Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi, kini kehidupan
masyarakat tidak lepas dari kebutuhan akan informasi. Untuk memenuhi hal
itu, maka terciptalah Media Massa. Berawal dari media cetak lalu kemudian
muncul media elektronik sampai dengan media online. Di era modern seperti
sekarang ini manusia tidak terlepas dari berbagai informasi yang diberikan
oleh media massa. Dengan berkembanagnya media massa, berbagai
informasi kini dapat menyebar luas dengan mudah dan lebih cepat.
Masyarakat yang tinggal di kota - kota besar pasti sudah tidak asing lagi
dengan proses komunikasi massa.
Komunikasi massa berarti proses penyampaian pesan kepada
masyarakat atau khalayak luas dengan menggunakan media massa. Seperti
yang dikatakan oleh Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.3) definisi
komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang. Oleh karena itu media massa menjadi sarana
penting yang dibutuhkan masyarakat. Selain berfungsi untuk menyampaikan
pesan dan informasi, media massa juga memiliki banyak fungsi lainnya.
Beberapa diantaranya adalah untuk memberikan hiburan dan juga edukasi.
Televisi merupakan salah satu media massa yang paling digemari.
Hampir setiap orang memiliki televisi di rumahnya. Sifatnya yang audio -

2
visual membuat televisi menjadi media massa yang paling unggul dan efektif
dalam menyampaikan pesan. Televisi memiliki program acara yang beraneka
ragam. Setiap stasiun televisi bersaing dalam mengemas setiap program
acaranya agar menarik dan mendapatkan minat penonton. Walaupun saat ini
internet dan media online sudah semakin maju, di Indonesia televisi tetap
menjadi media massa yang paling umum bagi masyakarat. Ditambah lagi kini
televisi juga mengikuti perkembangan teknologi dengan mempunyai fasilitas
streaming melalui internet.
Sebagai media massa, televisi dapat memberikan berbagai efek dan
pengaruh pada masyarakat. Televisi dapat mempengaruhi gaya hidup, cara
pandang, serta pembentukan sikap penontonnya. Karena media massa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi dalam
pembentukan sikap seseorang. Karena itu selain untuk memberikan tayangan
hiburan, televisi juga harus bisa mengedukasi dan memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Menurut Azwar (2015, p.34) berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, suratkabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampain
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan
yang berisi sugesti. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesanpesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut akan memberikan dasar
afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Televisi mempunyai banyak variasi program yang di tayangkan setiap
harinya. Salah satunya adalah program acara Talkshow. Dalam program

3
talkshow, individu ataupun grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan
suatu topik bahasan. Acara ditengahi oleh seorang host dan biasanya
mengundang narasumber yang sudah berpengalaman dalam bidang yang
akan menjadi topik bahasan. Ada talkshow yang dibawakan secara santai
tetapi ada juga yang dibawakan dengan cara yang lebih formal. Terkadang
juga melibatkan pemirsa dirumah dengan cara berinteraksi melalui telefon.
Talkshow menjadi pilihan yang menarik sebagai sarana penyampaian
informasi. Program acara talkshow biasanya juga memberikan hiburan
sehingga menarik untuk ditonton. Hampir di setiap stasiun televisi pasti
memiliki program talkshow. Konsep dan tema pembahasannya pun beraneka
ragam. Penonton televisi juga sebagian besar menggemari program talkshow.
Karena topik yang dibahas seringkali berupa informasi yang memang
dibutuhkan oleh penontonnya. Talkshow juga dapat memperluas wawasan
tentang

suatu

masalah

dari

isu

isu

terkini,

sehingga

masyarakat

membutuhkan program acara seperti ini untuk menambah wawasan ataupun


mencari solusi.
Menurut Latief dan Utud (2015, p.24) Talkshow adalah program diskusi
atau panel diskusi yang diikuti lebih dari satu pembicara atau narasumber
untuk membicarakan suatu topik. Daya tarik pada program ini terletak pada
topik masalah yang dibiciarakan. Selain permasalahannya menarik juga harus
menghadirkan public figure sebagai narasumbernya. Dengan narasumber
yang berbeda menjadikan talkshow menjadi tontonan menarik.
Dewasa ini, salah satu isu yang cukup penting untuk dibahas adalah
isu - isu tentang kesehatan. Menurut Bayu Tri Sulistyo dalam jurnalnya yang
berjudul Pengaruh Menonton Siaran Acara Dr. Oz Indonesia di Trans Tv

4
Terhadap Pengetahuan Kesehatan Masyarakat (Acta Diurna, 2015),
kebanyakan masyarakat selalu melakukan hal yang salah dan melangggar
sesuatu hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan atau ketidaktahuan
didalam masyarakat tentang menjaga kesehatan.
Contohnya, ketika sakit masyarakat lebih memilih untuk tidak pergi ke
dokter tetapi malah membeli obat di warung, yang sering kali obat tersebut
harus memiliki resep dokter, dan masih tradisionalnya pola pikir masyarakat,
penyakit berat sering kali dihubung-hubungkan dengan ilmu hitam. Kebiasaan
masyarakat yang sering terlambat membawa anggota keluarga yang sakit ke
rumah sakit, sehingga penyakit semakin parah baru dirujuk ke rumah sakit.
Serta hal-hal sepele yang sering dilakukan masyarakat namun sangat
beresiko bagi kesehatan.
Hadirnya talkshow kesehatan sangatlah bermanfaat untuk masyarakat.
Jika masyarakat mempunyai pengetauhan yang cukup tentang kesehatan, hal
- hal dan pemahaman yang salah bisa di hindari. Karena sebuah talkshow
kesehatan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
dan juga dapat menghimbau masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat.
Dengan

