Anda di halaman 1dari 5

FOCUS GROUP DISCUSSION-8

JUDUL

: TENGGELAM/ DROWNING

A. Tenggelam
Tenggelam adalah penyebab signifikan kecacatan dan kematian. Tenggelam telah
didefenisikan sebagai kematian sebelumnya sekunder untuk sesak napas sementara terbenam dalam
suatu cairan, biasanya air, atau dalam waktu 24 jam perendaman. Pada Kongres Dunia 2002 yang
diadakan di Amsterdam, sekelompok ahli menyarankan sebuah definisi konsensus baru untuk
tenggelam dalam rangka mengurangi kebingungan atas jumlah istilah dan definisi (> 20) merujuk
kepada proses ini yang telah muncul dalam literatur. Grup yang percaya bahwa definisi yang seragam
akan memungkinkan analisa lebih akurat dan perbandingan studi, memungkinkan peneliti untuk
menarik kesimpulan lebih bermakna dari mengumpulkan data, dan meningkatkan kemudahan
kegiatan surveilans dan pencegahan.

B. Definisi Tenggelam
Secara definisi tenggelam diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati yang disebabkan
oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga pertukaran gas menjadi tidak
mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian
tubuh ke dalam cairan .
C. Jenis Tenggelam

Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain (A) wet drowning, (B) dry
drowning, (C) secondary drowning, dan (D) the immersion syndrome (cold water drowning).
Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air yang terinhalasi.
Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu akibat asfiksia, fibrilasi
ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru pada kasus tenggelam di air asin.
Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi sedikit.
Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme laring yang
menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau kolaps sirkulasi.
Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari setelah
korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.

Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal setelah
tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol dan makan terlalu
banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini.
D. Pemeriksaan pada Kasus Tenggelam

1. Pemeriksaan luar
Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 50F per menit. Suhu tubuh akan
sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam. Lebam mayat, akan tampak jelas pada
dada bagian depan, leher dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan
dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.
Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada
pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas tubuh, dan
skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki
mengelupas.
Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini terjadi
selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau merupakan perubahan post mortal
karena terjadinya rigor mortis. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.
Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut atau hidung
atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut adalah masuknya cairan ke dalam saluran
pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan
surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernapasan yang hebat.
Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya pseudofoam yang berwarna
kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan. Perdarahan berbintik (petechial
haemmorrhages), dapat ditemukan pada kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian
bawah. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang paling
sering dijumpai adalah semi-ereksi. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang
merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai
akibat dari masuknya korban ke dalam air.
Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa berusaha untuk
tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau rumput yang tergenggam,

adanya cadaveric spasme menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat
terbenam.
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi akibat
persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-benda di sekitarnya; luka-luka
tersebut seringkali mengeluarkan darah, sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya
sebelum ditenggelamkan.
Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa kasusnya
merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa ditemukan mati dalam empang yang
dangkal, maka harus dipikirkankemungkinan adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi
racun korban dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan.
2. Pemeriksaan dalam
Untuk sebagian kasus asfiksia merupakan penyebab umum terjadinya kematian ini. Hal
tersebut dikarenakan air yang masuk ke paru-paru akan bercampur dengan udara dan lendir
sehingga menghasilkan buih-buih halus yang memblok udara di vesikula. Dalam beberapa kasus,
kematian dapat terjadi dari asfiksia obstruktif yang juga dikenal sebagai tenggelam kering yang
disebabkan oleh kejang laring yang dibentuk oleh sejumlah kecil air yang memasuki laring. Pada
beberapa kasus lainnya air tidak masuk ke paru-paru sehingga tanda-tanda klasik tenggelam
tidak dapat kita temukan.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban tenggelam, kita harus
memperhatikan apakah mayat korban tersebut sudah dalam keadaan pembusukan lanjut atau
belum. Apabila keadaan mayat telah mengalami pembusukan lanjut, maka pemeriksaan dan
pengambilan kesimpulan akan menjadi lebih sulit.
Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih dapat mengisi
trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan bendabenda asing yang ikut terinhalasi bersama air.
Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopik misalnya pasir, lumpur,
binatang air, tumbuhan air dan sebagainya. Sedangkan yang tampak secara mikroskopik
diantaranya telur cacing dan diatome .
Diatome adalah sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari silikat. Silikat ini tahan
terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome dijumpai di air tawar, air laut, sungai, sumur, dan

lain-lain. Pada korban mati tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran pernafasan dan
saluran pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, iadi absorpsi dan mengikuti aliran
darah. Diatome ini dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal, dan sumsum tulang. Bila diatome
positif berarti korban masih hidup sewaktu tenggelam.
Oleh karena banyak terdapat di alam dan tergantung musim, maka tidak ditemukannya
diatome tidak dapat menyingkirkan bahwa korban bukan mati tenggelam. Relevansi diatome
terbatas pada tenggelam dengan mekanisme asfiksia.
Cara pemeriksaan diatome adalah :
1. Ambil jaringan paru sebanyak 150-200 gram, bersihkan lalu masukkan ke dalam tabung
Erlenmeyer, masukkan H2SO4 pekat sampai menutup seluruh jaringan paru dan biarkan
selama 24 jam sehingga seluruh jaringan paru hancur dan seperti bubur hitam.
2. Panaskan dengan api yang kecil sampai mendidih sehingga semuanya benar-benar hancur.
3. Tuangkan ke dalamnya beberapa tetes HNO3 pekat, sampai warnanya kuning jernih.
4. Cairan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
5. Sedimennya dicuci dengan akuades kemudian disentrifuge lagi. Sedimennya dilihat dibawah
mikroskop. Periksalah kerangka diatome yang berupa sel-sel yang cerah dengan dinding
bergaris-garis bentuk bulat, panjang, dan lain-lain.
Pleura juga dapat kita temukan pada pemeriksaan kasus ini. Pleura yang ditemukan dapat
berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena
adanya kompresi terhadap septum inter alveoli atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat
kekurangan oksigen.
Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi
interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura. Bercak ini disebut bercak Paltouf yang
ditemukan pada tahun 1882 dan diberi nama sesuai dengan nama yang pertama mencatat
kelainan tersebut. Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian
bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.
Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru biasanya sangat
mengembang, seringkali menutupi perikardium dan pada permukaan tampak adanya jejas dari
tulang iga, pada perabaan kenyal. Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga
beratnya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah sekitar 250-300
gram.

Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang berwarna
kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari
penampang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa
tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti tersebut diatas
dikenal dengan nama emphysema aquosum atau emphysema hydroaerique. Obstruksi pada
sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung kanan dan pembuluh vena besar dan
keduanya penuh berisi darah yang berwarna merah gelap dan cair, tidak ada bekuan.

Anda mungkin juga menyukai