OLEH :
dr. Caesaria Christ Haryadi
1
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala
penyertaan dan kasih karunia-Nya dari saat penulis melakukan orientasi sampai
dengan selesainya menyusun laporan hasil orientasi ini.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada :
1. Dewan pengurus Yakkum Pusat
2. Direktur RS Bethesda, dr. Gatot Titus Wratsongko, Sp.THT-KL
3. Direktur Pusat Rehabilitasi Yakkum-Yakkum Craft
4. Direktur RS Bethesda Lempuyangwangi, dr. Adelyna Meliala, Sp.S
5. Direktur RS Panti Waluyo, dr. T Soebroto, M.Kes.
6. Direktur RSK Ngesti Waluyo, dr.Lilik Setyawan, MPH
7. Dr. Yohanes Mada Suprayogi, Sp.PD selaku Direktur RS. Panti Wilasa “Citarum”,
atas ijin yang diberikan untuk melakukan orientasi ini.
8. Drg. Kriswidiati., M.Kes. selaku wadir pelayanan RS Panti Wilasa Citarum atas
bimbingan dan dukungannya selama kami bekerja dan melayani di RS.
9. dr. Danu Adi Prakosa Darmawan selaku Kepala IGD RS. Panti Wilasa “Citarum”,
atas bimbingan yang diberikan dalam melaksanakan tugas di IGD.
10. Rekan-rekan di IGD, baik rekan – rekan fulltimer maupun parttimer yang telah
bekerjasama dengan baik dalam memberikan pelayanan di IGD.
11. Rekan-rekan perawat dan karyawan di RS. Panti Wilasa “Citarum” yang telah
memberikan dukungan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
12. Semua pihak di unit kerja Yakkum yang Penulis kunjungi yang telah banyak
membantu dalam melaksanakan orientasi ini.
Laporan ini disusun sebagai syarat calon karyawan yang akan ditempatkan di RS.
Panti Wilasa “Citarum” sebagai salah satu unit kerja Yakkum. Orientasi dilakukan di 5
(empat) unit kerja Yakkum, yaitu :
Tanggal 16 Oktober 2017 di RS. Panti Waluyo Yakkum, Jl. A. Yani 1-2 Surakarta.
Tanggal 26 Oktober 2017 di RS. Bethesda Yakkum, Jl. Jend Sudirman 70
Yogyakarta.
Tanggal 26 Oktober 2017 di Pusat Rehabilitasi Yakkum di Yogyakarta.
2
Tanggal 27 Oktober 2017 di RSU. Bethesda Lempuyangwangi Yakkum, Jl.
Hayam Muruk no.6 Yogyakarta.
Tanggal 28 Oktober 2017 di RSK Ngesti Waluyo, Jl. Pahlawan, Parakan,
Temanggung
Metode yang digunakan berupa wawancara atau sharing dengan bagian IGD
maupun beberapa bagian lain di unit-unit kerja Yakkum.
Laporan ini disusun dalam 3 (tiga) bab, yaitu :
Bab I : Profil Unit-Unit Kerja Yakkum
Bab II : Visi dan Misi Pribadi
Bab III : Kesimpulan
Orientasi ini sungguh merupakan hal yang menggembirakan bagi penulis
setelah 1 tahun penulis bekerja di unit kerja Yakkum, baikdi bagian IGD, poliklinik,
maupun bangsal RS. Panti Wilasa “Citarum”. Selama bekerja di RS Panti Wilasa
Citarum, Penulis mendapatkan banyak pengalaman dalam menangani berbagai kasus-
kasus yang menarik yang mampu memperluas pengetahuan penulis.
Akhir kata, semoga laporan hasil orientasi ini bermanfaat bagi semua orang.
