BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi, kini kehidupan
masyarakat tidak lepas dari kebutuhan akan informasi. Untuk memenuhi hal
itu, maka terciptalah Media Massa. Berawal dari media cetak lalu kemudian
muncul media elektronik sampai dengan media online. Di era modern seperti
sekarang ini manusia tidak terlepas dari berbagai informasi yang diberikan
oleh media massa. Dengan berkembanagnya media massa, berbagai
informasi kini dapat menyebar luas dengan mudah dan lebih cepat.
Masyarakat yang tinggal di kota - kota besar pasti sudah tidak asing lagi
dengan proses komunikasi massa.
Komunikasi massa berarti proses penyampaian pesan kepada
masyarakat atau khalayak luas dengan menggunakan media massa. Seperti
yang dikatakan oleh Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.3) definisi
komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang. Oleh karena itu media massa menjadi sarana
penting yang dibutuhkan masyarakat. Selain berfungsi untuk menyampaikan
pesan dan informasi, media massa juga memiliki banyak fungsi lainnya.
Beberapa diantaranya adalah untuk memberikan hiburan dan juga edukasi.
Televisi merupakan salah satu media massa yang paling digemari.
Hampir setiap orang memiliki televisi di rumahnya. Sifatnya yang audio -
2
visual membuat televisi menjadi media massa yang paling unggul dan efektif
dalam menyampaikan pesan. Televisi memiliki program acara yang beraneka
ragam. Setiap stasiun televisi bersaing dalam mengemas setiap program
acaranya agar menarik dan mendapatkan minat penonton. Walaupun saat ini
internet dan media online sudah semakin maju, di Indonesia televisi tetap
menjadi media massa yang paling umum bagi masyakarat. Ditambah lagi kini
televisi juga mengikuti perkembangan teknologi dengan mempunyai fasilitas
streaming melalui internet.
Sebagai media massa, televisi dapat memberikan berbagai efek dan
pengaruh pada masyarakat. Televisi dapat mempengaruhi gaya hidup, cara
pandang, serta pembentukan sikap penontonnya. Karena media massa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi dalam
pembentukan sikap seseorang. Karena itu selain untuk memberikan tayangan
hiburan, televisi juga harus bisa mengedukasi dan memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Menurut Azwar (2015, p.34) berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, suratkabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampain
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan
yang berisi sugesti. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesanpesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut akan memberikan dasar
afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Televisi mempunyai banyak variasi program yang di tayangkan setiap
harinya. Salah satunya adalah program acara Talkshow. Dalam program
3
talkshow, individu ataupun grup berkumpul bersama untuk mendiskusikan
suatu topik bahasan. Acara ditengahi oleh seorang host dan biasanya
mengundang narasumber yang sudah berpengalaman dalam bidang yang
akan menjadi topik bahasan. Ada talkshow yang dibawakan secara santai
tetapi ada juga yang dibawakan dengan cara yang lebih formal. Terkadang
juga melibatkan pemirsa dirumah dengan cara berinteraksi melalui telefon.
Talkshow menjadi pilihan yang menarik sebagai sarana penyampaian
informasi. Program acara talkshow biasanya juga memberikan hiburan
sehingga menarik untuk ditonton. Hampir di setiap stasiun televisi pasti
memiliki program talkshow. Konsep dan tema pembahasannya pun beraneka
ragam. Penonton televisi juga sebagian besar menggemari program talkshow.
Karena topik yang dibahas seringkali berupa informasi yang memang
dibutuhkan oleh penontonnya. Talkshow juga dapat memperluas wawasan
tentang
suatu
masalah
dari
isu
isu
terkini,
sehingga
masyarakat
4
Terhadap Pengetahuan Kesehatan Masyarakat (Acta Diurna, 2015),
kebanyakan masyarakat selalu melakukan hal yang salah dan melangggar
sesuatu hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan atau ketidaktahuan
didalam masyarakat tentang menjaga kesehatan.
Contohnya, ketika sakit masyarakat lebih memilih untuk tidak pergi ke
dokter tetapi malah membeli obat di warung, yang sering kali obat tersebut
harus memiliki resep dokter, dan masih tradisionalnya pola pikir masyarakat,
penyakit berat sering kali dihubung-hubungkan dengan ilmu hitam. Kebiasaan
masyarakat yang sering terlambat membawa anggota keluarga yang sakit ke
rumah sakit, sehingga penyakit semakin parah baru dirujuk ke rumah sakit.
