Anda di halaman 1dari 3

YOU ARE MY BEST FRIEND

Karya : Sri Afriyanti


Malam itu masih tetap sama. Seperti biasa, setelah sepulang dari les sekolah
aku mandi dan bersiap ingin makan malam. Namun, ada yang sedikit berbeda
dengan malam itu, dimana setiap malam aku di meja makan sendiri tanpa siapa
pun yang menungguku. Tapi malam ini disaat aku melangkah menuju maja
makan tampak papa dan mama menungguku di sana. Hatiku penuh tanya.
Maklum, papa dan mamaku karyawan di sebuah perusahaan. Mereka selalu
sibuk dengan pekerjaan mereka dan tidak ada waktu untukku. Dan malam itu
tiba-tiba mereka menungguku di meja makan. Aku berusaha agar tampak biasa.
Dengan langkah pasti, aku duduk di samping kursi papa.
Dengan agak bingung aku bertanya Tumben pa, ma, jam segini sudah pulang .
Mama tersenyum Makanlah dulu, ada yang ingin mama dan papa sampaikan
padamu.
Aku pun menyantap makanan di depanku. Tak lama aku pun selesai makan,
Kulihat mama berat sekali mengunyah nasi, seperti ada yang dipikirkan.
Mama, ada apa ? Tanyaku.
Mama seperti kaget mendengar suaraku.
Mama, ada apa ?
Sepertinya ada yang mama pikirkan, mama memandang papa.
Mikha, begini, perusahaan papa dan mama bangkrut dan kami dipindahkan ke
luar kota, otomatis kita akan pindah dari sini .
Apa ? Pindah ke luar kota ? Jadi sekolah Mikha ? .
Masalah sekolahmu sudah mama dan papa pikirkan, dan mama sudah dapat
sekolah yang pantas buat kamu, sayang Jawab mama sambil tersenyum
padaku.
Tapi ma, kan sebentar lagi sudah masuk akhir semester dan aku akan naik
kelas sebelas ... .
Belum sempat aku bicara, papa memotongnya Mikha, ini semua demi kebaikan
kelluarga kita, ayolah nak, kami yakin kamu akan betah di sekolah barumu nanti
.
Akupun terdiam dan kupandang wajah papa dan mama yang begitu berharap
padaku. Walaupun hatiku masih galau, kacau dan bingung harus bagaimana,
akupun tersenyum dan menganggukkan kepalaku, papa dan mama tampak
bahagia dengan pilihanku.
Pagi harinya kamipun pergi, sambil mengemasi koper dan barang-barangku
lainnya, tak sadar air mataku menetes dan hatiku sedih karena harus
meninggalkan rumah. Bagaimana tidak, sudah 17 tahun aku disitu, dan hari itu
aku harus meninggalkannya. Namun dapat aku redakan rasa sedih itu.
Pak Mamat Itu nama supirku
Iya Non
Ini barang-barang saya
Baik Non
Aku masuk ke mobil, tak lama kemudian kami berangkat. Terasa amat
romantik saat aku menoleh ke belakang dan melihat istana indahku itu ku tinggal
semakin jauh hingga tak tampak lagi.
Mikha,,,Mikha, bangun sayang
Mm, Iya ma, sudah sampai ya ?
Iya nak, ayo turun
Akupun turun dari mobil, walau agak sempoyongan aku melihat rumah di
depanku, rumahnya indah dan ada taman kecil di depannya.

