Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL VI

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176

EVALUSI KINERJA
SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN (QKJ 01/02/03)
Mohamad Yahya, Dede Solehudin Fauzi
Pusat Reaktor Serba Guna Batan Serpong
Kawasan Puspiptek Gd. 31 Setu 15310 Tangerang Selatan

Abstrak
ANALISIS PENURUNAN KINERJA SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN. Sistem penyedia air
dingin berfungsi sebagai media pendingin pada sistem sirkulasi udara dari sistem ventilasi untuk daerah
radiasi menengah gedung reaktor RSG-GAS. Akibat dari penuaan, maka kinerja kinerja sistem penyedia air
dingin mengalami penurunan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui penyebab penurunan kinerja sistem
penyedia air dingin, sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai acuan pada program perawatan dan
perbaikan system ventilasi. Analisis yang telah dilakukan adalah membahas hasil-hasil pengukuran
parameter operasi pada sistem penyedia air dingin dan sistem sirkulasi udara. Disimpulkan bahwa
penyebab penurunan kinerja sistem penyedia air dingin adalah evaporator atau kondensor yang tidak bisa
beroperasi secara optimal.
Kata kunci : Penyedia air dingin

Abstract
ANALYSIS OF CHILLED PERFORMANCE DEGRADATION OF CHILLED WATER SUPPLY
SYSTEM. The chilled water supply system as media on the air circulation system of ventilation systems for
middle radiation level in the area of the RSG-GAS reactor building. As a result of aging, the performance of
shilled water supply system decreased. This analysis is to determine the cause of performance degradation in
the chilled water system. This data can be used as a reference in repairs and maintenance programs in the
ventilation system. The analysis has been done by discussing the results of operating parameters on the
chilled supply system and air circulation systems. It can be concluded that the cause of performance
degradation in the chilled water supply system is the evaporator and condenser which can not optimally.
Keyword : Chilled water system

PENDAHULUAN
Sistem penyedia air dingin (chilled water system)
adalah sistem yang berfungsi sebagai alat pendingin
air, selanjutnya air dingin yang dihasilkan
digunakan sebagai media pendingin pada sistem
sirkulasi udara yang merupakan bagian dari sistem
ventilasi untuk daerah radiasi menengah gedung
RSG. Sistem ventilasi daerah radiasi menengah
gedung reactor RSG meliputi balai operasi yang
dilayani oleh unit sirkulasi udara (Air Handling
Unit/AHU) KLA31, balai percobaan yang dilayani
M. Yahya, dkk

oleh AHU KLA32, ruang sistem bantu yang


dilayani oleh AHU KLA33 dan ruang pompa
primer yang dilayani oleh AHU KLA34. Sistem
penyedia air dingin dirancang dengan kapasitas
3x100 % masing-masing adalah unit penyedia air
dingin (Chilled Water Unit/CWU) QKJ01, QKJ02
dan QKJ03. Masing-masing CWU dilengkapi
dengan 2 buah kompresor, 1 buah evaporator dan 1
buah pompa sirkulasi air.
Karena faktor penuaan, kinerja CWU telah
mengalami penurunan sehingga untuk melayani
semua AHU yang ada diperlukan 2 CWU, hal ini
351

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
merupakan penurunan kapasitas CWU menjadi
3x50 %. Analisis penurunan kinerja sistem
penyedia air dingin bertujuan untuk mengetahui
penyebab penurunan kinerja sistem penyedia air
dingin sehingga dapat digunakan sebagai acuan
bagi program perawatan dan perbaikan. Analisis
dilakukan dengan cara pembahasan terhadap hasil
pengukuran parameter tekanan pada CWU dan
parameter suhu air pada AHU dengan
mengoperasikan 2 CWU untuk melayani semua
AHU yang ada.

Fasilitas moda pengoperasian (switch


selector) yang ada saat ini memungkinkan untuk
dapat mengkombinasikan antara 1 unit kompresor
semi hermetik (kompresor A) pada CWU QKJ01
dengan 1 unit kompresor semi hermetik (kompresor
B) pada CWU lain (contoh QKJ03). Berikut ini
diberikan tabel moda pengoperasian
(switch
selector position, lihat Tabel 1).
Tabel 1. Moda pengoperasian (switch selector
position)
Chiller Water Unit (CWU)
QKJ 01
QKJ 02
QKJ 03
A
B
A
B
A
B
1
2
3
4
5
6

Ket.

