SEPSIS
BAB I
0
LAPORAN KASUS
Nama
NIM
I. IDENTITAS
Nama lengkap/CM
: Ny. M /01.00.21.20
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 53 tahun
Suku bangsa
: Betawi
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SLTA
Alamat
: Jl.
Tanggal masuk RS
: 17-02-2016
II. ANAMNESIS
1
Telah dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada hari Rabu pukul 13.00 WIB, tanggal 17
Februari 2016 di ruang 508.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan demam sejak1 bulan yang lalu SMRS.
Keluhan Tambahan
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut,
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan demam sejak 1 bulan yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasa os setiap hari dan naik turun. Os mengaku sering
berkeringat dan menggigil. Os juga mengeluhkan nyeri perut di bagian bawah sejak 3 bulan
SMRS. Os mengaku rutin kontrol kebidanan dan di diagnosa mioma uteri, dengan rencana
operasi bulan Juni mendatang. BAK dan BAB baik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat riwayat hipertensi dan DM pada keluarga pasien. Terdapat riwayat kista
ovarium pada adik pasien
Riwayat Kebiasaan
-
Riwayat Pengobatan
Obat anti nyeri
Riwayat alergi
2
Keadaan Umum
Kesan sakit
Kesadaran
: Compos mentis
N 82x/menit RR 20x/menit
S 38,6oC
BB : 50kg
TB : 165cm
BMI : 18,3
Kesan : Normal
Status Generalis
Kulit
Warna kulit sawo matang, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik, efloresensi
bermakna (-).
Kepala
Normochepali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, deformitas (-)
Mata : Ptosis (-), palpebra oedem (-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+/+).
Telinga : Normotia, nyeri tarik atau nyeri lepas (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen
(-/-)
Hidung : Deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), kavum nasal tampak lapang (+/+)
Mulut : sianosis (-),bibir tidak kering, mukosa mulut tidak kering, tidak ada efloresensi
yang bermakna, oral hygine baik, uvula letak di tengah, tidak hiperemis, arkus faring
tidak hiperemis dan tidak tampak detritus, tonsil T1/T1.
Leher
4
batas paru dengan hepar : setinggi ICS 5 linea midclavicula kanan dengan suara redup
batas paru dengan jantung kanan : setinggi ICS 3 hingga 5 linea sternalis kanan
suara redup
batas atas jantung : setinggi ICS 3 linea parasternal kiri dengan suara redup
Auskultasi :
-
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak efloresensi yang bermakna, perut buncit, smiling umbilicus (-),
hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-), spider navy (-).
Auskultasi : BU (+) normal.
Perkusi : Didapatkan timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-).
Palpasi : datar, tidak teraba massa, defence muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-).
Nyeri lepas (-).
Hepar, lien tidak teraba, ballotemen (-).
Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, tidak tampak efloresensi yang bermakna, oedem ekstremias superior
(-/-), oedem ekstremitas inferior (-/-), palmar eritema (-/-).
Palpasi : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(17/2/16)
JENIS
PEMERIKSAAN
Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin
GDS
Elektrolit
Na
K
Cl
Hasil
Satuan
Nilai normal
45,0
3,8
11,2
34
172
89,0
29,7
33,3
13,2
ribu/ul
juta/ul
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dl
%
3,6-11
3,8-5,2
11,7-15,5
35-47
150-440
80-100
26-34
32-36
<14
99
1,10
123
mg/dl
mg/dl
mg/dL
13-43
<1,1
<110
139
5,5
105
mmol/l
mmol/l
mmol/l
135-155
3,6-5,5
98-109
IV.
RINGKASAN
Pasien seorang perempuan berusia tahundatang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan
keluhan demam sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasa os setiap
6
hari dan naik turun. Os juga mengeluhkan nyeri perut di bagian bawah sejak 3 bulan SMRS.
Nyeri dirasakan menjalar ke punggung, nyeri diakui os semakin memberat. Os mengaku rutin
kontrol kebidanan dan di diagnosa mioma uteri, dengan rencana operasi bulan Juni
mendatang. BAK dan BAB baik. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran pasien compos
mentis, suhu 38,00C. Pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis, anemia, dan
hiperkalemia.
V. DAFTAR MASALAH
- Sepsis
- Mioma Uteri
- Hiperkalemia
VI.
