Anda di halaman 1dari 41

Akuisisi data seismik laut 2D dilakukan untuk memetakan struktur geologi di bawah laut

dengan menggunakan peralatan yang cukup rumit seperti: streamer, air gun,
perlengkapan navigasi dll.
Skema akuisisi marin 2D dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Dalam praktiknya akuisisi seismic marin terdiri atas beberapa komponen: kapal utama,
gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-kadang perlengkapan
gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang biasanya ditempatkan 240 meter
di belakang kapal utama (3 meter di dalam air)

Didalam kapal utama terdapat beberapa departemen: departemen perekaman (recording),


navigasi, seismic processing, teknisi peralatan, ahli komputer, departemen yang
bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja, departemen lingkungan, dokter,
juru masak, dan kadang-kadang di lengkapi dengan departemen survey gravity dan

magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat dalam keseluruhan operasi berjumlah sekitar 40
orang.
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, selama operasi ini disertai pula dua buah
kapal perintis (chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal utama. Selain bertanggung
jawab membersihkan lintasan yang akan dilewati (membersihkan rumpon, perangkap
ikan, dll) , kapal perintis bertugas untuk menghalau kapal-kapal yang dapat menghalagi
operasi ini. Selain itu di belakang streamer, terdapat juga sebuah kapal pengawal.
Operasi akuisisi data seismik memakan waktu dari mulai beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tergantung pada 'kesehatan' perangkat yang digunakan, musim, arus laut,
dll.
Mengingat mahalnya operasi data akuisisi (mencapai 150 ribu dollar per hari, dalam
operasi 3D bisa mencapai 250 ribu dollar per hari!) maka Quality Control dari operasi ini
harus betul-betul diperhatikan, seperti apakah semua hidrophon bekerja dengan baik,
apakah air gun memiliki tekanan yang cukup, apakah streamer dan air gun berada pada
kedalaman yang dikehendaki, apakah feather tidak terlalu besar, dll.
Beberapa parameter geofisika yang dipakai dalam akuisisi marin adalah sbb (contoh):
Record length: 9500ms
Sample rate: 2ms
Start of data: 50ms
Low cut filter: 3 Hz/ 6dB
Hi Cut filter: 200Hz @ 370dB / Octave
Tape format: Demux SEGD rev 1, 8058
Polarity: first break is negative
Shot point interval 25 m
No of streamer: 1
Streamer length: 8100m
Number of channels: 648
Group interval: 12.5 m
Operating depth: 7 m +/- 1m
Offset CSCNG (inline) 125m (center of source to center of near group)
Array volume: 4140 cu inc
Operating pressure: 2000 psi +/- 10%
Array configuration: 3 strings (each string = 9 segments)
Array separation: 15 m
Source depth: 6m +/- 1m
Center source to nav. mast: 185m
Gambar dibawah menunjukkan ruang kerja seismic recording, navigasi dan processing

Serta stasiun perangkat kerasnya

Streameryang dilengkapi dengan hydrophone, ADC (Analog to digital converter dan


bird yang berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman streamer). Diameter streamer
sekitar 7 cm dengan panjangnya bisa mencapai 10km. Bagian hitam dari gambar ini
menunjukkan perangkat ADC.

Bird...mengatur kedalaman dan posisi streamer...

Air gun...dengan tekanan mencapai 2000psi...sangat berbahaya! bandingkan dengan ban


mobil anda yang hanya 30-an psi! Bagian kuning dan hitam (seperti roket) hanyalah
untuk pelampung. Bagian air gun adalah selinder logam yang menggantung padanya.

Saat perekaman berbagai aspek dimonitor secara dinamik.


Seperti rekaman setiap shot, apakah ada tras seismik yang mati?, penampang single
channel dan signature sumber....

Kedalaman air gun....tekanan dll. Apakah ada loss compression ? Gambar di bawah
menunjukkan terdapat 3 array air gun dengan masing-masing array terdiri atas 9
kompartemen.

Level ambient noise.akibat arus laut, deru mesin kapal, baling-baling, dll. (merah
menunjukkan tinggi dan biru menunjukkan rendah)

Navigasibertugas untuk memastikan bahwa akuisisi data seismik berada pada lintasan
yang dikehendaki. Disamping itu mereka juga memberikan informasi tentang feather
akibat arus laut yang biasanya diterima dibawah 10 dan juga meminta kapten kapal
mengatur kecepatan kapal, yang biasanya dibawah 5 knot.

Dan lain..lainsampai memperhatikan kelangsungan makhluk laut yang satu ini


Kehadiran mereka dilaporkan oleh Marine Mammal Observer yang hadir selama akuisisi
seismik ...jika dilaporkan terdapat mamalia laut, tembakan air gun dihentikan untuk
sementara waktu, walaupun ribuan dollar melayang!

