Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL

DISTOSIA

PEMBIMBING
dr. Hendrawan D, Sp.OG
Oleh
Annisah Anggaraini

2011730012

Gandhis Apri W

2010730043

Hana Handwiratna

2011730034

Irawati

2011730142

Nurul Iman

2011730079

Rifky Amarullah

2011730091

Tri Widya Astuti

2011730110

KEPANITRAAN KLINIK STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD SEKARWANGI SUKABUMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

PENDAHULUAN

Tahun 2002, angka kejadian tindakan seksio sesar CS di USA 26% .American
College of Obstetricians and Gynecologist (2003) menyatakan bahwa sekitar 60% persalinan
dengan SC dilakukan atas indikasi distosia.
Distosia atau persalinan sulit ditandai dengan proses persalinan yang berjalan lambat.
Gangguan persalinan umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian ukuran antara
bagian terendah janin dengan jalan lahir.
Roy (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa tingginya diagnosa distosia
merupakan akibat dari perkembangan perubahan lingkungan yang berlangsung lebih cepat
dari pada perkembangan evolusi manusia itu sendiri.
Joseph dkk (2003) melakukan analisa karakteristik maternal berkaitan dengan
kenaikan angka kejadian SC di Nova Scotia. Mereka melaporkan bahwa kenaikan angka
kejadian SC tersebut berhubungan dengan perubahan pada usia maternal, paritas, berat badan
sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan.
Nuthalapaty dkk (2004) dan Wilkes dkk (2003) mengemukakan adanya hubungan
antara berat badan maternal dengan distosia.

PANDANGAN UMUM
Distosia merupakan akibat dari 4 gangguan atau kombinasi antara :.
1. Kelainan Tenaga Persalinan. Kekuatan His yang tidak memadai atau tidak
terkordinasi dengan baik agar dapat terjadi dilatasi dan pendataan servik (uterine
dysfunction) serta gangguan kontraksi otot pada kala II.
2. Kelainan Presentasi-Posisi dan Perkembangan janin
3. Kelainan pada Tulang Panggul (kesempitan panggul)
4. Kelainan Jaringan Lunak dari saluran reproduksi yang menghalangi desensus janin
Secara sederhana, kelainan diatas dapat secara mekanis dikelompokkan kedalam 3 golongan :
1. Kelainan POWER : kontraksi uterus dan kemampuan ibu meneran
2. Kelainan PASSANGER : keadaan janin
3. Kelainan PASSAGE : keadaan panggul
MEKANISME DISTOSIA
Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi
tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum mengalami dilatasi.
Perkembangan otot uterus di daerah fundus uteri dan daya dorong terhadap bagian terendah
janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan kala I.
Setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala
janin serta kapasitas panggul (fetopelvic proportion) dikatakan baik bila desensus janin
sudah terjadi.
FPD-fetopelvic disproportion menjadi jelas bila persalinan sudah masuk kala II.
Gangguan fungsi otot uterus dapat terjadi akibat regangan uterus berlebihan dan atau
partus macet [obstructed labor]. Dengan demikian maka persalinan yang tidak berlangsung
secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fetopelvic disproportion.

Membedakan gangguan persalinan menjadi disfungsi uterus dan fetopelvic


disproportion secara tegas adalah tindakan yang tidak tepat oleh karena kedua hal tersebut
sebenarnya memiliki hubungan yang erat.
Kondisi tulang panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya
proses persalinan pervaginam. Bila tidak ada data objektif untuk mendukung adanya
disfungsi uterus dan FPD, harus dilakukan TRIAL of LABOR untuk menentukan apakah
persalinan pervaginam dapat berhasil pada sebuah persalinan yang berdasarkan pengamatan
nampaknya berlangsung secara tidak efektif.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa tindakan TRIAL of LABOR adalah merupakan
prioritas utama dalam menurunkan kejadian sectio caesar.
Pola Persalinan