menggunakan

medium

televisi,

sebuah

pesan

juga

dapat

tersampaikan dengan jangkauan yang lebih luas, sehingga dapat mencakup


seluruh bagian masyarakat.
Kini sudah banyak acara talkshow yang mengangkat topik tentang
kesehatan sebagai bahasan utamanya. Salah satu stasiun televisi yang
mempunyai program talkshow kesehatan adalah Jak Tv. Jak Tv adalah
stasiun televisi lokal yang berfokus di Jakarta. Cakupan siarannya meliputi
daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi). Jak

5
Tv memfokuskan program-program acaranya ke pemberitaan, juga softnews
dan talkshow keluarga. Talkshow kesehatan yang ditayangkan oleh Jak Tv
berjudul Kata Dokter.
Program talkshow kesehatan Kata Dokter ini bertujuan untuk
mengedukasi para penontonnya. Program ini juga membantu untuk
menambah wawasan dan membahas isu-isu terkini yang berkaitan dengan
kesehatan. Hal ini bisa membenarkan segala macam hal-hal tentang
kesehatan yang tidak diketahui oleh masyarakat atau yang selama ini disalah
pahami oleh masyarakat. Acara ini juga membantu menghimbau masyarakat
agar tergerak untuk menjalani gaya hidup sehat.
Di stasiun televisi lain juga sudah banyak yang menayangkan program
talkshow kesehatan serupa, contohnya Dr. Oz di Trans Tv, Halo Doker di
TVRI, Solusi Sehat di Berita Satu Tv, dan lain lain. Namun, ada beberapa
hal yang membedakan talkshow Kata Dokter dengan talkshow kesehatan
lainnya. Dari segi konsep, talkshow Kata Dokter mempunyai konsep acara
educative, interactive, & entertaining.
Edukatif dengan cara memfokuskan tiap episodenya untuk membahas
satu topik bahasan saja. Diskusi pun bisa lebih mendalam sehingga solusi
yang diberikan diharpkan bisa benar-benar dipahami oleh penonton. Berbeda
dengan talkshow kesehatan lain yang biasanya dalam 1 episode bisa
membahas berbagai macam penyakit, sehingga satu bahasan belum
tentu bisa dikupas sampai benar-benar tuntas. Acara talkshow Kata Dokter ini
juga dikemas dengan gaya pembahasan yang ringan dan santai. Dengan
begitu, bahasa yang digunakan akan lebih mudah dipahami. Cara ini
diharapkan dapat mengedukasi masyarakat tentang hal kesehatan atau

6
medis yang biasanya adalah bahasan yang rumit dan serius, bisa menjadi
pembahasan yang mudah dimengerti dan tidak rumit.
Hal lain yang membedakan talkshow Kata Dokter dengan yang lainnya
adalah, acara ini dipandu oleh seorang dokter yang komunikatif dan
kompeten. Kata Dokter memilih seorang dokter untuk dijadikan sebagai host
acaranya dikarenakan, narasumber yang diundang tentunya merupakan
seorang dokter yang ahli. Sehingga jika host nya juga seorang dokter,
diharapkan pembahasan topik kesehatan akan menjadi lebih efektif karena
dibawakan oleh seseorang yang memang sudah familiar dibidang kesehatan.
Pertanyaan yang akan dilontarkan kepada narasumber pun bisa lebih
tersambung dan berbobot jika yang bertanya adalah seseorang yang tidak
awam dalam bidang kesehatan. Hal ini juga bertujuan agar talkshow Kata
Dokter bisa menjadi lebih interaktif. Kata Dokter juga membeirkan
kesempatan untuk penonton yang ingin bertanya. Terdapat segmen dimana
penonton dapat menghubungi dan bertanya langsung dengan narasumber via
telefon. Selain itu, kata dokter juga memberikan kesempatan untuk para
penontonnya yang ingin bertanya via media sosial, yaitu melalui twitter
@katadokterjaktv.
Kata Dokter juga memberikan unsur entertaining pada acaranya
dengan cara mengundang bintang tamu yang membawakan lagu lagu
akustik. Biasanya performance ini ditaruh di awal atau di tengah acara
sebelum memasuki topik bahasan utama. Hal ini bertujuan untuk menghibur
dan mencairkan suasana, agar pembawaan acara juga terkesan lebih santai,
tetapi tetap dapat memberikan edukasi untuk penontonnya. Menampilkan
sebuah performance lagu akustik sebagai hiburan merupakan hal menarik

7
dari program talkshow Kata Dokter yang tidak kita jumpai pada talkshow
kesehatan lainnya.
Penonton yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini adalah
advisor

SintesaHealth

kantor

pusat.