Dibawah ini poin-poin tentang QC acquisition:


1. QC dilakukan pada spec yang diminta oleh client, sehingga yang ada diluar spec
dibuang. Disini perlu digarisbawahi juga pengertian QC adalah agar produk yang
dihasilkan sesuai dengan spec.
2. QC traces : QC ini terbagi menjadi empat bagian utama.
a) Deteksi trace yang mati,

b) Temukan Noisy trace,


c) Temukan Spiky trace,
d) Mencari trace yang lemah.
Algoritma RMS biasanya digunakan untuk mendeteksi trace tersebut dan ditampikan
dalam bentuk grafik x-y, dimana x adalah shotpoint, y adalah trace number.
3. QC Source. Dengan cara:
a) Lihat kedalaman tiap source, karena kedalaman source akan mempengaruhi spektrum
frekuensi
b) Cek jarak horizontal antar sub-array (lihat pada akuisisi 3D seismik)
c) Cek airleak dan autofire (dengan bantuan software processing yang menampilkan tiap
gun)
d) Cek misfire (biasanya bisa dilakukan dengan LMO (linear move out) atau NTR (near
trace) plot
4. QC Navigasi. Dengan cara:
a) Cek LMO, SOL, EOL, apakah terdapat trace yang tidak rata peak pertama dengan
trace sekitarnya, jika terdapat trace yang tidak sama dalam waktu yang signifikan,
mungkin terdapat kekeliruan dalam file navigasi
b) Cek coverage, dengan cara membandingkan 3D cube dengan navigasi coverage.
Impedansi akustik (Acoustic Impedance)
Impedansi akustik didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk melewatkan
gelombang seismik yang melauinya. Secara fisis, Impedansi Akustik merupakan produk
perkalian antara kecepatan gelombang kompresi dengan densitas batuan.
Semakin keras suatu batuan maka Impedansi akustiknya semakin besar pula, sebagai
contoh: batupasir yang sangat kompak memiliki Impedansi Akustik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan batulempung.
Impedansi akustik biasanya dilambangkan dengan (Z).

Aliasing
Adalah fenomena bergesernya frekuensi tinggi gelombang seismik menjadi lebih rendah
yang diakibatkan pemilihan interval sampling yang terlalu besar (kasar).
Gambar di bawah menunjukkan fenomena aliasing.

Perhatikan jika
sampling interval
= 2 mili detik
atau 4 mili detik
spektrum amplitudo gelombang bersangkutan sekitar
80Hz. Akan tetapi jika
sampling interval 16 mili detik maka frekuensi menjadi bergeser lebih rendah yaitu
sekitar 20Hz.
Komponen gelombang (Aplitudo dll)
Gambar dibawah menunjukkan komponen sebuah gelombang (tras seismik): amplitudo,
puncak, palung, zero crossing, tinggi dan panjang gelombang.

Perhatikan perbedaannya satu sama lain.

Analisis fasies seismik


Hidrokarbon (minyak dan gas) terdapat di dalam batuan sediment yang terbentuk dalam
berbagai lingkungan pengendapan seperti channel sungai, sistem delta, kipas bawah laut
(submarine fan), carbonate mound, dan reef. Batuan sedimen yang terbentuk pada
berbagai lingkungan pengendapan tersebut dikenal dengan benda geologi.
Gelombang seismik yang menembus dan terefleksikan kembali ke permukaan akan
memberikan gambaran bentuk eksternal dan tekstur internal dari benda-benda geologi
tersebut. Analisis bentuk eksternal dan tekstur internal benda geologi dari penampang
rekaman seismik dikenal dengan analisa fasies seismik atau seismic facies analysis.
Terdapat 8 jenis bentuk eksternal benda geologi: sheet, sheet drape, wedge, bank, lens,
mound, fan dan fill.

Batas Sekuen Seismik


Didalam analisis fasies seismik, batas dari benda-benda geologi diatas disebut dengan
reflection terminations. Pemetaan reflection terminations merupakan kunci didalam
analisis fasies seismik. Umumnya terminasi tesebut memiliki karakter refleksi yang kuat
(amplitudo refleksi yang cukup dominan). Terdapat dua jenis batas benda geologi: batas
atas dan batas bawah, selanjutnya istilah batas benda geologi tersebut dikenal dengan
batas sekuen seismik (sequence seismic boundary), mereka itu adalah: erosional
truncation dan top lap sebagai batas atas, onlap dan downlap sebagai batas bawah.

Batas atas sekuen seismik (a) erosional truncation, top lap, batas bawah (b) onlap dan
downlap.
Erosional Truncation atau dikenal dengan unconformity (ketidakselaraasan) diakibatkan
oleh peristiwa erosi karena terekspos ke permukaan.
Toplap diakibatkan karena tidak adanya peristiwa sedimentasi dan tidak ada peristiwa
erosi.
Onlap, pada lingkungan shelf (shelfal environment) disebabkan karena kenaikan muka air

laut relatif, pada lingkungan laut dalam akibat sedimentasi yang perlahan, dan pada
channel yang tererosi akibat low energy fill.
Downlap, diakibatkan oleh sedimentasi yang cukup intensif.
Prinsip tekstur seismik
Sebagimana yang disebutkan diawal analisis fasies seismik meliputi pembahasan tesktur
internal benda geologi.

