Anda di halaman 1dari 63

Wulan Ciptaning P/1309055061

EKSPLORASI 2

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Eksplorasi 2 Penulisan
buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksplorasi 2
Program

Studi

S1 Teknik

Pertambangan

Fakultas

Teknik

Universitas

Mulawarman.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan, saran serta nasihat dari berbagai pihak maka segala
hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentunya tidak lepas dari berbagai
kekurangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari bahasan yang
disampaikan. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1.

Bapak Muhammad Dahlan Balfas ST. MT selaku dosen mata kuliah


Eksplorasi 2

2.

Teman-teman kelompok 1 atas semua kerja sama dan diskusi untuk


materi buku Eksplorasi 2.

3.

Seluruh teman-teman angkatan 2013 Program Studi S1 Teknik


Pertambangan Uniiversitas Mulawarman.

Penulis menyadari buku ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan
kritik dan saran yang mmbangun

untuk peningkattan karya tulis ilmiah

selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya.

Samarinda, 6 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 FILOSOFI EKSPLORASI
1.1. Filosofi Eksplorasi........................................................................... 1
1.2.Desain dan Perencanaan Eksplorasi........................................ 4
1.3.Konsep dan Pentahapan Eksplorasi.......................................... 5
1.4. Perencanaan Program Eksplorasi........................................... 10
1.5. Penyusunan Laporan Eksplorasi............................................. 12
BAB 2 METODE TIDAK LANGSUNG DAN METODE LANGSUNG
2.1. Metode Eksplorasi Cebakan Mineral..................................... 17
2.2. Eksplorasi Tidak langsung................................................... 17
2.3. Eksplorasi Langsung........................................................... 27
BAB 3 SAMPLING
3.1.Konsep Sampling............................................................... 31
3.2.Grab Sampling................................................................... 35
3.3.Bulk Sampling................................................................... 35
3.4. Chip Sampling.................................................................. 35
3.5.Channel Sampling.............................................................. 36
BAB 4 PEMBORAN EKSPLORASI
4.1. Perencanaan dan Pola Pemboran......................................... 50
4.2. Jenis-Jenis Metode Pemboran............................................. 56
4.3. Pemboran Inti.................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 61

BAB 1
FILOSOFI EKSPLORASI

1.1 Filosofi Eksplorasi


Proses eksplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan dan perilaku suatu
endapan bahan galian, yaitu proses untuk mengetahui bagaimana suatu endapan
terbentuk (terakumulasi), bagaimana penyebaran dan bentuk (geometri) endapan
tersebut di alam, berapa banyak endapan tersebut yang dapat diambil, serta bagaimana
tingkat (nilai) keekonomian endapan tersebut.
Karena sangat erat dengan pengetahuan keberadaan suatu cebakan endapan, maka
pemahaman filosofi akumulasi suatu cebakan endapan menjadi sangat penting. Konsep
cebakan suatu endapan di kerak bumi dapat disederhanakan menjadi tiga faktor utama,
yaitu :
-

Adanya sumber (source),


Aadanya proses perpindahan (migration/transportation),
Adanya tempat/wadah/perangkap dimana bahan berharga dapat
terbentuk/ terkumpul (place).

Suatu proses eksplorasi dapat disederhanakan menjadi suatu sistem yang terintegrasi
(dan bersifat loop tertutup membentuk siklus analisis), berawal dari analisis suatu
kemungkinan sumber, proses perpindahan yang terjadi, sampai engan penafsiran
kemungkinan terjebak dalam suatu perangkap (teoritik). Sebaliknya dapat pula berawal
dari analisis suatu tanda-tanda mineralisasi, kemudian adanya cebakan pada
perangkapnya sampai dengan ditemukan sumbernya.
Sumber (source), merupakan asal-asul dari logam dan bahan lainnya.
Dari sumbernya, logam-logam akan tersebar (disseminated) pada mantel dan kerak
bumi dalam jumlah yang sangat kecil dan setempat-setempat dengan kontrol
geologi tertentu terkonsentrasi dalam jumlah ekonomis untuk diekstrak (tubuh
bijih). Secara konsep proses pengkonsentrasian tersebut dapat disederhanakan, tapi
kenyataan sebenarnya merupakan proses yang sangat kompleks.

Migrasi (migration), adalah proses perpindahan (transportasi) logam-logam/ bahan


lainnya dari sumbernya (source) :
Logam-logam tertransport dalam larutan dari sumber ke lokasi pengendapan yang
baru pada kondisi temperatur-tekanan tinggi dalam rentang yang lebar (hipogen),
atau dapat juga sebagai kompleks anorganik/organik dalam lingkungan temperatur
rendah (supergen, residual, aluvial).
Batuan pada umumnya impermeabel, sedangkan batuan plutonik pada umumnya
mempunyai permeabilitas yang rendah untuk larutan dan uap (vapour). Selanjutnya
dengan (melalui) fungsi waktu (skala waktu geologi), permeabilitas yang rendah
tersebut dapat memungkinkan terbentuknya konsentrasi mineral yang signifikan
melalui difusi atau aliran.
Pada sistem hidrotermal, rekahan dan sesar dapat menjadi media permeabel sebagai
media perpindahan larutan mineral.
Pori-pori pada batuan sedimen dapat menjadi media permeabel untuk peningkatan
konsentrasi logam-logam, dan membentuk cebakan mineral sebagai endapan yang
signifikan dan dikenal sebagai sediment-hosted. base metal deposit.
Perangkap atau wadah (place) merupakan tempat terkumpulnya endapan/cebakan
mineral yang karena kondisi kimia-fisika yang berubah menghasilkan presipitasi
elemen-elemen atau senyawa dari larutan, atau pengkayaan residual akibat perpindahan
sebagian unsur-unsur, atau peningkatan konsentrasi dari yang tidak ekonomis pada
batuan menjadi ekonomis pada endapan yang baru.
Logam-logam dapat terkonsentrasi dari hidrosfir melalui peristiwa evaporasi dari
dari suatu larutan,
Logam-logam dapat mengalami presipitasi dari larutan sisa magma sebagai akibat
dari pengurangan temperatur dan tekanan, atau akibat kontak dan bereaksi dengan
batuan induk, atau akibat kontaminasi fluida bijih dengan larutan (air) bawah
permukaan lainnya,
Logam-logam dapat terkonsentrasi dan tertempatkan melalui aktivitas biologi,
Logam-logam dapat terkayakan melalui peristiwa pelindian atau melalui presipitasi
dalam regolith (lapisan penutup mantle rock),
Logam-logam dapat menerobos dan terkonsentrasi akibat kontrol struktur melalui
pengisian rongga-rongga (porositas).

Dengan mengetahui filosofi pembentukan konsentrasi cebakan mineral tersebut, maka


para ahli eksplorasi mempunyai alat (tools) seperti trace element dan analisis isotop atau
radiogenic dating yang dapat membimbing ke arah sumber logam (guide to ore) serta
jalur atau arah perpindahan (migrasi)-nya.
Kegiatan eksplorasi didasarkan pada penelitian terhadap fakta-fakta yang signifikan
yang merupakan hasil dari suatu atau beberapa proses. Peristiwa-peristiwa pembentukan
mineral (bijih), oleh para ahli geologi ekonomi
dikelompokkan dalam tipe-tipe genetik endapan (bijih). Selanjutnya modelmodel
tersebut digunakan untuk mencari hubungan antara bijih yang bersangkutan dengan
model-model genesa yang telah ada (dikenal) yang dirasa sesuai.
Dewasa ini banyak kegiatan eksplorasi sukses dengan didasarkan pada analogi modelmodel endapan yang telah ada pada kondisi alam yang mirip. Namun metode analogi ini
menjadi berbahaya untuk pelaku-pelaku pemula yang mempunyai dasar pengetahuan
genesa bijih yang lemah.
Secara umum, dengan dasar filosofi pembentukan endapan, maka dapat dikembangkan
suatu filosofi kegiatan eksplorasi dengan pendekatan (proses) sebagai berikut :
1.

Mendapatkan pengetahuan (informasi) tentang hal-hal dasar yang diperoleh melalui


suatu rangkaian kegiatan eksplorasi, yaitu berupa :
Tipe bijih,

Lingkungan geologi batuan induk, berupa :

Umur,

Tatanan tektonik,

Tipe batuan induk,

Hubungan dengan struktur geologi (mikroskopis dan megaskopis),

Hubungan dengan gejala-gejala anomali geokimia dan ciri-ciri alterasi,

Aliran fluida dalam batuan induk,

Sejarah metamorfik (mempengaruhi/tidak mempengaruhi badan bijih)


Tanda-tanda sifat geofisika yang dapat dimanfaatkan.
-

Pendekatan realistik dari kadar,

Kondisi dan sifat mineralogi bijih,

Ukuran (geometri) dan jumlah (kuantitas) endapan.

