EKSPLORASI 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Eksplorasi 2 Penulisan
buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksplorasi 2
Program
Studi
S1 Teknik
Pertambangan
Fakultas
Teknik
Universitas
Mulawarman.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan, saran serta nasihat dari berbagai pihak maka segala
hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentunya tidak lepas dari berbagai
kekurangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari bahasan yang
disampaikan. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1.
2.
3.
Penulis menyadari buku ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan
kritik dan saran yang mmbangun
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 FILOSOFI EKSPLORASI
1.1. Filosofi Eksplorasi........................................................................... 1
1.2.Desain dan Perencanaan Eksplorasi........................................ 4
1.3.Konsep dan Pentahapan Eksplorasi.......................................... 5
1.4. Perencanaan Program Eksplorasi........................................... 10
1.5. Penyusunan Laporan Eksplorasi............................................. 12
BAB 2 METODE TIDAK LANGSUNG DAN METODE LANGSUNG
2.1. Metode Eksplorasi Cebakan Mineral..................................... 17
2.2. Eksplorasi Tidak langsung................................................... 17
2.3. Eksplorasi Langsung........................................................... 27
BAB 3 SAMPLING
3.1.Konsep Sampling............................................................... 31
3.2.Grab Sampling................................................................... 35
3.3.Bulk Sampling................................................................... 35
3.4. Chip Sampling.................................................................. 35
3.5.Channel Sampling.............................................................. 36
BAB 4 PEMBORAN EKSPLORASI
4.1. Perencanaan dan Pola Pemboran......................................... 50
4.2. Jenis-Jenis Metode Pemboran............................................. 56
4.3. Pemboran Inti.................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 61
BAB 1
FILOSOFI EKSPLORASI
Suatu proses eksplorasi dapat disederhanakan menjadi suatu sistem yang terintegrasi
(dan bersifat loop tertutup membentuk siklus analisis), berawal dari analisis suatu
kemungkinan sumber, proses perpindahan yang terjadi, sampai engan penafsiran
kemungkinan terjebak dalam suatu perangkap (teoritik). Sebaliknya dapat pula berawal
dari analisis suatu tanda-tanda mineralisasi, kemudian adanya cebakan pada
perangkapnya sampai dengan ditemukan sumbernya.
Sumber (source), merupakan asal-asul dari logam dan bahan lainnya.
Dari sumbernya, logam-logam akan tersebar (disseminated) pada mantel dan kerak
bumi dalam jumlah yang sangat kecil dan setempat-setempat dengan kontrol
geologi tertentu terkonsentrasi dalam jumlah ekonomis untuk diekstrak (tubuh
bijih). Secara konsep proses pengkonsentrasian tersebut dapat disederhanakan, tapi
kenyataan sebenarnya merupakan proses yang sangat kompleks.
Umur,
Tatanan tektonik,
Secara prinsip, eksplorasi mengandung unsur desain, probabilitas, dan resiko. Adapun
prinsip utama dalam eksplorasi; semakin tinggi tingkat kepercayaan yang diinginkan
(dalam pentahapan eksplorasi) semakin rapat titik data (grid density) yang
Sedangkan
kepastian
ekonomi,
yang
datanya
berdampak
terhadap
ongkos
maupun
bawah-permukaan,
variasi
kuantitas
terhadap
kualitas,
keanekaragaman sifat teknis batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung batuan
terhadap limbah.
Komoditas sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditas sumberdaya mineral,
merupakan barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan dapat
diukur dengan nilai uang. Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan
barang nyata, meskipun informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan,
dan tidak termasuk komoditas sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral
diambil dari kedudukan alaminya, maka ia menjadi komoditas sumberdaya mineral.
Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya ialah logam aluminium, batubara
bersih yang telah ditambang.
1.3. Konsep Eksplorasi dan Pentahapan Eksplorasi
Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam konteks ini
secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk mencari,
menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian) yang kemudian
secara ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep, dalam lingkup
industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan sebagai suatu usaha (kegiatan) yang
karena faktor resiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk mendapatkan suatu
areal yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai areal
penambangan (dieksploitasi).
