s < y dan s > y, baja tarik luluh dan baja tekan belum luluh, anggapan
tidak benar
H = 0
T = Cc + Cs
T = As1.fy
Cc = 0,85.fc.a.b
Cs = fs . As
a=.c
BAB I-63
's
fs = Es . s
c d'
.0,003
c
c d'
.0,003
d
fs = Es .
T = Cc + Cs
Substusi
As.fy = 0,85.fc.a.b + fs . As
c d'
.0,003 . As
d
Ac2 + Bc + c = 0
C = d. 0,003. Es. As
Es = 200.000
Diperoleh
(0,85.fc. 1 .b) c2 + (600.As-As.fy)c 600. d. As = 0
maka didapatkan koefisien yanglebih sederhana
A = 0,85.fc.b. 1
B = 600.As-As.fy
C = 600. d. As
Dengan persamaan
7229,25 c2 632360 c 38290200 = 0
Diperoleh nilai c = 128,7 mm
Nilai c dimasukan dalam persamaan
c d'
.0,003 .Es
c
fs '
BAB I-64
c d '.
128,7 65
.600
.600 296,97 MPa
c
128,7
didapat
Cc
= 0,85.fc. 1. c.b
= 0,85. 35 . 0,81 . 128,7. 300.10-3
= 929,98 kN
Cs
= As . fs
= 296,07 . 981,8 . 10-3
= 291,57 kN
= Cc + Cs
= 929,98 + 291,57
= 1221,55 kN
= As . fy
= 3053,6 . 400. 10-3
= 1221,44 kN
= Cc ( d-
a
)
2
= 929,98 (530 -
104,2
).10-3
2
= 444,44 kNm
Mn2
= Cs (d-d)
= 291,57 ( 530 65 ). 10-3
= 135,58 kNm
Mn
= Mn1 + Mn2
= 580,02 kNm
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-65
= . Mn
MR
729 mm2
fy
400
As1
2325
0,0146
b.d 300.530
maks 0,75 b
0,85. 1 f ' c
600
.
600 fy
fy
BAB I-66
b
hfa
d h
As
bw
1. a h f balok persegi dengan lebar b
Ada 2 kondisi :
2. a h f balok T Murni
Untuk Garis Netral Memotong Perbatasan Badan Dengan Flens ( C h f )
c 0,003
c a 1 . c
hf
0,85 f c
'
s y
a
2
C T
'
C 0,85 f c . a . b
T
As . f y
M n As . f y ( d
a
)
2
BAB I-67
c 0,003
hf
0,85 f c
'
d
Mulai
a
2
s y:
Diberikan
a h f 1. c
C T
'
C 0,85 f c .a.b
'
0,85 f c . a . b As . f y
Dicari
saat
T As . f y
a
M n As . f y ( d )
2
As . f y
'
0,85 . f c . b
s 0,003
b
Tidak
hf
0,85 f c
c Yaa
saat
d
Balok T Murni
'
Balok Persegi
s y
C C1 C 2
'
'
hf
2
) C 2 (d
a
)
2
Selesai
BAB I-68
b bw 16h f
b Ln
BAB I-69
hf
d
As
bw
Ln = 3,5 m
8m
Diketahui balok penampang T diatas dua perletakan, dengan data-data sebagai berikut:
= 30 MPa
= 0,85
fy
= 400 MPa
= 800 mm
= 720 mm
hf
= 120 mm
bw
= 300 mm
Ln
= 3500 mm
fc
'
b = L = . 8000 = 2000 mm
b = Ln
= 3500 mm
C 0,85 f c . a . b
T As . f y
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-70
'
0,85 f c . a . b As . f y
a
c
As . f y
'
0,85 f c . b
a
c hf
3078,76 . 400
0,85 . 30 . 2000
= 24,14 mm
24,14
28,4 mm
0,85
a
)
2
24,14
)
2
= 871,819 kNm
Atau :
M n = 0,85 . f c ' . a . b . ( d
a
)
2
24,14
)
2
= 871,819 kNm
CARA II :
Menentukan besarnya As agar garis netral tepat memotong perbatasan flens dengan
badan (web); c h f = 120 mm
C T
'
C 0,85 f c . a . b
T As . f y
'
0,85 f c . a . b As . f y
0,85 f c . 1 . c . b As . f y
'
0,85 . f c . 1 . c . b
fy
'
As
BAB I-71
= 13005 mm2
Menentukan besarnya As agar a h f = 120 mm
'
0,85 f c . a . b As . f y
'
0,85 . f c . a . b
As
fy
= 15300 mm2
2. Balok T merupakan bagian dari suatu system lantai dengan jarak spasi antar balok
800 mm, bw= 250 mm, hf = 50 mm, d = 300 mm, As = 3D29, hitunglah kuat momen
tahanan MR apabila fy = 400 MPa dan fc = 20 MPa
Penyelesaian
1. Karena panjang flens tidak diketahui, lebar flens efektif ditentukan berdasarkan tebal
flens dan jarak antar balok satu dengan lainnya.