SintesaHealth

merupakan

anak

perusahaan yang di naungi oleh Sintesa Group. Memberi pelayanan informasi


mengenai kesehatan yang edukatif dan praktis. Kehadiran SintesaHealth di
tengah masyarakat perkotaan sangat membantu konsumen untuk bersikap
tepat dalam menyikapi gaya hidup sehat dan memberikan solusi-solusi
tentang kesehatan. Sesuai slogannya Change Your Quality Of Life
SintesaHealth mengajak masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatan,
baik dalam menjaga tubuh dengan supplemen yang baik atau memilih obat
yang tepat untuk proses kesembuhan yang berkesinambungan. Karena itu,
SintesaHealth terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik kepada
masyarakat lewat produk produknya yang telah teruji klinis dan memiliki
kualitas tinggi dan di percaya banyak Negara.
Berdasarkan dari uraian yang telah disebutkan di atas, dalam
penelitian ini ingin diketahui bagaimana sikap penonton terhadap talkshow
kesehatan Kata Dokter di Jak Tv. Dalam penelitian ini akan diteliti
bagaimanakah sikap advisor pada SintesaHealth yang dilihat dari aspek
kognitif, afektif, dan behavioral.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dituliskan di atas, rumusan masalah
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

8
Bagaimanakah sikap penonton (advisor pada SintesaHealth) ditinjau
dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral terhadap tayangan Talkshow
kesehatan Kata Dokter di Jak Tv?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui bagaimanakah sikap penonton (advisor pada
SintesaHealth) ditinjau dari asppek kognitif, afektif, dan behavioral terhadap
tayangan Talkshow kesehatan Kata Dokter di Jak Tv

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa

menambah wawasan masyarakat

mengenai ilmu komunikasi massa khususnya tentang efek media massa


terhadap penonton.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitan
selanjutnya yang membahas hal serupa.

1.4.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan untuk Jak Tv dan juga stasiun televisi lainnya agar dapat semakin
mengembangkan program acara yang bermanfaat untuk masyarakat

9
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab. Pembagian bab tersebut adalah seperti
berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I, dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian baik manfaat akademis dan manfaat
praktis, serta sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORETIS


Pada BAB II, dijelaskan tentang hasil penelitian sebelumnya dan
penjelasan tentang teori teori yang akan digunakan terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti. Teori yang digunakan adalah teori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pada BAB III, akan dijelaskan tentang metode apa yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Tehnik pengumpulan data dilakukan secara
kuantitaif dengan pendekatan deskriptif. Dijelaskan juga mengenai detail
populasi, sampel, dan juga pembahasan kuisioner.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada BAB IV, dijelaskan tentang pembahasan analisis penelitian yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Hasil diambil dari kuesioner yang telah
disebar dan diisi oleh responden.

10
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada BAB V, akan dijelaskan mengenai simpulan dan saran dari hasil
penelitian. Pada bab ini juga akan dijabarkan saran akademis dan saran
praktis yang diharapkan dapat memberikan manfaat.

11

BAB II
KERANGKA TEORETIS

2.1 Penelitian Sebelumnya


Tabel 1
Tabel Penelitian Sebelumnya

Bahasan
Nama Peneliti &
Tahun

Judul

Teknik
Pengumpulan
Data
Metode
Penelitian
Teori

Penelitian
Sebelumnya
Ayu Meilani
Liliana (2015)
Sikap
Masyarakat
Terhadap
Tayangan Acara
Talkshow Mario
Teguh The
Golden Ways
(Studi Pada
Pegawai Kantor
Kelurahan Loa
Bakung)

Penelitian
Sebelumnya
Bayu Tri Sulistyo
(2015)
Pengaruh
Menonton Siaran
Dr. Oz Indonesia
di Trans Tv
Terhadap
Pengetahuan
Kesehatan
Masyarakat Desa
Kotabunan
Bolaang
Mongondow
Timur

Angket/Kuesioner Angket/Kuesioner
Kuantitatif
Deskriptif
- Teori S-O-

Kuantitatif
Deskriptif
- Teori S-O-

(Stimulus-

(Stimulus-

Organism-

Organism-

Response)

Response)
- Teori

Penelitian Yang
Sedang Dikaji
Raisha Febryna
(2015)
Sikap Penonton
Terhadap
Tayangan
Talkshow
Kesehatan di
Televisi (Studi
Deskriptif Pada
Advisor
SintesaHealth
Terhadap
Tayangan
Talkshow Kata
Dokter di Jak Tv)
Angket/Kuesioner
Kuantitatif
Deskriptif
- Teori Efek
Media
(Ditinjau
dari aspek
Kognitif,

Kultivasi

Afektif,
Behavioral)

12
-

Teori Uses
and
Gratificatio
ns

15 orang pegawai
Kantor Kelurahan
Loa Bakung.
Objek

Masyarakat Di
Desa Kotabunan
Bolaang
Mongondow
Timur

Advisor
SintesaHealth
kantor pusat yang
menonton
tayangan
talkshow Kata
Dokter di Jak Tv

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2015


2.2 Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Sikap didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikirian (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. (Azwar, 2015, p.5)
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek
sikap. Tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri, sikap haruslah diikuti oleh
kata terhadap atau pada objek sikap. Sikap terdiri atas komponen kognitif,
afektif, dan behavioral. (Rakhmat, 2011, p.39)
2.2.2 Komponen Sikap
Sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang. Komponen
kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu

13
mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap
objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen perilaku berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. (Azwar, 2015, p.24)

Variabel
independen
yang dapat
diukur

Variabel
intervening

Variabel
dependen yang
dapat diukur

Respons
Perseptual
Pernyataan
Afek lisan
tentang keyakinan

STIMULI
(individu, situasi,
isu sosial,
kelompok sosial,
dan objek sikap
lainnya)

Respons syaraf
simpatetik
Sikap

Kognisi

Pernyataan lisan
tentang efek

Tindakan yang
tampak
Perilaku

Pernyataan lisan
mengenai perilaku

Gambar 1 Trikomponen. Sumber: Azwar 2015, p.8


2.2.3 Faktor Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2015, p.30) sikap sosial terbentuk dari adanya
interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi
hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi

14
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya.

Faktor-faktor yang mempen garuhi pembentukan sikap antara lain adalah


berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengalaman Pribadi
Orang Lain yang Dianggap Penting
Kebudayaan
Media Massa
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Faktor Emosional

Dalam penelitian ini, pembentukan sikap terjadi akibat faktor media


massa dimana tayangan talkshow Kata Dokter ditayangkan di televisi.
Dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media
massa tidak kecil artinya. Dalam pemberitaan di media massa, berita-berita
aktual yang disampaikan seringkali dimasuki unsur subjektivitas, baik secara
sengaja maupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap
audience nya, sehingga dengan hanya menerima informasi yang sudah
dimasuki unsur subjektif itu, terbentuklah sikap tertentu. (Azwar, p.35)
2.3 Komunikasi Massa

2.3.1 Definisi Komunikasi Massa


Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi
yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga
kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis
seperti radio, telefisi, surat kabar, dan film. Komunikasi massa memiliki ciri

15
tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari
segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Pesan
komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat
(tertunda) dan terbatas. Sifat penyebaran media massa berlangsung begitu
cepat, serempak, dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, dan tahan
lama bila didokumnetasikan. (Cangara, 2015, p.41)
Pada dasarnya komunikasi massa merupakan komunikasi yang
dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication.
Massa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, ataupun
pembaca. Bentuk media massa antara lain adalah media elektronik (televisi,
radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. (Nurudin,
2014, p.4)
Menurut Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.3), komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan
luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa,
maka itu bukan komunikasi massa. Komunikasi massa itu menghasilkan
sebuah produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan
kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap,
misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak
dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lemabga, dan
membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan
banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

16
Komunikasi massa sebagai proses yang di dalamnya suatu organisasi
yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan
mengrimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
Jalaluddin Rakhmat (2004) mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Suryanto, 2015,
p.157)

2.3.2 Ciri Ciri Komunikasi Massa


Menurut Nurudin (2015, p.19) ciri ciri komunikasi massa adalah sebagai
berikut.
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Lembaga yang dimaksud disini menyerupai

sebuah

sistem.

Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah Sekelompok orang,


pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah,
menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi
pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan
dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu
menjadi sumber informasi.
2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam.
Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama
atau keperayaan yang tidak sama pula.
3. Pesannya Bersifat Umum

17
Pesan-pesan dalam komunikasi masa tidak ditujukan kepada satu
orang

atau

sekelompok

masyarakat

tertentu.

Pesan-pesannya

ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan


yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus.
4. Komunikasinya Bersifat Satu Arah
Ketika anda menerima pesan dari media massa, komunikasi yang
berlangsung hanya satu arah, yakni dari media massa ke Anda dan
tidak sebaliknya. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada
komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa,
sifatnya tertunda dan tidak langsung.
5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Ketika kita menonton sebuah acara televisi, tanpa kita sadari pesan
tersebut juga dinikmati secara bersamaan oleh ribuan, bahkan jutaan
orang

di

seluruh

Indonesia.

Dalam

komunikasi

massa

ada

keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya.


6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya
sangat membutuhkan peralatan teknis. Contoh peralatan teknis yang
dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik.
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi
yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud
antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan,
penjaga rubrik, kameramen, sutradara, dan lembaga sensor film yang
semuanya memengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam
pesan-pesan dari media massa masing-masing.

18
2.3.3 Fungsi Komunikasi Massa
Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum dalam
(Ardianto, Komala, Karlinah, 2014, p.18) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Informasi
Media masa adalah penyebar infromasi bagi pembaca, pendengar,
atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media
massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak
sebagai mahluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang
terjadi.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalakyaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang
sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media
massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang
berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya
melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.
3. Fungsi Memengaruhi
Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada
tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat
kabar.

Menurut Alexis S. Tan dalam (Nurudin, 2015, p.65) fungsi komunikasi


bisa beroprasi dalam empat hal, yaitu berikut ini.

19
Tabel 2
Fungsi Komuikasi Massa

No.

Tujuan Komunikator

Tujuan Komunikan

(Penjaga Sistem)

(Menyesuaikan diri pada sistem: pemuasan

1.

Memberi informasi

kebutuhan)
Mempelajari ancaman dan peluang, memahami

2.

Mendidik

lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.


Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
berguna memfungsikan dirinya seara efektif dalam
masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang

3.

