Evita Jodjana
102013201
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
FK UKRIDA 2013
Jalan Arjuna Utara No.6,Jakarta Barat 11510
evitajodjana19@gmail.com
Pendahuluan
Dewasa ini kesehatan jiwa menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan
memprihatinkan. Menurut Rosdahi, kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang
yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian
diri, serta terbebas dari stres yang serius. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, di Indonesia diperkirakan
sebesar 264 dari 1000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Angka itu menunjukkan penderita gangguan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi,
yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas,
depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. 1
Skizofrenia adalah kelainan jiwa terutama menunjukkan gangguan dalam
fungsi kognitif (pikiran) berupa disorganisasi. Jadi gangguannya ialah mengenai
pembentukan arus serta isi pikiran. Di samping itu, juga ditemukan gangguan
persepsi, wawasan diri, perasaan dan keinginan. Skizofrenia ditemukan 7 per 1000
orang dewasa dan terbanyak usia 15-35 tahun. Skizofrenia ini dibagi lagi menjadi
beberapa tipe. Pada makalah ini akan membahas tentang skizofrenia tipe paranoid
serta manifestasinya dan juga bagaimana melakukan terapi yang tepat untuk
skizofrenia.1
Pembahasan
Anamnesis
Dalam masalah kesehatan jiwa, hal yang peling penting dalam menetapkan
diagnosisnya adalah dari anamnesis yang dilakukan dengan pasien. Terapi yang paling
penting dalam melakukan wawancara psikiatrik adalah dengan membiarkan pasien
bicara dengan perkataannya sendiri , sesuai dengan urutan yang dirasakannya penting.
Terapis perlu cukup sensitive untuk mendeteksi hal-hal bermakna yang ingin
disampakan pasien. Terapis harus terampil untuk bertanya dan menelusuri lebih lanjut
tentang hal-hal bermakna yang diungkapkan pasien baik yang tersurat maupun yang
tersirat dalam menceritakan riwayat psikiatrik dan status mentalnya.2
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:
Data Pribadi
Perlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa, dan agama,
dan data lainnya yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini. Catat pula
tempat dan situasi saat dilakukan wawancara terhadap pasien, sumber informasi, dan
apakah gangguan yang dialami pasien adalah gangguan yang pertama kali dialami
pasien. Perlu diketahui apakah pasien datang sendiri, dibawa oleh anggota keluarga
atau dikonsultasikan oleh sejawat.2
Riwayat Penyakit Sekarang
Disini pasien harus dibiarkan untuk menceritakan segalanya dengan gaya dan
caranya sendiri. Informasi yang dicari antara lain mengenai gambaran detail dan
akurat tentang kesulitan atau gejala yang dialami, onset, dan lama penyakit,
perjalanan gejala-gejala itu konstan, hilang timbul, atau makin memburuk, faktor
yang mencetuskan dan meringankan gejala, peristiwa yang baru terjadi seperti
keluarga yang sakit atau meninggal, masalah perkawinan, keluarga, keuangan,
hukum, pekerjaan, dan masalah sosial yang mungkin berhubungan dengan timbulnya
gejala serta pertolongan apa saja yang sudah diupayakan. Selain itu Yang perlu juga
ditanyakan adalah penggunaan alkohol atau zat lainnya, seberapa banyak, frekuensi,
dan kapan penggunaan terakhir.3
Kekurangan dan perincian data dapat dilengkapi dan diisi kemudian dengan
pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut. Keluhan utama dapat bersifat kabur seperti:
perasaan tegang, ragu, firasat yang aneh , serta dapat pula tegas dan menyolok,
misalnya: pasien menyatakan bahwa ada orang-orang yang jahat berkomplot untuk
membunuhnya. Sering kali pasien mengemukakan sejumlah gejala somatic, sakit
kepala, sakit pinggang, mual, muntah, sesak nafas.
Tanyakan juga pada pasien tentang mimpi buruk berulang, fantasi, khayalan
tentang masa depan, nilai pribadi tentang moral. 2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan tanda vital dan fisik. Berikut ini
merupakan tabel keadaan normal dari HR, RR, dan tekanan darah. Keadaan normal
ini diukur dalam 1 menit.4
Table 1. Nilai normal tanda vital
Umur
Heart rate
Resoiratory
Sistole
Diastole
prematur
120 170
rate
40 70
55 75
35 45
0 3 bulan
100 150
35 55
65 85
45 55
3 6 bulan
90 120
30 45
70 90
50 55
6 12 bulan
80 120
25 40
80 100
55 65
1 3 tahun
70 110
20 30
90 105
55 70
3 6 tahun
65 110
20 25
95 110
60 75
6 12 tahun
60 95
14 22
100 120
60 75
>12 tahun
55 85
12 18
110 135
65 85
Inspeksi
Kulit (psikatrik, striae, dilatasi vena, rash, lesi)
Umbilicus (observasi kontur dan lokasi, dan tanda-tanda hernia dan
inflamasi)
Kontur abdomen (simetris, tonjolan, massa, peristaltik, pulsasi)
Palpasi
Identifikasi resistensi muskuler, kelembutan abdomen, organ / massa.
