Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO


Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Dokter Internship

oleh
dr. Caesaria Christ Haryadi
Pembimbing:
dr. Muhammad Al Asyhar

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
KABUPATEN KARANGANYAR
2016

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang

Karanganyar, Maret 2016


Mengetahui :

Pembimbing Internship

dr. Muhammad Al Asyhar


NIP. 19711016200501 1 008

Berita Acara Presentasi Portofolio


Pada hari ini hari.., tanggal ..2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama

: dr. Caesaria Christ H.

Judul/ topik

: Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang

No. ID dan Nama Pendamping

: dr. Muhammad Al. Asyhar

No. ID dan Nama Wahana

: RSUD Karanganyar

Nama Peserta Presentasi


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

No. ID Peserta

Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping

dr. Muhammad Al Asyhar


NIP. 19711016200501 1 008

BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. 0

Umur

: 7 bulan

Berat Badan

: 6 kg

Panjang Badan

:65 cm

Jenis Kelamin

: perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Gedong

Tanggal masuk

: 13 Februari 2016

Tanggal Pemeriksaan : 13 Februari 2016


B. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu pasien pada tanggal 13
Februari 2016
1.

Keluhan Utama
BAB cair
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarganya dengan keluhan BAB cair 5x/hari.
cair>ampas, lender (-), darah (-), muntah (+) 5x @ gelas aqua, tanpa disertai batuk,
pilek dan sesak, BAK (+) warna kuning jernih jumlah banyak. Nafsu makan dan
minum pasien menurun.
Kemudian pasien dibawa ke bidan dan mendapat obat namun keluhan tidak
berkurang. Karena tampak lemas, pasien dibawa ke IGD RSUD Karanganyar..
Saat di IGD, pasien BAB1X, cair>ampas, lender (-), darah (-), demam (_),
BAK (+) dalam 2 jam SMRS jumlah sedikit, muntah 1x, pasien sulit makan dan
minum
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa sebelumnya

: disangkal

Riwayat alergi obat/makanan/susu

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat penyakit serupa di keluarga :disangkal
Riwayat alergi obat/makanan

: disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan anak pertama. Pasien tinggal bersama orang tuanya. Iibu pasienn
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah pasoen bekerja sebagai petani. Berobat di
RSUD Karanganyar dengan fasilitas BPJS PBI.
Kesan social ekonomi: cukup
C. PEMERIKSAAN FISIK
1.

2.

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang, rewel

Derajat Kesadaran

: Compos mentis, GCS: E4V5M5

Status gizi

: Kesan gizi baik

Tanda vital
Suhu : 38,4oC per aksiler
HR

: 120 x/menit

RR

: 28 x/menit
3. Kepala

: Bentuk mesocephal, ukuran kepala normocephal UUB

belum menutup datar


3. Mata

: Mata cekung (-/-), pupil isokor 2mm/2mm, conjungtiva

anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), air mata (+/+)


4. Hidung : napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
5. Mulut

: mukosa basah (-), sianosis (-), gusi berdarah (-)

6. Telinga : sekret (-)


7. Tenggorokan: tonsil T1T1hiperemis (-/-),faring hiperemis (-)
8. Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

9. Thorax: normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri


Cor:

Inspeksi

: Iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus cordis kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo:
Anterior
Inspeksi
Palpasi

: Pengembangan dada kanan =kiri

: Fremitus raba dada kanan = kiri


Perkusi

: Sonor / Sonor

Auskultasi

:Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Posterior
Inspeksi
Palpasi

: Pengembangan dada kanan =kiri

: Fremitus raba dada kanan = kiri


Perkusi

: Sonor / Sonor

10. Abdomen :

Auskultasi

:Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Inspeksi

: dinding dada sejajar dinding perut

Auskultasi

: bising usus(+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, turgor kulit kembali lambat

11. Ekstremitas:
akral dingin
-

oedem

CRT <2 detik


ADP teraba kuat
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin

HASIL

SATUAN RUJUKAN

12.3

g/dl

10.5-12.9

36

33-41

12.9

ribu/ul

5.5-17.0

407

ribu/ul

150 450

4.72

juta/ul

4.10 5.30

Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

E.DATA ABNORMALITAS
1.
2.