Serta hal-hal sepele yang sering dilakukan masyarakat namun sangat
beresiko bagi kesehatan.
Hadirnya talkshow kesehatan sangatlah bermanfaat untuk masyarakat.
Jika masyarakat mempunyai pengetauhan yang cukup tentang kesehatan, hal
- hal dan pemahaman yang salah bisa di hindari. Karena sebuah talkshow
kesehatan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
dan juga dapat menghimbau masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat.
Dengan
menggunakan
medium
televisi,
sebuah
pesan
juga
dapat
5
Tv memfokuskan program-program acaranya ke pemberitaan, juga softnews
dan talkshow keluarga. Talkshow kesehatan yang ditayangkan oleh Jak Tv
berjudul Kata Dokter.
Program talkshow kesehatan Kata Dokter ini bertujuan untuk
mengedukasi para penontonnya. Program ini juga membantu untuk
menambah wawasan dan membahas isu-isu terkini yang berkaitan dengan
kesehatan. Hal ini bisa membenarkan segala macam hal-hal tentang
kesehatan yang tidak diketahui oleh masyarakat atau yang selama ini disalah
pahami oleh masyarakat. Acara ini juga membantu menghimbau masyarakat
agar tergerak untuk menjalani gaya hidup sehat.
Di stasiun televisi lain juga sudah banyak yang menayangkan program
talkshow kesehatan serupa, contohnya Dr. Oz di Trans Tv, Halo Doker di
TVRI, Solusi Sehat di Berita Satu Tv, dan lain lain. Namun, ada beberapa
hal yang membedakan talkshow Kata Dokter dengan talkshow kesehatan
lainnya. Dari segi konsep, talkshow Kata Dokter mempunyai konsep acara
educative, interactive, & entertaining.
Edukatif dengan cara memfokuskan tiap episodenya untuk membahas
satu topik bahasan saja. Diskusi pun bisa lebih mendalam sehingga solusi
yang diberikan diharpkan bisa benar-benar dipahami oleh penonton. Berbeda
dengan talkshow kesehatan lain yang biasanya dalam 1 episode bisa
membahas berbagai macam penyakit, sehingga satu bahasan belum
tentu bisa dikupas sampai benar-benar tuntas. Acara talkshow Kata Dokter ini
juga dikemas dengan gaya pembahasan yang ringan dan santai. Dengan
begitu, bahasa yang digunakan akan lebih mudah dipahami. Cara ini
diharapkan dapat mengedukasi masyarakat tentang hal kesehatan atau
6
medis yang biasanya adalah bahasan yang rumit dan serius, bisa menjadi
pembahasan yang mudah dimengerti dan tidak rumit.
Hal lain yang membedakan talkshow Kata Dokter dengan yang lainnya
adalah, acara ini dipandu oleh seorang dokter yang komunikatif dan
kompeten. Kata Dokter memilih seorang dokter untuk dijadikan sebagai host
acaranya dikarenakan, narasumber yang diundang tentunya merupakan
seorang dokter yang ahli. Sehingga jika host nya juga seorang dokter,
diharapkan pembahasan topik kesehatan akan menjadi lebih efektif karena
dibawakan oleh seseorang yang memang sudah familiar dibidang kesehatan.
Pertanyaan yang akan dilontarkan kepada narasumber pun bisa lebih
tersambung dan berbobot jika yang bertanya adalah seseorang yang tidak
awam dalam bidang kesehatan. Hal ini juga bertujuan agar talkshow Kata
Dokter bisa menjadi lebih interaktif. Kata Dokter juga membeirkan
kesempatan untuk penonton yang ingin bertanya. Terdapat segmen dimana
penonton dapat menghubungi dan bertanya langsung dengan narasumber via
telefon. Selain itu, kata dokter juga memberikan kesempatan untuk para
penontonnya yang ingin bertanya via media sosial, yaitu melalui twitter
@katadokterjaktv.
Kata Dokter juga memberikan unsur entertaining pada acaranya
dengan cara mengundang bintang tamu yang membawakan lagu lagu
akustik. Biasanya performance ini ditaruh di awal atau di tengah acara
sebelum memasuki topik bahasan utama. Hal ini bertujuan untuk menghibur
dan mencairkan suasana, agar pembawaan acara juga terkesan lebih santai,
tetapi tetap dapat memberikan edukasi untuk penontonnya. Menampilkan
sebuah performance lagu akustik sebagai hiburan merupakan hal menarik
7
dari program talkshow Kata Dokter yang tidak kita jumpai pada talkshow
kesehatan lainnya.