Off
Pos.

A
B
A/B
B/A
Keterangan

A1

DISKRIPSI
Sistem penyedia air dingin
Sistem penyedia air dingin (QKJ01/02/03) adalah
sistem yang menggunakan mesin refrijerasi sebagai
alat untuk memproses air dingin. Fluida pendingin
yang digunakan pada mesin refrijerasi adalah
refrijeran R22 (refrigerant, R22), kemudian
refrijeran mendinginkan air, dan selanjutnya air
dingin digunakan sebagai media pendingin pada
sistem-sistem lain, yaitu pada sistem ventilasi
daerah radiasi menengah (intermediate radiation
zone, IRZ), sistem purifikasi dan pendingin air
kolam penyimpanan bahan bakar bekas (FAK01)
dan sistem udara tekan (SCA02). Jenis mesin
refrijerasi yang digunakan adalah jenis pendingin
udara (air cooled type) dengan jenis kompresor
yang dapat dibongkar pasang tanpa merusak (semihermetic compressor type) dan penggerak/penghasil
tekanan
refrijerasi
menggunakan
torak
(reciprocating type).
Sistem penyedia air dingin QKJ01/02/03
ditinjau
dari
segi
pengoperasiannya
di
klasifikasikan sebagai sistem penyedia air dingin
yang tidak berhubungan dengan keselamatan (nonsafety related), hal ini didasarkan pada catu daya
listriknya. Jika catu daya listrik dari PT.PLN
padam maka sistem ini akan mati (off condition)
dan tidak ada pasokan catu daya darurat dari
generator. Fungsi utama sistem penyedia air dingin
adalah memasok air dingin sesuai kebutuhan yaitu
mendinginkan air dengan kondisi suhu air masuk
(tM ) sebesar (12 1)OC dan suhu air keluar (tK )
sebesar (6 1)OC.
Sistem terdiri dari 3 unit penyedia air
dingin(QKJ01/020/3, masing-masing unit memiliki
2 unit kompresor semi hermetik, 2 unit kondensor
dan 1 unit evaporator. Untuk keperluan sirkulasi air
dingin digunakan 1 unit pompa pada masingmasing CWU. Moda operasi CWU adalah 1 dari 3
atau dalam prosentasi pembebanan yang diterima
adalah 3 x 100%, dengan jenis siklus aliran tertutup
(close loop). Kapasitas beban pendingin CWU
adalah 3 x 230 kW (3 x 66 ton of refrigerant, TOR)
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

Moda Opr.

A3

B4

Off

Off

O
B6

Opr.

Off

Opr.
Off

Opr.

Keterangan tabel: A Kompresor A: operasi;


A/B Kompresor A/B: operasi,
dimana kompresor A sebagai tumpuan beban.
B Kompresor B: operasi;
B/A Kompresor B/A: operasi.
dimana kompresor B sebagai tumpuan beban
Catatan:
Kondisi sekarang, moda operasi dapat menjadi 2
dari 3 atau 2 x 50%. Hal ini dilakukan, bilamana:
ada kerusakan pada 1 (satu) unit kompresor semi
hermetik diantara 3 (unit) CWU, sehingga untuk
memenuhi jumlah beban pendingin yang tetap
dengan kemampuan CWU yang terbatas atau hanya
1 (satu) kompresor yang dapat di operasikan, maka
dengan mengkombinasikan 1 (satu) kompresor semi
hermetik pada 1 (satu) CWU dengan 1 (satu)
kompresor semi hermitik pada CWU yang lain.
Contoh:
CWU dari QKJ01 Kompresor A (A1) operasi di
kombinasikan dengan CWU dari QKJ03
Kompressor B (B6) dioperasikan.
Artinya:
2 (dua) unit CWU (QKJ01 & QKJ03) hanya dapat
mengoperasikan masing-masing 1 (satu) unit
kompresor (kompresor A1 & B1), akan sama
dengan mengoperasikan 1 (satu) unit CWU
(QKJ02) dengan 2 (dua) unit kompresor, yaitu: A3
& B4.
Dalam hal ini, pengertian sama dengan, adalah:
kemampuan untuk menerima beban pendingin
dengan satu satuan yang sama.
352