Tahapan-tahapan eksplorasi antara lain sebagai berikut:
a)
Tujuannya
berdasarkan
target
interpretasi
dan kual~tas
berdasarkan metoda
menentukan
sebaran,
gambaran
perkiraan
Tingkat
awal
ketelitian
sebaiknya dapat d~gunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan
eksplorasi rinci diperlukan.
(SNI 13-6011-1999)
d)
telah
Jarak
mendeliniasi
pencontohan
pencontohan
sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri
yang lain dari endapan mineral
yang tinggi. Uji
perlukan.
(SNI 13-6011-1999)
Target eksplorasi
Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan
pencarian model-model geologi yang sesuai.
Pemodelan eksplorasi
Menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi,
Menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan
Mendiskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan dimanfaatkan, serta
Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperoleh.
Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan
geologi endapan yang dicari.
Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya
Model geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan galian
yaitu Mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan sumber atau asosiasi
batuan, proses-proses geologi (tektonik, sedimentasi), serta waktu terbentuknya suatu
endapan bahan galian. Beberapa contoh kegiatan perencanaan eksplorasi :
1. Rencana pemetaan, mencakup ;
- perencanaan lintasan,
- perencanaan tenaga pendukung,myang didasarkan pada keadaan geologi
regional.
2. Rencana survei geofisika dan geokimia, mencakup ;
- perencanaan lintasan,
- perencanaan jarak/interval pengambilan
data
(sampling/record
(moving) alat),
kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber air, keamanan),
kedalaman masing-masing lubang,
jenis alat yang akan digunakan, termasuk spesifikasi,
jumlah tenaga kerja,
alat transportasi, dan
jumlah (panjang) core box.
Grid density (interval/jarak) antar titik observasi. Semakin detail pekerjaan maka
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan tujuan penyelidikan
2. Anggota tim penyelidikan
3. Penyelidikan yang pernah dilakukan sebelumnya
BAB II. KEADAAN UMUM DAERAH PENYELIDIKAN
1. Kesampaian dan sarana hubungan
2. Keadaan lingkungan daerah penyelidikan (penduduk, iklim, topografi, vegetasi,
dan tataguna lahan)
3. Geologi Regional
BAB III. KEGIATAN PENYELIDIKAN
1. Cara dan jadwal penyelidikan
2. Tahapan penyelidikan (sesuai dengan kegiatan yang dilakukan)
a. Studi literatur
b. Pemetaan (topografi, geologi, dan singkapan)
c. Geokimia (sistim, kerapatan, luas, lokasi) bilamana dilakukan
d. Geofisika (metode, kerapatan, luas, lokasi) bilamana dilakukan
e. Pemboran, sumur uji, parit uji (lokasi, kedalaman)
f. Pengambilan contoh (sistem, jenis, lokasi)
g. Analisa contoh (laporan hasil analisa contoh agar dilampirkan foto kopi
laboratorium tempat menganalisa contoh tersebut)
BAB IV. HASIL PENYELIDIKAN
1. Geologi daerah penyelidikan
2. Keadaan endapan/mineralisasi
3. Kadar, kualitas, dan penyebaran
4. Daerah prospek (lokasi, luas)
BAB V. SIMPULAN (secara singkat)
BAB 2
METODE TIDAK LANGSUNG DAN METODE LANGSUNG
2.1 Metode Eksplorasi Cebakan Mineral
Eksplorasi cebakan mineral dapat dilakukan dengan metode tidak langsung
atau langsung tergantung pada jenis bahan galian yang dicari. Eksplorasi tidak langsung
terdiri atas metode pengindraan jauh, geofisika dan geokimia, sedangeksplorasi
langsung langsung dilakukan pemetaan permukaan dan pemetaan bawah permukaan.
Pada tahap-tahap awal eksplorasi, eksplorasi umumnya dilakukan dengan
metode tidak langsung untuk mengumpulkan data dalam jumlah banyakdengan biaya
yang relatif lebih murah. Namun bisa juga sebaliknya atau keduanya sekaligus,
tergantung kebutuhan dengan pertibangan budget yang matang.
2.2 Eksplorasi Tidak Langsung
2.2.1 Penginderaan jauh (Remote Sensing)
Penginderaan jauh adalah metode pengamatan dan pengenalan suatu obyek
dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek tersebut. Ruang
lingkup pengindraan jauh meliputi pemanfaatan gelombang elektromagnetik untuk
menghasilkan citra atau image permukaan bumi. (Balfas:2015)
Sistem penginderaan jauh meeliputi beberapa komponen utama yaitu: (i) sumber energi,
(ii) jalur transmisi energi elektromagnetik (EM), target dipermukaan bumi., (iv) wahana,
(v) sensor sebagai alat perekam data, dan citra.
Sumber energi yang umum dipergunakan dalam sistem penginderaan jauh adalah
sumber energi elektromagnetik yang berbentuk passive sensing dari matahari, meskipun
ada juga yang menggunakan active sensing seperti pencitraan pada radar (gelombang
mkro).
Energi elektromagnetik adalah gelombang elektromagnetik yang merambat secara
kontinyu dalam gerak yang harmonis dari matahari dengan kecepatan cahaya melalui
ruang angkasa yang vakum ke permukaan bumi. Elektromagnetik memiliki gelombang
yang bervariasi mulai dari gamma raysampai radio. Radiasi elektromagnetik hanya bisa
dideteksi jika berinteraksi dengan suatu obyek atau material. Pada berbagai kasus,
kualitas citra berkurang karena adanya partikel-partikel di atmoosfer , seperti air, awan,
asap, atau partikel lainnya, yang menyerap (adsorb) dan/atau memantulkan (reflect)
fitur-fitur
geologi
dan
sumberdaya
mineral.
Sistem
Prospeksi geokimia adalah pengukuran secara sistematik satu atau lebih unsur jejak
dalam tanah , batuan, sedimen aktif, vegetasi air, atau gas, untuk mencari anomali
geokimia atau konsentrasi abnormal dari suatu unsur atau jejak tertentu yang kontras
dengan lingkungannya. Anomali geokimia adalah (i) kandungan suatu unsur atau
mineral pada suatu batuan yang melebihi kadar normal dari unsur tersebut dalam
batuan (geochemical background) atau (ii) kehadiran suatu unsur asing (noise) dalam
suatu batuan. Batas kadar normal (cut-off-value) suatu unsur didalam sattu jenis batuan
dimana sampel yang memiliki kadar diatas batas tersebut dianggap anomali disebut
tresholds. (Balfas:2015)
Prospeksi geokimia dilakukan dengan asumsi bahwa:
Prospeksi geokimia bertujuan untuk mengidentifikasi pola dispersi yang
akan mengarahkan pada lokasi tubuh bijih.
Disekitar tubuh bijih terdapat dispersi unsur-unsur mineral penyusunnya
dalam bentuk dispersion halo.
Polo dispersi unsur-unsur mineral penyusun suatu tubuh bijih pada batuan
disekelilingnya terdirii atas:
Dispersi primer; dispersi primer adalah dispersi yang terbentuk
pada batuan samping bersamaan dengan terbentuknya tubuh bijih
(lithogeochemical halo). Penyebaran mineral disekitar tubuh bijih
memiliki dimensi bervariasi dari satuan centimeter sampai meter,
tergantung ukuran tubuh bijih.
Dispersi sekunder; dispersi sekunder adalah dispersi yang
terbentuk dalam lingkaran sekunder (soil, sedimen, gas, sungai,
atau tumbuhan) setelah terbentuk suatu deposit mineral.
Penyebaran mineral alterasi
Target
Pathfinders
Porphyry copper
Cu, Mo
Au, Ag
Skarn Deposits
Mo, Zn, Cu
Uranium (sandstone)
Uranium (Vein)
Ultramafic OreBodies
Pt, Cr, Ni
Cu, Co, Pd
Fluorspar veins
Co, Se, TI
unsurunsur
arget dan
unsurunsur
petunjuk
yang
Urutan kegiatan eksplorasi geokimia menurut Peters (1978) secara umum terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
Melakuan uji statistik dan uuji evaluasi dari data, sering berkaitan dengan
ketersediaan geologi dan geofisika.
e.
Konfirmasi anmali semu, sampling lanjutan, serta analisis dan evaluasi pada
area yang lebih menggunakan interval sampling yang lebih rapat dan penam
bahan metode geokimia.
f.
b.