PENGKAJIAN MASALAH
1. Sepsis
a. Gejala klinis yang mendukung adalah demam tinggi > 38,0C, leukositosis > 12.000
pada pasien 45.000, terpenuhi 2 dari 5 gejala SIRS (Systemic inflamatory Response
syndrome) + curiga adanya infeksi pada uterus maka pasien didiagnosis mengalami
sepsis.
b. Rencana diagnosis :
-Darah Lengkap
-Elektrolit
-AGD
-Ro Thorax
-Urinalisa
-Prokalsintonin
c. Rencana terapi :
-Perbaiki Hemodinamik: Aseng / 8 j
-Antibiotik: cefoperazone 3x1g
-Vasopressor
-Edukasi
2. Mioma Uteri
a. Dasar diagnostik : Nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri menjalar ke punggung
belakang, nyeri dirasakan semakin memberat. riw. kista ovarium pada keluarga,
b. Rencana diagnostik :
- USG
c. Rencana Terapi :
- Laparotomi
3. Hiperkalemia
a. Dasar diagnostik : hasil kalium
b. Rencana diagnostik :
- elektrolit
7
c. Rencana Terapi :
- KCl
VII.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Follow up harian
Tanggal
18/02/12
Subjektif
Nyeri perut,
Objektif
Kesadaran : CM
Sulit BAB,
KU
tampak
Assessment
Penatalaksanaan
Prolonge fever ec Epysan sry 3x1cth
sakit susp Sepsis
B com 3x1
sedang
Mioma Uteri
Cefoperazon 3x1gr
Suhu : 37,4C
Hiperkalemia
Ranitidin 2x1
TD : 90/60
N : 102x/menit
Ondancentron 2x1
RR:20x/menit
Mata : CA -/-, SI -/Thorax
-
Paru : Sn
vesikuler +/+,
ronki -/-,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SEPSIS
A. DEFINISI
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) adalah suatu bentuk respon inflamasi
terhadap infeksi atau non-infeksi yang ditandai oleh gejala: 6
Tabel 1. Kriteria SIRS 6,7
Sedangkan sepsis adalah SIRS yang disebabkan oleh infeksi. 6 Sepsis berat adalah sepsis
disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi yang tidak terbatas hanya pada laktat
asidosis, oliguria maupun perubahan mental akut.7,8 Sedangkan syok sepsis adalah sepsis dengan
hipotensi yang ditandai dengan penurunan TDS < 90 mmHg atau penurunan >40 mmHg dari
tekanan darah awal tanpa adanya obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan darah.6-9
Gambar
3. Faktor
yaitu IL-1-reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi
atau represi terhadap respon yang berlebihan. Keseimbangan dari kedua respon ini bertujuan
untuk melindungi dan memperbaiki jaringan yang rusak dan terjadi proses penyembuhan.
Namun ketika keseimbangan ini hilang maka respon proinflamasi akan meluas menjadi respon
sistemik. Respon sistemik ini meliputi kerusakan endothelial, disfungsi mikrovaskuler dan
kerusakan jaringan akibat gangguan oksigenasi dan kerusakan organ akibat gangguan sirkulasi.
Sedangkan konskuensi dari kelebihan respon antiinfalmasi adalah alergi dan immunosupressan.
Kedua proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga menciptakan kondisi ketidak
harmonisan imunologi yang merusak.10
perantara reseptor CD
bereaksi
makrofag
mengekspresikan
dan
dengan
imunomodulator.10
dan
M-CSF
(Macrophage
Colony
Stimulating
Factor),
sedangkan
Th2
akan
mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, IFN-g, IFN 1 dan TNF yang merupakan sitokin
proinflamantori. IL-1 yang merupakan sebagai imuno regulator utama juga memiliki efek pada
sel endothelial termasuk didalamnya terjadi pembentukkan prostaglandin E2 (PG-E 2) dan
merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) yang menyebabkan neutrofil
tersensitisasi oleh GM-CSF mudah mengadakan adhesi.10 Neutrofil yang beradhesi akan
mengeluarkan lisosim yang menyebabkan dinding endotel lisis sehingga endotel akan terbuka
dan menyebabkan kebocoran kapiler. Neutrofil juga membawa superoksidan yang termasuk
kedalam radikal bebas (nitrat oksida) sehingga mempengaruhi oksigenisasi pada mitokondria
sehingga endotel menjadi nekrosis dan terjadilah kerusakan endotel pembuluh darah. Adanya
kerusakan endotel pembuluh darah menyebabkan gangguan vaskuler dan hipoperfusi jaringan
sehingga terjadi kerusakan organ multipel.10
Gambar
6.
D. GEJALA KLINIS
Umumnya klinis pada sepsis tidak spesifik, biasanya hanya didahului oleh tanda-tanda
non spesifik seperti demam, menggigil dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah dan
tampak kebingungan. Tempat infeksi yang paling sering adalah paru-paru, traktus digestifus,
traktus urinarius, kulit, jaringan lunak dan sistem saraf pusat. Gejala sepsis tersebut akan
semakin berat pada pendeita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama yang
sering diikuti dengan syok.10
E. DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis sepsis, diperlukan anamnesa, pemeriksaan fisik
pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan penunjang.
dan
Tabel
5.