Nulipara

Multipara

Persalinan Terhambat

<1,2 cm/jam

<1,5 cm/jam

Dilatasi

<1,0 cm/jam

<2,0 cm/jam

>2jam

>2jam

Desensus
Persalinan Macet
Tidak terjadi kemajuan dilatasi
Kriteria active phase arrest dan protraction disorder menurut American College Of
Obstetricians and Gynecologist
Pola Persalinan

Nulipara

Multipara

Terapi Anjuran

Terapi Khusus

Pesalinan memanjang
(Prolonged latent phase)

>20 jam

>14 jam

Tirah baring

Oksitosin atau
SC pada keadaan
gawat

Persalinan terhambat
1. Protraction activephase dilatation
2. Protraction descent

Persalinan macet
1. Prolonged deceleration
phase
2. Secondary arrest of
dilatation
3. Arrest of descent
4. Failure of descent

<1,2 cm/jam

<1,5 cm/jam

<1,0 cm/jam

<2 cm/jam

>3jam

>1jam

>2jam

>2 jam

>1 jam

>1 jam

Ekspektatif

SC untuk CPD

Oksitosin tanpa
CPD
SC pada CPD

Istirahat bila
lelah
SC

ABNORMALITAS TENAGA PERSALINAN


Dilatasi servik dan propulsi serta ekspulsi janin dimungkinkan oleh adanya his dan
usaha meneran pada persalinan kala II. Kurangnya intensitas satu atau kedua faktor diatas
akan menyebabkan perjalanan partus yang terhambat atau terganggu.
Diagnosis disfungsi uterus pada kala I fase laten sulit ditegakkan dan umumnya dibuat
secara retrospektif. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah terapi disfungsi uterus
pada pasien yang masih belum inpartu.
3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan disfungsi uterus:
1. Membiarkan berlangsungnya partus lama tanpa tindakan akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal.
2. Oksitosin drip dapat digunakan untuk mengatasi beberapa jenis disfungsi uterus.
3. Pada kasus dengan kegagalan atau terdapat kontra-indikasi oksitosin drip, pilihan
untuk melakukan SC lebih utama dibandingkan pilihan persalinan dengan ekstrasi
cunam tengah yang secara teknis sulit dikerjakan.

JENIS DISFUNGSI UTERUS


Kontraksi uterus pada persalinan normal ditandai dengan aktivitas miometrium yang bersifat
gradual, dengan kontraksi terkuat dan berlangsung lama dibagian fundus uteri dan kearah
servik kekuatan kontraksi uterus secara bertahap menjadi semakin berkurang ( Pernyataan
Reynold dkk pada tahun 1948)
Caldeyro-Barcia dkk (1950) dari Montevideo Uruguay menyatakan bahwa terdapat
perbedaan waktu dari onset kontraksi uterus di daerah fundus uteri dan daerah pertengahan
corpus uteri serta pada segmen bawah rahim.
Larks (1960) menjelaskan bahwa rangsangan yang berawal di bagian cornu akan diikuti oleh
rangsangan berikutnya beberapa milidetik setelahnya, gelombang rangsangan akan saling
menyatu dan diteruskan secara serentak dari fundus uteri kebagian bawah uterus.
Agar terjadi dilatasi servik, diperlukan kekuatan kontraksi uterus sekurang-kurangnya 15
mmHg.
Kontraksi uterus yang berlangsung secara normal dapat menimbulkan tekanan intrauterin
sampai 60 mmHg.
Dengan data diatas, maka disfungsi uterus dapat dibedakan menjadi :
1. Disfungsi uterus hipotonik :
1. Tidak ada tonus basal
2. Kontraksi uterus memiliki pola gradasi normal ( synchronous) tetapi
3. Tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus tidak cukup untuk
menyebabkan terjadinya dilatasi servik.
2. Disfungsi hipertonik ( incoordinate uterine dysfunction)
1. Basal tonus meningkat dan atau
2. Kekacauan dalam gradasi tekanan yang ditimbulkan oleh his akibat tekanan
yang ditimbulkan oleh his dibagian tengah uterus lebih besar daripada yang

dihasilkan oleh bagian fundus dan atau adanya peristiwa asinkronisme dari
rangsang yang berasal dari cornu.