Penonton yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini adalah
advisor
SintesaHealth
kantor
pusat.
SintesaHealth
merupakan
anak
8
Bagaimanakah sikap penonton (advisor pada SintesaHealth) ditinjau
dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral terhadap tayangan Talkshow
kesehatan Kata Dokter di Jak Tv?
9
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab. Pembagian bab tersebut adalah seperti
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I, dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian baik manfaat akademis dan manfaat
praktis, serta sistematika penulisan.
10
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada BAB V, akan dijelaskan mengenai simpulan dan saran dari hasil
penelitian. Pada bab ini juga akan dijabarkan saran akademis dan saran
praktis yang diharapkan dapat memberikan manfaat.
11
BAB II
KERANGKA TEORETIS
Bahasan
Nama Peneliti &
Tahun
Judul
Teknik
Pengumpulan
Data
Metode
Penelitian
Teori
Penelitian
Sebelumnya
Ayu Meilani
Liliana (2015)
Sikap
Masyarakat
Terhadap
Tayangan Acara
Talkshow Mario
Teguh The
Golden Ways
(Studi Pada
Pegawai Kantor
Kelurahan Loa
Bakung)
Penelitian
Sebelumnya
Bayu Tri Sulistyo
(2015)
Pengaruh
Menonton Siaran
Dr. Oz Indonesia
di Trans Tv
Terhadap
Pengetahuan
Kesehatan
Masyarakat Desa
Kotabunan
Bolaang
Mongondow
Timur
Angket/Kuesioner Angket/Kuesioner
Kuantitatif
Deskriptif
- Teori S-O-
Kuantitatif
Deskriptif
- Teori S-O-
(Stimulus-
(Stimulus-
Organism-
Organism-
Response)
Response)
- Teori
Penelitian Yang
Sedang Dikaji
Raisha Febryna
(2015)
Sikap Penonton
Terhadap
Tayangan
Talkshow
Kesehatan di
Televisi (Studi
Deskriptif Pada
Advisor
SintesaHealth
Terhadap
Tayangan
Talkshow Kata
Dokter di Jak Tv)
Angket/Kuesioner
Kuantitatif
Deskriptif
- Teori Efek
Media
(Ditinjau
dari aspek
Kognitif,
Kultivasi
Afektif,
Behavioral)
12
-
Teori Uses
and
Gratificatio
ns
15 orang pegawai
Kantor Kelurahan
Loa Bakung.
Objek
Masyarakat Di
Desa Kotabunan
Bolaang
Mongondow
Timur
Advisor
SintesaHealth
kantor pusat yang
menonton
tayangan
talkshow Kata
Dokter di Jak Tv
13
mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap
objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen perilaku berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. (Azwar, 2015, p.24)
Variabel
independen
yang dapat
diukur
Variabel
intervening
Variabel
dependen yang
dapat diukur
Respons
Perseptual
Pernyataan
Afek lisan
tentang keyakinan
STIMULI
(individu, situasi,
isu sosial,
kelompok sosial,
dan objek sikap
lainnya)
Respons syaraf
simpatetik
Sikap
Kognisi
Pernyataan lisan
tentang efek
Tindakan yang
tampak
Perilaku
Pernyataan lisan
mengenai perilaku
14
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya.
Pengalaman Pribadi
Orang Lain yang Dianggap Penting
Kebudayaan
Media Massa
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Faktor Emosional
15
tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari
segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Pesan
komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat
(tertunda) dan terbatas. Sifat penyebaran media massa berlangsung begitu
cepat, serempak, dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, dan tahan
lama bila didokumnetasikan. (Cangara, 2015, p.41)
Pada dasarnya komunikasi massa merupakan komunikasi yang
dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication.
Massa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, ataupun
pembaca. Bentuk media massa antara lain adalah media elektronik (televisi,
radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. (Nurudin,
2014, p.4)
Menurut Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.3), komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan
luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa,
maka itu bukan komunikasi massa. Komunikasi massa itu menghasilkan
sebuah produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan
kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap,
misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak
dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lemabga, dan
membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan
banyak dilakukan oleh masyarakat industri.
16
Komunikasi massa sebagai proses yang di dalamnya suatu organisasi
yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan
mengrimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
Jalaluddin Rakhmat (2004) mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Suryanto, 2015,
p.157)
sebuah
sistem.
17
Pesan-pesan dalam komunikasi masa tidak ditujukan kepada satu
orang
atau
sekelompok
masyarakat
tertentu.