M. Yahya, dkk

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Distribusi Air Dingin (QKJ04)
Distribusi air dingin dari dan ke sistem CWU
menggunakan pompa sentrifugal (etabloc; end
suction volute type) dengan laju alir (QN) 80
m3/jam, head (H) 18 m daya (PN), sebesar: 5,5 kW
dan putaran (nN) sebesar:1450 min-1
Isi air keseluruhan, adalah sebanyak: 10.000
liter, untuk menjaga kualitas air maka pada air
pendingin ditambahkan bahan kimia pengendali
(inhibitor), yaitu: Nalco 121 dengan harga batas
atas didasarkan kepada kandungan nitrit (NO-2) di
dalam air, yaitu sebesar: 900 ppm (part per
million) dengan harga pH sebesar: 6,5 < pH 8,5.
Untuk mereratakan (menstabilkan) tekanan air di
sepanjang pipa distribusi digunakan tangki ekspansi
(expansion tank) dan dipasang sesudah pompa
sirkulasi atau sisi tekan pompa sirkulasi. Kapasitas
tangki adalah 800 liter air dengan tekanan operasi 7
bar (gauge) dan tekanan maksimum 10 bar (gauge),
sedangkan tekanan minimum air adalah sebesar 4
bar (gauge) atau QKJ04 CP002>4 bar, di dalam
tangki dipasang membran yang terbuat dari bahan
karet, dilengkapi dengan pentil (katup searah). Pada
membran karet di isi gas nitrogen (N2), dengan
tekanan sebesar 3 bar (gauge).Distribusi air dingin
dari CWU (lihat Gambar 1), adalah menggunakan
siklus tertutup maka pengendalian di titik beratkan
kepada tekanan (pressure gauge) air agar massa air
yang didinginkan setara dengan kemampuan beban
pendingin CWU, dampak yang ditimbulkan bila:
a) Tekanan air turun maka sebagian massa air akan
di isi oleh udara, akibatnya: massa air di dalam
pipa akan berkurang, sehingga beban pendingin

akan berkurang, jika kemampuan pendinginan


oleh CWU adalah tetap dampaknya adalah
frekuensi operasi per satuan waktu akan relatif
tinggi. Artinya semua komponen dari unit akan
mengalami beban berulang yang tinggi (cyclic
and residual load), maka komponen dari unit
akan cepat lelah (fatique damaged).
b) Tekanan air tetap (massa air tetap) tetapi beban
pendingin bertambah, sedangkan kemampuan
pendinginan oleh CWU adalah tetap, maka
frekuensi operasi per satuan waktu akan relatif
rendah, tetapi CWU beroperasi diatas batas
pembebanan nominal, akibatnya: semua
komponen dari unit akan terkondisikan dalam
pembebanan lebih. Artinya semua komponen
dari unit akan relatif cepat mencapai batas
tegangan mulur (ultimate stress by overload )
c) Tekanan air tetap (massa air tetap) tetapi beban
pendingin tetap, sedangkan kemampuan
pendinginan oleh CWU adalah tetap,
maka
frekuensi operasi per satuan waktu akan tetap,
dan CWU beroperasi
dalam
batas
pembebanan operasi normal , akibatnya semua
komponen dari unit akan terkondisikan dalam
pembebanan normal. Artinya semua komponen
dari
unit
akan
terkondisikan
dalam
pembebanan
normal,
maka
prakiraan
kegagalan/penggantian komponen dari unit
dalam batasan anjuran (yang dapat ditolerir).
Berikut disajikan dampak dari tekanan air, massa
air, beban pendingin dan kemampuan pendinginan
pada CWU (lihat Tabel 2)

Gambar 1. Distribusi air dingin sistem penyedia air dingin ke unit pengguna
M. Yahya, dkk

353

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Tabel 2. Dampak Massa Air, Beban Pendingin dengan Kemampuan Pendinginan pada CWU.