Sepsis berat menurut Society of Critical Care Medicine 7,11
F. DATA LABORATORIUM
4. Terapi suportif
a. Oksigenasi
Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai dengan penurunan
kesadaran atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik segera dilakukan.
b. Terapi cairan
Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid (NaCl 0.9% atau
binatang percobaan yang dibuat sepsis dapat menurunkan angka mortalitas. Pada
suatu studi prospektif pada manusia pemberian dosis tinggi 30 mg metil
prednisolon/kgBB dan diikuti 5 mg/kgBB/jam sampai 9 jam pada ke dua studi ini
tidak didapatkan peningkatan angka mortalitas. Pada penelitian yang lain juga
didapatkan hasil yang sama dan hanya dapat memperbaiki keadaan shock tetapi tidak
memperbaiki angka mortalitas.11
5. Modifikasi respons inflamasi
Anti endotoksin (imunoglobulin poliklonal dan monoklonal, analog lipopolisakarida);
antimediator spesifik (anti-TNF, antikoagulan-antitrombin, APC, TFPI; antagonis PAF;
metabolit asam arakidonat (PGE1), antagonis bradikinin, antioksidan (N-asetilsistein,
selenium), inhibitor sintesis NO (L-NMMA); imunostimulator (imunoglobulin, IFN-,
G-CSF, imunonutrisi); nonspesifik (kortikosteroid, pentoksifilin, dan hemofiltrasi).
Endogenous activated protein C memainkan peranan penting dalam sepsis: inflamasi,
koagulasi dan fibrinolisis. Drotrecogin alfa (activated) adalah nama generik dari bentuk
rekombinan dari human activated protein C yang diindikasikan untuk menurunkan
mortalitas pada pasien dengan sepsis berat dengan risiko kematian yang tinggi.11
MIOMA UTERI
A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot
polos, jaringan fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk mioma uteri antara lain
fibromioma, miofibroma, leiomiofibroma, fibroleiomioma, fibroma dan fibroid.
B. Gejala Klinis
Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 50% pasien. Gejala yang
disebabkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah mioma. Gejala
dan tanda yang paling sering adalah :
1. Perdarahan
uterus
yang
abnormal.
Perdarahan
uterus
yang
merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini
terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin
akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia
dan atau metrorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan
abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
2. Nyeri
panggul
Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh karena
degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun
akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar
dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan
saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas posterior.
3. Penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ sekitar.
Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan berkemih, defekasi maupun
dispareunia. Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada pelvik
sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas posterior
4. Disfungsi
reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27 40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Mioma yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan
transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral.
Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya
diperlukan
untuk
motilitas
sperma
didalam
uterus.
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi
reproduksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitch SJ, Gossage JR. Optimal management of septic shock: rapid recognition and
institution of therapy are crucial. Postgraduate Med 2002;3:50-9.
2. Angus DC, Linde WT, Lidicker J. Epidemiology of severe sepsis in the United
States. Crit Care Med 2001;20:1303-31.
3. Reinhardt K, Bloos K, Brunkhorst FM. Pathophysiology of sepsis and multiple
organ dysfunctions. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, eds. Textbook of critical
care. 15th ed. London: Elsevier Saunders Co; 2005. p.1249-57.
4. Hoyert DL, Anderson RN. Age-adjusted death rate. Natl Vital Stat Rep 2001;49:16.
5. Michael R Pinsky, Shock Septic. Available at: http://emedicine.medscape.com/
article/168402-overview#a0156. Accessed on 23rd January, 2016.
6. Leksana, Ery. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Syok dan Terapi cairan.
Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP dr. Kariadi. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, 2006. p.23-5.
7. Levy MM, Fink MP, Marshall JC, et al; SCCM/ ESICM/ ACCP/ ATS/ SIS: 2001
SCCM/ ESICM/ ACCP/ ATS/ SIS International Sepsis Definitions Conference.
Crit Care Med 2003; 31: 1250-56.
8. PAPDI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, 2007.
9. Linde-Zwirble WT, Angus DC: Severe sepsis epidemiology: Sampling, selection
and society. Crit Care 2004:8: 222-6.
10. A.Guntur.H. Sepsis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbit IPD Fakultas Kedokteran UI. 2007;1840-43.
11. R. Phillip Dellinger, Mitchell M, Andrew Rhodes, Djillali Annane, Herwig
Gerlach, Steven M, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for
Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Crit Care Med 2013;
41:580-637.
12. Sepsis. Pathogenesis of sepsis. Available at: http://www.scielo.br/scielo. php?
pid=S0103507X2009000400013&script=sci_arttext&tlng=en. Accessed on 26th
January, 2016.
13. Sepsis. Activation of complements on sepsis. Available at: Error! Hyperlink
reference not valid.. Accessed on 26th January, 2016.
27
28
29