Parallel: disebabkan oleh pengendapan sedimen dengan rate yang seragam (uniform rate),
atau pada paparan (shelf) dengan subsiden yang uniform atau sedimentasi pada stable
basin plain.
Subparallel: terbentuk pada zona pengisian, atau pada situasi yang terganggu oleh arus
laut.
Subparallel between parallel: terbentuk pada lingkungan tektonik yang stabil, atau
mungkin fluvial plain dengan endapan berbutir sedang.
Wavy parallel: terbentuk akibat lipatan kompresi dari lapisan parallel diatas permukaan
detachment atau diapir atau sheet drape dengan endapan berbutir halus.
Divergent: terbentuk akibat permukaan yang miring secara progresif selama proses
sedimentasi.
Chaotic: pengendapan dengan energi tinggi (mounding, cut and fill channel) atau
deformasi seteah proses sedimentasi (sesar, gerakan overpressure shale, dll.)
Reflection free: batuan beku, kubah garam, interior reef tunggal.
Local chaotic: slump (biasanya laut dalam) yang diakibatkan oleh gempabumi atau
ketidakstabilan gravitasi, pengendapan terjadi dengan cepat.

Tekstur yang terprogradasi

Sigmoid: tekstur ini dapat terbentuk dengan suplai sediment yang cukup, kenaikan muka
laut relatif cepat, rejim pengendapan energi rendah, seperti slope, umumnya sediment
butir halus.
Oblique tangential: suplai sediment yang cukup sampai besar, muka laut yang konstan
seperti delta, sediment butir kasar pada delta plain, channel dan bars.
Oblique parallel: oblique tangensial varian, sediment terpilah lebih baik.
Complex: lidah delta dengan energi tinggi dengan slope terprogradasi dalam energi
rendah.
Shingled: terbentuk pada zona dangkal dengan energi rendah.
Hummocky: terbentuk pada daerah dangkal tipikal antar delta dengan energi sedang.
Tekstur Pengisian Channel

Onlap Fill: sedimentasi pada channel dengan energi relative rendah.


Mounded Onlap Fill: sedimentasi dengan energi tinggi. Setidaknya terdapat dua tahap
sedimentasi.
Divergent Fill: shale prone yang terkompaksi dengan sedimenatsi energi rendah, juga
sebagai tipikal tahap akhir dari pengisisan graben.
Prograded Fill: transport sediment dari ujung atau pada lengkungan channel.
Chaotic Fill: sedimenatsi pada channel dengan energi yang sangat tinggi.
Complex Fill: terdapat perubahan arah sedimentasi atau perubahan aliran air.

Tekstur Karbonat

Reflection free Mound: patch reef atau pinnacle reef; strata menunjukkan sedimen miring
yang lebih terkompaksi (mungkin shale).
Pinnacle with Velocity Pull-Up: patch reef atau pinnacle reef, dengan pertumbuhan
beberapa tahap (multi stage), mungkin cukup poros.
Bank-Edge with Velocity Sag: Shelf edge reef dengan porositas yang sangat bagus,
sediment penutupnya mungkin carbonate prone.
Bank-Edge Prograding Slope: shelf edge reef yang bertumpuk, tertutup oleh klastik,
mengalami perubahan suplai sediment.
Tekstur Mounded

Fan Complex: penampang lateral dari kipas (fan) yang dekat dengan sumber sediment
Volcanic Mound: margin konvergen pada tahap awal; pusat aktivitas rifting pada rift
basin
Compound Fan Complex: superposisi dari berbagai kipas.
Migrating wave: diakibatkan oleh arus laut, laut dalam.

Tipe-tipe fasis seismik basin slope dan basin floor

Sheet-drape (low energy): seragam, pengendapan laut dalam yang tidak tergantung pada
relief dasar laut, litologi seragam, tidak ada pasir.
Slope Front Fill: kipas laut dalam, lempung dan silts (energi rendah)
Onlap-Fill (low energy): pengendapan dengan kontrol gravitasi (arus turbidit kecepatan
rendah)
Fan-Complex (high energy): diendapkan sebagai kipas, mound dan slump, meskipun
energi tinggi, mungkin masih mengandung batupasir sebagai reservoar .
Contourite (variable energy): biasanya sedimen butir halus, tidak menarik unutk
eksplortasi, bentuk tidak simetris, arus tak berarah.
Mounded Onlap-Fill (High Energy): fasies peralihan antara chaotic dan onlap fill, control
gravitasi, reflector tidak menerus, semakin menebal kearah topografi rendah yang
menandakan endapan energi tinggi.
Chaotic Fill (variable energy): mounded, terdapat pada topografi rendah, slump, creep
dan turbidit energi tinggi, komposisi material tergantung pada sumber biasanya sedikit
pasir.