3
BAB I
PROFIL UNIT-UNIT KERJA YAKKUM
1. Sejarah
Pada tanggal 1 Juni 1897 dibuka poliklinik d daerah Bintaran oleh Dr. J.G. Scheurer
sebagai utusan dari Ds. Nederlandse Zendingsvereniging. Semakin hari orang yang
berobat bertambah maka dilakukan pembangunan rumah sakit dengan kapasitas 150
tempat tidur pada tanggal 20 Mei 1899 yang kemudian diberi nama
Zendingsziekenhuis “Petronella” yang oleh masyarakat dikenal sebagai rumah sakit
atau “Dokter Pitulungan” dan disingkat “Dokter Tulung”. Tahun 1904 dibuka rumah
sakit pembantu di Tungkak yang berasal dari rumah perawatan orang sakit kusta yang
diserahkan kepada Petronella, yang dapat merawat 50 orang sakit. Di bawah pimpinan
Dr. H.S Pruys mulai tahun 1908, dengan bantuan Pemerintah Daerah Yogyakarta serta
pabrik-pabrik, berhasil dinamgum beberapa rumah sakit pembantu di wilayah
Yogyakarta dan sekitarnya. Tahun 1920 dr. J Offringa mengajukan rencana
pengembangan Petronella Hospital yang dapat merawat 500 penderita kepada
Gereformeerde Kerken di Nederland. Pada tahun 1924 pembangunan dimulai dan
selesai pada tahun 1925. Selain itu juga dilakukan penambahan beberapa balai
pengobatan. Tahun 1926 dibuka klinik Bersalin Suster Prins. Untuk peningkatan
pelayanan diadakan 4 poliklinik Auto’s yang tiap hari menempuh jarak 40 km. Pada
tahun 1930 rumah sakit-rumah sakit pembantu dan poliklinik Auto’s ditutup oleh
karena terjadi krisis ekonomi. Pada tahun 1942 saat pendudukan Jepang rumah sakit
Petronella diambil alih oleh Jepang dan berganti nama “Yogyakarta Tjuuo Bjoin”.
Setelah Indonesia merdeka, rumah sakit Yogyakarta Tjuuo Bjoin kembali ke asa
semula yaitu rumah sakit Kristen yang diasuh oleh suasta. Selanjutnya berdasarkan
hasil rapat nama rumah sakit diganti menjadi “Rumah Sakit Pusat”. Dalam rapat
tanggal 28 Juni 1950 disetujui secara bulat Rumah Sakit Pusat diganti nama menjadi
4
Rumah Sakit Bethesda dan pengurusannya diserahkan kepada pihak swasta. Rumah
Sakit Bethesda berjalan hingga saat ini dan sekarang bernaung dibawah Yakkum.
5
Pengurangan-pengurangan bantuan dan berkurangnya pendapatan mengharuskan
penghematan besar-besaran. Beliau menghentikan 4 Poliklinik Auto, diganti dengan
cabang pembantu untuk cabang Rafera. Beliau pula yang memulai membangun sistem
kelas 'orang kaya afdeling' yang merupakan konsep awal "Robin Hood System".
Selama 12 tahun berjuang akhirnya beliau dapat membawa RS.Petronella keluar dari
resesi dan menyelamatkan dari masalah ekonomi. Namun sayang pada masa
penjajahan Jepang, semua warga negara Belanda ditawan oleh Jepang.
Dr. L.G. I Samallo (1942-1949)
Seorang dokter berkebangsaan Indonesia yang untuk pertama kali
memimpin rumah sakit Petronella. Pada saat itu rumah sakit Petronella
dikuasai Jepang, dan namanya diganti menjadi Yogyakarta Chuoo
Byoin. Kepemimpinan diambil alih oleh Dr. Hidaba yang hanya
melayani pasien bangsa Jepang dengan bantuan perawat Jepang pula. Sedang Dokter
Samallo pun tetap meneruskan tugasnya sebagai direktur untuk mengurusi pasien –
pasien terutama yang berbangsa Indonesia . Hingga tanggal 2 September 1945,
karyawan dan dokter Rumah Sakit Petronella mengambil alih RS pada kepemimpinan
Dr. Samallo dan namanya diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat. Masih di
tengah suasana pergolakan yang dinamakan Clash ke satu ( 21 Juli 1947 ). Rumah
Sakit Petronella digunakan sebagai Kantor Kementrian Kesehatan, yang pada waktu
itu dijabat oleh Dr. Leimen. Dengan tetap mempertahankan panggilan Kristiani,
diantara tiga nama yang diusulkan yaitu Immanuel, Siloam atau Bethesda maka
dilihlah Bethesda sebagai nama rumah sakit.5 Nama ini tetap dipertahankan hingga
sekarang.
10
sebagai direktur RS BETHESDA periode 2011hingga 2016. dr. Purwoadi Sujatno, Sp.
PD, FINASIM, MPH beliau adalah Staf Medis RS Bethesda Yogyakarta. Awal kiprah
karir beliau dimulai dari lulus FK UGM tahun 1987. Lalu lanjut bekerja di RS
Bethesda DIY. Pada tahun 1994 beliau ditempatkan sebagai dokter jaga IGD. Lalu
pada tahun 1997 beliau melanjutkan karier sebagai dokter PTT, menjalani karier
sebagai dokter umum hingga tahun 2001. Setelah itu beliau mengambil pendidikan
spesialis penyakit dalam hingga lulus tahun 2005. Setelah itu beliau kembali
mengabdi menjadi kepala instalasi laboratorium hingga tahun 2007 dan pada tahun
tersebut diangkat menjadi Wakil Direktur Umum RS Bethesda Yogyakarta. Pada
tahun 2011 beliau menjadi Direktur RS Bethesda Yogyakarta (2011 – 2016).