Pengetahuan tentang proses-proses fisika dan kimia yang menyertai peristiwa

pengkonsentrasian suatu logam/endapan/mineral, termasuk kondisi iklim, karena


kondisi iklim yang berbeda pada skala waktu geologi, dapat memungkinkan adanya
perbedaan dalam karakteristik geologi permukaan, geofisika, dan geokimia.
Pemahaman untuk dapat menghasilkan (mengembangkan) suatu bentuk pemikiran
lateral dari pengetahuan konseptual (teoritis) terhadap karakteristik suatu endapan yang
dicari, yang sebelumnya belum diketahui keberadaannya, melalui teknik-teknik
(teknologi-metodologi) yang sesuai dengan karakteristik endapan tersebut.
1.2. Desain dan Perencanaan Eksplorasi
Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi
yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini mempunyai resiko yang
sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi. Pada saat
memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan
studi kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai diperkecil

Secara prinsip, eksplorasi mengandung unsur desain, probabilitas, dan resiko. Adapun
prinsip utama dalam eksplorasi; semakin tinggi tingkat kepercayaan yang diinginkan
(dalam pentahapan eksplorasi) semakin rapat titik data (grid density) yang

direncanakan, sehingga semakin besar biaya yang harus dikeluarkan. Titik-titik


pengambilan keputusan merupakan
suatu saat dimana harus dipilih apakah kegiatan yang dilakukan menghasilkan sesuatu
yang prospek untuk diteruskan, atau dianggap sudah tidak prospek lagi untuk
dilanjutkan ke tahap lebih detil.
Pada gambar diagram alir pendekatan dan tahapan pengambilan keputusan, sesuai
dengan pendekatan model, hasil interpretasi, atau hasil evaluasi dari kegiatan-kegiatan
eksplorasi yang telah dilakukan. Secara umum dapat dilihat bahwa setiap pengambilan
keputusan dapat
dilakukan re-evaluasi terhadap kegiatan eksplorasi sehingga tahapan-tahapan eksplorasi
tersebut dapat dimodelkan sebagai suatu siklus dengan adanya penambahan data
ataupun penambahan metode.
Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan dengan :
-

Keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian,


Perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi,
Kemungkinan geologinya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar
letakan yang sudah diketahui.

Sedangkan

kepastian

ekonomi,

yang

datanya

berdampak

terhadap

ongkos

penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian


dipermukaan

maupun

bawah-permukaan,

variasi

kuantitas

terhadap

kualitas,

keanekaragaman sifat teknis batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung batuan
terhadap limbah.
Komoditas sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditas sumberdaya mineral,
merupakan barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan dapat
diukur dengan nilai uang. Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan
barang nyata, meskipun informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan,
dan tidak termasuk komoditas sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral
diambil dari kedudukan alaminya, maka ia menjadi komoditas sumberdaya mineral.
Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya ialah logam aluminium, batubara
bersih yang telah ditambang.
1.3. Konsep Eksplorasi dan Pentahapan Eksplorasi
Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam konteks ini
secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk mencari,

menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian) yang kemudian
secara ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep, dalam lingkup
industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan sebagai suatu usaha (kegiatan) yang
karena faktor resiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk mendapatkan suatu
areal yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai areal
penambangan (dieksploitasi).
Tahapan-tahapan eksplorasi antara lain sebagai berikut:
a)

Survei Tinjau (Reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk mengidenlifikasi


daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama
berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional,
pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan
pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang
prospektif untuk diselidiki lebih lanjut.(SNI 13-6011-1999)
Hal-hal yang dilakukan antara lain:
A. Studi literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap
data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama,
laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan
lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi,
karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada prosesproses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
B. Survei dan pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta
topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu
dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta
geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan
untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi
dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapansingkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu

juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen


(jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting
tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi,
inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai,
jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru
(peta singkapan).
b)

Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit


daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang
digunakan adalah pernetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan
metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang

terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan.

Tujuannya

adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi


eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung

berdasarkan

target
interpretasi

data geologi, geokimia dan geofisika.


(SNI 13-6011-1999)
c)

Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang


merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang

digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar,


membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas
dari suatu endapan. lnterpolasi bisa dilakukan secara terbatas

dan kual~tas

berdasarkan metoda

penyeledrkan tak langsung. Tujuannya adalah untuk

menentukan

geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi

sebaran,

mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.

gambaran

perkiraan

Tingkat

awal

ketelitian

sebaiknya dapat d~gunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan
eksplorasi rinci diperlukan.
(SNI 13-6011-1999)
d)

Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi

secararinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang


singkapan, paritan, lubang bor, shaffs dan terowongan.

telah
Jarak

mendeliniasi
pencontohan
pencontohan

sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri
yang lain dari endapan mineral
yang tinggi. Uji

tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian

pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) rnungkin di

perlukan.
(SNI 13-6011-1999)

Diagram Pentahapan Eksplorasi

1.4. Perencanaan Program Eksplorasi


Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :
-

Target eksplorasi
Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan
pencarian model-model geologi yang sesuai.
Pemodelan eksplorasi
Menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi,
Menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan
Mendiskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan dimanfaatkan, serta
Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperoleh.

Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah


dasar
ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :
-

Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan
geologi endapan yang dicari.
Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya

serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.


Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable).

Model geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan galian
yaitu Mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan sumber atau asosiasi
batuan, proses-proses geologi (tektonik, sedimentasi), serta waktu terbentuknya suatu
endapan bahan galian. Beberapa contoh kegiatan perencanaan eksplorasi :
1. Rencana pemetaan, mencakup ;
- perencanaan lintasan,
- perencanaan tenaga pendukung,myang didasarkan pada keadaan geologi
regional.
2. Rencana survei geofisika dan geokimia, mencakup ;
- perencanaan lintasan,
- perencanaan jarak/interval pengambilan

data

(sampling/record

data),yang didasarkan pada keadaan umum model badan bijih.


3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran
eksplorasi, yang mencakup :
- jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi,
- interval/spasi antar paritan (lokasi),
- kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor,

- keamanan (kerja dan lingkungan),


- interval/metode sampling, dan
- tenaga
4. Perencanaan pemboran inti, meliputi :
- target tubuh bijih yang akan ditembus,
lokasi (berpengaruh pada kesampaian ke titik bor dan pemindahan
-

(moving) alat),
kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber air, keamanan),
kedalaman masing-masing lubang,
jenis alat yang akan digunakan, termasuk spesifikasi,
jumlah tenaga kerja,
alat transportasi, dan
jumlah (panjang) core box.

Sedapat mungkin, pada masing-masing perencanaan tersebut telah mengikutkan


jumlah/besar anggaran yang dibutuhkan. Selain itu, prinsip dasar dalam penentuan jarak
sedapat mungkin telah memenuhi beberapa faktor lain, seperti :
-

Grid density (interval/jarak) antar titik observasi. Semakin detail pekerjaan maka

grid density semakin kecil (interval/jarak) semakin rapat.


Persyaratan pengelompokan hasil perhitungan cadangan/endapan. Contoh pada
batubara ; syarat jarak untuk klasifikasi terukur (measured) 400 m antar titik
observasi.

Setiap tahapan/proses eksplorasi harus dapat memenuhi strategi pengelolaan suatu


proyek/pekerjaan eksplorasi, antara lain :
-

Memperkecil resiko kerugian,


Memungkinkan penghentian kegiatan sebelum meningkat pada tahapan

selanjutnya jika dinilai hasil yang diperoleh tidak menguntungkan ,


Setiap tahapan dapat melokalisir (menambah/mengurangi) daerah target

sehingga probabilitas memperoleh keuntungan lebih besar, dan


Memungkinkan penganggaran biaya eksplorasi per setiap tahapan untuk
membantu dalam pengambilan keputusan.