Kontraksi uterus hipotonik

Kontraksi uterus hipertonik

ETIOLOGI PENYEBAB DISFUNGSI UTERUS


1. Analgesia epidural
2. Chorioamnionitis
3. Posisi ibu selama persalinan
4. Posisi persalinan pada kala II

Komplikasi maternal:

Jarang terjadi bila dilatasi servik dapat berlangsung secara normal.

Bila servik panjang dan jalan lahir kaku, akan terjadi robekan servik dan jalan lahir
yang luas.

Emboli air ketuban (jarang).

Atonia uteri dengan akibat HPP.

Komplikasi janin :
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat oleh karena :
A.Kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan asfiksia intrauterin.
B.Trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.
2. Acker dkk (1988) melaporkan kejadian Erb atau Duchene paralysis pada 1/3 kasus
partus presipitatus.
3. Persalinan tanpa pertolongan yang baik akan menyebabkan cedera pada janin akibat
terjatuh dilantai atau tidak dapat segera memperoleh resusitasi bila diperlukan.
Penatalaksanaan

Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan yang baik
pada kehamilan yang sedang berlangsung.

Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.

Distosia akibat kelainan pada Janin


Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan
presentasi, posisi dan perkembangan janin intrauterin.
Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran
yang besar, janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin
tidak jarang menyebabkan gangguan proses persalinan.

UKURAN JANIN PADA DISPROPORSI FETOPELVIK


Pada edisi awal dari Williams Obstetrics, yang dimaksud dengan berat badan
berlebihan pada janin adalah bila berat badan mencapai 5000 gram. Pada edisi ke 7 sampai ke
13 kriteria berat badan janin berlebih adalah 4500 gram.
Parkland Hospital : 2/3 neonatus yang dilahirkan perabdominal (SC) pasca persalinan
ekstraksi forsep yang gagal memiliki berat badan 3700 gram.
Disproporsi fetopelvik bukan hanya disebabkan oleh berat badan janin yang besar,
kelainan letak seperti posisio oksipitalis posterior, presentasi muka , presentasi dahi juga
dapat menyebabkan hambatan persalinan.
Penilaian Ukuran Kepala Janin
Upaya untuk meramalkan adanya Disproporsi Fetopelvik - FPD secara klinis dan
radiologis atas dasar ukuran kepala janin tidak memberi hasil memuaskan.
Thorp dkk (1993) melakukan evaluasi terhadap maneuver Mueller- Hillis dan
menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara distosia dengan kegagalan desensus
kepala janin.
Ferguson dkk ( 1998) menyatakan bahwa sensitivitas dalam meramalkan adanya CPD
dengan menggunakan index fetopelvic ( yang dikemukakan oleh Thurnau dkk 1991) sangat
kurang.
Sampai saat ini tidak ada metode terbaik untuk meramalkan secara akurat adanya FPD
berdasarkan ukuran kepala janin.
PRESENTASI MUKA
Merupakan kelainan deflkeksi kepala. Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi
maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian
maka yang merupakan bagian terendah janin adalah mentum.
Dalam kaitannya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan
mento anterior atau mento posterior.

Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan


pervaginam terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis.
Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung
terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.

Presentasi Muka
Mentoposterior, dagu berada dibagian posterior .
Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung bila dagu berputar ke anterior.
Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat berlangsung
pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka dagu
posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut. Pada tahun 1995
sampai 1999 , angka kejadian presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000
persalinan.