11
PELAYANAN MEDIK
1. INSTALASI RAWAT JALAN
2. INSTALASI RAWAT INAP
3. INSTALASI GAWAT DARURAT
4. INSTALASI RAWAT INTENSIF(ICU)
Kedatangan pengunjung juga penting untuk membantu kesembuhan pasien. Rumah
Sakit Bethesda senantiasa berusaha untuk membuat kunjungan menjadi
menyenangkan dan nyaman baik bagi pasien maupun sanak saudara serta sabahat
pasien.
Agar tujuan itu tercapai, Rumah Sakit Bethesda memberikan waktu kunjungan, yang
terbagi menjadi dua yaitu waktu kunjungan pada waktu pagi hari dan waktu
kunjungan pada sore hari.
Jadwal Kunjungan
Pagi Hari 10.00 WIB – 12.00 WIB
Sore Hari 16.30 WIB – 18.00 WIB
Bila mengalami kesulitan dalam mengetahui secara pasti bangsal atau ruang mana
pasien tersebut berada, dapat menghubungi bagian informasi dengan memberikan
identitas yang jelas dari pasien
Layanan kesehatan Rumah Sakit Bethesda :
1. Klinik Interne 16. Klinik Psikologi
2. Klinik Alergi 17. Klinik THT
3. Klinik Bedah 18. Klinik Mata
4. Klinik Bedah Toraks 19. Klinik Kulit Kelamin
5. Klinik Bedah Digestive 20. Klinik Gigi dan Mulut
6. Klinik Bedah Plastik 21. Klinik Kardiologi (jantung)
7. Klinik Bedah Orthopedi 22. Klinik Paru dan PFT
8. Klinik Bedah Saraf 23. Klinik Akupuntur
9. Klinik Anak 24. Klinik Fisiotherapi (Rehabilitasi Medik)
10.Klinik Vaksinasi/Imunisasi 25. Klinik Konsultasi Gizi
11.Klinik Laktasi 26. Klinik Karyawan
12.Klinik Obsgyn (kandungan dan
27. Klinik Sentra P3T
kebidanan)
13.Klinik Keluarga Berencana 28. Operasi Rawat Jalan (ORJ)
14.Klinik Saraf 29. Klinik 24 jam
15.Klinik Kesehatan Jiwa 30 Klinik Sore
Rumah Sakit Bethesda mempunyai 2 program, program Jangka Panjang dan Program
Jangka Pendek.
Yang merupakan Program Jangka Pendek adalah sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Pelayanan :
12
Peningkatan Instalasi Rawat Jalan
o Program home health care services
o Pengembangan Akupuntur (Akupuntur Ketergantungan Obat &
Kosmetika)
o Pengembangan one day care (perawatan sehari)
o Pelayanan Klinik Nyeri
o Pengembangan pelayanan kasus narkoba
Pengembangan Unit Trauma
Program Pelayanan Farmasi Klinik
Persiapan Akreditasi
Pemantapan Strategic Planning
2. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia:
Program peningkatan profesionalisme SDM (pelatihan-pelatihan SDM)
Program peningkatan kesejahteraan karyawan
Program pengembangan kesehatan & keselamatan kerja
3. Program Pengembangan Fasilitas Peralatan :
Program Pengembangan Alat Medik :
o Alat medik instalasi Rawat Intensif
o Alat medik ORJ
o Alat medik IBS (microscop, alat medik orthopedic, bedah saraf)
o Alat medik Unit Stroke
o Alat rehabilitasi medik
Program penggantian alat medik untuk Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan
Program pengembangan perangkat system, informasi manajemen
Program pengembangan peralatan Instalasi Gizi
Pengembangan alat radiologi (fluoroscopi)
4. Program Pengembangan Fasilitas Bangunan :
Program pemeliharaan bangunan secara berkesinambungan
Program renovasi ruang Intensive Care Unit
Rencana renovasi bangsal anak
Pemeliharaan bangunan Wisma Pakem
Pengembangan alat radiologi (fluoroscopi)
Sedangkan Program Jangka Panjang adalah sebagai berikut :
13
Pembuatan masterplan/rencana induk pengembangan Rumah Sakit Bethesda
(blok plan)
Perencanaan pengembangan bangsal klas 1
Perencanaan pengembangan ICU
IGD
15
1 TRIAGE
2
3 PENDAFTARAN
4 SURGICAL
WC FARMASI
POLI 24 JAM
1
RUANG FOTO
2
LOKET RO
3
COUNTER PERAWAT
4
RADIOLOGI
5
6 8
7 R. GIPS
RUANG OBSERVASI
16
B. Pusat Rehabilitasi Yakkum
Jl. Kaliurang Km. 13,5
Desa Besi, Yogyakarta
Telp. (0274) 895386
Fax (0274) 895181
1. Sejarah
Pusat rehabilitasi Yakkum adalah pelayanan sosial Kristen di bawah naungan
Yakkum yang berdiri sejak November 1982, dipimpin oleh Mr. Collin dari New
Zealand.