Senin pagi, aku diantar papa dan mama ke sekolah. Aku agak nerves saat
memasuki gerbang sekolah. Bel berbunyi. Buk Rika, wali kelasku
mempersilahkan aku untuk memperkenalkan diri di depan kelas.
Hai, namaku Mikha Febrian, aku pindahan dari Bogor
Sangat ringkas dan kututup perkenalan itu Terima kasih
Tinggal dimana ? Kata salah seorang siswa di depanku sambil meledek dan
tertawa.
Aku hanya menjawab dengan senyum tersipu. Bu guru mempersilahkan aku
duduk di barisan kedua, tepatnya tiga ke belakang. Disampingku duduk seorang
cewek berkacamata, dia tersenyum dan aku mengulurkan tanganku padanya.
Mikha
Kiki Aku tersenyum padanya
Itulah awal perkenalanku dengan Kiki. Setiap hari kami sering belajar, bercanda,
bercerita bersama. Kamipun bersahabat, dia sahabat baruku di kota baru itu.
Pada suatu hari saat aku di kelas, aku melihat Kiki duduk di kursi, dia tampak
pucat dan lemas.
Ki, kamu kenapa, sakit ya ?
Mm, tidak Mik, aku sehat ko
Walaupun dia mengelak dari pertanyaanku, tapi aku yakin dia menyembunyikan
sesuatu dariku.
Ki, kamu yakin nggak apa-apa ? aku mencoba bertanya lagi.
Tapi dia tidak menjawab tanyaku, aku merasa kesal. Padahal niatku kan baik, ya
sudah aku pergi ke kantin dan meninggalkan dia di kelas.
Saat aku kembali dari kantin, aku tak melihat Kiki ditempat duduknya lagi.
Aku bertanya kepada Kevin teman sekelasku.
Vin, Kiki kemana ?
Ouh, Kiki tadi pingsan Mik, mungkin sekarang dibawa ke UKS
Tanpa tunggu lama lagi, aku langsung berlari ke UKS. Tapi tak ada siapapun
disana. Aku bertanya kepada seorang murid yang sedang piket disitu.
Maaf, Kiki tadi dibawa kemana ya ?
Kiki tadi dirujuk ke rumah sakit karena dia sangat lemah
Aku terkejut mendengarnya.
Apa sakitnya separah itu hingga dirujuk ke rumah sakit ? Tanyaku dalam hati
Aku kembali ke kelas saat pelajaran Biologi dimulai. Bu guru meminta ketua
kelas mengumpulkan tugas makalah yang diberikan minggu lalu. Aku panik
karena aku lupa dengan tugas itu. Aku pun berpura-pura membuka tas untuk
mengelabui Tito, ketua kelasku. Tapi disaat aku membalik-balik buku, aku
menemukan makalah atas namaku telah tersusun rapi. Aku sangat bingung dan
tidak bisa memikirkannya. Tito langsung menariknya dari tanganku. Aku tak
merasa mengerjakan tugas itu.
Tapi kenapa tugas itu ada di tasku ? Aku bertanya dalam hati.
Oh, astaga, ini pasti perbuatan Kiki, seolah-olah dia tau aku tidak
menyelesaikan tugas itu.
Pasti Kiki yang menyelesaikan tugasku ini
Aku merasa bersalah padanya, karena telah meninggalkannya sendiri di kelas.
Bel pulang sekolahpun berbunyi, sebenarnya aku ingin menjenguk Kiki di
rumah sakit, hanya saja hari itu aku berniat ke toko buku, dan toko itu tidak buka
setiap hari, jadi aku mengundurkan dulu niatku untuk menjenguk Kiki.
Keesokan harinya, aku menjenguk Kiki. Saat aku menuju ke ruangan tempat
Kiki di rawat, tampak kak Alvin, kakak Kiki dan Bu Tri, ibu Kiki duduk di depan
kamar itu. Melihat aku Bu Tri langsung berdiri dan memelukku. Dia tampak sedih
dan aku bingung.

Bu, bagaimana keadaan Kiki ?


Kiki masih koma, dia belm sadar nak
Sebernarnya dia sakit apa bu ?
Dengan berat hatipun Bu Tri menjawab tanyaku. Dia menceritakan semua
tentang Kiki dan penyakitnya. Dia tampak berat sekali menceritakannya dan air
matanya menetes. Oh tuhan, sangat terkejut aku saat itu. Setahun lebih sudah
kami berteman. Aku tidak tahu kalau Kiki mengidap penyakit ganas Leukimia.
Semalaman aku memikirkan itu. Astaga, aku begitu bodoh selama ini, tidak
peka dengan semua yang pernah terjadi. Pantaslah Kiki pernah mimisan saat
kejedot tembok, padahal benturan itu tidak keras atau mungkin tidak kena. Dan
beberapa kali dia menolak saat aku ajak jalan-jalan dengan alasan pusing dan
dia mudah sekali lelah.
Pikiranku buyar saat pintu kamarku diketuk.
Tuk, tuk, tuk, Mikha Mama memanggilku.
Iya ma Badanku agak lemas saat membuka pintu itu.
Ayo nak kita ke rumah sakit Wajah mama tampak cemas dan memegang
tanganku.
Ke rumah sakit ? Kenapa ma ? Tanyaku entah kenapa.
Jantungku berdetak hebat seakan dapat ku dengar. Aku takut dan pikiranku saat
itu sangat minus mengenai Kiki. Aku memakai jaketku dan pergi ke rumah sakit
bersama mama.
Sesampainya di rumah sakit, Bu Tri langsung memelukku dan kali ini dia
bukan lagi sedih, tetapi dia menangis tersedan-sedan. Jantungku semakin
berdetak ditambah lututku bergetar.
Oh Tuhan, aku tak sanggup berkata-kata lagi. Kalian taukan apa yang terjadi ?
Oke, itulah akhirnya. Aku mengantarkan jenazah Kiki sampai ke kuburannya. Aku
tak sanggup menahan air mataku yang meluap di kelopak mataku, hingga
akhirnya tumpah.
Aku tak menyangka semua ini terjadi padaku, aku tau sebuah pepatah
Dimana ada pertemuan disitu pasti ada perpisahan . Setiap tetes air mata yang
tertumpah hari itu akan menjadi saksi atas jalinan ukhuwah yang selama ini
kami simpul seerat-eratnya.
Air mata yang mengalir ini bukanlah airmata duka dan sedih, air mata ini
ialah air mata bahagia karena telah mengenalnya. Aku yakin dia sudah bahagia
disana. Dia tidak hanya indah, tapi dia adalah inspirasi dan semangat buatku
meskipun dia tak ada didekatku lagi, namun dia akan selalu tersimpan di
ingatanku YOU ARE MY BEST FRIEND .

Anda mungkin juga menyukai