No

Batasan Parameter
Operasi
(yang di ukur)

Tekanan
[bar]

Batasan Parameter Yang Di Ijinkan


Chiller Water Unit (CWU)
Beban
Kemampuan
Massa Air
Pendingin
Pendinginan
m [kg/det]
q [kW]
Q [kW]

Tekanan,
Kurang
Kurang
p [bar]
Massa Air,
2
Tetap
Tetap
m [kg/det]
Beban Pendingin,
3
Tetap
Tetap
q [kW]
(*)
fpw : frekuensi operasi per satuan waktu.
1

Prinsip Kerja Sistem Penyedia Air Dingin (lihat


Gambar 2.)
Beban pendingin dari air handling unit (AHU,
KLA31/32/33/34) dan cooler (FAK01 & SCA02)
diangkut/dipindahkan melalui air yang di
sirkulasikan dari dan ke CWU melalui pompa
sirkulasi air dingin dan diukur oleh sensor suhu.
Jika suhu air lebih besar dari 12C maka CWU akan
beroperasi. Bila suhu air lebih kecil atau sama
dengan 6C maka CWU akan berhenti beroperasi,
tetapi pompa sirkulasi masih tetap beroperasi.
Dalam kondisi CWU beroperasi maka seluruh
parameter harus terkendali sampai batas aman
operasi. Lingkup pengendalian meliputi :
1) Pengendalian tekanan isap (low pressure
control, LPC ) mesin refrijerasi harus berada
diantara: 3,5 4,5 bar (kgf/cm). Jika tekanan
isap lebih kecil dari tiga setengah bar maka
kemampuan pendingin berkurang sehingga
terjadi bunga es di sekitar sisi isap kompresor
semi hermetik, dan jika tekanan isap melebihi
empat setengah bar maka kemampuan
pendingin akan berkurang, dimana air
membutuhkan waktu yang lama untuk
menurunkan suhu air hingga batas yang telah di
setting oleh BT 2;
2) Pengendalian tekanan keluaran (high pressure
control, HPC) mesin refrijerasi harus berada
diantara: 12 ~ 25 bar ( kgf/cm). Jika tekanan
keluaran lebih kecil dari dua belas bar
(PIHIGH<12bar) maka kemampuan pendingin
berkurang, karena kompresi yang dihasilkan
tidak memadai sehingga freon
akan
mengembun sebagian sebelum memasuki unit
evaporator, dan jika keluaran melebihi dua
puluh lima bar (PIHIGH>25bar) maka
kemampuan pendingin akan berkurang karena
freon tidak mengembun sempurna di unit
evaporator dan, memungkinkan kompresor

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

Kurang

Tetap

Bertambah

Tetap

Tetap

Tetap

Ket.
fpw (*)
Tinggi
fpw (*)
Rendah
Ditolerir

akan mati (berhenti karena ada gangguan


fault) untuk mencegah terjadinya panas
berlebih di unit kondensor;
3) Pengendalian tekanan minyak pelumas (oil
pressure control, OPC) mesin refrijerasi harus
berada diantara: 1,5 5 bar (kgf/cm2) diatas
tekanan isap. Jika tekanan minyak pelumas
lebih kecil dari batas bawah maka pendinginan
kompresor akan berkurang karena distribusi
minyak pelumas tidak merata atau saringan
minyak pelumas kotor atau pompa minyak
pelumas rusak, dan jika tekanan minyak
pelumas
melebihi
batas
atas
maka
kemungkinan saringan minyak pelumas rusak;
Pengendalian suhu pembekuan (freeze
protection thermostat, BT1) berfungsi untuk
mencegah agar air tidak membeku dan alat ini
di setting diantara: (4 5)C.
Pengendalian laju alir air (dry running
protection, CF) berfungsi untuk mencegah pompa
sirkulasi beroperasi tanpa ada aliran air yang
minimum atau lebih kecll dari empat puluh persen
dari penampang pipa normal; Pengendalian
rangkaian pengaman kompresor (safety circuit)
berfungsi untuk mencegah rangkaian pengaman
selalu dapat beroperasi dengan normal dan
terpantau.
Prinsip Kerja Unit sirkulasi udara AHU
Unit sirkulasi udara AHU adalah suatu alat yang
berfungsi untuk mendinginkan/memanaskan dan
meresirkulasi udara pada suatu balai/ruang.
Penggunaan AHU adalah untuk kapasitas beban
pendingin yang menengah dan besar. AHU
dilengkapi beberapa alat/unit, antara lain adalah unit
blower, alat pendingin (cooler) yang terdiri dari
pipa-pipa kecil (tubes) dan dirangkum pada
lembaran-lembaran plat tipis (fins), serta saringan
udara (air filter) dan pada konstruksi AHU
terpasang saluran udara (ducting) sisi masuk/ keluar

354

M. Yahya, dkk

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
udara, dan untuk sisi masuk udara terdapat cabang
ducting yang berfungsi sebagai saluran masuk udara
segar, sehinggga terjadi proses pencampuran antara
udara yang si isap dari ruang/balai kemudian

bercampur dengan udara segar yang berasal dari


lingkungan (mixture air processing).

