Anda di halaman 1dari 8

BENCANA BANJIR

Banjir bandang (flash flood) adalah penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai
karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat
melanda daerah- daerah rendah permukaan bumi,

di lembah sungai-sungai dan cekungan-

cekungan dan biasanya membawa debris dalam alirannya.


Banjir bandang dibedakan dari banjir oleh waktu berlangsungnya yang cepat dan biasanya
kurang dari enam jam.

dan menyapu lahan yang dilandanya dengan kecepatan aliran yang

sangat besar hampir tanpa peringatan yang cukup Tinggi permukaan gelombang banjir bandang
dapat berkisar 3 6 meter dengan membawa debris dan sangat berbahaya yang akan melanda
hampir semua yang dilewatinya Hujan yang menimbulkan banjir bandang dapat memicu
terjadinya longsoran lereng dan tebing yang menimbulkan bencana aliran debris yang
akan terangkut oleh banjir bandang tersebut.
Tipe-tipe Penyebab Banjir Bandang
Pada umumnya banjir bandang disebabkan oleh salah satu dari kejadian-kejadian di
bawah ini Hujan lebat

Hujan lebat yang bergerak lamban dan jatuh pada suatu daerah aliran sungai
yang tidak terlalu luas, dan runoffnya dan terkonsentrasi dengan cepat ke
dalam alur sungai pematusnya

Hujan tropik yang lebat berlangsung cepat pada daerah yang sudah jenuh oleh
jatuhnya hujan sebelumnya

Karena besarnya debit dan kecepatan alirannya banjir bandang dapat


mengangkut bebatuan,

lumpur yang dierosinya dari tebing maupun deposit

sedimen pada dasar alur dan debris lain seperti batang pepohonan yang tercerabut,
dan akan menyapu daerah yang dilandanya,

merusak lahan pertanian,

menghancurkan jembatan dan rumah-rumah bahkan sering menimbulkan korban


jiwa.
Banjir bandang dapat juga terjadi akibat runtuhnya timbunan dam alami yang
membendung alur sungai, disusul dengan tumpahnya ke hilir volume air yang tadinya
terbendung olehnya.

Dam alami terbentuk oleh tersumbatnya aliran alur sungai

oleh material longsoran tebing sungai yang jatuh ke dalamnya bersamaan dengan
batang pepohonan.

Dam alami khususnya terjadi pada penyempitan alur walaupun

tidak selalu terjadi di lokasi tersebut Pada kejadian ini banjir bandang dapat berlangsung
cepat dalam beberapa menit tanpa tanda-tanda yang jelas sebelumnya.
Banjir bandang juga dapat terjadi pada daerah bantaran ruas sungai aluvial oleh
pecahnya tanggul pelindung pada saat terjadi aliran dengan elevasi di atas bantaran
sungai, karena suatu penyebab. atau gagalnya sebuah bendung buatan.
Banjir bandang tipe ini dapat mengakibatkan bencana dahsyat tetapi karena
sebab insidental, maka tidak dicakup dalam buku ini.
1.1.

Pra Bencana Banjir.


BENCANA BANJIR

Secara lebih rinci upaya pengurangan bencana banjir antara lain:


1. Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk
menempatkan fasilitas vital yang rentan terhadap banjir pada daerah yang
aman.
2. Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan
terhadap banjir dan dibuat bertingkat.
3. Pembangunan infrastruktur harus kedap air.
4. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang
sungai, tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat
membantu untuk mengurangi bencana banjir.
5.

Pengaturan kecepatan aliran air permukaan dan daerah hulu sangat membantu
mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberapa
upaya
yang
perlu
dilakukan
untuk mengatur kecepatan air masuk kedalam sistem pengaliran
diantaranya adalah dengan pembangunan bendungan/ waduk, reboisasi dan
pembangunan sistem peresapan.

6.
7.
8.
9.

Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka


maupun dengan pipa atau terowongan dapat membantu mengurangi resiko banjir.

10.
11. Pembuatan tembok penahan dan tembok pemecah ombak untuk mengurangi
energi ombak jika terjadi badai atau tsunami untuk daerah pantai.
12.
13. Memperhatikan karakteristik geografi pantai dan bangunan pemecah gelombang
untuk daerah teluk.
14.
15. Pembangunan pembuatan saluran drainase.
16.
17. Peningkatan kewaspadaan di daerah dataran banjir.
18.
19. Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat).
20.
21. Pelatihan pertanian yang sesuai dengan kondisi daerah banjir.
22.
23. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.
24.
25. Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara penyimpanan/pergudangan
perbekalan, tempat istirahat/ tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi).
26.
27.
Persiapan evakuasi bencana banjir seperti perahu dan alat-alat
penyelamatan lainnya.
28.
30.

29.KEBIJAKAN DAN STRATEGI MITIGASI BENCANA

31. 1. KEBIJAKAN

32.

33.
antara lain :

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana

34.
35. a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama
bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur
masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk
pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang
bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.
36.
37.
b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu
terkoordinir
38.
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
39.
40.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban
jiwa dapat
41.
diminimalkan.
42.
43.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak,
melalui
44.
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

46.

48.
50.
52.

45.

47.

2. STRATEGI
49.
Untuk melaksanakan
beberapa strategi sebagai berikut:
51.

kebijakan

dikembangkan

a. Pemetaan.
53. Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan
pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah
mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut
sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi
kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini
penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena
beberapa hal, diantaranya adalah :

54.
56.
58.
60.

55.

1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan

57.

2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik

59.

3) Peta bencana belum terintegrasi

61. 4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda
beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82. Gambar 1.1. Daerah rawan Banjir

83.
85.

84.

b. Pemantauan.
86. Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka
dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga
akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah
vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa
kawasan rawan bencana.

87.
88.
90.

89.

91. Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara:


memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan penanganan bencana.

92.

93. Memberikan informasi ke media cetak dan etektronik


tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi
dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di
suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal
penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.

94.
96.

98.

c. Penyebaran informasi

95.

d. Sosialisasi dan Penyuluhan


97. Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek
kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat
bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana
jika sewaktu-waktu terjadi.
99. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan
Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di
daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah
rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi
bencana.

100.
101.
103.

107.
109.

111.

102.

e. Pelatihan/Pendidikan

104. Pelatihan difokuskan kepada


tata
cara
pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan
lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat
teknis, SATKORLAK PB,
105. SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat
106. pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan
ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
108.

f.

Peringatan Dini

110. Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahu- kan


tingkat kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan
dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna
mengantisipasi jika sewaktu-- waktu terjadi bencana.
112. Peringatan
dini
tersebut
disosialisasikan kepada
masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana.
Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa
saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara
atau seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran
penanganan lainnya.
113.

114.
115.
1.2.
Bencana Banjir
116.
117.
Di saat banjir biasanya yang di lakukan tidak banyak hanya saja yang
dilakukan mengevakuasi masyrakat hingga tidak terjadi korban jiwa dan menyediakan
obat-obatan dan bahan makanan yang di perlukan untuk para masyarakat yang terkenak
bencana seperti gambar di bawah ini menunjukan bahwa terjadinya banjir bandang.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.

Gambar 1.2.Memperlihatkan terjadinya banjir dan dilakukannya evakuasi.

133.
134.
1.3.
Pasca Bencana Banjir.
135.
136.
Setelah terjadinya bencana banjir biasanya dilakukan hanya membersihkan
akibat banjir dan melakukan pembangunan untuk daerah-daerah yang mengalami kerusakan
serta melakukan pencarian korban adapun gambar akibat terjadinya bencana banjir yaitu
sebagai berikut.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.Gambar 1.3. Akibat terjadinya Banjir

151.
152.
153.
Dari ketiga aspek Pra Bencana, di saat Bencana dan Pasca Bencana Geologi
ternyata sangat berperan karena masuk ke dalam Pra Bencana dimana disitulah Geologi
melakukn pemetaan daerah rawan bencana dan bagaimana menanggulangin supaya tidak
terjadi korban lebih banyak lagi.

154.

155.

Anda mungkin juga menyukai