bw + 16 hf = 250 + 16 (50) = 1050 mm
jarak antara balok ke balok = 800 mm
dengan demikian b yang digunakan adalah = 800 mm
As = 3D29 = 1980,55 mm2
As . f y
'
0,85 f c . b
a hf
1980,55 . 400
0,85 . 20 . 800
= 58,25 mm
C C1 C2
'
'
a
)
2
2
50
58,25
2
2
M n C1 ( d
) C2 ( d
= 195,6 kNm
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-72
As . f y
'
0,85 f c . b
3961,11 . 300
0,85 . 20 .1500
= 46,6 mm
a
)
2
46,6
)
2
= 697,19 kNm
T As . f y
'
'
0,85 f c . (b bw ) h f 0,85 f c .bw . a As . f y
'
a =
=
As . f y 0,85 f c . (b bw ) h f
'
0,85 f c . bw
15543 . 400 0,85 . 30 ( 2000 300) 120
0,85 . 30 . 300
= 132,70 mm
Untuk As = 22 D 30 = 22 ( . . 30 2 ) = 15543 mm2 (balok T Murni)
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-73
C = C1 C 2
'
'
0,85 f c . (b bw ) h f 0,85 f c . bw . a
C T
T As . f y
'
'
0,85 f c . (b bw ) h f 0,85 f c .bw . a As . f y
'
a =
=
As . f y 0,85 f c . (b bw ) h f
'
0,85 f c . bw
15543 . 400 0,85 . 30 ( 2000 300) 120
0,85 . 30 . 300
= 132,70 mm
c =
132,70
156,12 mm
0,85
b
A1
A1
hf
A2
bw
hf
M n C1 ( d
) C 2 (d
a
)
2
'
M n C1 ( d
hf
2
) C 2 (d
= 5202000 (720
a
)
2
120
) + 1015155
2
= 3433320000 + 663556056,7
= 4096876056,7 Nmm
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-74
= 4096 kNm
3.7.2. Perencanaan Balok Penampang T Bertulangan Tunggal Memikul Lentur
Murni Dihitung Secara Kekuatan Batas
Diketahui momen yang bekerja, dicari tulangan tarik tunggal
Kondisi Balance (Seimbang)
b
A1
A1
hf
0,85 f c
cb
'
ab
A2
bw
Kondisi balance
cb
c
d
c s
cb
c
.d
c s
c 0,003
fy
Es
E s 200000 MPa
a b 1 . cb
ab h f
Check dulu :
C1 0,85 f c . (b bw ) h f
'
C 2 0,85 f c . bw . ab
BAB I-75
Asb1
T1
fy
Asb 2
T2
; T2 C1
fy
; T1 C1
b
hf
'
0,85 f c
a hf
bw
Mn yang diketahui :
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML ; untuk kombinasi beban mati dan beban hidup
Mu
C 0,85 f c . a . b
Mn yang dapat ditahan penampang = C ( d
a
)
2
Check apakah Mn yang diketahui lebih besar dari Mn yang dapat ditahan oleh
penampang untuk keadaan a h f
balok T Murni
Jika Tidak, artinya a h f balok Persegi
Jika Ya, artinya a h f
BAB I-76
Menentukan Tulangan
'
C1 0,85 f c . (b bw ) h f
'
C2 0,85 f c . bw . a
M n C1 ( d
hf
2