Tujuan dari PRY adalah mengusahakan rehabilitasi anak dan remaja
penyandang cacat tubuh yang bersifat tetap, termasuk amputasi, kaki bengkok,
layuh anggota badan akibat polio. Kelainan bentuk anggota badan sejak lahir dan
kerusakan tulang belakang dari keluarga tidak mampu, tidak berusia lebih dari 25
tahun, tidak sedang menerima bantuan dari lembaga lain, yatim piatu atau terlantar
sehingga mereka dapat mandiri, bekerja dan mencari nafkah.
Secara fisik : mengupayakan rehabilitasi fisik guna peningkatan fungsi fisik
dan mobilitas agar lebih baik sehingga penyandang cacat dapat meningkatkan
produktifitas diri seoptimal mungkin.
Secara ekonomi : mengupayakan rehabilitasi kemampuan baik melalui
pendidikan maupun kursus ketrampilan agar produktifitas diri penyandang cacat
meningkat.
Secara social : mengembangkan sikap mental yang positif agar anak dapat
menjadi pribadi yang mandiri, mempunyai daya juang dan penuh tanggung jawab.
Disamping itu selama dalam proses pembinaan, penyandang cacat akan
diassesment untuk melihat intelektual, bakat, minat, dan kepribadiannya.
Didirikan pada tanggal 16 November 1982 oles Colin F.A. McLennan MBE
dari New Zealand . Ini merupakan ide beliau untuk mendirikan sebuah pusat
rehabilitasi untuk anak-anak dan remaja penyandang cacat di Indonesia .
Perkumpulan Presbyterian dan Gereja-Gereja Methodist New Zealand mendukung
ide beliau melalui Rehabilim Trust. Ide ini juga didukung oleh Persatuan Gereja-
Gereja Indonesia . Selanjutnya, YAKKUM ditunjuk sebagai pelindung. Saat itu,
aktifitas-aktifitasnya masih menjadi bagian dari Rumah Sakit Bethesda dengan
17
nama Proyek Rehabilitasi Bethesda . dan pada tahun 1991 berganti nama dari
Proyek Rehabilitasi Bethesdamenjadi Pusat Rehabilitasi YAKKUM.
Pada periode 1996-2004 mulai ada perkembangan program okupasi terapi dan
psikososial, sebagai bentuk jawaban terhadap kebutuhan penyandang disabilitas.
Kemudian pada tahun 2007, PRY mulai banyak terjun ke program rehabiitasi
bersumberdaya masyarakat.
Pada tahun 2011, PRY juga mulai mengembangkan Program Pengurangan
Resiko Bencanda Inklusi. Program ini merupakaan program edukasi kepada
masyarakat serta penyandang disablitas di dalamnya dalam mengurangi risiko
bencana sekaligus sebagai ranah advokasi penyandang disabilitas untuk bisa
memiliki peran di dalam masyarakat.
Fisioterapi
Unit ini membantu melatih kelayan paska-operasi maupun yang tidak dioperasi.
Bentuk pelayanan yang diberikan adalah perawatan, konsultasi, pengepasan alat
bantu dan kunjungan pada kelayan luar sentra. Pada saat ini, bagian ini dibantu
oleh 2 orang tenaga fisioterapi.
Terapi Okupasi
Kegiatan Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang menolong individu yang
mempunyai kelainan/kecacatan fisik dan atau mental baik yang bersifat
sementara/menetap dengan menggunakan aktifitas yang disesuaikan untuk
membantu pemulihan fungsi fisik, mental ataupun sosial secara optimal dibidang
perawatan diri, produktifitas dan yang bersifat rekreasi/menyenangkan.
Tujuan OT adalah membantu seseorang menjadi mandiri dalam beraktifitas baik
dengan alat bantu ataupun tanpa alat bantu terutama untuk aktivitas kesehariannya
(makan, minum, mandi, berpakaian, dan lainnya). Kemandirian sangat penting
19
untuk penyandang cacat terlebih bagi orang yang bukan cacat dari lahir.Mereka
harus belajar dari awal.
1. Jenis-jenis aktifitas yang dilakukan dalan terapi okupasi:
a. Aktifitas sehari-hari
Okupasi terapis kita melatih aktifitas-aktifitas tersebut diatas agar penyandang
cacat dapat melakukan sendiri seperti memakai / melepas / mengancingkan
baju, transfer dari kursi roda ke toilet / kursi / tempat tidur, makan, minum,
mandi, berhias, menggosok gigi, membersihkan setelah BAB / BAK.
Contoh : Okupasi terapis kita melatih bagaimana penyandang cacat dengan
amputasi kedua tangan bisa makan / minum sendiri. Jika diperlukan okupasi
terapis akan mendesain alat bantu untuk makan agar penyandang cacat bisa
makan sendiri.
b. Aktifitas rumah tangga
Okupasi terapis melatih penyandang cacat untuk dapat melakukan kegiatan
rumah tangga seperti mencuci, menyetrika baju, memasak, dsb dengan
memaksimalkan kemampuannya.
c. Aktifitas di waktu luang
Okupasi terapis juga memikirkan tentang kegiatan di waktu luang misalnya
bermain / hal yang bisa dilakukan oleh penyandang cacat yang bersifat
rekreasi untuk mengisi waktu luang.
Selain memberikan latihan kepada penyandang cacat yang ada di sentra,
Okupasi terapis juga melakukan kunjungan ke rumah penyandang cacat untuk
memberikan latihan dirumah dan melihat kondisi lingkungan disekitar rumah
penyandang cacat.
Bagi rumah yang tidak akses bagi penyandang cacat, OT akan mendesain
lingkungan yang dapat diakses oleh penyandang cacat untuk menunjang
kemandirian penyandang cacat dalam beraktifitas dirumah. Misalnya,
bagaimana kamar mandi yang bisa digunakan / akses untuk penyandang cacat,
bagaimana kursi roda bisa masuk ke setiap ruangan. OT juga melibatkan
keluarga dalam melatih penyandang cacat karena peran keluarga sangat
penting dalam kehidupan penyandang cacat.
OT juga memodifikasi kursi roda sesuai dengan kondisi penyandang
cacat.Semua ini dapat membantu kemandirian penyandang cacat dan mereka
20
akan lebih merasa percaya diri karena bisa melakukan semua sendiri tanpa
tergantung orang lain.
Pemberian Alat Bantu
PRY juga menyediakan alat bantu untuk
penyandang cacat seperti brace, sepatu
ortopedik, kursi roda, prothese, korset, splint,
dsb.
21
Mengupayakan agar penyandang cacat dapat menerima kondisi dirinya, mengurus
diri sendiri, mampu berpikir dan berpendapat dengan penuh tanggung jawab.
Mengupayakan kesadaran penyandang cacat akan hak dan kewajibannya, dapat
memahami lingkungan, tegas dan mempunyai rencana masa depan yang lebih baik.
Mengupayakan agar penyandang cacat mempunyai daya juang dan mampu
bekerjasama dengan masyarakat sekitarnya.
Mengupayakan para orang tua untuk menyadari dan menerima keadaan anknya
yang cacat dan memberikan dukungan dan arahan untuk masa depan anaknya.
Mengupayakan keterlibatan aktif orang tua dalam mengatasi permasalahan
diskriminasi masyarakat terhadap penyandang cacat (keluarganya).
Kursus Ketrampilan
MISI
1. Merehabilitasi penyandang cacat agar dapat mengefektifkan kemampuan fisiknya.
2. Memberikan peluang-peluang kepada penyandang cacat agar mandiri, kreatif, dan
produktif.
3. Meningkatkan rasa percaya diri penyandang cacat agar dapat bersosialisasi dengan
baik dalam lingkungannya.
4.Struktur Organisasi : lihat lampiran
5. Peran dan Tanggung Jawab
Dalam proses rehabilitasi sangat diperlukan adanya kerjasama yang terpadu
antara keluarga, masyarakat, pemerintah dan lembaga. Kerjasama yang terpadu ini
bertujuan untuk menumbuhkan peran dan tanggung jawab dari keluarga-
masyarakat dan pemerintah secara optimal.
6.Cerita Kelayan
23
MATIUS SUWITO
Matius Suwito diilahirkan dengan kondisi kedua kaki tidak mempunyai
telapak. Datang ke sentra pusat rehabilitasi Yakkum untuk mendapatkan bantuan
dua buah kaki buatan.
Dengan memakai kaki buatan, Matius Suwito tidak mengalami kesulitan dengan
mobilitasnya. Saat ini dia sekolah di daerah asalnya kelas III SD.
PARLAN
Parlan lahir dengan bentuk kaki bengkok ke belakang. Untuk membentulkan
kakinya, petugas lapangan Pusat Rehabilatasi Yakkum memerlukan waktu tiga
tahun untuk meyakinkan orang tua Parlan.
Dengan pendekatan secara intensif akhirnya, Parlan berhasil menjalani operasi
pembetulan kaki.
5. SLF
Program Reguler:
• Perawatan kesehatan kelayan
• VTC (kursus ketrampilan)
• Bantuan modal usaha
6. Rehabilim Trust Inc.
a. Program Reguler:
• Biaya umum
• Gaji karyawan
b. Program gempa Yogyakarta-Jateng
• Renovasi gedung
7. All Saint Anglican Church
a. Program Reguler:
• Biaya proyek
• Biaya umum
b. Program gempa bumi Nias dan Tsunami Aceh
8. Presbyterian church
Program Reguler:
• VTC (kursus ketrampilan)
• Bantuan uang sekolah
• Perawatan medis
9. PDA
Program gempa Nias (membiayai program rehabilitasi di Nias)
10. ROTARY Club
11. Handicap Internasional
25
C. Rumah Sakit Panti Waluyo
Jl. A Yani No. 1 Surakarta 57143
Telp. (0271) 712077
Fax (0271) 729125
1. Sejarah
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta pada awal berdirinya hanya
merupakan sebuah balai pengobatan yang dirintis pada tanggal 1 September 1937
oleh para bidan dan juru rawat dari Rumah Sakit Zending ( sekarang RS
Moewardi). Pada tanggal 1 Februari 1950 berdirilah jajasan Rumah Sakit kristen di
Djawa Tengah (YAKKUM), dan pada tanggal 1 januari 1955 menjadi perhimpunan
pengobatanKristen panti Waluyo yang bergabung dengan Jajasan Rumah Sakit
keristen di Djawa Tengah. Sementara itu, Balai pengobatan Panti waluyo menjadi
Rumah Bersalin Panti Waluyo dengan kapasitas 25 tempat tidur (TT). Rumah Sakit
Panti Waluyo merupakan satu-satunya rumah sakit Kristen di Wilayah Eks
Karisidenan Surakarta yang meliputi kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sragen.
Sejak tahun 1960 berubah menjadi rumah Sakit bersalin di bawah
koordinasi Yayasan kristen Untuk kesehatan Umum (YAKKUM). Tahun 1980
Rumah Sakit Panti Waluyo meningkatkan status sebagai Rumah Sakit tipe Madya
atau setara dengan kelas C dengan luas gedung ± 5000 m 2 di atas tanah seluas ±
3500 m2 dengan kapasitas 100 tempat tidur.
Pada awal tahun 2006 diresmikan gedung rumah sakit baru di sebelah
barat gedung rawat jalan (di jalan slamet riyadi). Gedung 5 lantai ini digunakan
untuk pelayanan rawat inap. Gedung ini dihubungkan dengan jembatan dengan
gedung lama (gedung rawat jalan) yang ada di jalan A. Yani. Seiring berjalannya
waktu, Rumah Sakit Panti Waluyo makin bertambah besar dan sekarang memiliki
kapasitas 155 tempat tidur (TT).
Kemudian pada tahun 2010 dilakukan proses akreditasi untuk 12 pelayanan,
yaitu administrasi, pelayanan medis, gawat darurat, keperawatan, peristi,
laboratorium, radiologi, farmasi, rekam medis, pengendalian infeksi nosokomial,
K3, dan kamar operasi, dengan hasil penilaian baik.
26
Pada pertengahan tahun 2010 dilakukan renovasi terhadap gedung rawat
jalan yang berada di jalan A. Yani. Renovasi ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama adalah renovasi gedung rawat jalan yang ada di sebelah selatan dan tahap
berikutnya untuk gedung yang di sebelah utara. Proses ini selesai pada bulan
Oktober 2011.
Rumah Sakit Panti Waluyo bekerjasama dengan Parkway Health Rumah Sakit
terkemuka di Singapura : Gleneagles Hospital, Mount Elizabeth Hospital dan East
Shore Hospital.
Terdapat pula Instalasi Radiologi-CT Scan dan USG; ruang operasi, klinik gigi,
medical Check Up, laser bagian rehabilitasi medik, Senam hamil, pemijatan bayi,
instalasi gizi.
27
Falsafah
Mewujudkan suatu keadaan damai sehat sejahtera yang harus dirasakan manusia
sebagai perwujudan kasih Allah dalam karunia karya penyelematanNya, dengan
mengembalikan fungsi dan kedudukan manusia sebagai ciptaan dan gambar Allah,
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan
dalam keutuhan ciptaan Allah.
4. Struktur Organisasi :
Direktur : dr. T. Soebroto, M.Kes
Ka. Divisi Pelayanan Medis dan Keperawatan : dr Yulita Ruli Titisari
28
Ka. Divisi Penunjang Medi : dr Lukas Sapto Wyasto, Msi
Ka. Divisi Keuangan dan Umu : Susanto, SE, MM. Akt
5. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Ruangan Instalasi Gawat Darurat sudah memiliki penataan ruang yang baik,
dan juga dilengkapi dengan fasilitas One Day Care (ODC) yang menyediakan
pelayanan bagi pasien yang memerlukan observasi tapi tidak memerlukan rawat
inap.
Instalasi Gawat Darurat memiliki dokter jaga. Dokter jaga IGD hanya bertugas
di IGD saja, namun tetap memriksa pasien umum.
Perawat yang bertugas di IGD sebanyak empat orang tiap shiftnya, ditambah
dengan satu orang siswa.
Tugas jaga IGD dibagi dalam tiga shift :
Pagi: jam 07.00-14.00
Sore: jam 14.00-21.00
Malam : jam 21.00-07.00
Tersedia mobil ambulance yang siap di depan IGD.
Denah IGD RS Panti Waluyo – Surakarta
1
IGD
TRIAGE
2
DOKTER
3
29
D. RSU Bethesda Lempuyang Wangi
Jl. Hayam Muruk no 6 Yogyakarta
Telp. (0274) 512257, 588002
Fax. (0274) 547253
1. Sejarah
1926 : dikenal sebagai Klinik Bersalin “Zuster Prins”
1998 : berubah fungsi sebagai BIDYANKES Lempuyangwangi yang saat itu
merupakan satelit RS Bethesda Yogyakarta.
2000 : mandiri menjadi “Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bethesda
Lempuyangwangi”.
2003 : berubah status menjadi Rumah Sakit Umum dengan nama RSU Bethesda
Lempuyangwangi.
30
4. Ruang Lingkup Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan :
Poliklinik Umum Poliklinik Kulit dan Kelamin
Poliklinik Gigi Poliklinik THT dan alergi
Poliklinik Anak Poliklinik Jiwa
Poliklinik Penyakit Dalam Poliklinik Jantung
Poliklinik Bedah Umum PIA Clinic
Poliklinik Bedah Anak Poliklinik Psikologi
Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Kamar Operasi
Pelayanan Perawatan Intensif
Pelayanan Radiologi
Rontgen
Ultrasonografi
Pelayanan Farmasi
Pelayanan Laborat
Pelayanan Rehabilitasi Medik
Pelayanan Gizi
Pelayanan Rekam Medik
31
E. RSK Ngesti Waluyo
Jl. Pahlawan, Parakan, Temanggung
Sejarah RSK Ngesti Waluyo sendiri dimulai tahun 1922, saat Markelyn membangun
sebuah Balai Pengobatan sederhana. Antara tahun 1929 hingga 1930, balai kesehatan
tersebut berkembang menjadi RS Pembantu Parakan (RSP Parakan-red) dibawah
pengawasan Dr J Offringa (pimpinan RS Petro Nella Jogyakarta/kini Bethesda-red).
Kemudian, tahun 1930 hingga 1942, pengawasan RSP Parakan diserahkan pada Dr GJ
Dreckmeier. Tercatat, ada sepuluh orang pribumi (enam mantri dan empat bidan),
yang mengelola RSP Parakan tersebut. Di masa pendudukan tahun 1942-1945, RSP
Parakan diambil alih Jepang. Mantri yang bertugas tersisa dua orang yaitu Elly
Martotenojo dan Soekarman.
Setelah Indonesia merdeka, RS ini kemudian diambil alih pemerintah RI. Ironisnya,
sejarah RS Pembantu Parakan antara rentang tahun 1945 hingga 1954 menggores,
institusi kesehatan ini berubah fungsi ‘cuma’ menjadi poliklinik. Karena, ‘zaal’ yang
dimiliki dipakai sebagai asrama polisi.
Mungkin nama RS Pembantu Parakan (yang kelak mejadi RSK Ngesti Waluyo-red)
tinggal kenangan, jika tiada inisiatif dari Ds Probo Winoto untuk membentuk tim
pengembalian RS Pembantu Parakan dari tangan pemerintah. Apalagi pada saat itu,
bupati Temanggung mengusulkan agar tanah dimana RS Pembantu Parakan pernah
berdiri, diganti dengan uang saja.
Namun, dengan itikad kuat dari tim yang bertugas, maka dikirimlah surat pada
Menteri Kesehatan saat itu, J. Leimena, agar RS Pembantu Parakan dikembalikan
pada fungsi sebenarnya. Akhirnya, pada pertengahan tahun 1955 permohonan tersebut
dikabulkan. Maka dimulailah pembangunan kembali RSP Parakan yang kondisinya
telah menjadi puing.
Nama inilah yang tetap eksis hingga kini dan terdaftar di Departemen Kesehatan
Indonesia. Selama perjalanan sejarahnya, RS ini dipimpin oleh 5 orang dokter baik
berkenegaraan Belanda maupun Indonesia.