Sinyal-sinyal yang diukur oleh peralatan geofisika bisa menunjukkan adanya anomali
yang merefleksikan konsentrasi dan distribusi batuan atau mineral abnormal dari
background (Santoso:2002). Namun, sinyal tersebut bisa juga terganggu oleh bising
(noise) yang disebabkan oleh alat atau faktor-faktor lingkungan luar. Anomali
merupakan fungsi dari:
a.
b.
c.
Jenis batuan
2.
Derajat pelapukan
3.
Derajat pergerakan
4.
Tekanan
5.
6.
Secara teknis, survei gaya tersebut mengukur perbedaan medan gravitasi dari satu titik
terhadap titik pengamatan lainnya. Suatu sumber yang merupakan satu zona massa di
bawah permukaan akan menyebabkan satu gangguan dalam medan gravitasi yang
disebut dengan anomali gaya berat. Kontras medan gaya berat tersebut relatif kecil
sehingga diperlukan alat ukur yang memiliki ketelitian cukup tinggi. Pada dasarnya
metode tersebut digunakan karena kemampuannya membedakan densitas dari satu
sumber anomali terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dari kontras densitas
diharapkan dapat diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu daerah. Metode
gaya berat banyak digunakan pada tahap eksplorasi pendahuluan baik untuk eksplorasi
minyak bumi maupun mineral.
Percepatan gaya berat rata-rata di permukaan bumi sebesar 983 cm/det2, dan variasi
gaya berat di setiap titik permukaan bumi dipengaruhi oleh :
a. lintang, dikarenakan ketidakteraturan bentuk bumi dan variasi gaya sentrifugal
dari ekuator menuju kutub bumi,
b.
c.
Gaya berat diukur dalam Milligal (mGal, 1 mGal = 0,001 cm/det2) dengan gravimeter
yang bekerjanya mirip dengan kesetimbangan sensitif dan dapat mengukur perbedaan
nilai yang lebih kecil dari 0,01 mGal. Nilai densitas rata-rata kerak bumi bagian atas
mendekati 2,67 g/cm3, dan rentang densitas material geologi adalah 2,0 g/cm3 untuk
tanah dan 4,0 g/cm3 untuk sulfida masif atau endapan bijih besi .
()
Pengukuran gaya berat harus dikoreksi terhadap lintang dan efek topografi lokal.
Anomali gaya berat yang terukur oleh gravimeter disebut dengan anomali Bouguer.
Data ditampilkan sebagai profil gaya berat dan peta kontur yang membatasi harga
anomali tertentu, misalnya gaya berat yang tinggi untuk batuan yang berat atau endapan
bijih, sedangkan gaya berat yang rendah ditunjukkan misalnya oleh endapan aluvial atau
kubah garam. Anomali gaya berat tergantung pada beberapa faktor termasuk kontras
densitas, ukuran dan bentuk badan anomali, serta kedalaman sehingga dapat
menimbulkan berbagai interpretasi.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu
suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar torsion
balance, maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil
dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi
bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan
kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat,
mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan
sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun tertutup oleh endapan aluvial,
sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.
- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
-
Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam
jumlah cukup
- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.
2. 2. 3. 3. Survey Listrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari
ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode)
disingkat C, dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul
karena arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau potential electode
disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua
diantaranya banyak yang dipakai adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.
2. 2. 3. 4. Geofisika Well-Logging
Geofisika Well-Logging adalahmetode pengukuran data geologi bawah permukaan
dengan menggunakan suatu alat (probe) yang dapat diturunkan kedalam lubang bor
untuk dapat mendeteksi sifat fisika batuan yang dilaluinya. Alat-alat well-logging
terutama digunakan untuk mengukur resitivitas batuan dan voltase natural , kecepatan
gelombang seismik , dan sifat radioaktif. Kadang pula digunakan alat khusus unntuk
mengukur variasi gravitasi , magnetisme dan temperatur. Alat-alat well logging
menghasilkan suatu grafik kontinyu yang menunjukkan sifat-sifat fisik bilamana
berbagai detektor digerakkan dalam lubang bor. Well logging dilakukan pada sebagian
besar sumur minyak, sumur eksplorasi tambang, dan beberapa sumur air.