Densitas batuan

Densitas adalah massa batuan per unit volume.


Berikut kisaran densitas meterial bumi:

[courtesy Grand and West]


Elastic Impedace
Seperti hal-nya Impedansi Akustik yang merupakan produk perkalian densitas dengan
kecepatan gelombang kompresi (gelombang P), Impedansi Elastik merupakan produk
perkalian densitas dengan komposit kecepatan gelombang P dan S.
Secara praktis, Impedansi Elastik diperoleh melalui inversi far angle stack (katakanlah
lebih besar dari 30) dengan menggunakan wavelet yang diekstrak dari stack tersebut
sehingga diperoleh sifat Impedansi Elastik.

Impedansi Akustik

Courtesy ARCO Exploration


Impedansi Elastik

Courtesy ARCO Exploration


Gambar diatas menunjukkan hasil inversi Impedansi Elastik dan Impedansi Akustik.
Penggunaan Elastik Impedance (EI) dan Akustik Impedance (AI) secara bersamaan
dalam mendeterminasi reservoir atau hidrokarbon memberikan manfaat yang cukup
signifikan.
Sebagaimana yang kita lihat pada gambar di bawah ini, krosplot antara AI (sumbu
horizontal) dan EI (sumbu vertikal) dapat memisahkan sand (merah-kuning) dan shale
(hijau-cyan), sehingga kita dapat mendesain cut-off sand-shale berdasarkan EI dan AI.

Courtesy ARCO Exploration


Demikian juga dengan determinasi hidrokarbon, berdasarkan gambar dibawah ini, jika
kita berasumsi bahwa AI~Vp dan EI~Vs, maka dengan krosplot antara AI dan EI, kita
dapat mendesain cut-off antara reservoir yang mengandung gas (HC) dan yang tidak

(wet).

Courtesy Yongyi Li, Jonathan Downton(Core Lab Reservoir Technologies Division) and
Bill Goodway (EnCana Corporation)
Gamma Ray Log
Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan
oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor.
Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan tersebut diantaranya Uranium,
Thorium, Potassium, Radium, dll.
Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit sekali terdapat dalam
sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu shale akan
memberikan response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan dengan batuan
yang lainnya.
Jika kita berekerja di sebuah cekungan dengan lingkungan pengendapan fluvio-deltaic
atau channel system dimana biasanya sistem perlapisannya terdiri dari sandstone atau
shale (sand-shale interbeds), maka log gamma ray ini akan sangat membantu didalam
evaluasi formasi (Formation Evaluation- FE).
Seperti halnya logging yang lainnya, pengukuran gamma ray log dilakukan dengan
menurunkan instrument gamma ray log kedalam lubang bor dan merekam radiasi sinar
gamma untuk setiap interval tertentu. Biasanya interval perekaman gamma ray (baca:
resolusi vertikal) sebesar 0.5 feet.

Dikarenakan sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka logging gamma ray
dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang casing ataupun telah dilakukan
cementing. Walaupun terjadi atenuasi sinar gamma karena casing dan semen, akan tetapi
energinya masih cukup kuat untuk mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan
disampingnya.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa gammar ray log mengukur radiasi gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radio aktif seperti Uranium, Thorium, Potassium dan
Radium. Dengan demikian besaran gamma ray log yang terdapat didalam rekaman
merupakan jumlah total dari radiasi yang dihasilkan oleh semua unsur radioaktif yang ada
di dalam batuan. Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada
bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya
energy dan intensitas setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda.
Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan batuan non-shale yang
memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti mineralisasi uranium pada
sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin terdapat pada coal dan
dolomite.
Gamma ray log memiliki satuan API (American Petroleum Institute), dimana tipikal
kisaran API biasanya berkisar antara 0 s/d 150. Walaupun terdapat juga suatu kasus
dengan nilai gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.
Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi lapisan batuan untuk
mendiskriminasi sandstone dari shale dengan menggunakan log gamma ray.

Adapted from kgs.ku.edu


Dikarenakan log gamma ray memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan
shale di dalam lapisan batuan, maka didalam industri migas gamma ray log kerap kali
digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan
formulasi:
Gambar dibawah ini menunjukkan teknis perhitungan Vshale untuk shale A dari sebuah
gamma ray log. Perhatikan bahwa penentuan nilai-nilai tersebut bersifat interpretatif.

Adapted from kgs.ku.edu


Gamma ray log memiliki kegunaan lain diantaranya untuk melakukan well to well
correlation dan penentuan Sequence Boundary (SB), yakni dengan mengidentifikasi
Maximum Flooding Surface (MFS) sebagai spike dengan nilai gamma ray yang tinggi.
Well to well correlation ini biasanya dilakukan dengan melibatkan log-log yang lainnya
seperti sonic, density, porositas, dll.