) C 2 (d
'
a
)
2
M n 0,85 . f c . (b bw ) h f ( d
As1
T1
fy
T1
C1
As 2
T2
fy
T2
C2
hf
2
'
) 0,85 f c . bw . a ( d
a
)
2
As As1 As 2
ok
As > As max Ukuran balok diperbesar
As As max
b
hf
bw
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-77
Tentukan luas tulangan balok T diatas, yang memikul momen akibat beban mati dan
beban hidup, dengan data :
'
fy
b
fc
= 30 MPa
= 400 MPa
= 750 mm
hf
bw
d
= 900 mm
= 300 mm
= 175 mm
MD
= 50 tm
ML
= 70 tm
Langkah penyelesaian :
a. Menentukan luas tulangan tarik maks (As max)
As max 0,75 Asb
As . b . d
b
A1
A1
hf
0,85 f c
cb
'
ab
A2
bw
c 0,003
s y
cb
fy
Es
400
0,002
200000
0,003
.d
0,003 0,002
balok T Murni
'
C1 0,85 f c . (b bw ) h f
C1 0,85 . 30 . (750 350) . 175 = 1785000 N
'
T1
1785000
=
= 4462,5 mm2
fy
400
BAB I-78
= As . f y , karena C = T
Asb 2
C1 = T1 ; C2 = T2
T2
4096575
=
= 10241,4 mm2
fy
400
b. Menentukan apakah akibat momen yang bekerja tersebut, balok berfungsi sebagai
balok T
Dianggap a h f = 175 mm
0,85 f c
hf
a hf
'
bw
'
C 0,85 f c . a . b
= 0,85 . 30 . 175 . 750
= 3346875 N
Momen yang dapat ditahan penampang
M n C (d
a
)
2
= 3346875 . (900
175
)
2
= 2719335937 Nmm
= 2719 kNm
Mu yang diketahui :
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 . 50 + 1,6 . 70
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-79
= 60 + 112
= 172 tm
= 1720 kNm
1 tm = 10 kNm = 10. 106 Nmm
Mn yang diketahui :
Mu
Mn =
1720
balok persegi
1. Jika diketahui Mu = 250 tm = 2500 kNm
Mu
Mn =
2500
= 0,8
artinya
Balok T Murni
Menentukan Tulangan
'
M n 0,85 . f c . (b bw ) h f ( d
hf
2
'
) 0,85 f c . bw . a ( d
a
)
2
a ( 900 a )
2
a + 1674687500 = 0
a = 240,67 mm
'
0,85 f c . (b bw ) h f = 0,85 . 30 . (750 350) . 175 = 1785000 N
C =T
T = As . f y
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-80
As1
T1
fy
T1
C1
1785000
400
= 4462,5 mm2
C 2 0,85 f c ' . bw . a
T2
fy
T2
C2
2147979,75
400
= 5369,95 mm2
As As1 As 2 = 4462,5 + 5369,95 = 9832,45 mm2
BAB I-81
Diberikan :
, ,, ,,,
0,75 b
Tidak
Ya
As
1,4
bw . d
fy
Penampang
diperbesar
Tidak
Balok T
Murni
As f y
.
bd f c '
1,18 d
hf
1
Ya
Tidak
ditingkatkan
Ya
Balok Persegi
Selesai
Gusneli Yanti | Struktur Beton Bertulang I
BAB I-82
BAB I-83