1.5. Penyusunan Laporan Eksplorasi


Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
54.K/201/DDJP/1997 Tanggal 31 Maret 1997, maka kerangka laporan hasil eksplorasi
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Laporan Penyelidikan Umum dan Laporan
Eksplorasi.
A. Kerangka Laporan Penyelidikan Umum
Untuk tahapan penyelidikan umum, kerangka laporan adalah sebagai berikut :

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan tujuan penyelidikan
2. Anggota tim penyelidikan
3. Penyelidikan yang pernah dilakukan sebelumnya
BAB II. KEADAAN UMUM DAERAH PENYELIDIKAN
1. Kesampaian dan sarana hubungan
2. Keadaan lingkungan daerah penyelidikan (penduduk, iklim, topografi, vegetasi,
dan tataguna lahan)
3. Geologi Regional
BAB III. KEGIATAN PENYELIDIKAN
1. Cara dan jadwal penyelidikan
2. Tahapan penyelidikan (sesuai dengan kegiatan yang dilakukan)
a. Studi literatur
b. Pemetaan (topografi, geologi, dan singkapan)
c. Geokimia (sistim, kerapatan, luas, lokasi) bilamana dilakukan
d. Geofisika (metode, kerapatan, luas, lokasi) bilamana dilakukan
e. Pemboran, sumur uji, parit uji (lokasi, kedalaman)
f. Pengambilan contoh (sistem, jenis, lokasi)
g. Analisa contoh (laporan hasil analisa contoh agar dilampirkan foto kopi
laboratorium tempat menganalisa contoh tersebut)
BAB IV. HASIL PENYELIDIKAN
1. Geologi daerah penyelidikan
2. Keadaan endapan/mineralisasi
3. Kadar, kualitas, dan penyebaran
4. Daerah prospek (lokasi, luas)
BAB V. SIMPULAN (secara singkat)

1. Keadaan geologi yang penting


2. Keadaan endapan bahan galian (kadar dan penyebaran)
3. Daerah yang memiliki prospek.
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Perencanaan Eksplorasi : VII - 14
LAMPIRAN
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta geologi lintasan dan singkapan (minimal skala 1 : 25.000)
3. Peta kegiatan penyelidikan umum (minimal skala 1 : 10.000), termasuk lokasi sumur
uji, parit uji, pengambilan contoh
4. Peta anomali geokimia (minimal skala 1 : 10.000) untuk bahan galian logam
5. Peta anomali geofisika (minimal skala 1 : 10.000) bilamana dilakukan
6. Peta penyebaran bahan galian dan daerah prospek (minimal skala 1 : 10.000),
7. Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan
8. Penampang sumur uji, parit uji, penampang bor
B. Kerangka Laporan Eksplorasi
Untuk tahapan eksplorasi, kerangka laporan kegiatan eksplorasi adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan tujuan penyelidikan
2. Perizinan
3. Sejarah penyelidikan
BAB II. GEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI
1. Geografi daerah penyelidikan
a. Lokasi dan kesampaian daerah
b. Keadaan daerah penyelidikan (penduduk, iklim/curah hujan, vegetasi, tata
guna lahan, dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah

c. Morfologi daerah peyelidikan


2. Geologi regional
BAB III. KEGIATAN EKSPLORASI
1. Metode penyelidikan (uraikan alasan pemilihan metode penyelidikan)
2. Tahapan penyelidikan
3. Uraian pekerjaan yang dilakukan
a. Pemetaan batas Kuasa Pertambangan, situasi, topografi (skala, luas)
b. Pemetaan geologi (skala, luas)
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Perencanaan Eksplorasi : VII - 15
c. Geokimia (sistem, kerapatan, luas, lokasi) untuk bahan logam
d. Geofisika (metode, kerapatan, luas, lokasi) bilamana dilakukan
e. Pemboran (peralatan yang digunakan, pola pemboran, lokasi, kedalaman)
f. Parit uji, sumur uji (jumlah, lokasi, kedalaman)
g. Pembuatan terowongan (lokasi, panjang, kedalaman)
h. Pengambilan contoh (uraikan cara pengambilan, cara preparasi, jumlah dan
lokasi contoh diplot di peta)
i. Analisis contoh (metode, alat, dan tempat/laboratorium analisa)
BAB IV. HASIL EKSPLORASI
1. Geologi daerah penyelidikan
2. Keadaan endapan/mineralisasi (bahan galian utama dan mineral pengikut,
serta bahan galian lainnya yang ditemukan)
a. Penyebaran
b. Kadar/kualitas
c. Perhitungan cadangan :
- Dasar/cara perhitungan cadangan
- Klasifikasi cadangan terukur (proved), terunjuk (probable), dan tereka
(posible)
- Besarnya jumlah cadangan
BAB V. SIMPULAN
(antara lain memuat) :
1. Keadaan lingkungan daerah penyebaran endapan sekitarnya

2. Keadaan geologi yang penting dan keadaan batuan


3. Keadaan endapan (kadar, penyebaran, cadangan, tanah penutup, dan lainlain)
LAMPIRAN
(disesuaikan dengan jenis bahan galian)
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta topografi (skala 1 : 500 - 2000)
3. Peta kajian eksplorasi (skala 1 : 2000 10.000) meliputi lokasi singkapan, sumur uji,
parit uji, pemboran dan pengambilan contoh
4. Peta geologi daerah (skala 1 : 500 2000)
5. Peta penyebaran bahan galian (skala 1 : 500 2000)
6. Peta perhitungan cadangan (skala 1 : 500 2000)
7. Peta penyebaran kadar (skala 1 : 500 2000)
8. Peta isopach tanah penutup (skala 1 : 500 2000)
9. Peta isopach bahan galian (skala 1 : 500 2000)
10. Peta struktur kontor (skala 1 : 500 2000)
11. Penampang geologi
12. Penampang sumur uji
13. Penampang bor
14. Penampang/sketsa singkapan
15. Penampang perhitungan cadangan
16. Foto copy hasil analisa contoh dari laboratorium
17. Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan Kuasa Pertambangan

BAB 2
METODE TIDAK LANGSUNG DAN METODE LANGSUNG
2.1 Metode Eksplorasi Cebakan Mineral
Eksplorasi cebakan mineral dapat dilakukan dengan metode tidak langsung
atau langsung tergantung pada jenis bahan galian yang dicari. Eksplorasi tidak langsung
terdiri atas metode pengindraan jauh, geofisika dan geokimia, sedangeksplorasi
langsung langsung dilakukan pemetaan permukaan dan pemetaan bawah permukaan.
Pada tahap-tahap awal eksplorasi, eksplorasi umumnya dilakukan dengan
metode tidak langsung untuk mengumpulkan data dalam jumlah banyakdengan biaya
yang relatif lebih murah. Namun bisa juga sebaliknya atau keduanya sekaligus,
tergantung kebutuhan dengan pertibangan budget yang matang.
2.2 Eksplorasi Tidak Langsung
2.2.1 Penginderaan jauh (Remote Sensing)
Penginderaan jauh adalah metode pengamatan dan pengenalan suatu obyek
dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan obyek tersebut. Ruang
lingkup pengindraan jauh meliputi pemanfaatan gelombang elektromagnetik untuk
menghasilkan citra atau image permukaan bumi. (Balfas:2015)
Sistem penginderaan jauh meeliputi beberapa komponen utama yaitu: (i) sumber energi,
(ii) jalur transmisi energi elektromagnetik (EM), target dipermukaan bumi., (iv) wahana,
(v) sensor sebagai alat perekam data, dan citra.
Sumber energi yang umum dipergunakan dalam sistem penginderaan jauh adalah
sumber energi elektromagnetik yang berbentuk passive sensing dari matahari, meskipun
ada juga yang menggunakan active sensing seperti pencitraan pada radar (gelombang
mkro).
Energi elektromagnetik adalah gelombang elektromagnetik yang merambat secara
kontinyu dalam gerak yang harmonis dari matahari dengan kecepatan cahaya melalui
ruang angkasa yang vakum ke permukaan bumi. Elektromagnetik memiliki gelombang
yang bervariasi mulai dari gamma raysampai radio. Radiasi elektromagnetik hanya bisa
dideteksi jika berinteraksi dengan suatu obyek atau material. Pada berbagai kasus,
kualitas citra berkurang karena adanya partikel-partikel di atmoosfer , seperti air, awan,
asap, atau partikel lainnya, yang menyerap (adsorb) dan/atau memantulkan (reflect)

sebagian energi tersebut , sehingga masing-masing gelombang elektromagnetik


memiliki kemampuan penetrasi melalui atmosfer yang berbeda.
Energi yang dipantulkkan dari permukaan bumi kemudian ditransmisikan balik kesuatu
sensor yang ditempatkan pada suatuu wahana ( pesawat/satelit). Energi elektromagnetik
yang terekam oleh sensor kemudian diproses dalam bentuk citra atau image.
Dua jenis resolusi yang penting pada remote sensing adalah (i) resolusi spasial yang
merupakan fungsi dari ketajaman gambar dan ukuran minimum obyek yang dapat
dikenali dalam suatu citra, dan (ii) resolusi spektral yang merupakan fungsi dari kisaran
panjang gelombang elektromagnetik yang dapat direkam dan jumlah saluran sensor
yang digunakan.
Terdapat tiga tipe sistem pencitraan, dua diantaranya banyak digunakan dalam aplikasi
teressterial:
Fotografi : Fotografi menggunakan kamera dan film. Fotografi
menghasilkan resolusi spasial yang terbaik, tapi kurang fleksibel dalam
pengumpulan data spektral dan pengembangan citra. Resolusi spasial
tergantung pada ketinggian (altitude), panjang fokus lensa, dan tipe film
yang digunakan. Resolusi spektral terbatas pada panjang gelombang
tampak mata (visible)dan sebagian infrared.
Sensor Spektral Elektronik: Sensor spektral elektronik menggunakan
detektor , biasanya scanner, yang resolusi spasialnya (mungkin)lebih rndah
dari fotografi, tapi dapat menangkap data spektral pada rentang spektrum
yang luas sehingga memungkinkan berbagai pengolahan citra untuk
identifikasi

fitur-fitur

geologi

dan

sumberdaya

mineral.