Pemeriksaan Radiologis pada presentasi muka

Diagnosis:
Diagnosa presentasi muka ditegakkan melalui pemeriksaan VT dengan meraba
adanya mulut hidung tulang rahang atas dan orbital ridges.
Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus
dan tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas. Pemeriksaan
radiologis dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka
diatas pintu atas panggul.
Etiologi :

Tumor leher janin

Lilitan talipusat

Janin anensepalus

Kesempitan panggul dengan janin yang besar

Grande multipara dengan perut gantung (pendulous abdomen)

Mekanisme persalinan pada presentasi muka:


Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas Panggul. Umumnya
keadaan diawali dengan presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah
menjadi presentasi muka .
Mekanisme persalinan terdiri dari densensus putar paksi dalam fleksi ekstensi
dan putar paksi luar.

Mekanisme persalinan pada presentasi muka mentoposterior.


Terjadi putar paksi dalam sehingga dagu berputar keanterior dan lahir pervaginam
Tujuan Putar Paksi Dalam adalah agar dagu berada dibelakang simfisis pubis oleh
karena hanya pada posisi ini kepala janin dapat melewati perineum melalui gerakan fleksi.
Setelah Putar Paksi Dalam dagu kedepan selesai dan tahapan desensus berikutnya
berlangsung, maka dagu dan mulut nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung
melalui gerakan fleksi.
Setelah kepala lahir, oksiput akan mendekati anus dan dagu berputar seperti saat
memasuki Pintu Atas Panggul. Persalinan bahu berlangsung seperti pada presentasi belakang
kepala.Pada presentasi muka, edema akan merubah bentuk wajah anak. Molase juga terjadi
dan menyebabkan bertambah panjangnya diameter occipitomentalis ,
Penatalaksanaan:
Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung secara
normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar.
Observasi Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor eksternal. Presentasi muka sering
terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus
dilakukan.
Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala ,
pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam,
serta dengan versi ekstraksi tidak boleh dikerjakan pada masa obstetri modern.
PRESENTASI DAHI

Merupakan kelainan letak defleksi dan presentasi yang sangat jarang. Diagnosa ditegakkan
bila VT pada PAP teraba orbital ridge dan ubun-ubun besar.

Presentasi dahi
Pada gambar diatas, terlihat bahwa kepala berada diantara posisi fleksi sempurna
dengan ekstensi sempurna. Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas,
engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin terjadi.
Diagnosis
Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu atau
oksiput dapat diraba dengan mudah. Diagnosa dipastikan dengan VT dan teraba sutura
frontalis ubun-ubun besar orbital ridges mata atau pangkal hidung.
Etiologi
Etiologi sama dengan penyebab presentasi muka. Presentasi dahi sering merupakan
keadaan temporer dan dalam perjalanan persalinan selanjutnya dapat berubah secara
spontan menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Mekanisme persalinan
Pada janin yang sangat kecil kecil atau panggul yang luas persalinan pervaginam
biasanya berlangsung dengan mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan
pervaginam sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai terjadinya

molase hebat yang memperpendek diamater occipitomentalis atau sampai terjadinya fleksi
sempurna atau ekstensi maksimum menjadi presentasi muka.
Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten dapat berlangsung bila
terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah. Molase berlebihan akan
menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit. Pada presentasi dahi
yang transien, progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila tetap pada presentasi dahi,
prognosis persalinan pervaginam sangat buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat
luas.Prinsip penatalaksanaan sama dengan pada presentasi muka.
LETAK LINTANG
Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Kadang-kadang
sudut yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering bersifat sementara
oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (unstable lie).
Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan
kepala berada pada fossa iliaca. Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorsoanterior atau dorso-posterior.
Angka kejadian 1 : 300 persalinan tunggal (0.3%)

Palpasi abdomen pada letak lintang .