Data anamnesis
a. BAB cair
b.
muntah
Pemeriksaan Fisik
a. Tampak rewel
b.
Air mata (+/+)
c. Mukosa basah (-)
d.
Turgor kulir menurun
e. Suhu 38.40C per aksiler

F. ANALISIS DAN SINTESIS


Dari anamnesis ,data pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diatas dapat
dibuat diagnosis diare akut dehidrasi sedang. Dari anamnesis pasien mengalami BAB

cair 5x/hari dan muntah (+). BAB cair masih dialami selama pasien dibawa ke IGD
RSUD Karanganyar. Pasien datang dalam keadaan rewel. Pasien juga mengalami
demam. Nafsu makan dan minum pasien menurun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, rewel, tanda
vital didapatkan suhu 38,4oC per aksiler, nadi 120 x/menit, reguler, simetris, isi dan
tegangan cukup, frekuensi nafas 28 x/menit. UUB belum menutup mendatar, mata
cekung (-/-), air mata (+/+), mukosa basah (-) pada abdomen terdapat peningkatan
peristaltic, turgor kulit menurun.
Hasil lab pada tanggal 13 Februari 2016 didapatkan darah rutin dalam batas
normal..

G. RENCANA AWAL
Masalah

: BAB cair

Assessment

: Diare akut dehidrasi sedang

Ip. Dx

: pemeriksaan tinja

Ip.Tx

: RehidrasiL IVFD RL 200 ml/kg/hari=1200 ml/hari=50 cc/jam


Injeksi ondansentron 1 mg/12 jam
Zink 1x20 g
Oralit 120 ml/bab cair; 60ml/muntah
Paracetamol syr 3x3/4 cth
L-Bio 2x1 sach

Ip. Mx

: KUVS

Ip. Ex

: Motivasi keluarga tentang penyakit pasien dan pemberian terapinya

H. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Umum Diare Akut Infeksi Bakteri
Untuk mendiagnosis pasien diare akut infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan yang
sistematik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan
lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1,3,13

Pendekatan umum Diare akut infeksi

bakteri baik diagnosis dan terapeutik terlihat pada gambar 1.

Diarrhea, Nausea or
Vomitting

AR = 2-15 illnesses/person-yr

SYMPTOMATIC THERAPY ORAL


REHYDRATION THERAPY
Resolution

Assess
-Duration ( > 1 day)
-Severity (dehydration,
fever, blood, wt.loss)

NO

YES
Explore History of :
Fever, tenesmus
Blood
Seafood
Antibiotic use
Wt. loss

Travel
Otbreak
Sexual exp.
Abd.pain
Immunosupp.

NONINFLAMMATORY
(No WBC)
Ex: Vibrio (cholerae et al)
E.coli (LT, ST)
C.perfringens
S.aureus
B.cereus

OBTAIN STOOL
FOR WBC
(or Fecal Lactoferrin)

INFLAMMATORY
( WBC or Lactoferrin
or continued illnesses)
Ex: Shigella
Salmonella
C.jejuni
E.coli (EIEC)
Cytotoxic C.difficile

Culture for :
Shigella, Salmonella, C.jejuni

Continue sypmtomatic therapy : consider further


evaluation

Consider :
C.difficile cytotoxin
Consider :
Empiric Antimicrobial Therapy

Gambar1. Pendekatan umum Diare infeksi bakteri.

Continued or
Recurrent
Illness

B.Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri

1,3,15,16

Escherichia coli patogen


E. coli patogen adalah penyebab utama diare pada pelancong. Mekanisme
patogen yang melalui enterotoksin dan invasi mukosa. Ada beberapa agen penting,
yaitu :
1

Enterotoxigenic E. coli (ETEC).

Enterophatogenic E. coli (EPEC).

Enteroadherent E. coli (EAEC).

Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)

Kebanyakan pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC mengalami gejala


ringan yang terdiri dari diare cair, mual, dan kejang abdomen. Diare berat jarang
terjadi, dimana pasien melakukan BAB lima kali atau kurang dalam waktu 24 jam.
Lamanya penyakit ini rata-rata 5 hari. Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien.
Feses berlendir tetapi sangat jarang terdapat sel darah merah atau sel darah putih.
Lekositosis sangat jarang terjadi. ETEC, EAEC, dan EPEC merupakan penyakit self
limited, dengan tidak ada gejala sisa.
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk E coli, lekosit feses
jarang ditemui, kultur feses negatif dan tidak ada lekositosis. EPEC dan EHEC dapat
diisolasi dari kultur, dan pemeriksaan aglutinasi latex khusus untuk EHEC tipe O157.
Terapi dengan memberikan rehidrasi yang adekuat. Antidiare dihindari pada
penyakit yang parah. ETEC berespon baik terhadap trimetoprim-sulfametoksazole
atau kuinolon yang diberikan selama 3 hari. Pemberian antimikroba belum diketahui
akan mempersingkat penyakit pada diare EPEC dan diare EAEC. Antibiotik harus
dihindari pada diare yang berhubungan dengan EHEC.
Shigella
Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air.
Organisme Shigella menyebabkan disentri basiler dan menghasilkan respons

inflamasi pada kolon melalui enterotoksin dan invasi bakteri.


Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen,
demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri dari demam, nyeri
abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah 3 5 hari
kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus
yang lebih parah menetap selama 3 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai
kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.
Manifestasi ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi, termasuk gejala
pernapasan, gejala neurologis seperti meningismus, dan Hemolytic Uremic Syndrome.
Artritis oligoartikular asimetris dapat terjadi hingga 3 minggu sejak terjadinya
disentri.
Pulasan cairan feses menunjukkan polimorfonuklear dan sel darah merah.
Kultur feses dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi dan sensitivitas antibiotik.
Terapi dengan rehidrasi yang adekuat secara oral atau intravena, tergantung
dari keparahan penyakit. Derivat opiat harus dihindari. Terapi antimikroba diberikan
untuk mempersingkat berlangsungnya penyakit dan penyebaran bakteri. Trimetoprimsulfametoksazole atau fluoroquinolon dua kali sehari selama 3 hari merupakan
antibiotik yang dianjurkan.
Salmonella nontyphoid
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di Amerika
Serikat.
Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium merupakan penyebab. Awal
penyakit dengan gejala demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual, muntah,
dan kejang abdomen. Occult blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung biasanya
kurang dari 7 hari.
Pulasan kotoran menunjukkan sel darah merah dan sel darah putih se. Kultur
darah
positip pada 5 10 % pasien kasus dan sering ditemukan pada pasien terinfeksi HIV.
Terapi pada Salmonella nonthypoid tanpa
komplikasi dengan hidrasi adekuat.
Penggunaan antibiotik rutin tidak disarankan, karena dapat meningkatan resistensi bakteri.

Antibiotik diberikan jika terjadi komplikasi salmonellosis, usia ekstrem


( bayi dan berusia
> 50 tahun), immunodefisiensi, tanda atau gejala sepsis, atau infeksi fokal
(osteomilitis, abses). Pilihan antibiotik adalah trimetoprim-sulfametoksazole atau
fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 7
hari atau Sephalosporin generasi ketiga secara intravena pada pasien yang tidak dapat
diberi oral.
Salmonella typhi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid.
Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali, delirium,
nyeri abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu
penyakit sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus
gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan terkontaminasi.
Setelah bakterimia, organisma ini bersarang pada sistem retikuloendotelial,
menyebabkan hiperplasia, pada lymph nodes dan Peyer pacthes di dalam usus halus.
Pembesaran yang progresif dan ulserasi dapat menyebabkan perforasi usus halus atau
perdarahan gastrointestinal.
Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari.
Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan
peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal.
Pada minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu ketiga timbul
penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada
minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada
minggu ke empat terjadi perbaikan klinis.
Diagnosa ditegakkan dengan isolasi organisme. Kultur darah positif pada 90%
pasien pada minggu pertama timbulnya gejala klinis. Kultur feses positif pada
minggu kedua dan ketiga.
Perforasi dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi selama jangka waktu
penyakit. Kolesistitis jarang terjadi, namun infeksi kronis kandung empedu dapat
menjadi karier dari pasien yang telah sembuh dari penyakit akut.

Pilihan obat adalah klorampenikol 500 mg 4 kali sehari selama 2 minggu. Jika
terjadi resistensi, penekanan sumsum tulang, sering kambuh dan karier disarankan
sepalosporin generasi ketiga dan flourokinolon. Sepalosforin generasi ketiga
menunjukkan effikasi sangat baik melawan S. Thypi dan harus diberikan IV selama
7-10 hari, Kuinolon seperti ciprofloksasin 500 mg 2 kali sehari selama 14 hari, telah
menunjukkan efikasi yang tinggi dan status karier yang rendah. Vaksin thipoid oral
(ty21a) dan parenteral (Vi) direkomendasikan jika pergi ke daerah endemik.
C.PENATALAKSANAAN
Lintas diare: (1) cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi (4) antibiotic yang diperlukan
(5) edukasi
1. Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang
adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan
rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat
minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang
membahayakan jiwa.