Sistem

penginderaan jauh ini banyak diaplikasikan untuk membuat citra satelit.


Vidicon adalah sistem bertipe televisi yang secara umum kalah dengan
jenis lain, baik spasial maupun spektral.
Pemanfaatan penginderaan jauh dalam kegiatan eksplorasi tambang umumnya
dilakukan pada tahapan awal untuk mengumpulkan informasi geologi yang dapat
ditafsirkan dari citra inderaja.Informasi-informasi tersebut dapat berfungsi sebagai
informasi awal (tentatif) bila daaerah rtersebut masih belum terseedia data geologi yang
cukup lengkap.
2.2.2. Prospeksi Geokimia

Prospeksi geokimia adalah pengukuran secara sistematik satu atau lebih unsur jejak
dalam tanah , batuan, sedimen aktif, vegetasi air, atau gas, untuk mencari anomali
geokimia atau konsentrasi abnormal dari suatu unsur atau jejak tertentu yang kontras
dengan lingkungannya. Anomali geokimia adalah (i) kandungan suatu unsur atau
mineral pada suatu batuan yang melebihi kadar normal dari unsur tersebut dalam
batuan (geochemical background) atau (ii) kehadiran suatu unsur asing (noise) dalam
suatu batuan. Batas kadar normal (cut-off-value) suatu unsur didalam sattu jenis batuan
dimana sampel yang memiliki kadar diatas batas tersebut dianggap anomali disebut
tresholds. (Balfas:2015)
Prospeksi geokimia dilakukan dengan asumsi bahwa:
Prospeksi geokimia bertujuan untuk mengidentifikasi pola dispersi yang
akan mengarahkan pada lokasi tubuh bijih.
Disekitar tubuh bijih terdapat dispersi unsur-unsur mineral penyusunnya
dalam bentuk dispersion halo.
Polo dispersi unsur-unsur mineral penyusun suatu tubuh bijih pada batuan
disekelilingnya terdirii atas:
Dispersi primer; dispersi primer adalah dispersi yang terbentuk
pada batuan samping bersamaan dengan terbentuknya tubuh bijih
(lithogeochemical halo). Penyebaran mineral disekitar tubuh bijih
memiliki dimensi bervariasi dari satuan centimeter sampai meter,
tergantung ukuran tubuh bijih.
Dispersi sekunder; dispersi sekunder adalah dispersi yang
terbentuk dalam lingkaran sekunder (soil, sedimen, gas, sungai,
atau tumbuhan) setelah terbentuk suatu deposit mineral.
Penyebaran mineral alterasi

atau float disekitar tubuh bijih

disebabkan oleh proses pelapukan mekanik dan kimiawi yang


menyebabkan terjadinya pelepasan dan perpindahan sebagian dari
unsur-unsur mineral penyusun tubuh bijih. Berbagai unsur dalam
tbuh bijih bisa mengalami pengayaan atau sebaliknya. Proses
pelapukan bisa mempengaruhi suatu cebakan mineral, baik
tersingkap maupun yang tidak tersingkap tapi memiliki kntak
dengan air tanah bebas. Batuan , tanah, vegetasi, sedimen aktif,

air, dan gas yang terdapat didaerah sebaran dispersii sekunder


mengandung unsur-unsur jejak yang dapat ditemukan dalam
contoh-contoh yang diambil pada jarak beberapa meter sampai
puluhan kilometr dari sumber. Las sebaran dispersi sekunder
bervariasi tergantung pada ukuran tubuh bijih dan mobilitas
masing-masing unsur penyusunnya.
Unsur-unsur jejak yang berasosiasi dengan tubuh bijih pada umumnya lebih
mudah dideteki dibandingkan dengan unsur target , karena jenis dan kadar
unsur-unsur jejak jauh lebih banyak dibandingkan dengan unsur target.
Tabel
Asosiasi Bijih

Target

Pathfinders

Porphyry copper

Cu, Mo

ZN, Au, Re, Ag, As, F

Sulfide ore complexes

Zn, Cu, Ag, Au

Hg, As, S (as SO), Sb, Se, Cd,


Ba, F, Bi
As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi,

Precious Metal Vein

Au, Ag

Skarn Deposits

Mo, Zn, Cu

B, Au, Ag, Fe, Be

Uranium (sandstone)

Se, Mo, V, Rn, He, Cu, Pb

Uranium (Vein)

Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni, Pb, F

Ultramafic OreBodies

Pt, Cr, Ni

Cu, Co, Pd

Fluorspar veins

Y, Zn, Rh, Hg, Ba

berasosiasi dengan tubuh bijih

Co, Se, TI

unsurunsur
arget dan
unsurunsur
petunjuk
yang

Urutan kegiatan eksplorasi geokimia menurut Peters (1978) secara umum terdiri dari :
a.

Seleksi metode, unsur-unsur yang dicari , sensivitas dan ketelitian yang


diinginkan , serta pola sampling.

b.

Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dengan mengecek


contoh-contoh secara umum dan kedalaman contoh tersebut untuk menentukan
level yang dapat diyakini dan untuk mengevaluasi faktor bising (noise).

c.

Analisis contoh,, dilapangan dan dilaboratorium dengan analisis cek yang


dibuat pada beberapa metode.

d.

Melakuan uji statistik dan uuji evaluasi dari data, sering berkaitan dengan
ketersediaan geologi dan geofisika.

e.

Konfirmasi anmali semu, sampling lanjutan, serta analisis dan evaluasi pada
area yang lebih menggunakan interval sampling yang lebih rapat dan penam
bahan metode geokimia.

f.

Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang dan


penambahan analisis contoh-contoh yang telah ada.

2.2.3. Eksplorasi Geofisika


Informasi geofisika diinterpretasikan berkaitan dengan pola-pola geologi seperti
jenis batuan, struktur, urutan stratigrafi, mineralisasi bijih. Metode geofisika yang
digunakan pada tahapan awal eksplorasi (prospeksi) biasanya dengan pesawat
untuk mencakup kenampakan geologi pada area yang luas dan pada tahap yang
lebih detail dilanjutan dengan pengukuran geofisika dipermukaan, maupun pada
lubang bor (logging). Metode geofisika bekerja berdasarkan kondisi atau sifat fisik
bawah permukaan bumi. Beberapa metode yang sering digunakan dalam kegiatan
eksplorasi kegiatan eksplorasi bahan galian tambang adalah elektromagnetik,
geolistrik, magnetik-gravitasi, dan seismik. Metode-metode tersebutdipilih dan
digunakan berdasarkan target yang hendak diukur.
Eksplorasi geofisika dilakukan berdasarkan kontras atau perbedaan sifat fisik dari
batuan, mineral dan endapan bijih yang akan diukur. Secara umum metode
geofisika dibagi menjadi dua yaitu;
a.

Survey aktif adalah pengukuran variasi spasial respon material penyusun


bumi dibawah permukaan terhadap suatu sinyal yang dipancarkan kedalam
bumi. Survey ini meliputi metode geolistrik, elektromagnetik, dan seismik
yang dilakukan dengan memberikan gangguan berupa arus listrik atau
getaran ke bawah permukaan.

b.

Survey pasif adalah pengukuran variasi spasial sifat-sifat fisika natural


material penyusun bumi dibawah permukaan. Survey ini meliputi mtode
magnetik , gaya berat , radioaktif yang dilakukan dengan mendeteksi
anomali-anomali dialam.