Pesan-pesannya
di
seluruh
Indonesia.
Dalam
komunikasi
massa
ada
18
2.3.3 Fungsi Komunikasi Massa
Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum dalam
(Ardianto, Komala, Karlinah, 2014, p.18) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Informasi
Media masa adalah penyebar infromasi bagi pembaca, pendengar,
atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media
massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak
sebagai mahluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang
terjadi.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalakyaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang
sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media
massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang
berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya
melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.
3. Fungsi Memengaruhi
Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada
tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat
kabar.
19
Tabel 2
Fungsi Komuikasi Massa
No.
Tujuan Komunikator
Tujuan Komunikan
(Penjaga Sistem)
1.
Memberi informasi
kebutuhan)
Mempelajari ancaman dan peluang, memahami
2.
Mendidik
3.
Mempersuasi
4.
Menyenangkan,
memuaskan kebutuhan
komunikan
20
Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata.
Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau
perubahan-perubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti
pengetahuan, sikap, perilaku, atau ketiganya. (Lamintang, 2015, p.10)
Menurut Suryanto (2015, p.196) dalam komunikasi massa, ada tiga
dimensi efek, yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
bersifat informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas
tentang upaya media massa dapat membantu khalayak dalam
memepelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitif.
b. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan
komunikasi
massa,
Setelah
mengetahui
informasi
yang
21
a. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, ketermpilan, kepercayaan, atau
informasi.
b. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya
dengan emosi, sikap, atau nilai.
c. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati; meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan
berperilaku.
Dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
massa menimbulkan efek yang dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu aspek kognitif
yang berkaitan dengan pemahaman atau penalaran, aspek afektif yang
berkaitan dengan perasaan atau emosional, dan aspek behavioral yang
berkaitan dengan tindakan atau perilaku.
who
(siapa sumbernya)
says what
in which channel
22
to whom
(siapa sasarannya)
(apa pengaruhnya)
Mengatakan
Apa
Kepada
Siapa
Melalui
Apa
Apa
Efeknya
who
says what
in which channel
to whom
(efek
afektif)
dan
tergerak
untuk
23
Dengan demikian, televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.
(Suryanto, 2015, p.190)
Televisi memiliki sejumlah kelebihan, terutama kemampuannya dalam
menyatukan antarfungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya
memainkan warna. Penonton leluasa menentukan saluran mana yang
mereka senangi. Selain itu, televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu
sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah yang terpencil dapat
menikmati siaran televisi. Televisi mendekatkan dunia yang jauh ke depan
mata tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempattempat tersebut. (Cangara, 2015, p.156)
Kedua,
penggambaran,
proses
yakni
berpikir
kegiatan
dari
merangkai
gambar
adalah
gambar-gambar
24
c. Pengoprasian Lebih Kompleks
Pengoprasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak
melibatkan orang. Untuk menayangkan aara siaran berita yang
dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan
10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah
teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru
kamera, juru video, juru audio, juru rias, dan lain-lain. Peralatan
yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya
lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan
terlatih.
25
2.5 Talkshow
2.5.1 Definisi Talkshow
Program
talkshow
atau
perbincangan
adalah
program
yang
menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu
yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang
adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau
topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang
tengah dibahas. (Morissan, 2013, p.222)
26
dibahas
segala
sesuatu
yang
menjadi
isu
hangat
dan
pemabawa
acara/moderator/host
dengan
beberapa
program
kerja
yang
dikemas
semenarik
2.6 Audience
2.6.1 Definisi Audience
Audience disebut juga penerima atau receiver adalah saran atau target
dari pesan. Penerima dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga
atau bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.
(Morissan, 2014, p.22)
Audience bisa disebut juga komunikan. Seperti yang dikatakan oleh
Suryanto (2015, p.192) istilah lain komunikan adalah audience, receiver,
decoder,
khalayak,
publik.
Komunikan
adalah
pihak
yang
menjadi
27
sebagai penerima berita. Komunikan menerjemahkan pesan ssuai dengan
pemahamannya (dedokfikasi). Kemampuan menangkap pesan sangat
bergantung pada tingkat intelektualitas, latar belakang budaya, situasi, dan
kondisi komunikan.
28
oleh
audiensi
sendiri.
Teori
penggunaan
dan
kepuasan
tertentu untuk
29
1)
audiensi
aktif
dan
berorientasi
pada
tujuan
ketika
2)
menggunakan media
inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media ditentukan
3)
4)
audiensi
media bersaing dengan sumber kepuasan lain
audiensi sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif dan
5)
penggunaan media
penilaian isi media ditentukan oleh audiensi.