Gambar 2.a. Prinsip kerja Chiller Water Unit (CWU)

Gambar 2.b. Prinsip Kerja Air Handling Unit


M. Yahya, dkk

355

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176

Pada saat AHU beroperasi, terjadi aliran udara


masuk dan keluar dimana proses sirkulasi udara
berlangsung. Saat udara masuk memiliki suhu dan
kelembaban nisbi yang relatif tinggi setelah
melewati water cooler maka suhu udara dan
kelembaban nisbi akan turun.
Batasan suhu udara keluar dari AHU akan terukur
oleh kendali suhu udara (control temperature, CT),
jika batasan suhu udara sudah tercapai maka kendali
suhu udara memberikan perintah tutup ke katup
aktuator air dingin, sedangkan AHU masih tetap
beroperasi untuk sirkulasi udara ke ruang/balai yang
akan dikondisikan suhu dan kelembaban nisbi,
tetapi dengan tertutup katup aktuator air dingin ke
AHU maka beban pendingin CWU akan berkurang.
Jika keseluruhan AHU telah tercapai suhu
udara sesuai dengan harga batas yang diinginkan,
maka beban pendingin CWU relatif tidak ada,
kondisi ini terpantau oleh kendali suhu air pada
chiller
water
system
(CT-S)
sehingga
memerintahkan membuka katup aktuator aliran
pintas (by pass line pipe), maka aliran air dingin
akan bersirkulasi dari dan ke CWU melalui aliran
pintas. Keberlangsungan aliran air dingin yang
bersirkulasi akan terpantau oleh kendali suhu air
(CT) yang terpasang pada masing-masing CWU ,
jika harga batas suhu air dingin telah tercapai
[setting: BT2 = (6 1) OC, maka akan
memerintahkan stop kompresor semi hermetik,
tetapi pompa sirkulasi masih tetap beroperasi terus
hingga suhu air dingin telah mencapai batasan
operasi (12OC BT2 > 6OC) dan semua unit/sistem
kembali operasi seperti semula.
METODE
A. Urutan
pengukuran parameter
tekanan
QKJ01/02/03
1) Operasikan QKJ01 kompresor A dan B
2) Ukur tekanan inlet QKJ01 kompresor A
dan B
3) Ukur tekanan oulet QKJ01 kompresor A
dan B
4) Ukur tekanan outlet pompa QKJ01
5) Matikan QKJ01
6) Operasikan QKJ02 kompresor A dan B
7) Ukur tekanan inlet QKJ02 kompresor A
dan B
8) Ukur tekanan oulet QKJ02 kompresor A
dan B
9) Ukur tekanan outlet pompa QKJ02
10) Matikan QKJ02
11) Operasikan QKJ03 kompresor A dan B
12) Ukur tekanan inlet QKJ03 kompresor A
dan B
13) Ukur tekanan oulet QKJ03 kompresor A
dan B
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

14) Ukur tekanan outlet pompa QKJ03


15) Matikan QKJ03
16) Pengukuran selesai
B. Urutan pengukuran parameter suhu air dan
udara AHU
1) Kombinasi operasi QKJ01/02
2) Operasikan QKJ01 dan QKJ02
3) Operasikan KLA31, KLA32, KLA33 dan
KLA34
4) Ukur suhu air masuk dan keluar KLA31,
KLA32, KLA33 dan KLA34
5) Ukur suhu ruangan KLA31, KLA32,
KLA33 dan KLA34
6) Kombinasi operasi QKJ01/03
7) Matikan QKJ02 dan operasikan QKJ03
8) Ukur suhu air masuk dan keluar KLA31,
KLA32, KLA33 dan KLA34
9) Ukur suhu ruangan KLA31, KLA32,
KLA33 dan KLA34
10) Kombinasi operasi QKJ02/03
11) Matikan QKJ01 dan operasikan QKJ02
12) Ukur suhu air masuk dan keluar KLA31,
KLA32, KLA33 dan KLA34
13) Ukur suhu ruangan KLA31, KLA32,
KLA33 dan KLA34
14) Pengukuran selesai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran besaran tekanan QKJ01, QKJ02
dan QKJ03 ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan
hasil pengukuran besaran suhu air dan udara
KLA31, KLA32, KLA33 dan KLA34 ditunjukkan
Tabel 4.
Tabel 3. Hasil pengukuran parameter QKJ01/02/03
CHILLER