Tentunya, sejarah panjang RSK Ngesti Waluyo juga dihiasi oleh prestasi. Justru,
prestasi mulai terukir di tahun 90-an. RS ini pernah tercatat sebagai Juara II
Penampilan Kerja Terbaik RSU Swasta tipe madya tahun 1991, dan pada tahun 1992
prestasi ini diperbaiki hingga menjadi juara pertama.
Di tahun yang sama, Menkes RI memberikan piagam dan piala dalam kategori RS
Swasta tipe madya yang meraih juara pertama dalam bidang Kemampuan Pelayanan
Kesehatan. Tahun 1994, RS ini mencatat prestasi dengan menjadi juara bertahan
penampilan kerja terbaik RSU Swasta tipe madya. Penghargaan ini diberikan Kanwil
Depkes Propinsi Jawa Tengah.
Tahun 1994 itu pulalah, RSK Ngesti Waluyo mencatat prestasi internasionalnya.
Yaitu, mendapat plakat penghargaan internasional sebagai “Baby Friendly Hospital
(RS Sayang Bayi)” dari WHO dan UNICEF.
2. Pelayanan 24 jam
a. Pelayanan IGD 24 jam e. Instalasi Laboratorium
b. Instalasi bedah sentral f. Instalasi Apotek 24 jam
c. Instalasi Radiologi g. Pelayanan Rawat Inap
d. Pelayanan Ct-Scan
3. Pelayanan Penunjang
a. Instalasi Radiologi e. Instalasi Fisioterapi
b. Instalasi Laboratorium f. Pelayanan CT-scan dan
c. Instalasi Gizi MRI
d. Instalasi farmasi
BAB II
VISI dan MISI
Visi Saya :
Menjadi dokter yang profesional, berintegritas, bisa diandalkan dan penuh kasih.
Misi Saya :
1. Memberikan pelayanan kesehatan di unit kerja Yakkum, khususnya di RS
Panti Wilasa “Citarum”.
2. Mengikuti berbagai seminar, simposium ataupun kursus-kursus di bidang
medis yang berhubungan dengan pelayanan di RS Panti Wilasa Citarum.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien sesuai dengan
kompetensi RS Panti Wilasa Citarum.
Program Kerja :
1. Untuk meningkatkan kemampuan dan skill individu, maka penulis
akan mengikuti berbagai seminar, simposium ataupun kursus-kursus di bidang
medis yang berhubungan dengan pelayanan di rumah sakit.
2. Untuk menyokong arah pengembangan Yakkum sebagi Parent Unit
maka penulis akan mendukung semua program kerja dari Yakkum sesuai
dengan bidang kerja penulis.
3. Untuk memberikan kinerja yang lebih baik maka penulis akan
melakukan evaluasi dan diskusi dengan kepala bagian instalasi gawat darurat
maupun dokter-dokter konsulen yang bekerja di lingkungan rumah sakit.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Hal yang akan saya lakukan untuk memajukan Yakkum di unit kerja saya (RS
Panti Wilasa Citarum ) adalah :
1. Berdasarkan visi Yakkum yang memberikan pelayanan kesehatan yang
tumbuh dan bertanggung jawab sosial maka, penulis akan mengabdikan
dirinya dengan memberikan pelayanan kesehatan di unit kerja Yakkum,
khususnya di RS Panti Wilasa “Citarum”.
2. Demi meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan maka akan mengadakan
jejaring pelayanan terpadu antar unit kerja Yakkum.
3. Untuk meningkatkan kemampuan dan skill individu, maka penulis akan
mengikuti berbagai seminar, simposium ataupun kursus-kursus di bidang
medis yang berhubungan dengan pelayanan di rumah sakit.
5. Untuk menyokong arah pengembangan Yakkum sebagi Parent Unit maka
penulis akan mendukung semua program kerja dari Yakkum sesuai dengan
bidang kerja penulis.
6. Untuk memberikan kinerja yang lebih baik maka penulis akan melakukan
evaluasi dan diskusi dengan kepala bagian instalasi gawat darurat maupun
dokter-dokter konsulen yang bekerja di lingkungan rumah sakit.
7. Setelah penulis mengadakan orientasi ke unit kerja Yakkum maka penulis
mendapatkan banyak kekurangan di IGD tempat penulis bekerja, maka
penulis akan meningkatkan IGD di tempat penulis bekerja agar dapat
memberikan pelayanan lebih baik.
8. Dalam rangka pengembangan promosi kesehatan rumah sakit, penulis akan
lebih aktif dalam menyelenggarakan promosi kesehatan baik secara pasif
maupun aktif.
LAMPIRAN
Foto-Foto