Mempersuasi

cocok agar diterima dalam masyarakatnya.


Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan
aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

4.

Menyenangkan,

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur,

memuaskan kebutuhan

dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

komunikan

Sumber: Nurudin, 2015, p.65

Sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat dan teknologi


komunikasi, dalam prespektif kritis, fungsi komunikasi massa bisa ditambah
sebagai berikut: 1) melawan kekuasaan dan kekuatan represif, 2) menggugat
hubungan trikotomi antara pemerintah, pers, dan masyarakat.

2.3.4 Efek Komunikasi Massa


Efek komunikasi merupakan suatu perubahan yang terjadi di dalam diri
penerima, karena menerima pesan-pesan komunikasi dari suatu sumber.

20
Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata.
Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau
perubahan-perubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti
pengetahuan, sikap, perilaku, atau ketiganya. (Lamintang, 2015, p.10)
Menurut Suryanto (2015, p.196) dalam komunikasi massa, ada tiga
dimensi efek, yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
bersifat informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas
tentang upaya media massa dapat membantu khalayak dalam
memepelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitif.
b. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan
komunikasi

massa,

Setelah

mengetahui

informasi

yang

diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Berikut ini


faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari
komunikasi massa:
1. Suasana emosional
2. Skema kognitf
3. Situasi terpaan
4. Faktor predisposisi individual
c. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Adegan kekerasan
dalam televisi akan menyebabkan orang menjadi beringas.
Program acara memasak akan menyebabkan para ibu rumah
tangga mengikuti resep-resep baru.
Menurut Rakhmat (2011, p.217) efek media massa meliputi aspek
kognitif, afketif, dan behavioral.

21
a. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, ketermpilan, kepercayaan, atau
informasi.
b. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya
dengan emosi, sikap, atau nilai.
c. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati; meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan
berperilaku.
Dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
massa menimbulkan efek yang dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu aspek kognitif
yang berkaitan dengan pemahaman atau penalaran, aspek afektif yang
berkaitan dengan perasaan atau emosional, dan aspek behavioral yang
berkaitan dengan tindakan atau perilaku.

2.3.5 Model Komunikasi Massa


Penelitian ini menggunakan model komunikasi menurut Lasswell.
Model komunikasi menurut Lasswell berupa ungkapan verbal yang selama ini
kita kenal dengan paradigm Lasswell (Ardianto, Komala, Karlinah, 2014, p.84)
yaitu:

who

(siapa sumbernya)

says what

(apa yang disampaikan)

in which channel

(melalui media apa)

22
to whom

(siapa sasarannya)

with what effect

(apa pengaruhnya)

Menurut Cangara (2015, p.46) kalau pertanyaan Lasswell dievaluasi


dalam gambar, dapat dinilai sebagai model komunikasi, sebab komponen
komponen yang membangunnya cukup signifikan. Di sini Lasswell melihat
bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai efek dan pengaruh.
Siapa

Mengatakan
Apa

Kepada
Siapa

Melalui
Apa

Apa
Efeknya

Gambar 2 Model Komunikasi Oleh Lasswell


Uraian model Lasswell pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

who

: Program talkshow Kata Dokter

says what

: Memberikan topik tentang kesehatan

in which channel

: Ditayangkan melalui media massa televisi (Jak Tv)

to whom

: Penonton program talkshow Kata Dokter

with what effect

: Memberikan pemahaman (efek kognitif) tentang


kesehatan sehingga penonton terlibat secara
emosional

(efek

afektif)

dan

tergerak

untuk

melakukan suatu tindakan (behavioral)


2.4 Televisi
2.4.1 Definisi Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata Televisi
berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision yang berarti tampak.

23
Dengan demikian, televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.
(Suryanto, 2015, p.190)
Televisi memiliki sejumlah kelebihan, terutama kemampuannya dalam
menyatukan antarfungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya
memainkan warna. Penonton leluasa menentukan saluran mana yang
mereka senangi. Selain itu, televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu
sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah yang terpencil dapat
menikmati siaran televisi. Televisi mendekatkan dunia yang jauh ke depan
mata tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempattempat tersebut. (Cangara, 2015, p.156)

2.4.2 Karakteristik Televisi


Menurut Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.137) televisi
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat
dilihat.
b. Berpikir dalam Gambar
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam
gambar. Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan katakata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara
individual.

Kedua,

penggambaran,

proses

yakni

berpikir

kegiatan

dari

merangkai

gambar

adalah

gambar-gambar

individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung


makna tertentu.

24
c. Pengoprasian Lebih Kompleks
Pengoprasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak
melibatkan orang. Untuk menayangkan aara siaran berita yang
dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan
10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah
teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru
kamera, juru video, juru audio, juru rias, dan lain-lain. Peralatan
yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya
lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan
terlatih.

2.4.3 Program Televisi


Menurut Latief dan Utud (2015, p.5) secara umum program siaran
televisi terbagi dua bagian, yaitu program hiburan popular disebut program
entertaimenet dan informasi disebut juga program berita (news). Program
informasi yaitu program yang sangat terikat dengan nilai aktualitas dan
faktualitasnya. Adapun program hiburan yaitu program yang berorientasi
memberikan hiburan kepada penonton.
Meskipun kedua program siaran ini memiliki karakteristik masingmasing, tetapi ada

beberapa program yang berdiri di dua jenis program

informasi sekaligus program hiburan. Misalnya program talkshow dan


program variety show, di mana konsepnya dapat memiliki nilai hiburan yang
artistic, juga memiliki informasi sebagai penunjang program.
Dalam penelitian ini, talkshow Kata Dokter termasuk pada jenis
program yang memiliki nilai hiburan dan juga memiliki nilai informasi.