Adapted from strata.geol.sc.edu


Neutron Porosity dan Density Logging
Pengukuran Neutron Porosity pada evaluasi formasi ditujukan untuk mengukur indeks
hydrogen yang terdapat pada formasi batuan. Indeks hydrogen didefinsikan sebagai rasio
dari konsentrasi atom hydrogen setiap cm kubik batuan terhadap kandungan air murni
pada
suhu
75oF.
Jadi, Neutron Porosity log tidaklah mengukur porositas sesungguhnya dari batuan,
melainkan yang diukur adalah kandungan hidrogen yang terdapat pada pori-pori batuan.
Secara sederhana, semakin berpori batuan semakin banyak kandungan hydrogen dan
semakin tinggi indeks hydrogen. Sehingga, shale yang banyak mengandung hydrogen
dapat
ditafsirkan
memiliki
porositas
yang
tinggi
pula.
Untuk mengantisipasi uncertainty tersebut, maka pada praktiknya, interpretasi porositas
dapat
dilakukan
dengan
mengelaborasikan
log
density
logging.
Density logging sendiri dilakukan untuk mengukur densitas batuan disepanjang lubang
bor,. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matrix batuan dan fluida
yang terdapat pada pori. Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi sumber radioaktif.
Semakin padat batuan semakin sulit sinar radioaktif tersebut ter-emisi dan semakin
sedikit
emisi
radioaktif
yang
terhitung
oleh
penerima
(counter).
Gambar dibawah ini menunjukkan teknik interpretasi porositas dan litologi dari data
density log (RHOB) dan neutron porosity (NPHI) . Pada contoh dibawah, jika kita
memiliki data dengan NPHI=15% dan RHOB=2.4 g/cc maka porositas yang
sesungguhnya adalah 18% dan batuannya berupa SS (Sandstone).

Courtesy Schlumberger
Penggabungan neutron porosity dan density porosity log sangat bermanfaat untuk
mendeteksi zona gas dalam reservoir. Zona gas ditunjukkan dengan cross-over antara
neutron dan density. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Courtesy
Geomore
Pada gambar di
atas terlihat pada
zona
reservoir
(low gamma ray),
terdapat crossover
antara
density
dan
neutron.,
dalam
hal ini neutron
porosity
lebih
rendah
dari
density porosity.

Reference: John T. Dewan, "Open-Hole Nuclear Logging - State of the Art" - SPWLA
Twenty-Seventh Annual Logging Symposium, June 9-13 1986.
Resistivity logging
Adalah metoda untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas dan air)
disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya.
Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam
skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 OhmMeter.
Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan
hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Berikut contohnya:

Adapted from Colorado School of Mines


Pada tabel di atas terlihat adanya irisan nilai resistivitas antara jenis batuan sedimen.
Hal ini mengakibatkan interpretasi batuan berdasarkan nilai log resistivitas merupakan
pekerjaan yang sangat sulit.
Akan tetapi, nilai resistivitas air garam dapat dibedakan dengan baik dari minyak dan gas.
Karena air garam memiliki nilai resistivitas yang sangat rendah, sedangkan hidrokarbon
(minyak-gas) memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi. Log resistivitas banyak sekali
membantu pekerjaan evaluasi formasi khususnya untuk menganalisa apakah suatu
reservoir mengandung air garam (wet) atau mengandung hidrokarbon, sehingga log ini
digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon-Water Contact.
Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi HC-Water Contact dari resistivity
log.

Courtesy Dr Elena Pasternak


Didalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis penetrasi resistivity,
yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin) penetration.
Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada
pembacaan log resistivity karena mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan
dapat
mempelajari
sifat
mobilitas
minyak.
Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore pressure), saat
pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based mud. Sebagai contoh, jika
kita menggunakan water based mud (resistivity rendah) sebagai lumpur pemboran,
kemudian lumpur tersebut meng-invasi reservoir yang mengandung minyak, maka kita
akan mendapatkan profil deep penetration resistivity lebih tinggi daripada shallowmedium
penetration
resistivity.
Jika medium penetration dan deep penetration mirip (tidak ada efek invasi), maka situasi
ini mengindikasikan minyak didalam reservoir tersebut sangat susah untuk mobile (hal
ini kurang bagus dalam production). Gambar di bawah menunjukkan perbedaan zona
borehole (lumpur), invaded dan virgin zone

Courtesy ATEMIS, Technologies Sarl, 1998-2007.


Gambar di bawah ini menunjukkan respon resistivity log untuk shallow, medium dan
deep penetration. Lihat respon pada interval reservoir-batupasir (low gamma ray, low
SP), besaran nilai resistivitas untuk ketiga jenis penetrasi ini menunjukkan nilai yang
tinggi yakni > 100 Ohm-meter yang menunjukkan bahwa reservoir tersebut mengandung
hidrokarbon. Selanjutnya, terlihat bahwa shallow resistivity lebih tinggi dari medium dan
medium lebih tinggi dari deep penetration. Apakah anda bisa menduga jenis mud yang
digunakan? water based atau oil based mud?

Courtesy Geomore
Resistivity log memiliki kegunaan lain yakni untuk mendeterminasi tingkat saturasi air
(Water Saturation). Semakin tinggi saturasi air maka resistivity akan semakin rendah.
Prediksi Water Saturation dari Resistivity log dapat dilakukan dengan berbagai algoritma
diantaranya Persamaan Archie berikut:

Courtesy www.kgs.ku.edu

Ketidakselarasan
Ketidakselarasan adalah permukaan erosi atau non-deposisi yang memisahkan lapisan
yang lebih muda dari yang lebih tua dan menggambarkan suatu rumpang waktu yang
signifikan. Ketidakselarasan digolongkan berdasarkan hubungan struktur antar batuan
yang ditumpangi dan yang menumpangi. Ia menjelaskan rumpang pada sikuen stratigrafi,
yang merekam periode waktu yang tidak terlukiskan di kolom stratigrafi.
Ketidakselarasan juga merekam perubahan penting pada satu lingkungan, mulai dari
proses pengendapan menjadi non-deposisi dan/atau erosi, yang umumnya
menggambarkan satu kejadian tektonik yang penting. Lihat tipe-tipe ketidakselarasan
pada Gambar 1.
Pengenalan dan pemetaan sebuah ketidakselarasan merupakan langkah awal untuk
memahami sejarah geologi suatu cekungan atau provinsi geologi. Ketidakselarasan
diketahui dari singkapan, data sumur, dan data seismik yang digunakan sebagai batas
sikuen pengendapan.

Gambar 1. Tipe tipe ketidakselarasan


Ketidakselarasan menyudut (angular unconformity)
Ketidakselarasan dimana lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan yang berbeda
(umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan yang lebih muda. Hubungan ini
merupakan tanda yang paling jelas dari sebuah rumpang, karena ia mengimplikasikan
lapisan yang lebih tua terdeformasi dan terpancung oleh erosi sebelum lapisan yang lebih
muda diendapkan.

Disconformity
Ketidakselarasan dimana lapisan yang berada di bagian atas dan bawah sejajar, namun
terdapat bidang erosi yang memisahkan keduanya (umumnya berbentuk tidak rata dan
tidak teratur).
Paraconformity
Lapisan yang berada di atas dan di bawah bidang ketidakselarasan berhubungan secara
sejajar/paralel dimana tidak terdapat bukti permukaan erosi, namun hanya bisa diketahui
berdasarkan rumpang waktu batuan.
Nonconformity
Ketidakselarasan yang terjadi ketika batuan sedimen menumpang di atas batuan kristalin
(batuan metamof atau batuan beku).
Petroleum sistem
Faktor-faktor yang menjadi perhatian studi Petroleum System adalah batuan sumber
(source rocks), pematangan (maturasi), reservoir, migrasi, timing, perangkap (trap),
batuan penyekat (sealing rock) dan fracture gradient.
SOURCE ROCKS
Source rocks adalah endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang
dapat menghasilan minyak dan gas bumi ketika endapan tersebut tertimbun dan
terpanaskan.
Bahan-bahan organik yang terdapat didalam endapan sedimen selanjutnya dikenal dengan
kerogen (dalam bahasa Yunani berarti penghasil lilin).
Terdapat empat tipe kerogen:
Tipe I: bahan- bahan organic kerogen Tipe I merupakan alga dari lingkungan pegendapan
lacustrine dan lagoon.Tipe I ini dapat mengkasilkan minyak ringan (light oil) dengan
kuallitas yang bagus serta mampu menghasilkan gas.
Tipe II: merupakan campuran material tumbuhan serta mikroorganisme laut. Tipe ini
merupakan bahan utama minyak bumi serta gas.
Tipe III: Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batu bara. Tipe ini umumnya
menghasilkan gas dan sedikit minyak.
Tipe IV: bahan-bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe ini tidak bisa menghasilkan minyak
dan gas.
Kandungan kerogen dari suatu source rock dikenal dengan TOC (Total Organic Carbon),

dimana standar minimal untuk 'keekonomisan' harus lebih besar dari 0.5%.
Implikasi penting dari pengetahuan tipe kerogen dari sebuah prospek adalah kita dapat
memprediksikan jenis hidrokarbon yang mungkin dihasilkan (minyak, gas, minyak & gas
bahkan tidak ada migas).
MATURASI
Maturasi adalah proses perubahan secara biologi, fisika, dan kimia dari kerogen menjadi
minyak dan gas bumi.
Proses maturasi berawal sejak endapan sedimen yang kaya bahan organic terendapkan.
Pada tahapan ini, terjadi reaksi pada temperatur rendah yang melibatkan bakteri
anaerobic yang mereduksi oksigen, nitrogen dan belerang sehingga menghasilkan
konsentrasi hidrokarbon.
Proses ini terus berlangsung sampai suhu batuan mencapai 50 derajat celcius.
Selanjutnya, efek peningkatan temperatur menjadi sangat berpengaruh sejalan dengan
tingkat reaksi dari bahan-bahan organik kerogen.
Karena temperatur terus mengingkat sejalan dengan bertambahnya kedalaman, efek
pemanasan secara alamiah ditentukan oleh seberapa dalam batuan sumber tertimbun
(gradien geothermal).
Gambar dibawah ini menunjukkan proporsi relatif dari minyak dan gas untuk kerogen
tipe II, yang tertimbun di daerah dengan gradien geothermal sekitar 35 C km -1 .

from OpenLearn - LearningSpace


Terlihat bahwa minyak bumi secara signifikan dapat dihasilkan diatas temperature 50 C
atau pada kedalaman sekitar 1200m lalu terhenti pada suhu 180 derajat atau pada
kedalaman 5200m. Sedangkan gas terbentuk secara signifikan sejalan dengan
bertambahnya
temperature/kedalaman.
Gas yang dihasilkan karena factor temperatur disebut dengan termogenic gas, sedangkan
yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri (suhu rendah, kedalaman dangkal <600m) disebut
dengan biogenic gas.
Gambar di bawah ini merupakan contoh penampang kedalaman dari lapisan-lapisan
batuan sumber, serta prediksi temperatur dengan cara menggunakan contoh kurva di atas.
Dari penampang ini dapat diprediksikan apakah source tersebut berada dalam oil window,
gas window, dll. Metoda ini dikenal dengan metoda Lopatin ( 1971). Terlihat jelas,
metoda Lopatin hanya berdasarkan temperature dan mengabaikan efek reaksi kimia serta
biologi.

Courtesy Fettes College


RESERVOIR
Adalah batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon. Dengan kata lain
batuan
tersebut
harus
memiliki
porositas
dan
permeabilitas.
Jenis reservoir umumnya batu pasir dan batuan karbonat dengan porositas 15-30% (baik
porositas primer maupun sekunder) serta permeabilitas minimum sekitar 1 mD (mili
Darcy) untuk gas dan 10 mD untuk minyak ringan (light oil).
Berikut contoh-contoh reservoir berikut nilai porositas, permeabilitas, dll. (klik untuk
memperbesar):

from OpenLearn - LearningSpace


MIGRASI
Migrasi adalah proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoir.
Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni transportasi dari
source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh migrasi sekunder (secondary
migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir nya itu sendiri (dari reservoir bagian
dalam ke reservoir bagian dangkal).

from OpenLearn - LearningSpace


Prinsip dasar identifikasi jalur-jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan membuat peta
reservoir. Kebalikannya dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon akan melewati
punggungan (bukit-bukit) dari morfologi reservoir. Daerah yang teraliri hidrokarbon
disebut dengan drainage area (Analogi Daerah Aliran Sungai di permukan bumi). Jika
perangkap tersebut telah terisi penuh (fill to spill) sampai spill point, maka hidrokarbon
tersebut akan tumpah (spill) ke tempat yang lebih dangkal. Berikut contohnya:

Courtesy Sintef

TIMING
Waktu pengisian minyak dan gas bumi pada sebuah perangkap merupakan hal yang
sangat penting. Karena kita menginginkan agar perangkap tersebut terbentuk sebelum
migrasi, jika tidak, maka hidrokarbon telah terlanjur lewat sebelum perangkap tersebut
terbentuk.
TRAP
Terdapat macam-macam perangkap hidrokarbon: perangkap stratigrafi (D), perangkap
struktur (A-C) dan kombinasi (E).

from OpenLearn - Learning Space


SEAL
Seal adalah system batuan penyekat yang bersifat tidak permeable seperti
batulempung/mudstone, anhydrite dan garam.
FRACTURE GRADIENT
Didalam evaluasi prospek, kurva fracture gradient diperlukan diantaranya untuk
memprediksi sejauh mana overburden rocks mampu menahan minyak dan gas bumi.
Semakin tebal suatu overburden, maka semakin banyak volume hydrocarbon yang
mampu ditahan.
Gambar dibawah ini menunjukkan kurva fracture gradient dari gas, minyak dan air
formasi dari sebuah lapangan. Berdasarkan kurva ini, jika kita memiliki sebuah
perangkap dengan ketebalan overburden (c), maka ketebalan kolom gas maksimal yang
mampu ditahan adalah (c-a), dan ketebalan kolom minyak adalah (c-b), selebihnya
hidrokarbon tersebut akan merembes keluar penyekat.

R3M (remote resistivity reservoir mapping)


Akhir-akhir ini, metodologi R3M semakin populer digunakan untuk mendeteksi apakah
sebuah reservoir mengandung hidrokarbon (HC) atau tidak.