Posisi akromion kanan dorso anterior
A. Leopold I , B Leopold II C. Leopold III dan D Leopold IV

Diagnosis
Diagnosa biasanya mudah dan kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana
abdomen terlihat melebar dengan fundus uteri sedikit diatas umbilikus. Tidak ada kutub janin
yang teraba dibagian fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.
Pada dorso-posterior, teraba bagian kecil pada palpasi dinding abdomen. VT pada
persalinan dini dapat meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik sudah bertambah maka
dapat teraba skapula dan klavikula. Arah penutupan aksila menunjukkan arah bahu dan lokasi
kepala.
Pada persalinan lanjut, bahu terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai
prolapsus lengan dan keadaan ini disebut letak lintang kasep - neglected transverse lie.
Etiologi
1. Grandemultipara akibat dinding abdomen yang kendor
2. Janin Preterm
3. Plasenta previa
4. Kelainan anatomis uterus
5. Hidramnion
6. Panggul sempit
Wanita yang sudah mengalami persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki
kemungkinan mengalami kehamilan dengan presentasi lintang 10 kali lipat nulipara.
Kekendoran otot abdomen yang mengakibatkan perut gantung (pendulous abdomen) dapat
menyebabkan uterus jatuh kedepan sehingga sumbu panjang janin menjauh dari sumbu jalan
lahir.
Letak plasenta pada Segmen Bawah Rahim dan kesempitan panggul dapat
menyebabkan gangguan akomodasi bagian terendah janin sehinga terjadi letak lintang.

Mekanisme persalinan
Persalinan spontan pervaginam pada janin aterm normal dengan presentasi lintang
tidak mungkin berlangsung. Setelah selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul
dan menyebabkan prolapsus lengan. Kontraksi uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu
masuk kedalam SBR dan menyebabkan regangan SBR berlebihan yang dapat berakhir
dengan ruptura uterus (neglected transverse lie)
Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan
pervaginam dapat berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin agar
melewati PAP dan persalinan berlangsung dengan mekanisme conduplicatio corporae.
Penatalaksanaan
Presentasi lintang pada awal persalinan adalah indikasi untuk melakukan SC. Pada
minggu ke 39 sebelum persalinan atau pada awal persalinan, bila selaput ketuban masih utuh
dapat dilakukan tindakan versi luar pada presentasi lintang tanpa disertai komplikasi lain .
Pada saat melakukan SC, akibat terperangkapnya tubuh janin dalam SBR maka insisi
uterus lebih baik dilakukan secara vertikal.

Letak lintang kasep (neglected transverse lie)

Terdapat lingkaran muskular (pathological retraction ring-Bandl ) diatas SBR yang sudah
sangat menipis.
Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran retraksi patologis
sehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan pada SBR.
PRESENTASI RANGKAP
Prolapsus lengan disamping bagian terendah janin.
Angka kejadian dan Etiologi:
Angka kejadian 1 : 700 persalinan. Keadaan ini disebabkan oleh hambatan penutupan
PAP oleh kepala janin secara sempurna antara lain seperti yang terjadi pada persalinan
preterm.
Prognosis dan Penatalaksanaan
Angka kematian perinatal meningkat sebagai konsekuensi dari persalinan preterm,
prolapsus talipusat dan prosedur obstetrik yang traumatik. Pada sebagian besar kasus,
penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang mengganggu jalannya persalinan
dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu
jalannya persalinan.
Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan
kepala kedalam jalan lahir secara bersamaan. Tebes dkk (1999) melaporkan adanya janin
yang mengalami nekrosis iskemik pada tangan yang selanjutnya sampai memerlukan
amputasi.

Presentasi rangkap. Tangan kiri berada didepan bagian terendah janin dan biasanya
desensus kepala dapat berlangsung normal

Distosia akibat Gangguan pada Jalan Lahir (CPD)


Disproporsi fetopelvik diakibatkan oleh kurangnya kapasitas panggul, ukuran anak
yang besar atau yang paling sering adalah kombinasi antara kedua hal tersebut. Kurangnya
diameter panggul dapat menyebabkan distosia selama proses persalinan.
Kesempitan panggul dapat terjadi pada : pintu atas panggul, bidang tengah panggul
pintu bawah panggul atau kombinasi diantaranya.
PENYEMPITAN PINTU ATAS PANGGUL
Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran

Diameter antero-posterior terpendek.

Diameter tranversal terbesar.


Perkiraan Diameter AP Pintu Atas Panggul dilakukan melalui pengukuran

Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; sehingga
kesempitan pintu atas panggul sering ditegakkan bila ukuran CD <>.

Pengukuran Conjugata Diagonalis


Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal - BPD 9.5 9.8 cm.
Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter AP
Pintu Atas Panggul. Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul
yang kecil namun anak dalam kandungannya biasanya juga kecil.
Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan
hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan
langsung bagian terendah janin terhadap servik.
Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas
Panggul, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada
diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada
kasus kesempitan Pintu Atas Panggul.
Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik
dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya
persalinan. Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan
presentasi.
Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintang
meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 6 kali lipat.
PENYEMPITAN PINTU TENGAH PANGGUL

Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan Pintu Atas Panggul.
Kejadian ini sering menyebabkan kejadian deep tranverse arrest ( LETAK MALANG
MELINTANG RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior
( sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul ).
Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis
melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4
5. Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi
bagian anterior dan bagian posterior. Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul
adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal
bagian posterior Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah
ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :

Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm

Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 S5) 11.5 cm

Diameter Sagitalis Posterior - DSP ( titik pertengahan diameter interspinous dengan


pertemuan S4 S5) 5 cm

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan PAP.
Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah dari
Diameter Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5 cm.
Dengan demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila diameter interspinous.
Dugaan klinik adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya
penonjolan spina ischiadica yang menyolok.

PENYEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL


PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama ( berupa diameter
intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama. Apex segitiga anterior permukaan
posterior arcus pubis.

Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx). Terjadi
kesempitan pada Pintu Bawah Panggul bila diameter intertuberosa. Berkurangnya nilai
diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga pada kala II,
kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konskuensi pada persalinan terjadi robekan
perineum yang luas.
Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa
kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.
PENILAIAN KAPASITAS PANGGUL
1. Pengukuran Conjugata Diagonalis dengan pemeriksaan panggul
2. Pengukuran diameter interspinarum menggunakan jangka pengukur Boudeloque
3. Penonjolan spina ischiadica yang ditemukan saat vaginal toucher
4. Sudut arcus pubis ( sudut arcus pubis lancip atau kurang dari 900 )
5. [ Pemeriksan X-ray pelvimetri ]
6. [ Computed Tomography Scanning ]
7. [ Magnetic Resonance Imaging ]

DISTOSIA AKIBAT JALAN LAHIR LUNAK


Abnormalitas anatomik organ reproduksi wanita dapat menyebabkan abnormalitas
atau gangguan jalannya proses persalinan. Kelainan dapat meliputi : uterus- servix vagina
vesika urinaria rektum dan masa dalam adneksa serta parametrium (kista ovarium, mioma
uteri).

Kelainan Uterus:

Kelainan bentuk uterus (uterus bicornu, uterus septus)

Prolapsus uteri

Torsi uterus
Kelainan servix uteri: jaringan sikatrik yang menyebabkan stenosis servik. Kelainan

vulva - vagina : Septum vagina, sikatrik vulva dan vagina , Giant Condyloma Accuminata.
Vesica urinaria dan rectum yang penuh dapat menyebabkan distosia. Masa adneksa : mioma
uteri dibagian servik, kista ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG et al : Dystocia Abnormal Labor in Williams Obstetrics , 22nd


ed, McGraw-Hill, 2005
Critchclow CW, Leet TL, Beneditti TJ et al: Risk factors and infant outcomes
associated with umbilical cord prolapse: A population-base case control study among
births in Washington state. Am J Obstet Gynecol 170;163, 1994
Sporri S, Hanggi W, Brahetti A et al: Pelvimetry by magnetic resonance imaging as a
diagnostic tool to evaluate dystocia. Obstet Gynecol 89;902, 1997
Ferguson JE, Newberry YG, DeAngelis GA et al: The fetal-pelvic index has minimal
utility in predicting fetal-pelvic disproportion.Am J Obstet Gynecol 179;1186, 1998
Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi RS DR. Hasan Sadikin

Anda mungkin juga menyukai