Sinyal-sinyal yang diukur oleh peralatan geofisika bisa menunjukkan adanya anomali
yang merefleksikan konsentrasi dan distribusi batuan atau mineral abnormal dari
background (Santoso:2002). Namun, sinyal tersebut bisa juga terganggu oleh bising
(noise) yang disebabkan oleh alat atau faktor-faktor lingkungan luar. Anomali
merupakan fungsi dari:
a.

Kontras dari sifat fisik anatara background dan anomali material

b.

Ukuran dan bentuk benda geologi yang menyebabkan anomali.

c.

Kedalaman dari anomali yang sebenarnya, atau jarak antara lokasi

pengukuran yang diambil terhadap benda anomali.


2.2.3.1. Survey Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan
dibuat dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan
bumi dan kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui
kecepatan rambatan getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik
ledakan dipasang alat penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofongeofon yang dipasang secara teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau
refraksi. Dengan mengetahui waktu ledakan dan waktu kedatangan gelombanggelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan rambatan waktu getaran melalui
perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa permukaan
dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang berbeda pada
batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang
dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1.

Jenis batuan

2.

Derajat pelapukan

3.

Derajat pergerakan

4.

Tekanan

5.

Porositas (kadar air)

6.

Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

2.2.3.2. Survey gravitasi


Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah
satu benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul
digantung dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat
bandulnya mengalami gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi
kecil dan di tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar.
Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya
nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi dari suatu daerah penyelidikan.

Secara teknis, survei gaya tersebut mengukur perbedaan medan gravitasi dari satu titik
terhadap titik pengamatan lainnya. Suatu sumber yang merupakan satu zona massa di
bawah permukaan akan menyebabkan satu gangguan dalam medan gravitasi yang
disebut dengan anomali gaya berat. Kontras medan gaya berat tersebut relatif kecil
sehingga diperlukan alat ukur yang memiliki ketelitian cukup tinggi. Pada dasarnya
metode tersebut digunakan karena kemampuannya membedakan densitas dari satu
sumber anomali terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dari kontras densitas
diharapkan dapat diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu daerah. Metode
gaya berat banyak digunakan pada tahap eksplorasi pendahuluan baik untuk eksplorasi
minyak bumi maupun mineral.
Percepatan gaya berat rata-rata di permukaan bumi sebesar 983 cm/det2, dan variasi
gaya berat di setiap titik permukaan bumi dipengaruhi oleh :
a. lintang, dikarenakan ketidakteraturan bentuk bumi dan variasi gaya sentrifugal
dari ekuator menuju kutub bumi,
b.

pasang naik-surut air laut,

c.

perbedaan elevasi atau ketinggian,

Gaya berat diukur dalam Milligal (mGal, 1 mGal = 0,001 cm/det2) dengan gravimeter
yang bekerjanya mirip dengan kesetimbangan sensitif dan dapat mengukur perbedaan
nilai yang lebih kecil dari 0,01 mGal. Nilai densitas rata-rata kerak bumi bagian atas
mendekati 2,67 g/cm3, dan rentang densitas material geologi adalah 2,0 g/cm3 untuk
tanah dan 4,0 g/cm3 untuk sulfida masif atau endapan bijih besi .

()
Pengukuran gaya berat harus dikoreksi terhadap lintang dan efek topografi lokal.
Anomali gaya berat yang terukur oleh gravimeter disebut dengan anomali Bouguer.
Data ditampilkan sebagai profil gaya berat dan peta kontur yang membatasi harga
anomali tertentu, misalnya gaya berat yang tinggi untuk batuan yang berat atau endapan
bijih, sedangkan gaya berat yang rendah ditunjukkan misalnya oleh endapan aluvial atau
kubah garam. Anomali gaya berat tergantung pada beberapa faktor termasuk kontras
densitas, ukuran dan bentuk badan anomali, serta kedalaman sehingga dapat
menimbulkan berbagai interpretasi.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu
suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar torsion
balance, maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil
dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi
bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan
kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat,
mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan
sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun tertutup oleh endapan aluvial,
sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.

2.2.3.2. Survey Magnetik


Survei ini bertujuan untuk mengukur intensitas medan magnetik bumi. Deviasi lokal
dari medan tersebut disebabkan oleh kehadiran batuan dan mineral yang bersifat
magnetik atau magnetismenya diinduksi oleh medan magnet bumi. Mineral yang paling
berkaitan dalam survei ini adalah magnetit, tetapi dalam beberapa kasus terdapat
kehadiran ilmenit, hematit atau pirotit. Magnetisme alami atau remanen yang terdapat
dalam mineral saat formasinya, umumnya lebih lemah daripada magnetisme yang
diinduksi oleh medan magnetik bumi. Tingkat induksi diukur oleh suseptibilitas
magnetik mineral atau batuan yang mengandung mineral-mineral tersebut.
Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi
sebagai berikut :
-

Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai

Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan

- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
-

Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam
jumlah cukup

- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.
2. 2. 3. 3. Survey Listrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang
dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan
sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari
ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode)
disingkat C, dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul
karena arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau potential electode

disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua
diantaranya banyak yang dipakai adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.
2. 2. 3. 4. Geofisika Well-Logging
Geofisika Well-Logging adalahmetode pengukuran data geologi bawah permukaan
dengan menggunakan suatu alat (probe) yang dapat diturunkan kedalam lubang bor
untuk dapat mendeteksi sifat fisika batuan yang dilaluinya. Alat-alat well-logging
terutama digunakan untuk mengukur resitivitas batuan dan voltase natural , kecepatan
gelombang seismik , dan sifat radioaktif. Kadang pula digunakan alat khusus unntuk
mengukur variasi gravitasi , magnetisme dan temperatur. Alat-alat well logging
menghasilkan suatu grafik kontinyu yang menunjukkan sifat-sifat fisik bilamana
berbagai detektor digerakkan dalam lubang bor. Well logging dilakukan pada sebagian
besar sumur minyak, sumur eksplorasi tambang, dan beberapa sumur air.
2.3 Metode Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung adalah kegiatan eksplorasi yang dilakukan melalui konta
visual dan fisik secara langsung denga kondisi permukaan/bawah prmukaan pada daerah
target yang teridentifikasi mengandung endapan yang dicari. Metode eksplorasi
langsung bisa dilakukan pada semua tahapan eksplorasi.
3.3.1. Pemetaan Singkapan
Pemetaan singkapan adalah proses pengamatan dan pengukuran data geologi,
pencatatan, pengeplotan dan sampling dari sejumlah singkapan yang ditemukan
dilapangan. Data geologi yang diperoleh, dianalisa dan diinterpretasi kemudian dibuat
menjadi suatu peta geologisesuai dengan peruntukan dan tingkat ketelitian yang
diperlukan
2.3.2. Tracing Float
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan
bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini
ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini
banyak terdapat pada aliran sungai-sungai
Tracing (penjejakan perunutan) float ini

pada

dasarnya

merupakan

kegiatan

pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d

boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahanpecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di
bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat
ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas,

ukuran,

dan

bentuk

butiran float yang

mengandung

mineralisasi

(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap
sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau
limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.

()
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran
kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk materialmaterial yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan
pendulangan ini mirip dengan tracing float.
Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :

Peta jaringan sungai.

Titik-titik (lokasi) pengambilan float.

Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.

Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.

Lokasi dimana float mulai hilang.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float
telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah
dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut
hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching)
dan uji sumuran (test pitting).
2.3.3 Paritan (Trenching)
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan
atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada pengamatan (observasi)
singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah
relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang
diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan,
karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.

()

Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan
arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona
bijih tersebut dapat diketahui..

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :

Terbatas pada overburden yang tipis,

Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau

dengan menggunakan eksavator/back hoe),


Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,

sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).


2.3.4 Sumur Uji (Test Pit)
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian
kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika
dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series)
sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan
dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan

kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan
lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai
lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus
keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa
urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual),

pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona
tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal
masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk
endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan kedalaman
bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau
residual kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan
dasar.
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

ketebalan horizon B (zona laterit/residual),

ketinggian muka airtanah,

kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),

kekuatan dinding lubangan kekerasan batuan

BAB 3
SAMPLING
3.1 Konsep sampling
Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari
keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi
atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik
dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat
mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan
kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan,
formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut disebut
sampling (pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan
(tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
a. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada
zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan
batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
b. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi
juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh
informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan
metode penambangan.
c. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan
control kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja
yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
a. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
b. ahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
c. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),

d. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan kondisi


e.

batuan induk.
Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :


a. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
b. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam conto.
c. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
d.

(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.


Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang representatif.

Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan karakteristik


endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan akan
berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan untuk
tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada endapan berbentuk urat
- Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
- Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga diperlukan
-

sample dengan volume yang besar agar representatif.


Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan dengan

bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.


Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek
dilution pada batuan samping, sehingga batuan samping perlu dilakukan

sampling.
Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
padabatuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang), sehingga

dalamsampling perlu dicari dan ditentukan batas vein yang jelas.


Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak/tidak beraturan)
dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan sampling dengan interval yang
rapat.

Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit

dikontrol.
Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena

pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.


b. Pada endapan stratiform
Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar yang
terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi (litofasies),
dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau
bentukbentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe
endapan ini yang berhubungan dengan metode sampling antara lain
- Mempuyai ketebalan yang cukup besar
- Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat,
-

sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.


Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi, namun
kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme,

atau berbentuk urat.


Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh

perubahan dalam interval sampling.


Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir halus
dan kemudian berpengaruh pada besar volume material yang dilakukan

sampling.
Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran conto

akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau nugget effect.


Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat

menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.


- Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).
c. Pada endapan sedimen
Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash, gipsum,
dan garam, yang mempunyai karakteristik :
- Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.
- Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat gradual.
- Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting dalam
-

batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per ply.


Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual, sehingga
anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih awal (washout,

sesar, perlipatan, dll.), sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan


-

dengan variasi yang ada.


Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan interval
teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika relatif

homogen dapat dilakukan secara komposit.


d. Pada endapan porfiri
Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan adalah:
- Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih diprioritaskan
-

dengan pemboran inti (diamond atau percussion).


Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang rendah
dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan conto dalam jumlah
(volume) yang besar, sehingga kadang-kadang dilakukan sampling melalui

winze percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.


Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang beragam,
seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure, sehingga perlu

mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode sampling.


Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan supergen,

Dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.


Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering terkonsentrasi
sepanjang sistem kekar sehingga penentuan orientasi sampling dan

pemboran perlu diperhatikan dengan seksama.


Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu diperhatikan

dan direkam sepanjang proses sampling.


Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan batuan,
sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat membantu dalam
informasi fragmentasi batuan nantinya.

3.2 Grab sampling


Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara
mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik di alam
maupun dari suatu tumpukan)yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi
yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang
cukup besar. Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini
antara lain :

a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran


umum kadar.
b. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi material,
dengan tujuan pengecekan kualitas.
c. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
3.3 Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara mengambil
material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada semua fase
kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi
penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok
atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi
dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu proses pengolahan.
Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini
adalah dalam
pengambilan conto dengan sumur uji (lihat Gambar 6.5).
3.4 Chip sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
(dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu
atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan
batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir, jumlah,
maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat
kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika
ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyakdaripada fragmen yang low
grade.
3.5 Channel sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur

(channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur


tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara
horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan (Gambar 6.6 dan 6.7).

Gambar 6.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)

Gambar 6.7 Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier
et al., 1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmenfragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (subchannel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
a. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada

pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual (lihat
Gambar 6.8, 6.9, dan 6.10).
b. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh
variasi (distribusi) zona mineralisasi.
c. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu
analisis kadar atau dibuat komposit.
d. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal
seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
-

Pada urat bijih, dapat


dibuat sub-channel (1, 2,
3, 4, 5) yang ditujukan
untuk mengetahu ebar

bijih (kadar).
Sub-channel 1, 4, & 5
diperkirakan merupakan

zona batas urat (alterasi).


Sub-channel 2 & 3
diperkirakan merupakan
bidang urat high

grade.
Dapat dibuat kombinasikombinasi untuk analisis,
seperti komposit 1 s/d 5,
atau komposit 1,4, & 5,
atau komposit 2 & 3, atau
dianalisis tunggal untuk
masing-masing
subchannel.

pada urat bijih, dapat


dibuat sub channel
(P1,P2, dan P3) yang
ditujukan untuk
mengetahui lebar bijih

(kadar) saja.
Dapat dilakukan juga
pengambilan conto pada
keseluruhan lebar urat
(bijih dan pengotornya)
dengan tujuan
memperoleh kadar
keseluruhan badan bijih.

Gambar 6.8 Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi berupa urat (Dimodifikasi
dari Annels, 1991)
Terlihat bahwa sub-channel yang dibuat
ada tiga, yaitu A, B, dan C selebar a, b,
dan c.
Sedangkan ketebalan urat yang
sebenarnya adalah a, b, dan c, yang
merupakan proyeksi interval channel
terhadap kemiringan urat.

Gambar 6.9 Sketsa pembuatan channel pada bukaan stope untuk mineralisasi berupa
urat (Annels, 1991)

Channel sampling pada sumur uji


-

Channel sampling dapat

dilakukan dinding sumur uji.


Channel sampling memotong

tegak lurus bidang perlapisan.


Secara vertikal, dapat dibuat
subchannel sesuai kebutuhan.

Gambar 6.10 Sketsa pembuatan channel pada sumur uji untuk endapan berlapis.
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur
adalah sebagai berikut :
a. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
b. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
c. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal
sebenarnya).
d. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau
lokasi sub-channel.
e. Tanggal pengambilan dan identitas conto
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan) dalam
pengambilan conto adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.


Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).
Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.
Deskripsi litologi atau batuan samping.
Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.

3.6 Preparasi conto


Setelah conto diperoleh, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan assay
(analisis kadar). Karena yang dianalisis tersebut hanya sebagian kecil dari conto, maka
diperlukan preparasi (persiapan) conto, agar bagian conto yang dianalisis masih
representative terhadap kondisi yang sebenarnya. Namun secara umum, ukuran conto
dapat berpengaruh terhadap hasil analisis, sehingga biasanya analisis dilakukan

sedikitnya pada 2 (dua) laboratorium yang berbeda, dan sebagian conto lagi disimpan
sebagai dokumentasi (lihat Gambar 6.11).
Pengurangan conto (reduksi sampel) sebaiknya dilakukan setelah pengurangan ukuran
partikel, atau dengan kata lain proses pembagian (split) conto dilakukan pada fraksi
ukuran yang telah seragam. Secara teoritis, pengurangan bobot conto dapat mengikuti
persamaan berikut (Carras op cit. Annels, 1997) :
dimana :

RW = berat conto yang dikurangi


OW = berat conto awal
D1 = diameter partikel yang dikurangi
D2 = diameter partikel awal

Gambar 6.11 Prosedur umum (coning & quartering) preparasi conto untuk analisis

laboratorium dan dokumentasi (Chaussier et al., 1987)


Formula ini hanya dapat diterapkan pada conto yang telah mempunyai ukuran relative
seragam. Jika distribusi tidak homogen, maka ukuran conto harus dikurangi sampai
dengan didapatkan ukuran yang paling ekonomis (secara kadar). Sebagai ilustrasi dapat
dilihat contoh hasil assay pada beberapa kondisi ukuran (Tabel 6.1). Prosedur umum
dalam proses reduksi ukuran conto dapat dilihat pada Gambar 6.12.
Tabel 6.1 Hasil analisis pada masing-masing tahapan reduksi ukuran conto (Chaussier et
al., 1987)

Gambar 6.12 Prosedur umum proses pengecilan ukuran (Chaussier et al., 1987)
Setelah ukuran dari conto terdistribusi pada fraksi yang seragam, kemudian dilakukan
pengurangan (reduksi) bobot/jumlah conto. Metode reduksi yang umum digunakan
adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting dapat dilihat pada Gambar 6.13
dan metode quartering dapat dilihat pada Gambar 6.14.

Gambar 6.13 Reduksi jumlah conto dengan metode splitting (Chaussier et al., 1987)

Gambar 6.14 Reduksi jumlah conto dengan metode quartering (Chaussier et al., 1987)
3.7 Penentuan kadar conto
Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan kadar rata-rata dari
lokasi pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar dengan menggunakan
pembobotan kadar. Secara umum ada 2 (dua) metode pembobotan dalam penentuan
kadar, yaitu :
a. Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval pengambilan
conto seragam dan homogenitas dari masing-masing interval diasumsikan tinggi
(besar)
b. Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG (specific gravity),
jikainterval pengambilan conto tidak seragam dan diasumsikan bahwa
karakteristikmaterial pada masing-masing interval tidak sama (bervariasi).

Pembobotan aritmetik sederhana


a. hitungan kadar rata-rata yang sederhana,
b. endapan homogen (variasi kecil), dan
c. ukuran blok dan interval sampling seragam,
Persamaan :

Pembobotan lebar-panjang
Jika semua blok mempunyai luas dan SG relatif sama (seragam)
Persamaan :

Pembobotan luas Jika semua blok mempunyai ketebalan dan SG relatif sama (seragam)
Persamaan :

Pembobotan volume Jika semua blok mempunyai SG relatif sama (seragam)


Persamaan :

Pembobotan tonase Jika semua blok mempunyai tonase yang berbeda-beda


Persamaan:

Untuk penyederhanaan, masing-masing pembobotan (weighting) dapat ditentukan


terlebih dahulu, sehingga membentuk persamaan linier dalam penentuan kadar rata-rata.
Contoh :
Pembobotan dengan tebal dan SG Interval Tebal SG Kadar

Maka :

Dapat ditulis kembali :


k W1.k1 W2.k 2 W3.k 3
Disini Wi disebut sebagai faktor pembobot.

BAB 4
PEMBORAN EKSPLORASI

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan
kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika
kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan
sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara
menyeluruh.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan
direncanakan dengan baik adalah :
-

Kondisi geologi dan topografi,


Tipe pemboran yang akan digunakan,
Spasi pemboran,
Waktu pemboran, dan
Pelaksana (kontraktor) pemboran.

Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :
-

Juru bor,
Peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,
Alat transportasi,
Konstruksi peralatan pemboran, dll.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :


-

Tujuan (open hole coring),


Topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),
Litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor),
Biaya dan waktu yang tersedia, serta
Peralatan dan keterampilan.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :


-

Identifikasi struktur geologi,


Sifat fisik batuan samping dan badan bijih,
Mineralogi batuan samping dan badan bijih,
Geometri endapan,
Sampling, dll.

Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling,
percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary drilling

terdapat tiga macam penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table, dan
top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja secara mekanik (dengan
bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan umumnya berupa
tricone bit untuk pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit untuk
pemboran inti (coring). Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi
pemboran dapat berupa udara, air, lumpur atau campuran air dan lumpur. Fluida bor
pada umumnya berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor, (b) pelumas, (c) mengangkat
sludge ke atas, (d) melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.
4.1. Perencanaan dan Pola Pemboran
Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi letak dan ketebalan
targetyang akan dibor berdasarkan pada informasi/data permukaan yang diperoleh.
Dengan melakukan pemboran, maka dapat dievaluasi kembali konsep dan prediksi
geologi (interpretasi) yang telah ada sebelumnya.
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona
mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan
disseminated. Namun demikian kondisi lubang bor yang cenderung miring atau curam
biasanya digunakan untuk target endapan yang mempunyai kemiringan yang besar,
dengan tujuan agar dapat menembus zona mineralisasi pada sudut 90 derajat (relatif
tegak lurus). Selain itu dari pemboran juga diharapkan dapat diketahui batas-batas zona
pelapukan, zona oksidasi, atau zona bijih (batuan dasar).

Gambar Layout Penampang Pemboran

4.1.1. Pola Pemboran


Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa endapan dan
juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan.
Metode pemboran yang akan digunakan bergantung kepada akses permukaan. Pada
daerah yang tidak mengalami kendala akses pola pemboran yang digunakan adalah
persegi panjang dengan bentuk teratur. Lubang bor pertama digunakan untuk proyeksi
dip dari anomali bawah permukaan atau interpretasi pusat anomali geofisika (atau
anomali geokimia) di bawah permukaan.
Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari sejumlah lubang bor pada
daerah target. Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target, atau
pengalaman sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dan dari sejumlah kegiatan
pemboran di lokasi tersebut. Lokasi pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya
didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama. Jika pemboran pada lubang
pertama tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka daerah target lain harus
dicoba.
Suatu endapan paling tidak sudah didefinisikan arah kemenerusan dan zona
mineralisasinya. Spasi antar lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan
kemenerusannya. Contoh kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama digunakan
untuk mengidentifikasikan struktur, dan tidak banyak digunakan untuk penentuan kadar
karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan sampel bawah permukaan.
Tipe spasi untuk endapan urat adalah 2550 m sedangkan untuk endapan stratiform
spasinya antara 100 m sampai beberapa ratus meter.
Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada
tahap pengenalan dimana seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tsb
maka lubang bor pertama dapat digunakan untuk orientasi. Untuk eksplorasi endapan
uranium, batubara dan borat lubang pengamatan dapat dibuat pada jarak 10 km dari
formasi sedimen yang diamati. Lubang berikutnya terletak beberapa km dari target
dengan spasi 100200 m. Namun demikian spasi pemboran dapat juga ditentukan dari
peta geologi, geokimia, geofisika dan hasil geostatistik. Penentuan pola pemboran
secara normal dilakukan dengan grid yang teratur pada suatu zona mineralisasi. Hal ini
akan memberikan data statistik yang baik dan penampang geologi dengan proyeksi
minimum. Pagaran sangat baik dibuat pada jarak 200400 m dengan interval lubang

antara 100200 m sehingga memberikan ruang untuk pengisian kembali. Letak lubang
khusus sangat penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku terhadap arah
kemiringan rata-rata.
Sebelum membor sebuah lubang, disarankan untuk membuat penampang memanjang
hal ini bertujuan untuk deviasi lubang jika memungkinkan. Pemboran sangat mahal dan
memerlukan waktu yang banyak dalam kegiatan eksplorasi karena obyeknya adalah
jumlah lubang yang pasti dan dilengkapi dengan data kadar dan tonase tiap level dari
zona mineralisasi. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perhitungan cadangan
adalah zona pengaruh tiap conto belum dapat diketahui sampai setengah perkerjaans
elesai.
Sebagai contoh, pada gambar dapat dilihat beberapa tahapan pemboran berdasarkan
anoaoli geokimia :
-

Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan) adanya

zona mineralisasi (secara vertikal) pada pusat anomali.


Selanjutnya pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan kemenerusan

zona mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).


Sedangkan titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan untuk
melihat kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari hasil pemboran pada

titik ke-1 dan ke-2.


Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk mengetahui

kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada titik bor ke-3.


Dan selanjutnya dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang ditujukan
untuk mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya, dan seterusnya dengan
pola yang sama sampai diperkirakan zona mineralisasi telah tercakup secara
keseluruhan.

Gambar layout pemboran berdasarkan anomali permukaan.

Gambar sketsa suatu hasil pemboran dalam penentuan badan bijih suatu endapan
4.1.2. Monitoring Kegiatan Pemboran
Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama pemboran sangat penting
dalam rangka pengontrolan harga/biaya. Pada tahap awal dari pemboran dibutuhkan
seorang engineer disamping alat bor sehingga kegiatan pemboran dapat berjalan dengan
cepat.
Contoh :
-

Jika menggunakan percussive drilling maka ahli geologi bertugas untuk

melakukan observasi atau pengamatan material yang keluar dari lubang bor.
Pada pemboran dengan diamond drilling maka pengamatan dilakukan dua kali
sehari untuk menganalisis inti bor, membuat log awal, dan memutuskan lokasi
lubang bor berikutnya.

Disamping penggunaan core log secara detail, logging geofisika juga sering digunakan.
Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan diplot pada grafik log
sesegera mungkin setelah data diperoleh. Data ini umumnya diperoleh dari kepingan
material yang dibor yang biasanya menyatu dengan permukaan alat bor. Informasi
mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian tetapi lokasi dan kedudukan
mineralisasi harus segera diplot pada log litologi.
Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan stratigrafi dari suatu zona
mineralisasi. Adanya pengambilan asumsi pada saat interpretasi pemboran sering tidak
dapat dilokalisasi sampai adanya data yang valid tentang kondisi bawah permukaan.
Contoh dapat dilihat pada Gambar dimana terdapat tiga interpretasi yang berbeda dari
data yang ada.

Gambar perbedaan interpretasi hasil pemboran

4.1.3. Keputusan Pemboran di Akhiri


Salah satu keputusan yang paling sulit dalam kegiatan pemboran adalah memutuskan
kapan pemboran tersebut diakhiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengambil keputusan adalah :
-

Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.


Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu dalam.
Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona mineralisasi yang
ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan cadangan

menunjukkan bahwa endapan tersebut terlalu kecil dibanding yang diinginkan.


Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
Biaya pemboran sudah habis.

Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun demikian penyebab
anomali permukaan atau bawah permukaan yang menentukan letak lubang bor tidak
dapat dihindari. Langkah kedua lebih sulit dan dalam hal ini kemungkinan mineralisasi
kadar tinggi harus dapat dieliminasi. Adanya beberapa perpotongan pada saat prospeksi
memberikan gambaran bahwa proses penentuan kadar yang ekonomis berlaku tetapi
tidak pada skala yang memungkinkan dalam suatu endapan yang besar. Adanya kadar
mineralisasi yang tinggi sering menghasilkan beberapa tahap pemboran untuk menguji
semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.
d. Kontrak pemboran
Pemboran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sendiri atau dengan
mengontrak perusahaan/konsultan pemboran. Permasalahan menyangkut kondisi
pemboran, jumlah lubang yang diminta, dan harga akan dijelaskan dalam surat kontrak.
Tujuan pemboran adalah untuk memperoleh data yang representatif dari target yang ada
dengan biaya yang tersedia. Konsekuensinya pemilihan alat bor sangat penting dan
bergantung kepada pemimpin proyek. Disamping kondisi pemboran yang harus
diperhatikan kita juga harus dapat membandingkan beberapa metode pemboran yang
berbeda sebelum kegiatan lain dilakukan.
Beberapa hal penting dari kontrak pemboran adalah :
-

Mobilisasi dan transportasi peralatan ke lokasi bor.


Tatanan lokasi dan pergerakan antar tiap lubang bor.
Harga satuan tiap meter lubang yang akan dibor.
Perolehan inti bor (%) jika digunakan pemboran inti.
Biaya konstruksi lubang (penyemenan, casing dan survei).
Pengangkutan dan mobilisasi kembali peralatan bor.

Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail didalam kontrak. Dalam hal
pembayaran tenaga kerja juru bor biasanya dibayar per shift dan sesuai dengan
kedalaman lubang yang dibor, sedangkan wellsite geologist dibayar sesuai dengan
perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi sampai target tercapai.
4.2. Jenis-Jenis Metode Pemboran
Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu dalam eksplorasi, jika
kondisi dimana dana tidak mencukupi maka kita dapat menggunakan metode pemboran

yang agak murah seperti auger, rotary atau percussive drilling, namun kekurangannya
adalah kualitas samplingnya kurang baik dengan kemungkinan terjadinya percampuran
material pada level yang berbeda dapat terjadi. Untuk pemboran yang lebih mahal
biasanya menggunakan metode sirkulasi balik atau dengan diamond drilling. Pada
prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil pada
suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh
data yang representatif.
4.2.1. Pemboran auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk membawa
material halus ke permukaan, biasanya digunakan untuk endapan plaser. Kelebihan alat
bor ini adalah dapat digunakan untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak praktis.
Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman 60 m tapi biasanya cukup sampai 30 m.
Pada tanah yang halus pemboran dengan auger biasanya cepat sehingga conto yang
keluar harus dapat diorganisasikan dengan baik. Auger adalah bor ringan dan tidak
cocok digunakan untuk tanah atau material yang keras dan berbongkah.
4.2.2. Rotary drilling
Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak sebanding jika pemboran
dilakukan pada batuan dengan kekerasan halus-sedang seperti batugamping atau
batulumpur. Tipe mata bor (bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau
roller rock bit yang ditutupi oleh tungsten karbida. Potongan atau kepingan batuan akan
ditekan keluar oleh fluida bor yang rata-rata kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini
biasanya digunakan oleh industri minyak dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan
kedalaman ratusan sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa lumpur.
4.2.3 Percussive drilling
Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan ukurannya bervariasi dari
kecil (bor tangan) sampai alat bor besar dengan rata-rata kedalaman pemboran ratusan
meter. Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :
Down-the-hole hammer drills
Alat bor jenis ini biasanya diletakkan lebih rendah dari lubang sampai batas akhir dari
stang bor dan digunakan untuk pemboran non-coring. Lubang dengan diameter sampai
20 cm dan tekanan kedalaman sampai 200 m masih mungkin, tetapi biasanya
kedalaman yang efisien antara 100150 m. Cutting bor ditekan keluar oleh kompresor

udara. Pada tanah yang basah daya angkat yang dihasilkan oleh ompresor dapat menjadi
tidak teratur.
Top hammer drills
Sesuai dengan namanya jenis bor ini memiliki alat tumbuk yang diletakkan di bagian
atas dari stang bor. Energi untuk pemboran non-coring ini dialirkan lewat stang bor, alat
ini lebih baik dari Down-the-hole hammer drills dan biasanya digunakan untuk lubang
dengan diameter 10 cm dan kedalaman lebih dari 100 m, tapi biasanya 20 m. Percussive
drilling adalah metode yang paling cepat dan murah namun sering terjadi data tidak
lengkap dibanding dengan diamond drilling.
4.2.4.Reverse circulation
Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada pertengahan tahun 70-an dan
biasanya digunakan untuk material sedimen yang tidak terkonsolidasi seperti pada
endapan aluvial. Air atau udara dapat digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau
sludge dapat diperoleh semua. Media fluida dialirkan ke sludge lewat dua dinding pada
stang bor dan kembali ke permukaan lewat pusat stang bor. Pada percussive drilling
kepingan batuan juga tertransport ke permukaan lewat tengah stang bor kemudian
menuju ke cyclon dimana disana ditampung conto bor. Kegunaan alat bor ini adalah
untuk mengumpulkan kepingan batuan lebih dari auger, rotary atau percussive drilling.
Conto dapat dikumpulkan dengan cepat dan kadar kontaminasinya sedikit.
Skema dari beberapa metode pemboran yaitu diamond core, reverse circulation, dan
rotary drlling ditunjukkan pada Gambar

4.3 Pemboran inti


Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target dengan diamond bit atau
impregnated bit. Hal ini mengakibatkan conto yang diperoleh pada tabung dalam (inner
tube) dari core barrel berbentuk silinder. Mata bor dan core barrel dihubungkan ke
permukaan dengan tali baja yang juga digunakan untuk menurunkan mata bor dan core
barrel ke dalam lubang.
4.3.1. Drill bit
Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan kadar intan tanpa semen
metalik yang memiliki karatan tertentu. Pada umumnya keseluruhan mata bor ini
digunakan untuk batuan yang sangat keras seperti rijang, sedangkan mata bor intan
tunggal digunakan untuk batuan yang lebih halus seperti batugamping. Diamond bit
dapat digunakan untuk batuan tertentu tetapi karena harganya yang sangat mahal maka
perlu pengalaman dan pemilihan lokasi yang tepat dalam penggunaannya.
4.3.2. Core barrel
Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian didorong ke core barrel oleh
perputaran tabung. Core barrel dapat diklasifikasikan sesuai panjang inti bor yang
ditampung biasanya 1,53 m namun dapat pula mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua
tabung dimana tabung luar untuk menangkap inti bor dan tabung dalam dalam posisi
tidak berputar. Triple-tube dapat digunakan untuk tanah yang kurang baik selanjutnya

inti bor dapat diangkat dengan menggunakan tali pada stang bor ke permukaan.
4.3.3. Sirkulasi
Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan untuk mencuci
sludge, permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat celah antara antara
dinding lubang bor dan stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk memberi pelumasan
pada mata bor, mendinginkannya dan melepaskan hancuran batuan yang menempel
pada permukaan mata bor. Air dapat dikombinasikan dengan lempung atau bahan aditif
lainnya untuk memberikan daya angkat bagi material yang dibor.
4.3.4. Casing
Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan permukaan lubang bor. Casing
dilengkapi dengan tabung baja sehingga tali baja dapat dioperasikan dengan aman.
Casing dan mata bor telah seukuran sehingga ukuran yang lebih kecil dari itu (diameter
kecil) akan melewati ukuran besar pada lubang yang akan dibor.
e. Kecepatan dan biaya pemboran
Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya memiliki kapasitas
sampai 2000 m dan dapat diletakan horisontal atau vertikal. Rata-rata penggunaannya
bergantung kepada tipe alat bor, mata bor, diameter lubang, tipe batuan, kedalaman dan
keahlian juru bor. Seorang juru bor harus mempertimbangkan berapa besar volume
fluida yang akan digunakan, besar tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan
putaran dan pemilihan mata bor yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku
untuk menentukan faktor kritis penggunaan mata bor jika kita menginginkan optimasi
pemboran yang efisien. Pemboran sampai kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi
bergantung kepada kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi batuan
yang dibor.

Beberapa permasalahan (kendala) yang muncul dalam pemboran dapat dilihat pada
Tabel

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN).1997. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan


Batubara. Rancangan Standar Nasional Indonesia
Balfas, Muhammad Dahlan. 2015. Geologi Untuk Pertambangan Umum. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Koesoemadinata R.P.2012.GL 451 Geologi Eksplorasi.ITB:Bandung
Marjoribanks, R. 2010. Geological Methods in Mineral Exploration and Mining (2nd
edition), Sringer-Verlag. Pert. Australia

Anda mungkin juga menyukai