(from Srnka, 2007)


Penggunaan R3M dalam mendeteksi HC berangkat dari pemahaman bahwa terdapat
perbedaan sifat fisika (dalam hal ini adalah RESISTIVITAS) antara reservoir yang
mengandung HC dan tidak (saline brine). Gambar diatas (kanan) menunjukkan bahwa
reservoir yang mengandung HC akan memiliki resistivitas lebih tinggi daripada reservoir
yang
tidak
megandung
HC
(mengandung
saline
brine).
Jika kita melihat tabel diatas (kiri), survey R3M akan memiliki tantangan yang serius jika
kontras resistivitas antara reservoir yang mengandung HC dan yang tidak mengandung
HC
terlalu kecil. Walaupun demikian, kita masih memiliki harapan jika kontras resistivitas
tersebut cukup besar.

(modified from Srnka, 2007)


Berdasarkan tabel di atas, frekuensi sinyal R3M berkisar antara ~0.125 sampai 20Hz.
Terlihat jelas bahwa R3M memiliki irisan dengan frekuensi gelombang seismik refleksi
(i.e. 10 120 Hz). Akan tetapi pada prakteknya, kisaran frekuensi R3M yang digunakan
sangat
kecil
(sekitar
0.125
s.d
2.0Hz).
Teknik pengambilan data R3M serupa dengan teknik pengambilan data seismik 2D OBC
(Ocean Botton Cable). Sumber listrik (Source) ditarik oleh sebuah kapal survey dengan
kecepatan 1-2 knot. Posisi sumber ditempatkan berapa beberapa meter diatas dasar laut
(25-30m), sedangkan penerima (receivers) ditempatkan pada dasar laut. Perhatikanlah
sketsa pengambilan data R3M dan perangkat-perangkatnya pada gambar dibawah ini:

(from Amundsen, 2006)

(from Rosten et al., emgs)


Gambar dibawah menunjukkan respon data R3M untuk sebuah survey. Pada Gambar A,
titik-titik MERAH menunjukkan respon untuk reservoir yang mengandung HC dan
PUTIH untuk latar belakang saline brine (wet). Sementara gambar (B) adalah rasio antara
kasus HC dan kasus saline brine (wet). Pada gambar B terlihat jelas bahwa kehadiran HC
akan menghasilkan respon peningkatan magnitude lalu penurunan megnitudo resistivitas
sejalan dengan bertambahnya offset.

Gambar A (modified from Johansen, 2008)

Gambar B (modified from Johansen, 2008)


Vp/Vs
Vp/Vs merupakan salah satu sifat fisis yang penting didalam mendeterminasi litologi dari
data log maupun data seismik. Disamping itu Vp/Vs merupakan indicator untuk fluida
pori
(baca
hidrokarbon)
dalam
suatu
reservoir.
Idealnya, Vp dan Vs diperoleh dari data sonic P dan sonic S dan seismic multikomponen.
Akan tetapi, pengukuran sonic S dan survey seismic multikomponen sangatlah terbatas
dibandingkan dengan sonic P dan seismic single komponen (P saja).
Oleh karena itu untuk memperoleh informasi Vs, biasanya diperoleh dengan pengukuran
empirik suatu sampel batuan ataupun dengan mengadopsi persamaan-persamaan yang
dihasilkan
oleh
peneliti
lain.
Berikut ini persamaan Vp dan Vs untuk berbagai jenis litologi yang diperoleh dari
pengukuran empirik dari Castagna(1993), Picket (1963) dan Han (1986). Jika kita
mengadopsi persamaan tersebut kita harus menyadari bahwa persamaan tersebut belum
tentu sesuai dengan kondisi litologi dari daerah yang anda teliti. Karena besarnya rasio
Vp/Vs tergantung pada komposisi mineral, porositas, kandungan shale, tekanan,
temperatur, dll.
Limestone yang tersaturasi air:
Vs=-0.05508 Vp2 +1.0168 Vp-1.0305 [Castagna et al., 1993]
Vs=Vp/1.9 [picket, 1963]
Dolomite yang tersaturasi air:
Vs=0.05832Vp-0.07776 [Castagna et al, 1993]
Vs=Vp/1.8 [picket, 1963]
Batupasir yang tersaturasi air:
Vs=0.8042Vp-0.8559 [Castagna et al, 1993]
Vs=0.7936Vp-0.7868 [Han, 1986]

Batulempung yang tersaturasi air:


Vs=0.8042Vp-0.8559 [Castagna et al, 1993]
Vs=0.7936Vp-0.79 [Han, 1986]
Untuk contoh kasus Indonesia, dalam hal ini Lapangan Kotabatak di Sumatera tengah,
makalah Hoehn et al [2005] menunjukkan bahwa Vp/Vs memiliki kisaran 1.65-2.13
untuk batupasir yang poros, 1.58-2.01 untuk batupasir kompak dan 1.82-2.28 untuk
batulempung dll. Perhatikan gambar dibawah ini:

Courtesy Hoehn et al., 2005

Anda mungkin juga menyukai