17

Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium

klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter
2,4

air.

Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah

disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada,
cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok teh
garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua
pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus
minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama
3

kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline
normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana
panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan
memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika
diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.

Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara
:
BD plasma, dengan memakai rumus :
Kebutuhan cairan = BD Plasma 1,025 X Berat badan (Kg) X 4
ml 0,001
Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :
-

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (tabel 1)


dikutip dari 8

Tabel 1. Skor Daldiyono


- rasa haus/muntah
- Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg
- Tekanan darah sistolik < 60 mmHg
- Frekwensi Nadi > 120 x/menit
- kesadaran apatis
- Kesadaran somnolen, sopor atau koma
- Frekwensi nafas > 30 x/menit
- Facies cholerica
- Vox cholerica
- Turgor kulit menurun
- Washers womans hand
- Ekstremitas dingin
- Sianosis
- Umur 50-60 tahun
- Umur > 60 tahun

1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
-1
-2

Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter


15
Goldbeger (1980) mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan :
Cara I :
-

Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka
kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu.

Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat
badan saat itu.

Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan
mental seperti bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau

sekitar 3,5 7 liter pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg.
Cara II :
Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4 Kg pada fase
akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter.
Cara III :
Dengan menggunakan rumus :

Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :

Na1 = Kadar Natrium plasma normal; BW 1 = Volume air badan normal, biasanya
60% dari berat badan untuk pria dan 50% untuk wanita ; Na2 = Kadar natrium
plasma sekarang ; BW2 = volume air badan sekarang

2. Seng
Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis:
- umur di bawah 6 bulan

= 10mg per hari

- umur di atas 6 bulan

= 20mg per hari

3.Anti biotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik
secara empiris dapat dilakukan (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

1,5,9,16

4.Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna
akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor
saluran cerna.

3,7,19

D,KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak- anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan
elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.

1,8

Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok


hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular
Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini
dapat juga terjadi
bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang
optimal.
.

9,12,14

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New
York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.

2.

Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the
Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.

3.

Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell
nd
JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2 edition. New
York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.

4.

Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik


Indonesia.
Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf
5. Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al.
Guideline for the Management
of acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and
Hepatology 2002:17:S54-S71

6 Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut


. 2004; 53:296-305.
.
7.

Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial Resistance of


Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patiens in Indonesia. Am J Trop Med
Hyg 2003; 68(6): 666-10.

8.

Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman


AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;
1996. 451-57.

9. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea).


Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi
Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi.
Surabaya : Airlangga University Press, 2002. 34 40
.
10. Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa.
Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and
Treatment in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian
Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.
11. Tatalaksana
Penderita
Diare.
http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pd f.

Available

from

12. Thielman NM, Guerrant RL. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med
2004;350:1: 38-47.
13. Kolopaking MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi I,
Bawazier LA, Kolopaking MS, Syam AF, Gustaviani, editor. Prosiding
Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu penyakit Dalam II.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
2002. 52-70.
14. Nelwan RHH. Penatalaksanaan Diare Dewasa di Milenium Baru. Dalam: Setiati
S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine 2001. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK
UI, 2001. 49-56.
15. Procop GW, Cockerill F. Vibrio & Campylobacter. In: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al, Editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease,
New York: Lange Medical Books, 2003. 603 - 13.
16. Procop GW, Cockerill F. Enteritis Caused by Escherichia coli & Shigella &
Salmonella Species. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK,et al, Editors. Current
Diagnosis and Treatment in Infectious Disease, New York: Lange Medical Books,
2003. 584 - 66.
17. Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy

th

Handbook. 5 ed. New York: McGraw-Hill, 2003. 371-79.


18. Zein,U. Gastroenteritis Akut pada Dewasa. Dalam : Tarigan P, Sihombing M,
Marpaung B, Dairy LB, Siregar GA, Editor. Buku Naskah Lengkap
Gastroenterologi-Hepatologi Update 2003. Medan: Divisi Gastroenterohepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU, 2003. 67-79.
19. Isaulauri E. Probiotics for Infectious Diarrhoea. Gut 2003; 52: 436-7. Braunwald,
Fauci, Isseibacher, Martin, Kasper, Wilson. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam vol 3. edisi 13. EGC Jakarta. 2000. Hal: 1208-1213

Anda mungkin juga menyukai