QKJ01
QKJ02
QKJ03

KOMPONEN

Kompresor A
Kompresor B
Pompa
Kompresor A
Kompresor B
Pompa
Kompresor A
Kompresor B
Pompa

HASIL PENGUKURAN TEKANAN


(bar)

INLET
3,8
4,0
3,9
4,0
4,2
4,1

OUTLET
19
19
4
20
20
4
20
20
4

Tabel 4. Hasil pengukuran suhu air dan udara AHU


Su mber pendinginan : 2 dari QKJ01/02/03

AHU

KLA31
(Balai
operasi)
KLA32

356

SUHU AIR MASU K


HASIL
DATA
PENGUNILAI
KUR AN
DESAIN

8 0C

6 0C

SUHU AIR KELUAR


HASIL
DATA
PENGUNILAI
KUR AN
DESAIN

SUHU RU ANGAN
HASIL
DATA
PENGUNILAI
KUR AN
DESAIN

13 0C

24 0C

12 0C

20-26
0C

M. Yahya, dkk

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
(Balai
percobaan)
KLA33
(Ruang
sist. bantu)
KLA34
(Ruang
Primer)

8 0C

6 0C

13 0C

12 0C

26 0C

20-28
0C

8 0C

6 0C

13 0C

12 0C

26 0C

30 0C

6 0C

12 0C

30 0C

40 0C

Tabel 3 menunjukkan bahwa secara individu


masing-masing kompresor yang terpasang pada
chiller QKJ01, QKJ02 dan QKJ03 memiliki nilai
besaran (tekanan) yang tdak menyimpang dari nilai
desainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa satu unit
chiller yang dioperasikan dengan 2 buah kompresor
mampu mendinginkan air untuk keperluan
operasional AHU yang ada pada tiap gedung RSG
yaitu KLA31, KLA32, KLA33 dan KLA34
sehingga suhu desain ruangan-ruangan tersebut
dicapai. Tetapi pada kenyataannya (lihat
Tabel 4) suhu desain ruangan-ruangan gedung
RSG hanya bisa dicapai dengan 2 buah chiller yaitu
QKJ01 dan QKJ02 atau QKJ01 dan QKJ03 atau
QKJ02 dan QKJ03. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja sistem pendingin secara keseluruhan telah
mengalami penurunan.
Penurunan kinerja sistem bisa terjadi
akibat beban panas yang mengalami peningkatan
atau sistemnya yang mengalami penurunan
kemapuan. Dalam hal beban panas ruangan-ruangan
gedung RSG diyakini tidak mengalami perubahan
yang berarti sehingga faktor kemampuan sistem
sebagai penyebab penurunan kinerja. Dari hasil
pengukuran (lihat Tabel 3 dan 4) jelas terlihat
bahwa
komponen
sistem
yang
menurun
kemampuannya adalah QKJ01, QKJ02 dan QKJ03.
Perlu diketahui bahwa chiller-chiller
tersebut tersusun oleh beberapa komponen utama
yaitu 2 buah kompresor, 1 buah evaporator, 1 buah
pompa dan 2 buah kondensor. Semua kompresor
dan pompa pada QKJ01/02/03 sudah jelas
kemampuannya memenuhi kemampuan desain
seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyebab penurunan kinerja
chiller-chiller tersebut terdapat pada evaporator atau
kondensor yang tidak beroperasi secara optimal.
KESIMPULAN
Penyebab penurunan kinerja sistem penyedia air
dingin QKJ01/02/03 adalah evaporator dan/atau
kondensor yang tidak bisa beroperasi secara optimal
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM, Badan Tenaga Nuklir Nasional,
Multipurpose Reactor G.A. iwabessy, Safety
Analysis Report , Volume 3 Rev. 8 Copy No. 8,
March 1999
M. Yahya, dkk

357

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

358

M. Yahya, dkk

Anda mungkin juga menyukai