Sesuai dengan ekshalasi pernafasan.
Identifikasi massa (lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, pulsasi,
kelembutan)
Perkusi
Identifikasi massa (solid, berisi air)
Auskultasi
Bruits (tekanan darah tinggi)4
Friction rubs (tumor hepar, infeksi gonokokal sekitar hepar, infark
spleen). Lokasi sekitar hepar dan spleen.4
Persepsi
Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau
lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang terlibat
(contohnya: auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil) dan isi ilusi atau halusinasi
tersebut harus dijelaskan.
Halusinasi senestik
Halusinasi senestik merupakan sensasi tak berdasar akan adanya keadaan organ
tubuh yang terganggu. Contoh halusinasi senestik mencakup sensasi terbakar pada
otak, sensasi terdorong pada pembuluh darah, serta sensasi tertusuk pada sumsum
tulang.2
Ilusi
Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra yang nyata,
sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang nyata. Ilusi dapat
terjadi pada pasien skizofrenik selama fase aktif, namun dapat pula terjadi dalam fase
prodromal dan selama periode remisi.
Isi pikir
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi, obsesi, kompulsi, fobia, rencana,
niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipokondriakal, dan
kecenderungan antisosial tertentu.2
Realiabilitas
Kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan
untuk melaporkan keadaanya secara akurat. Contohnya, bila pasien terbuka mengenai
penyalahgunaan obat tertentu secara aktif mengenai keadaan yang menurut pasien
dapat berpengaruh buruk (mislnya, bermasalah dengan hukum), psikiater dapat
memperkirakan bahwa realiabilitas pasien adalah baik.3
Tes kepribadian
Tes kepribadian lebih sukar dibuat, dipakai dan dinilai sehingga reliabilitas
dan validitas kurang dari tes inteligensi. Hal ini disebabkan antara lain karena begitu
banyaknya sifat kepribadian manusia dan sukarnya mencari parameter atau indikator
yang tepat dan dapat diukur untuk suatu sifat kepribadian tertentu. Kepribadian adalah
keseluruhan perilaku manusia atau perannya dalam hubungan antar manusia,
pribadinya dapat dibedakan dari pribadi lain. Peran ini bukan saja perilaku yang
nyata, tetapi juga sikap internal, kecenderungan bertindak dan hambatan. Kepribadian
dapat dievaluasi dengan cara observasi, wawancara, atau melalui daftar pertanyaan,
tes melengkapi kalimat atau tes proyeksi.2,3
Pemeriksaan Penunjang
1.
Brain imaging5
a. CT-scan -- atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan
lateral pada 10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas
parenkim otak. Mungkin ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala
negatif (misal, afek datar, withdrawal sosial, retardasi psikomotor, kurang
motivasi), gangguan neuropsikiatrik, naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid
akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid lebih buruk.
b. Positron emission tomography (PET) -- pada sebagian penderita dapat
ditemukan turunnya metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme
posterior relatif tinggi, dan lateralitas abnormal.5
c. Aliran darah serebral (CBF = cerebral blood flow) -- pada sebagian penderita,
dapat ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik,
dan aliran darah otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan
dengan CT-scan, disfungsi lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus
Diagnosis Banding
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik pada skizofrenia dapat identik dengan gangguan skizofreniform,
gangguan psikotik singkat, gangguan skizoafektif, dan gangguan waham. Gangguan
skizofreniform berbeda dari skizofrenia berupa gejala yang berdurasi setidaknya 1
bulan tapi kurang dari 6 bulan. Gangguan psikotik singkat merupakan diagnosis yang
sesuai bila gejala berlangsung setidaknya 1 hari tapi kurang dari 1 bulan dan bila
pasien tidak kembali ke keadaan fungsi pramorbidnya dalam waktu tersebut. Jika
suatu sindrom manik atau depresif terjadi bersamaan dengan gejala utama skizofrenia,
gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat. Waham nonbizar yang timbul
selama sekurangnya 1 bulan tanpa gejala skizofrenia lain atau gangguan mood patut
didiagnosis sebagai gangguan waham.7
Gangguan Waham
Konsep utama mengenai penyebab gangguan waham adalah perbedaanya
dengan skizofrenia dan gangguan mood. Gangguan waham lebih jarang daripada
skizofrenia maupun gangguan mood, onsetnya lebih lambat daripada skizofrenia dan
dominasi perempuan kurang nyata daripada gangguan mood.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Waham.7
A. Waham tidak bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata, seperti
merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati pasangan atau
kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya 1 bulan.
B. Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan olfaktori dapat
terjadi gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.
10
C. Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu secara nyata
dan perilaku tidak secara jelas, aneh, atau bizar.
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya singkat
dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara langsung (c/o:
penyalahgunaan, suatu obat) atau kondisi medis umum.
Jenis-jenis waham.
Waham erotomania
Waham kebesaran
Waham cemburu
Waham kejar
Waham somatik
Waham campuran
Pada tipe waham ini, orang lain, biasanya dengan status lebih
tinggi, jatuh cinta kepada dirinya.
Pada tipe waham ini, terdapat
kekuatan,
pengetahuan,
Diagnosis Kerja
Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambung
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku
pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala
fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan
gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya
adalah gangguan afektif, autism, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya
adalah waham dan halusinasi. 8
Skizofrenia merupakan penyakit kronis. Sebagian kecil dari kehidupan berada
dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama dalam fase
residual yaitu fase yang memperlihatkn gambaran penyakit yang ringan. Selama
11
periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri dan aneh. Gejala
gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain.2
Walaupun tidak ada gejala gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek
terdapat gejala gejala untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersamaan,
misalnya:
a. thought
echo.
thought
insertion
atau
withdrawal,
dan
thought
broadcasting;
b. waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity, yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau
pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)
khusus; persepsi delusional;
c. suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku psien;
d. waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar
serta sama sekali mustahil;
e. halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas;
f. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g. perilaku katatonik;
h. gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar;
i. suatu perubahan yang konsisten sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap
malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada
sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang
termasuk salah satu dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling
sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas
selama kurun waktu satu bulan atau lebih.2
Skizofrenia Tipe Paranoid
Pada kasus ini diambil diagnosis kerjanya adalah skizofrenia tipe paranoid.
Skizofrenia paranoid adalah orang yang mempunyai kepercayaan atau menganggap
sesuatunya aneh, ada yang ganjil, yang salah tetapi tidak mau diluruskan. Dia
12
biasanya bersikap curiga yang berlebihan pada orang lain, sering menganggap dirinya
diguna-guna orang lain. Dia menganggap bahwa orang lainlah penyebab kegagalankegagalannya. Biasanya dia sangat peka (sensitif), emosional dan mudah sekali
cemas. Dia juga kurang percaya diri dan kualitas hidupnya juga menurun, serta sering
diserang penyakit depresi.
Seseorang yang
menderita skizofrenia
satunya
menunjukkan gejala gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang
tidak menentu, kemarahan, suka bertengkar dan berdebat dan tindak kekerasan.
Skizofrenia tipe paranoid mempunyai ciri-ciri adanya waham yang mencolok, anxiety,
menjaga jarak dan suka berargumentasi. Skizofrenia paranoid adalah karakteristik
tentang adanya delusi (waham) kejar atau kebesaran dan halusinasi pendengaran.
Kadang-kadang individu tertekan, menjadi korban dan beranggapan diawasi,
dimusuhi dan agresif.2
Etiologi
Genetik
Risiko skizofrenia meningkat pada kerabat biologis pasien tetapi tidak
mengadopsi relatif
Risiko skizofrenia pada saudara-saudara tingkat penderita skizofrenia
adalah 10%.
Jika kedua orang tua memiliki skizofrenia, risiko skizofrenia pada anak
mereka adalah 40%.
Konkordansi untuk skizofrenia adalah sekitar 10% untuk kembar dizigotik
dan 40-50% untuk kembar monozigot.
Varian gen yang telah sejauh ini terlibat bertanggung jawab atas hanya
sebagian kecil dari skizofrenia, dan temuan ini tidak selalu direplikasi
dalam studi yang berbeda. Gen-gen yang telah ditemukan sebagian besar
mengubah ekspresi gen atau fungsi protein dalam cara yang kecil.
Interaksi dengan seluruh genom dan dengan lingkungan pasti akan
terbukti menjadi penting.
Pekerjaan Bassett menunjukkan bahwa mutasi umum proses yang terjadi
dengan langka, menyalin nomor variasi (seperti penghapusan 1q21.1 dan
15q13.3) meningkatkan risiko pasien mengembangkan schizophrenia.10
poin Studi ini keluar kebutuhan untuk lebih memperhatikan genetika
patogenesis skizofrenia.9
Beberapa lokus kepentingan tertentu adalah sebagai berikut:
13
Patofisiologi
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
(bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran
penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau
mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat lebih jelas oleh
orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan
tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan
pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti.
Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi.
Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek
mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat mempertahankan inteligensia yang
mendekati normal, sebagian besar performa uji kognitifnya buruk. Pasien dapat
menderita anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang. Pasien juga
mengalami deteorisasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur. 7
Gejala Positif dan Negatif
15
Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek
mendatar atu menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang
merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan Pikiran
16
Gangguan Persepsi
Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa
juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi pendengaran
dapatpula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar pasien.
Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah-perintah
langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering
diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala pasien dan kadangkadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras.
Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase awal skizofrenia.
Ilusi dan depersonalisasi
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya
misinterpretasi panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing
terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.
Gangguan Perilaku
Salah satu gangguan aktivitas motorik pada skizofrenia adalah gejala
katatonik yang dapat berupa stupor atauh gaduh gelisah. Paien dengan stupor
tidak bergerak, tidak berbicara, dan tidak berespons, meskipun ia sepenuhnya
sadar. Sedangkan pasien dengan katatonik gaduh gelisah menunjukkan
aktivitas motorik yang tidak terkendali. Kedua keadaan ini kadang-kadang
terjadi bergantian. Pada stupor katatonik juga bisa didapati fleksibilitas serea
dan katalepsi. Gejala katalepsi adalah bila suatu posisi badan dipertahankan
untuk waktu yang lama. Sedangkan fleksibilitas serea adalah bila anggota
badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin atau malam dan
posisi itu dipertahankan agak lama.
Gangguan perilaku lain adalah stereotipi dan manerisme. Berulang-ulang
melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap badan tertentu disebut
17
Gangguan Afek
Kedangkalan respons emosi, misalnya penderita menjadi acuh tak acuh
terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri sepertti keadaan keluarganya dan
masa depannya. Perasaan halus sudah hilang. Parathimi, apa yang seharusnya
menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.
Paramimi, penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi
dan paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of affect dalam bahasa inggris
dan inadequat dalam bahasa belanda.
Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,
misalnya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi
mulutnya seperti tertawa.semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas
untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah:
Emosi berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti pada penderita
sedang bersandiwara.
Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk
mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita
tidak dapat merasakan perasaan penderita. Karena terpecah-belahnya kepribadian,
maka dual hal yang berlawanan mungkin timbul bersama-sama, misalnya mencintai
dan membenci satu orang yang sama; menangis dan tertawa tentang satu hal yang
sama. Ini dinamakan ambivalensi afektif.2
Penatalaksanaan
Nonmedika mentosa
Psikoterapi
18
Medikamentosa
Penggunaan obat antipsikotik, juga dikenal sebagai obat neuroleptik atau obat
penenang utama, adalah andalan pengobatan untuk skizofrenia. Obat-obat ini telah
berulang kali telah ditunjukkan untuk mengurangi gejala positif skizofrenia dan
mencegah relaps. Sekitar 80% dari pasien kambuh dalam waktu 1 tahun jika obat
antipsikotik dihentikan, sementara hanya 20% kambuh jika diobat. Obat-obat
antipsikotik terutama bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin dan serotonin di
otak, dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti halusinasi,
waham dan lain-lain.
Efek samping dapa dikelompokkan menjadi efek samping neurologis dan
nonneurologis. Efek samping neurologis akut berupa akatisia, distonia akut dan
parkinsonism (acute extrapyramidal syndrome). Dapat juga terjadi efek samping akut
berupa SNM (Sindrom Neuroleptik Maligna) yang merupakan kondisi emergensi
19
karena dapat mengancam kelangsungan hidup pasien. Pada kondisi kronis atau efek
samping pengobatan jangka panjang dapat dilihat kemungkinan terjadinya tardive
dyskinesia.
Bila terjadi efek samping sindroma ekstrapiramidal seperti Distonia Akut,
Akathisa atau Parkinsonism, biasanya terlebih dahulu dilakukan penurunan dosis dan
bila
tidak
dapat
triheksifenidil
ditanggulangi
(Artane@).
diberikan
Benztropin
obat-obat
Congentin@),
antikholinergik
Sulfas
Atropin
seperti
,
atau
Daftar Pustaka
1. Anindita B. Pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan
pada klien skizofrenia paranoid di RSJD Surakarta. 2012. Diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/20435/15/NASKAH_PUBLIKASI.pdf, 28 Desember
2015
2. Elvira
3.
SD,
Hadisukanto
G.
Buku
ajar
psikiatri.
Edisi
kedua.
Jakarta:FKUI;2013.h.49-53
Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga
2011.
Diunduh
http://library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311046/BAB%20II.pdf,
dari
28
Desember 2015
9. Sadock BJ, Sadock VA. Synopsis or psychiatry. 9th ed. New York : Lippincott;
2003.p.471-504.
21
Maret
2013.
Diunduh
dari
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/1231/12
04, 28 Desember 2015
22