Misalnya,
penonton
membutuhkan
informasi
mengenai
Tayangan Talkshow
Kesehatan Kata Dokter di
Jak Tv
Kognitif
Sikap Penonton Mengenai
Tayangan Talkshow
Kesehatan Kata Dokter di
Jak Tv
Afektif
Behavioral
30
Penelitian Melalui
Kuesioner Pada Advisor
Sintesa Health
Hasil Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
Menurut
Kriyantono
(2014,
p.50)
metode
penelitian
dapat
Sugiyono
(2014,
p.80)
populasi
adalah
wilayah
metode
penelitian
kata
populasi
digunakan
untuk
32
penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek yang dapat
menjadi sumber data penelitian. (Bungin, 2014, p.141)
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. (Sugiyono 2014, p.80)
Penentuan ukuran atau jumlah sampel juga bisa dilakukan dengan
perhitungan statistik. Pada penelitian ini perhitungannya akan menggunakan
Rumus Slovin. (Kriyantono, 2014, p.164)
Keterangan:
n
n
ukuran sampel
ukuran populasi
N
1 Ne2
33
e
800
1 800(0,1)2
800
1 8
800
9
n 89
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel yang akan
menjadi responden adalah sebanyak 89 orang dari total populasi yang
berjumlah sekitar 800 orang.
Pengambilan sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014, p.85) sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam
penelitian ini, pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel adalah
sampel yang memiliki kriteria sudah menonton tayangan Talkshow Kata
Dokter lebih dari 3 kali.
34
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan metode angket. Menurut Bungin (2014, p.133) metode angket
disebut pula sebagai metode kuesioner. Metode angket merupakan
serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,
kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.
riset,
dari
hasil
pengisian
kuesioner, wawancara,
observasi.
35
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis
univariat. Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis
analisis ini dilakukan untuk riset deskriptif, dan menggunakan statistik
deskriptif. (Kriyantono, 2015, p.168)
skor, seperti:
1.
2.
3.
4.
:5
:4
:3
:2
36
5. Sangat tidak setuju diberi skor
:1
Dimensi
Kognitif
Indikator
1. Penonton mendapatkan
Terhadap Tayangan
Talkshow Kesehatan
37
pada talkshow ini bisa
dijadikan pembelajaran
7. Informasi yang diberikan
pada talkshow ini cukup
Afektif
38
Behavioral
Sumber: Rakhmat (2011, p.217), Ardianto, Komala, dan Karlinah (2014, p.52)
39
3.6 Uji Instrument
Instrumen
pengumpulan
data
adalah
alat
bantu
dalam
3.6.1 Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrument
(misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Apakah alat ukur
itu dapat mengukur sifat objek uang kita teliti dengan tepat. (Kriyantono, 2014,
p.143)
3.6.2 Reliabilitas
Alat ukur disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten
memberikan hasil atau jawab yang sama terhadap gejala yang sama, walau
digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur
tersebut stabil dan tetap. (Kriyantono, 2014, p.145)
40
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 4
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu
September 2015-Juni 2016
Penelitian
Bulan
Sep Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Penelitian
Sekunder
Penelitian
Primer
Kesimpulan
dan Saran
Lokasi
Jakarta
Jakarta
Jakarta
dalam
penelitian
ini
adalah
penelitian
hanya
41
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, E, Komala, L & Karlinah, S. (2014). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Reckatama Media.
Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, B. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana.
Cangara, H. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Kedua. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Dewi, A. M. L. (2015). Sikap Masyarakat Terhadap Tayangan Acara
TalkshowMario Teguh The Golden Ways (Studi Pada Pegawai Kantor
Kelurahan Loa Bakung). Diakses pada tanggal 28 September 2015
pukul
11:00
WIB.
Diakses
dari
http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/08/eJournal%20Ilmu
%20Komunikasi%20ayu%20(08-07-15-02-00-19).pdf
Fachruddin, A. (2015). Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi.
Yogyakarta: ANDI.
Kriyantono, R. (2014). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Lamintang, F. T. (2013). Pengantar Ilmu Broadcasting & Cinematography.
Jakarta: In Media.
Latief, R. dan Utud, Y. (2015). Siaran Televisi Non-Drama. Edisi Pertama.
Jakarta: Prenadamedia Group
Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Higga Massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Morissan. (2013). Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
42