2.3 Metode Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung adalah kegiatan eksplorasi yang dilakukan melalui konta
visual dan fisik secara langsung denga kondisi permukaan/bawah prmukaan pada daerah
target yang teridentifikasi mengandung endapan yang dicari. Metode eksplorasi
langsung bisa dilakukan pada semua tahapan eksplorasi.
3.3.1. Pemetaan Singkapan
Pemetaan singkapan adalah proses pengamatan dan pengukuran data geologi,
pencatatan, pengeplotan dan sampling dari sejumlah singkapan yang ditemukan
dilapangan. Data geologi yang diperoleh, dianalisa dan diinterpretasi kemudian dibuat
menjadi suatu peta geologisesuai dengan peruntukan dan tingkat ketelitian yang
diperlukan
2.3.2. Tracing Float
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan
bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini
ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini
banyak terdapat pada aliran sungai-sungai
Tracing (penjejakan perunutan) float ini
pada
dasarnya
merupakan
kegiatan
boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahanpecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di
bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat
ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas,
ukuran,
dan
bentuk
mengandung
mineralisasi
(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap
sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau
limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
()
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran
kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk materialmaterial yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan
pendulangan ini mirip dengan tracing float.
Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float
telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah
dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut
hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching)
dan uji sumuran (test pitting).
2.3.3 Paritan (Trenching)
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan
atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada pengamatan (observasi)
singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah
relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang
diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan,
karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
()
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan
arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona
bijih tersebut dapat diketahui..
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan
lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai
lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus
keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa
urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual),
pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona
tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal
masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk
endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan kedalaman
bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau
residual kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan
dasar.
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
BAB 3
SAMPLING
3.1 Konsep sampling
Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari
keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi
atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik
dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat
mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan
kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan,
formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut disebut
sampling (pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan
(tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
a. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada
zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan
batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
b. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi
juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh
informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan
metode penambangan.
c. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan
control kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja
yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
a. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
b. ahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
c. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
batuan induk.
Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
sampling.
Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
padabatuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang), sehingga
Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit
dikontrol.
Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena
sampling.
Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran conto
Gambar 6.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)
Gambar 6.7 Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier
et al., 1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmenfragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (subchannel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
a. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada
pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual (lihat
Gambar 6.8, 6.9, dan 6.10).
b. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh
variasi (distribusi) zona mineralisasi.
c. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu
analisis kadar atau dibuat komposit.
d. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal
seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
-
bijih (kadar).
Sub-channel 1, 4, & 5
diperkirakan merupakan
grade.
Dapat dibuat kombinasikombinasi untuk analisis,
seperti komposit 1 s/d 5,
atau komposit 1,4, & 5,
atau komposit 2 & 3, atau
dianalisis tunggal untuk
masing-masing
subchannel.
(kadar) saja.
Dapat dilakukan juga
pengambilan conto pada
keseluruhan lebar urat
(bijih dan pengotornya)
dengan tujuan
memperoleh kadar
keseluruhan badan bijih.
Gambar 6.8 Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi berupa urat (Dimodifikasi
dari Annels, 1991)
Terlihat bahwa sub-channel yang dibuat
ada tiga, yaitu A, B, dan C selebar a, b,
dan c.
Sedangkan ketebalan urat yang
sebenarnya adalah a, b, dan c, yang
merupakan proyeksi interval channel
terhadap kemiringan urat.
Gambar 6.9 Sketsa pembuatan channel pada bukaan stope untuk mineralisasi berupa
urat (Annels, 1991)
Gambar 6.10 Sketsa pembuatan channel pada sumur uji untuk endapan berlapis.
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur
adalah sebagai berikut :
a. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
b. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
c. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal
sebenarnya).
d. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau
lokasi sub-channel.
e. Tanggal pengambilan dan identitas conto
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan) dalam
pengambilan conto adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
sedikitnya pada 2 (dua) laboratorium yang berbeda, dan sebagian conto lagi disimpan
sebagai dokumentasi (lihat Gambar 6.11).