25

2.5 Talkshow
2.5.1 Definisi Talkshow
Program

talkshow

atau

perbincangan

adalah

program

yang

menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu
yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang
adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau
topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang
tengah dibahas. (Morissan, 2013, p.222)

2.5.2 Jenis Jenis Talkshow


Menurut Fachruddin (2015, p.13) terdapat tiga jenis format program
talkshow, yaitu talkshow news, talkshow entertainment, dan talkshow
sponsorship.
a. Talkshow News
Talkshow news adalah program dialog yang dipandu oleh seorang
pemabwa acara/moderator/host dengan beberapa narasumber sesuai
kebutuhan redaksi/divisi current affair, yang membahas konten actual
berkaitan dengan hardnews dari program berita suatu stasiun televisi
atau isu hangat yang sedang berkembang.
b. Talkshow Entertaiment
Talkshow entertainment adalah program dialog yang dipandu oleh
seorang pembawa acara/moderator/host yang umumnya sudah
memiliki ketenaran (dominasi artis) dengan beberapa narasumber
sesuai konsep produser atau tim kreatif, sedangkan konten yang

26
dibahas

segala

sesuatu

yang

menjadi

isu

hangat

dan

menarik/marketable bagi departemen program stasiun televisi ataupun


production house.
c. Talkshow Sponsorship
Talkshow sponsorship adalah program dialog yang dipandu oleh
seorang

pemabawa

acara/moderator/host

dengan

beberapa

narasumber yang mensponsori atau mem-blocking program sesuai


konsep produser/tim kreatif atau pihak sponsor, dengan konten yang
dibahas segala sesuatu yang merupakan promosi komersial atau
sosialisasi

program

kerja

yang

dikemas

semenarik

mungkin/marketable sesuai permintaan sponsor utama.

Dalam penelitian ini, talkshow Kata Dokter termasuk pada


jenis talkshow sponsorship. Namun talkshow Kata Dokter ini tidak
memiliki sponsor yang khusus atau tetap.

2.6 Audience
2.6.1 Definisi Audience
Audience disebut juga penerima atau receiver adalah saran atau target
dari pesan. Penerima dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga
atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.
(Morissan, 2014, p.22)
Audience bisa disebut juga komunikan. Seperti yang dikatakan oleh
Suryanto (2015, p.192) istilah lain komunikan adalah audience, receiver,
decoder,

khalayak,

publik.

Komunikan

adalah

pihak

yang

menjadi

sasasaran/penerima pesan dalam proses komunikasi. Komunikan berperan

27
sebagai penerima berita. Komunikan menerjemahkan pesan ssuai dengan
pemahamannya (dedokfikasi). Kemampuan menangkap pesan sangat
bergantung pada tingkat intelektualitas, latar belakang budaya, situasi, dan
kondisi komunikan.

2.7.2 Karakteristik Audience


Menurut Hiebert dan kawan kawan dalam (Nurudin, 2015, p.105)
audience dalam komunikasi massa mempunyai lima karakteristik sebagai
berikut:
1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk
berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara
mereka.
2. Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai
wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan
dan kategori sosial.
4. Audience bersifat anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Tidak
mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per kasus, tetapi
meliputi semua audience.
5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat juga
dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

Target audience pada program talkshow Kata Dokter ini ditujukan


kepada orang dewasa yang berusia disekitar 30 tahun. Alasannya adalah
karena pada usia tersebut, seseorang rata-rata sudah mulai sadar akan
pentingnya kesehatan, dan mulai menaruh perhatian tentang hal-hal yang
berkaitan untuk kepentingan kesehatannya.

28

2.7 Teori Uses and Gratifications


Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang
ditentukan

oleh

audiensi

sendiri.

Teori

penggunaan

dan

kepuasan

menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audiensi sebagai konsumen


media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam menggunakan media dan
akibat atau konsekuensi dari menggunaan media itu. (Morissan, 2014, p.509)
Menurut Nurudin (2015, p.193) kita akan menonton suatu acara pada
televisi tertentu karena media tersebut menyediakan atau memuaskan kita
akan kebutuhan informasi atau hiburan. Kita bisa memahami interaksi orang
dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan
kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara
lain pelarian dari rasa khawatir, peredaran rasa kesepian, dukungan
emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial.
Orang aktif memilih

dan menggunakan media

tertentu untuk

memuaskan kebutuhan tertentu. Menekankan posisi pengaruh yang terbatas,


teori ini melihat media mempunyai pengaruh terbatas karena pengguna
mampu memilih dan mengendalikan. Orang memiliki kesadaran diri, dan
mereka mampu memahami dan menyatakan alas an mereka menggunakan
media. Mereka melihat media sebagai salah satu cara untuk memuaskan
kebutuhan yang mereka miliki. (West & Turner, 2010, p.104)
Asumsi teori uses and gratifications sebagaimana dikemukakan Katz,
Blumler, dan Gurevich dalam Morissan (2014, p.509) menyatakan ada lima
asumsi dasar teori uses and gratifications yaitu:

29
1)

audiensi

aktif

dan

berorientasi

pada

tujuan

ketika

2)

menggunakan media
inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media ditentukan

3)
4)

audiensi
media bersaing dengan sumber kepuasan lain
audiensi sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif dan

5)

penggunaan media
penilaian isi media ditentukan oleh audiensi.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, penonton secara aktif akan


memilih suatu tayangan yang menimbulkan harapan dan pemenuhan
kebutuhan.

