Anda di halaman 1dari 3

Sosialisasi PP No.

53 Tahun 2010
Dalam rangka penyamaan presepsi dan pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan bidang
kepegawaian.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyelenggarakan Sosialisasi Peraturan Pemerintah


Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bertindak sebagai nara sumber
adalah Tim dari Badan Kepegawaian Negara dan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
JawaTengah.
Pelaksanaan sosialisasi tersebut terbagi dalam 3 (tiga) tahap pelaksanaan yaitu tahap I pada tanggal 9
Agustus 2010 bertempat di Gedung Dharma Wanita Provinsi Jawa Tengah dengan peserta terdiri dari para
Pejabat Struktural dan Pejabat yang membidangi kepegawaian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Jawa Tengah. Sedangkan tahap II dilaksanakan pada tanggal 29
September 2010
bertempat di kantor Bakorwil III di Purwokerto dengan peserta terdiri dari Pejabat Struktural dan Pejabat yang
membidangi kepegawaian di UPT Wilayah Eks Karisidenan Banyumas dan Pekalongan.
Untuk Tahap III dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2010 bertempat di kantor Bakorwil II di Surakarta
dengan peserta terdiri dari Pejabat Struktural dan Pejabat yang membidangi kepegawaian di UPT Wilayah Eks
Karisidenan Surakarta, Kedu, Pati dan Semarang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS sebagai berikut :

1.

Bahwa dengan berlakunya PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, maka PP No. 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin PNS dan Pasal 12 PP No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS
(mengatur PNS mangkir), dinyatakan tidak berlaku.

2.

Secara umum materi PP No. 53 Tahun 2010 masih mengatur tentang kewajiban, larangan, sanksi
hukuman disiplin, pejabat yang berwenang menghukum, tatacara penjatuhan hukuman disiplin,
pengajuan keberatan dan banding administratif.

3.

Beberapa hal baru yang diatur dalam PP 53 Tahun 2010 antara lain sbb. :

a. Kewajiban dan larangan dirumuskan lebih jelas dan rasional, sehingga jumlah kewajiban
dari 26 menjadi 17 butir, dan larangan dari 18 menjadi 15 butir. Butir larangan yang baru
adalah larangan keterlibatan dalam kampanye Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif
serta Pilkada.

b. Tingkat dan jenis hukuman disiplin mengalami perubahan pada tingkat sedang dan tingkat berat, dan
penerapannya dikaitkan antara dengan jenis pelanggrannya dengan hukuman disiplin yang harus dijatuhkan,
dengan mempertimbangkan :

latar belakang terjadinya pelanggaran (sengaja atau tidak sengaja) ;

dampak kerugian yang ditimbulkan (bagi unit kerja, bagi instansi atau bagi negara/ pemerintah) ;

standar kinerja instansi yang telah ditetapkan.

c. Pasal 3 angka 11 yang mengatur tentang kewajiban PNS untuk masuk kerja dan mentaati ketentuan jam
kerja, dengan sanksi bagi PNS yang meninggalkan tugas tanpa alasan yang sah (mangkir) secara kumulatif
dalam 1 tahun berjalan, yaitu :

5 hari kerja

6 -10 hari kerja

: tegoran tertulis

11-15 hari kerja

: pernyataan tidak puas secara tertulis

16-20 hari kerja

: penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun

21-25 hari kerja

: penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun

26-30 hari kerja

: penurunan pangkat setingkat selama 1 tahun

31-35 hari kerja

: penurunan pangkat setingkat selama 3 tahun

36-40 hari kerja

: pemindahan dalam rangka penurunan jabatan

41-45 hari kerja

: pembebasan dari jabatan

: tegoran lisan

46 hari kerja atau lebih : pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS

Sanksi tersebut berlaku pula bagi PNS yang datang terlambat atau pulang lebih awal, dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7 (tujuh
setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.
d.

Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin di Provinsi adalah :

Presiden ;

Gubernur (selaku Pejabat Pembina Kepegawaian dan selaku wakil Pemerintah) ;

Sekretaris Daerah ;

Pejabat eselon II ;

Pejabat eselon III ;

Pejabat eselon IV ;

Pejabat yang setara pejabat struktural (misal : Ketua Pengadilan, Rektor, Kepala Sekolah).

e. Setiap pejabat struktural selaku atasan wajib untuk memberikan sanksi hukuman disiplin terhadap
bawahannya yang melanggar disiplin, dengan ketentuan apabila atasan tersebut tidak memberikan sanksi
maka ia akan dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat atasannya dengan hukuman disiplin yang sama dengan
yang seharusnya dijatuhkan kepada bawahannya.
f. Untuk pemeriksaan dugaan pelanggaran disiplin yang diancam hukuman disiplin tingkat sedang atau berat,
dapat dibentuk Tim Pemeriksa secara ad hoc oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang
ditunjuk.
g. Bagi PNS yang tidak puas atas keputusan hukuman disiplin, dapat melakukan upaya administratif, yaitu
terdiri dari :

keberatan yang ditujukan kepada atasan pejabat yang menghukum, untuk hukuman disiplin tingkat
sedang ; dan
banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK), untuk hukuman disiplin
berupa pemberhentian sebagai PNS.

Dengan adanya Sosialisasi PP No. 53 Tahun 2010 yang merupakan pengganti PP No. 30 Tahun 1980 ini,
diharapkan akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas PNS dalam mewujudkan Good Governance dan Clean
Governance. (UK-1)

Anda mungkin juga menyukai