Pengurangan conto (reduksi sampel) sebaiknya dilakukan setelah pengurangan ukuran
partikel, atau dengan kata lain proses pembagian (split) conto dilakukan pada fraksi
ukuran yang telah seragam. Secara teoritis, pengurangan bobot conto dapat mengikuti
persamaan berikut (Carras op cit. Annels, 1997) :
dimana :
Gambar 6.11 Prosedur umum (coning & quartering) preparasi conto untuk analisis
Gambar 6.12 Prosedur umum proses pengecilan ukuran (Chaussier et al., 1987)
Setelah ukuran dari conto terdistribusi pada fraksi yang seragam, kemudian dilakukan
pengurangan (reduksi) bobot/jumlah conto. Metode reduksi yang umum digunakan
adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting dapat dilihat pada Gambar 6.13
dan metode quartering dapat dilihat pada Gambar 6.14.
Gambar 6.13 Reduksi jumlah conto dengan metode splitting (Chaussier et al., 1987)
Gambar 6.14 Reduksi jumlah conto dengan metode quartering (Chaussier et al., 1987)
3.7 Penentuan kadar conto
Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan kadar rata-rata dari
lokasi pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar dengan menggunakan
pembobotan kadar. Secara umum ada 2 (dua) metode pembobotan dalam penentuan
kadar, yaitu :
a. Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval pengambilan
conto seragam dan homogenitas dari masing-masing interval diasumsikan tinggi
(besar)
b. Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG (specific gravity),
jikainterval pengambilan conto tidak seragam dan diasumsikan bahwa
karakteristikmaterial pada masing-masing interval tidak sama (bervariasi).
Pembobotan lebar-panjang
Jika semua blok mempunyai luas dan SG relatif sama (seragam)
Persamaan :
Pembobotan luas Jika semua blok mempunyai ketebalan dan SG relatif sama (seragam)
Persamaan :
Maka :
BAB 4
PEMBORAN EKSPLORASI
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan
kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika
kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan
sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara
menyeluruh.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan
direncanakan dengan baik adalah :
-
Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :
-
Juru bor,
Peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,
Alat transportasi,
Konstruksi peralatan pemboran, dll.
Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling,
percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary drilling
terdapat tiga macam penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table, dan
top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja secara mekanik (dengan
bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan umumnya berupa
tricone bit untuk pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit untuk
pemboran inti (coring). Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi
pemboran dapat berupa udara, air, lumpur atau campuran air dan lumpur. Fluida bor
pada umumnya berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor, (b) pelumas, (c) mengangkat
sludge ke atas, (d) melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.
4.1. Perencanaan dan Pola Pemboran
Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi letak dan ketebalan
targetyang akan dibor berdasarkan pada informasi/data permukaan yang diperoleh.
Dengan melakukan pemboran, maka dapat dievaluasi kembali konsep dan prediksi
geologi (interpretasi) yang telah ada sebelumnya.
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona
mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan
disseminated. Namun demikian kondisi lubang bor yang cenderung miring atau curam
biasanya digunakan untuk target endapan yang mempunyai kemiringan yang besar,
dengan tujuan agar dapat menembus zona mineralisasi pada sudut 90 derajat (relatif
tegak lurus). Selain itu dari pemboran juga diharapkan dapat diketahui batas-batas zona
pelapukan, zona oksidasi, atau zona bijih (batuan dasar).
antara 100200 m sehingga memberikan ruang untuk pengisian kembali. Letak lubang
khusus sangat penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku terhadap arah
kemiringan rata-rata.
Sebelum membor sebuah lubang, disarankan untuk membuat penampang memanjang
hal ini bertujuan untuk deviasi lubang jika memungkinkan. Pemboran sangat mahal dan
memerlukan waktu yang banyak dalam kegiatan eksplorasi karena obyeknya adalah
jumlah lubang yang pasti dan dilengkapi dengan data kadar dan tonase tiap level dari
zona mineralisasi. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perhitungan cadangan
adalah zona pengaruh tiap conto belum dapat diketahui sampai setengah perkerjaans
elesai.
Sebagai contoh, pada gambar dapat dilihat beberapa tahapan pemboran berdasarkan
anoaoli geokimia :
-
Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan) adanya
Gambar sketsa suatu hasil pemboran dalam penentuan badan bijih suatu endapan
4.1.2. Monitoring Kegiatan Pemboran
Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama pemboran sangat penting
dalam rangka pengontrolan harga/biaya. Pada tahap awal dari pemboran dibutuhkan
seorang engineer disamping alat bor sehingga kegiatan pemboran dapat berjalan dengan
cepat.
Contoh :
-
melakukan observasi atau pengamatan material yang keluar dari lubang bor.
Pada pemboran dengan diamond drilling maka pengamatan dilakukan dua kali
sehari untuk menganalisis inti bor, membuat log awal, dan memutuskan lokasi
lubang bor berikutnya.
Disamping penggunaan core log secara detail, logging geofisika juga sering digunakan.
Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan diplot pada grafik log
sesegera mungkin setelah data diperoleh. Data ini umumnya diperoleh dari kepingan
material yang dibor yang biasanya menyatu dengan permukaan alat bor. Informasi
mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian tetapi lokasi dan kedudukan
mineralisasi harus segera diplot pada log litologi.
Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan stratigrafi dari suatu zona
mineralisasi. Adanya pengambilan asumsi pada saat interpretasi pemboran sering tidak
dapat dilokalisasi sampai adanya data yang valid tentang kondisi bawah permukaan.
Contoh dapat dilihat pada Gambar dimana terdapat tiga interpretasi yang berbeda dari
data yang ada.
Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun demikian penyebab
anomali permukaan atau bawah permukaan yang menentukan letak lubang bor tidak
dapat dihindari. Langkah kedua lebih sulit dan dalam hal ini kemungkinan mineralisasi
kadar tinggi harus dapat dieliminasi. Adanya beberapa perpotongan pada saat prospeksi
memberikan gambaran bahwa proses penentuan kadar yang ekonomis berlaku tetapi
tidak pada skala yang memungkinkan dalam suatu endapan yang besar. Adanya kadar
mineralisasi yang tinggi sering menghasilkan beberapa tahap pemboran untuk menguji
semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.
d. Kontrak pemboran
Pemboran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sendiri atau dengan
mengontrak perusahaan/konsultan pemboran. Permasalahan menyangkut kondisi
pemboran, jumlah lubang yang diminta, dan harga akan dijelaskan dalam surat kontrak.
Tujuan pemboran adalah untuk memperoleh data yang representatif dari target yang ada
dengan biaya yang tersedia. Konsekuensinya pemilihan alat bor sangat penting dan
bergantung kepada pemimpin proyek. Disamping kondisi pemboran yang harus
diperhatikan kita juga harus dapat membandingkan beberapa metode pemboran yang
berbeda sebelum kegiatan lain dilakukan.
Beberapa hal penting dari kontrak pemboran adalah :
-
Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail didalam kontrak. Dalam hal
pembayaran tenaga kerja juru bor biasanya dibayar per shift dan sesuai dengan
kedalaman lubang yang dibor, sedangkan wellsite geologist dibayar sesuai dengan
perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi sampai target tercapai.
4.2. Jenis-Jenis Metode Pemboran
Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu dalam eksplorasi, jika
kondisi dimana dana tidak mencukupi maka kita dapat menggunakan metode pemboran
yang agak murah seperti auger, rotary atau percussive drilling, namun kekurangannya
adalah kualitas samplingnya kurang baik dengan kemungkinan terjadinya percampuran
material pada level yang berbeda dapat terjadi. Untuk pemboran yang lebih mahal
biasanya menggunakan metode sirkulasi balik atau dengan diamond drilling. Pada
prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil pada
suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh
data yang representatif.
4.2.1. Pemboran auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk membawa
material halus ke permukaan, biasanya digunakan untuk endapan plaser. Kelebihan alat
bor ini adalah dapat digunakan untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak praktis.
Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman 60 m tapi biasanya cukup sampai 30 m.
Pada tanah yang halus pemboran dengan auger biasanya cepat sehingga conto yang
keluar harus dapat diorganisasikan dengan baik. Auger adalah bor ringan dan tidak
cocok digunakan untuk tanah atau material yang keras dan berbongkah.
4.2.2. Rotary drilling
Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak sebanding jika pemboran
dilakukan pada batuan dengan kekerasan halus-sedang seperti batugamping atau
batulumpur. Tipe mata bor (bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau
roller rock bit yang ditutupi oleh tungsten karbida. Potongan atau kepingan batuan akan
ditekan keluar oleh fluida bor yang rata-rata kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini
biasanya digunakan oleh industri minyak dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan
kedalaman ratusan sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa lumpur.
4.2.3 Percussive drilling
Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan ukurannya bervariasi dari
kecil (bor tangan) sampai alat bor besar dengan rata-rata kedalaman pemboran ratusan
meter. Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :
Down-the-hole hammer drills
Alat bor jenis ini biasanya diletakkan lebih rendah dari lubang sampai batas akhir dari
stang bor dan digunakan untuk pemboran non-coring. Lubang dengan diameter sampai
20 cm dan tekanan kedalaman sampai 200 m masih mungkin, tetapi biasanya
kedalaman yang efisien antara 100150 m. Cutting bor ditekan keluar oleh kompresor
udara. Pada tanah yang basah daya angkat yang dihasilkan oleh ompresor dapat menjadi
tidak teratur.
Top hammer drills
Sesuai dengan namanya jenis bor ini memiliki alat tumbuk yang diletakkan di bagian
atas dari stang bor. Energi untuk pemboran non-coring ini dialirkan lewat stang bor, alat
ini lebih baik dari Down-the-hole hammer drills dan biasanya digunakan untuk lubang
dengan diameter 10 cm dan kedalaman lebih dari 100 m, tapi biasanya 20 m. Percussive
drilling adalah metode yang paling cepat dan murah namun sering terjadi data tidak
lengkap dibanding dengan diamond drilling.
4.2.4.Reverse circulation
Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada pertengahan tahun 70-an dan
biasanya digunakan untuk material sedimen yang tidak terkonsolidasi seperti pada
endapan aluvial. Air atau udara dapat digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau
sludge dapat diperoleh semua. Media fluida dialirkan ke sludge lewat dua dinding pada
stang bor dan kembali ke permukaan lewat pusat stang bor. Pada percussive drilling
kepingan batuan juga tertransport ke permukaan lewat tengah stang bor kemudian
menuju ke cyclon dimana disana ditampung conto bor. Kegunaan alat bor ini adalah
untuk mengumpulkan kepingan batuan lebih dari auger, rotary atau percussive drilling.
Conto dapat dikumpulkan dengan cepat dan kadar kontaminasinya sedikit.
Skema dari beberapa metode pemboran yaitu diamond core, reverse circulation, dan
rotary drlling ditunjukkan pada Gambar
inti bor dapat diangkat dengan menggunakan tali pada stang bor ke permukaan.
4.3.3. Sirkulasi
Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan untuk mencuci
sludge, permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat celah antara antara
dinding lubang bor dan stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk memberi pelumasan
pada mata bor, mendinginkannya dan melepaskan hancuran batuan yang menempel
pada permukaan mata bor. Air dapat dikombinasikan dengan lempung atau bahan aditif
lainnya untuk memberikan daya angkat bagi material yang dibor.
4.3.4. Casing
Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan permukaan lubang bor. Casing
dilengkapi dengan tabung baja sehingga tali baja dapat dioperasikan dengan aman.
Casing dan mata bor telah seukuran sehingga ukuran yang lebih kecil dari itu (diameter
kecil) akan melewati ukuran besar pada lubang yang akan dibor.
e. Kecepatan dan biaya pemboran
Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya memiliki kapasitas
sampai 2000 m dan dapat diletakan horisontal atau vertikal. Rata-rata penggunaannya
bergantung kepada tipe alat bor, mata bor, diameter lubang, tipe batuan, kedalaman dan
keahlian juru bor. Seorang juru bor harus mempertimbangkan berapa besar volume
fluida yang akan digunakan, besar tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan
putaran dan pemilihan mata bor yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku
untuk menentukan faktor kritis penggunaan mata bor jika kita menginginkan optimasi
pemboran yang efisien. Pemboran sampai kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi
bergantung kepada kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi batuan
yang dibor.
Beberapa permasalahan (kendala) yang muncul dalam pemboran dapat dilihat pada
Tabel
DAFTAR PUSTAKA