Misalnya,

penonton

membutuhkan

informasi

mengenai

kesehatan, dengan menonton tayangan talkshow Kata Dokter di Jak Tv,


pemirsa lalu mendapatkan pengetahuan dan kepuasan sesuai dengan
kebutuhannya. Mereka akan memilih untuk terus menonton apabila tayangan
tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.

2.8 Kerangka Teori

Tayangan Talkshow
Kesehatan Kata Dokter di
Jak Tv

Kognitif
Sikap Penonton Mengenai
Tayangan Talkshow
Kesehatan Kata Dokter di
Jak Tv

Afektif
Behavioral

30

Penelitian Melalui
Kuesioner Pada Advisor
Sintesa Health

Hasil Penelitian

Gambar 3 Kerangka Teori. Sumber: Olahan Peneliti, 2015

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang
diperoleh melalui penelitian adalah data yang mempunyai kriteria tertentu
yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat data yang
dikumpulkan oleh peneliti. (Sugiyono, 2014, p.2)

31
Menurut

Kriyantono

(2014,

p.50)

metode

penelitian

dapat

dibedakan berdasarkan pendekatannya. Pendekatan ini pada dasarnya


merupakan falsafah yang mendasari suatu metodologi penelitian, apakah
kuantitatif atau kualitatif. Riset yang menggunakan metodologi kuantitatif
adalah riset yang datanya menggunakan angka-angka.
Menurut Bungin (2014, p.43) ada dua format penelitian kuantitatif
berdasarkan paradigma dominan dalam metodologi penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagi variabel yang
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang
terjadi.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah
pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif. Karena penelitian ini
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut

Sugiyono

(2014,

p.80)

populasi

adalah

wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunya kualitas dan


karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam

metode

penelitian

kata

populasi

digunakan

untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran

32
penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek yang dapat
menjadi sumber data penelitian. (Bungin, 2014, p.141)

Populasi dari penelitian ini adalah Advisor SintesaHealth kantor pusat


yang pernah menonton tayangan Talk Show Kata Dokter di Jak Tv dengan
rentang usia mulai dari 30 - 50 tahun. Rentang usia diambil karena sesuai
dengan target audience dalam acara tersebut. Berdasarkan data dari tim
manajemen SintesaHealth, jumlah Advisor di kantor pusat SintesaHealth yang
terletak di Menara Duta, Jl. H. R. Rasuna Said, Setia Budi, Jakarta Selatan
adalah sekitar 800 orang.

3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. (Sugiyono 2014, p.80)
Penentuan ukuran atau jumlah sampel juga bisa dilakukan dengan
perhitungan statistik. Pada penelitian ini perhitungannya akan menggunakan
Rumus Slovin. (Kriyantono, 2014, p.164)
Keterangan:

n
n

ukuran sampel

ukuran populasi

N
1 Ne2

33
e

kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan


sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%, kemudian
dikuadratkan

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

800
1 800(0,1)2

800
1 8

800
9

n 89
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel yang akan
menjadi responden adalah sebanyak 89 orang dari total populasi yang
berjumlah sekitar 800 orang.
Pengambilan sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014, p.85) sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam
penelitian ini, pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel adalah
sampel yang memiliki kriteria sudah menonton tayangan Talkshow Kata
Dokter lebih dari 3 kali.

34
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan metode angket. Menurut Bungin (2014, p.133) metode angket
disebut pula sebagai metode kuesioner. Metode angket merupakan
serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,
kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.

3.3.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama
atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau
subjek

riset,

dari

hasil

pengisian

kuesioner, wawancara,

observasi.

(Kriyantono, 2014, p.42)


Pada penelitian ini, data primer didapat dari hasil kuesioner yang
akan dibagikan kepada sampel yang telah ditentukan, yaitu advisor pada
SintesaHealth.

3.3.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder. Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian
terdahulu. Data sekunder ini bersifat melengkapi data primer. (Kriyantono,
2014, p.42)
Pada penelitian ini, data sekunder didapat dari jurnal sebelumnya,
wawancara dengan Jak Tv, website, dan buku.

35
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis
univariat. Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis
analisis ini dilakukan untuk riset deskriptif, dan menggunakan statistik
deskriptif. (Kriyantono, 2015, p.168)

3.4.1 Skala Pengukuran


Teknik yang digunakan dalam perhitungan kuesioner penelitian ini
adalah skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompopk orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. (Sugiyono, 2014, p.93)
Jawaban setiap item intrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Sangat Setuju (SS)


Setuju (S)
Ragu-Ragu (RR)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi

skor, seperti:
1.
2.
3.
4.

Sangat Setuju diberi skor


Setuju diberu skor
Ragu-ragu diberi skor
Tidak setuju diberi skor

:5
:4
:3
:2

36
5. Sangat tidak setuju diberi skor

:1

3.5 Operasional Variabel


Tabel 3
Tabel Operasional Variabel
Variabel
Sikap Penonton

Dimensi
Kognitif

Indikator
1. Penonton mendapatkan

Terhadap Tayangan

informasi mengenai topik

Talkshow Kesehatan

kesehatan yang sebelumnya


tidak diketahui
2. Penonton dapat memahami
topik kesehatan yang
disampaikan pada talkshow
ini
3. Talkshow ini meningkatkan
pengetahuan penonton
tentang kesehatan
4. Talkshow ini menumbuhkan
kesadaran penonton
terhadap pentingnya
kesehatan
5. Informasi yang diberikan
pada talkshow ini dapat
dipercaya
6. Informasi yang diberikan

37
pada talkshow ini bisa
dijadikan pembelajaran
7. Informasi yang diberikan
pada talkshow ini cukup
Afektif

menarik dan akurat


1. Penonton menyukai
tayangan talkshow
kesehatan ini
2. Penonton menjadi peduli
terhadap kesehatan
3. Penonton menganggap
tayangan talkshow
kesehatan ini penting
4. Penonton menganggap
tayangan talkshow ini
sangat membantu
5. Penonton merespon acara
talkshow ini dengan baik
6. Tayangan talkshow ini dapat
menarik perhatian penonton
untuk mengikuti acara
talkshow tersebut
7. Talkshow ini menimbulkan
keinginan pemirsa dalam
menjaga kesehatan

38
Behavioral

1. Ada bentuk perilaku peduli


terhadap kesahatan setelah
menonton tayangan
talkshow ini
2. Penonton tergerak untuk
melakukan pola hidup sehat
3. Penonton mulai
membiasakan diri menjalani
pola hidup sehat
4. Penonton ingin melakukan
tips kesehatan yang
diberikan oleh tayangan
talkshow ini
5. Tayangan talkshow ini dapat
mengubah sikap masyarakat
menjadi lebih
memperhatikan kesehatan
6. Tayangan talkshow ini
mengubah kebiasaan
penonton dalam menjaga
kesehatan
7. Penonton mendapatkan
inspirasi dari tayngan
talkshow kesehatan ini

Sumber: Rakhmat (2011, p.217), Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.52)

39
3.6 Uji Instrument
Instrumen

pengumpulan

data

adalah

alat

bantu

dalam

mengumpulkan atau mengukur data. Agar data yang berhasil dkumpulkan


sesuai dengan tujuan peneliti. (Kriyantono, 2014, p.143)
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesaman antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
(Sugiyono, 2014, p.121)

3.6.1 Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrument
(misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Apakah alat ukur
itu dapat mengukur sifat objek uang kita teliti dengan tepat. (Kriyantono, 2014,
p.143)

3.6.2 Reliabilitas
Alat ukur disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten
memberikan hasil atau jawab yang sama terhadap gejala yang sama, walau
digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur
tersebut stabil dan tetap. (Kriyantono, 2014, p.145)

40
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 4
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu
September 2015-Juni 2016
Penelitian
Bulan
Sep Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Penelitian
Sekunder

Penelitian
Primer

Kesimpulan
dan Saran

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2015

Lokasi
Jakarta
Jakarta
Jakarta

3.8 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan

dalam

penelitian

ini

adalah

penelitian

hanya

dilakukan kepada advisor SintesaHealth yang menonton tayangan talkshow


kesehatan Kata Dokter di Jak Tv. Hasil dan kesimpulan penelitian akan
berbeda bila penelitian dilakukan kepada populasi yang lain.

41

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, E, Komala, L & Karlinah, S. (2014). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Reckatama Media.
Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, B. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana.
Cangara, H. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Kedua. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Dewi, A. M. L. (2015). Sikap Masyarakat Terhadap Tayangan Acara
TalkshowMario Teguh The Golden Ways (Studi Pada Pegawai Kantor
Kelurahan Loa Bakung). Diakses pada tanggal 28 September 2015
pukul
11:00
WIB.
Diakses
dari
http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/08/eJournal%20Ilmu
%20Komunikasi%20ayu%20(08-07-15-02-00-19).pdf
Fachruddin, A. (2015). Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi.
Yogyakarta: ANDI.
Kriyantono, R. (2014). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Lamintang, F. T. (2013). Pengantar Ilmu Broadcasting & Cinematography.
Jakarta: In Media.
Latief, R. dan Utud, Y. (2015). Siaran Televisi Non-Drama. Edisi Pertama.
Jakarta: Prenadamedia Group
Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Higga Massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Morissan. (2013). Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

42

Sulistyo, B. T. (2015). Pengaruh Menonton Siaran Acara Dr. Oz Indonesia di


Trans Tv Terhadap Pengetahuan Kesehatan Masyarakat di Desa
Kotabunan Kabupaten Bolaan Mongondow Timur. diakses pada
tanggal 10 Oktober 2015 pukul 14:00 WIB. Diakses dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/8496
Suryanto. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
West, R. dan Turner, L, H. (2010). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai