Disusun Oleh:
1
1. KAJIAN SITUASI UNIT
2
3. Mengutamakan keselamatan pasien dan pegawai
C. Motto
Motto ruangan Instalasi Bedah Sentral RSUD Bandung Kiwari yaitu “Cepat, tepat, dan akurat”.
3
yang ingin berkolaborasi dengan ruangan. Terdapat lebih dari 50 % SDM yang telah bergelar
Ners sehingga peluang untuk pengembangan bidang ini sangatlah tinggi
d. Lingkup Garap
Lingkup garapan meliputi upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian
asuhan keperawatan dilakukan perawat kepada seluruh pasien sesuai dengan kebutuhannya.
Adapun beberapa contoh pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien pre operatif, intra operatif
hingga postoperative yang dilakukan di ruang IBS seperti memfasilitasi kebutuhan religius
pasien dan keluarga yaitu berdoa sebelum memasuki ruang operasi, memberikan terapi O2,
membantu personal hygiene sampai dengan pemantauan kondisi pasien pada postoperative,
dan lain-lain. Dalam proses pemberian perawatan, selain pada preoperative IBS pun
memfasilitasi operasi pada anak dengan pendampingan orangtua baik ibu atau pun ayah
pasien di ruang operasi.
4
1.6 Dasar Hukum
● Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
● Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
● Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
● Undang-undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Anestesi
5
dengan semua jenis operasi, sebelumnya masih didominasi jenis operasi Obgyn namun
sekarang jenis operasi lain mulai dilakukan dan jumlahnya mulai imbang. Di luar lama tindakan
operasi, pasien di ruang IBS memiliki lama rawat selama 2 jam di ruang pemulihan dengan
tindakan observasi sebelum kemudian dipindahkan kembali ke ruang rawat inap. Jenis pasien :
SITO (perlu ditangani saat itu juga), semi cito, elektif
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 52
Perempuan 23 48
Pendidikan Terakhir
Sarjana 1 2
Sarjana Profesi 31 65
Magister 1 2
Secara garis besar IBS dikepalai oleh satu orang kepala instalasi unit. Selanjutnya
pembagian fungsi peran perawat IBS terdiri dari 1 orang koordinator ruangan, 1 orang
koordinator asisten anestesi, 1 orang clinical instructure, 3 ketua tim, 25 anggota tim, 7 orang
anggota tim post anestesi, dan 9 orang anggota tim anestesi.
2.2 Method
Metode yang digunakan di IBS adalah metode tim. Tim dikelompokan menjadi 3 yang
diketuai oleh ketua tim dan akan menjadi Penanggung Jawab (PJ) shift untuk memimpin dan
mengatur kegiatan dalam setiap shift yang sudah ditentukan. Kegiatan hand over atau operan
6
pasien dilakukan setiap pergantian shift, diwakili dan disampaikan oleh ketua tim yang menjadi
PJ shift. Pre dan post conference pada ruang IBS tidak selalu dilakukan secara rutin namun
selalu ada dalam agenda rapat untuk membahas mengenai kasus-kasus yang memerlukan
perhatian khusus bagi tim. Kasus yang biasa dibahas meliputi kasus yang jarang ditangani oleh
tim IBS dan dengan pasien dengan kategori khusus seperti balita atau anak-anak.
2.3 Material
Lokasi IBS RSUD Bandung Kiwari berada di lantai 5 gedung dengan beberapa lift
yang memiliki fungsi masing-masing (lift pengunjung sekaligus pegawai dan lift khusus
pasien). Lift khusus pasien diperuntukan untuk transfer pasien masuk & keluar IBS dan/atau
ruang rawat inap atau IGD. IBS juga memiliki depo farmasi internal yang merupakan sumber
supply alat-alat farmasi dan sediaan obat.
● Peralatan penunjang
No. Nama instrumen Jumlah instrumen
1 Abdominal hak 4
2 Abdominal retractor 4
4 Adson dressing 1
6 Alis klem 4
7 Anus scoop 1
8 Babcock macembung 8
9 Balfour 1
10 Ballon bakery 3
11 Banding forplate 1
12 Bending small 1
13 Bipolar forcapes 4
15 Bone kuret 8
16 Bormidas 1
7
17 Bozeman 10
18 Busi 29
19 Canul plastik 11
20 Carizone / aligator 11
22 Cunam abortus 4
23 Debakey forcapes 1
24 Duk klem 3
25 Ett 6
26 Evd 1
27 Finochietto retractor 1
28 Gunting 5
29 Handle lamp 11
30 Kelly retractor 3
31 Kent rectraktor 1
32 Klem usus 4
33 Knife handle 4
34 Koher kurp 7
35 Langen back 2
36 Laso 1
37 Liga clip 1
38 Lma 11
39 Mesh 1
40 Mixter 14
41 Myobor 2
42 Needle holder 4
8
43 Ogrok 2
55 Sand rectraktor 4
56 Selang suction 13
68 Set craniotomy 1
9
69 Set debridement 2
70 Set fsetnasal 1
71 Set hecting 1
72 Set hemoroid 1
75 Set ht no. 1 1
76 Set ht no. 2 1
77 Set ht no. 3 1
78 Set ht no. 4 1
79 Set kuret 16
80 Set le no. 1 1
81 Set le no. 2 1
82 Set minilaparatomi 2
83 Set nasal 1
84 Set preparasi 29
85 Set sc ok 15
86 Set tonsillectomy 1
90 Set tympono 1
91 Set vakum 1
92 Spatula 2
93 Spekulum 5
94 Sponge holding 1
10
95 Swit hak 2
97 Tempat jarum 5
98 Tenakulum 1
99 Tongue spatel 3
100 Us army 4
102 Volkman 3
11
3.4 International Patient Safety Goals
1) Identifikasi Pasien dengan Benar (Identify Patients Correct)
Menurut PMK 21 No 1691 tentang Keselamatan Pasien, salah satu sasaran yang
ditentukan adalah ketepatan identifikasi pasien dengan mengidentifikasi pasien menggunakan
dua identitas pasien. Hal ini dilakukan sebelum pemberian obat, darah atau produk darah serta
sebelum dilakukannya prosedur pengambilan darah ataupun spesimen lainnya untuk
pemeriksaan klinis. Di ruang IBS, biasanya perawat mengidentifikasi pasien dengan
menggunakan nama dan tanggal lahir. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar perawat
sudah melakukan identifikasi pasien yang sesuai namun masih ada perawat yang belum
melakukan proses identifikasi tersebut. Selain itu sebagai bentuk identifikasi pasien, seluruh
pasien di ruangan memakai gelang identitas dengan kriteria warna biru untuk laki-laki dan
warna pink untuk perempuan. Di dalam gelang tersebut terdapat pin warna untuk kondisi
tertentu seperti merah untuk alergi, kuning untuk resiko jatuh, dan ungu untuk DNR. Rekam
medis pasien ditata rapi di lemari yang diberikan tanda warna untuk setiap kamar pasien.
Setiap serah terima pasien antar shift, ruangan IBS menerapkan SBAR sesuai panduan.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hambatan seperti waktu, SDM dan lainnya. Perawat
ruangan IBS menggunakan teknik hand over ketika serah terima pasien antar shit, hand over
yang dilakukan merupakan poin-poin inti saja dari SBAR. Sedangkan metode SBAR juga
digunakan ketika transfer pasien antar ruangan. Selain itu, saat akan melakukan tindakan,
perawat melakukan komunikasi efektif kepada pasien dengan melakukan informed consent
terlebih dahulu. Komunikasi antar perawat dengan profesional lainnya juga dilakukan baik
melalui lisan maupun melalui telepon. Untuk penyampaian informasi secara lisan khususnya
evaluasi pasien dituliskan menggunakan metode SOAP dan penyampaian informasi melalui
telepon menggunakan metode TBaK.
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nov Des Jan
2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2023
12
373 307 376 372 445 379 420 445 502 493 469 512 542
org org org org org org org org org org org org org
2) Distribusi karakteristik pasien IBS berdasarkan jenis kelamin per 25 februari 2023
Laki-laki 82 18,5%
Lantai Lantai tidak licin dan rata serta berwarna hijau mayoritas, lantai
selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan ruangan sesaat
setelah dilakukannya tindakan operasi di setiap kamar operasi
Dinding Tembok berwarna putih dan hijau, bersih, dan baru dicat.
Dinding berupa tembok semen dilengkapi jendela, kaca dan
pintu. Tembok kokoh dan permanen. Setiap ruang operasi
13
Pencahayaan Pada umumnya sesuai dengan standar ruangan operasi dimana
fokus utama pencahayaan pencahayaan di ruangan operasi
adalah dengan lampu berwarna putih
Ventilasi Ruang operasi pada rumah sakit existing masih belum sempurna
terutama dalam mencapai kelembaban standar dan ruangan
tidak bertekanan positif, untuk menjaga kelembaban
ditambahkan dehumidifier portable di dalam ruangan, dimana
alat tersebut akan mengganggu penampilan dan lay out ruangan.
Ruang Penerimaan Ruang penerimaan pada ruang OK terdapat 8 bed yang terdiri
dari 4 brankar, 4 tempat tidur dan 2 kursi roda serta satu toilet
yang digunakan untuk berganti pakaian operasi oleh pasien
yang dapat mobilisasi ke kamar mandi.
Nurse station Terdapat nurse station di luar ruang operasi, tetapi kurang
efektif dipergunakan untuk menerima pasien.
14
non tenaga kesehatan perempuan dan laki laki
Ruang rapat Terdapat ruang rapat yang dilengkapi dengan meja yang
menunjang untuk bekerja baik itu oleh dokter atau perawat atau
bahkan mahasiswa
15
V. SWOT Analysis Ruangan
1. Man - Memiliki SDM yang 5 - Tenaga administrasi 4 - Memberikan 4 - Karena operasi CITO 3
(SDM) memadai dalam segi penerimaan dan kesempatan perawat yang tidak menentu dan
IT dalam transfer pasien di asosiet memperpanjang SDM yang kurang dapat
pengoperasian sistem ruangan operasi yang masa sertifikat pelatihan mengakibatkan penurunan
informasi RS belum bisa stand by di perawat bedah kualitas kerja karena
- Tingkat pendidikan setiap shift sehingga - Mengajukan kepada kelelahan yang dirasakan
SDM yang mayoritas dilakukan secara ketenagakerjaan untuk 4 oleh perawat
sudah sangat 4 mobile oleh PJ shift membuka perekrutan - Ruang IBS memiliki 4
memadai dalam dan perawat di ruang tenaga administrasi. resiko tinggi penularan
ruangan operasi pemulihan 5 penyakit kepada petugas
- Pendidikan perawat - Kepatuhan perawat kesehatan yang ada di IBS
- S2: 1 orang dalam menggunakan sehingga perlu dilakukan
- Ners: 31 orang APD di dalam ruang medical check up yang
- S1: 1 orang OK belum optimal dilakukan secara rutin.
- D4: 1 orang
- D3: 13 orang 4
16
2. Material - Sarana Prasarana yang 5 - Laptop yang tersedia 4 - Belum optimalnya - Kamar operasi yang 1
(Sarana & digunakan sudah untuk dokumentasi penggunaan flowchart difungsikan setiap waktu
Prasarana) memadai dan belum merata di dalam melakukan 4 dinas nya berbeda-beda
menggunakan setiap ruangan monitoring paling banyak 2 kamar
teknologi digital sehingga jika hemodinamik pasca operasi satu shift nya
(terdapat 8 kamar terdapat banyak operasi - Ruang IBS berada di lantai
operasi dengan operasi dalam satu 5 yang berarti berada di 2
peralatan yang waktu tengah-tengah gedung RS
menunjang) penggunaannya 3 Bandung kiwari, dengan
masih mobile. teknologi dan digitalisasi
- Belum adanya jalur 2 yang canggih ruang IBS
evakuasi bencana memiliki resiko terhadap
- Belum semua alat bencana alam
yang memiliki resiko - Ruang IBS memiliki
keselamatan kerja resiko tinggi terhadap
diberikan tanda potensi kerusakan alat
peringatan yang dapat menyebabkan 3
kecelakaan kerja
17
3. Method - Memiliki teknologi 4 - Belum adanya standar 3
(Administra administrasi APD yang digunakan
si & SOP) kepegawaian dan oleh tim operasi
ruangan yang sesuai dengan
canggih terintegrasi transmisi penyebaran 4
- Rumah sakit penyakit
memfasilitasi untuk - Masih terdapat
meningkatkan perawat yang setelah
kompetensi sumber operasi tidak mencuci
daya baik itu tangan dan tindakan
pelatihan ataupun aseptik saat 2
mengambil pemberian obat sesuai
pendidikan yang SOP
lebih tinggi - Belum adanya standar
operasional 3
penanganan untuk
mengatasi kecemasan
pre op
- Belum adanya
pemeriksaan
kesehatan rutin untuk 2
petugas kesehatan
18
yang ada di IBS 2
(perawat, dokter,
farmasi
- Belum adanya alur
kebencanaan
- Alur Kecelakaan
kerja
19
5.1 Kuadran SWOT
20
5.2 Strategi SWOT
Strategi Progresif :
1. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal
2. Strategi pengembangan rungan berada dalam keadaan yang menguntungkan. Dengan
tersedianya SDM, infrastruktur dan alur pelayanan yang baik dan memadai, maka dapat
meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan di ruang IBS.
21
5.3 Perencanaan Manajemen Asuhan Unit
Jawab Implementasi
22
terjadi bencana
ketika operasi
sedang berjalan
Belum 1. Membantu untuk 1. Mengidentifikasi 1. Tersedianya media Kelompok 2 1. Menyiapkan media mengenai
optimalnya meningkatkan APD apa saja yang mengenai cara Gelombang 1 cara memakai dan melepas
kepatuhan perlindungan diri digunakan sesuai penggunaan APD yang PPN 44 APD yang benar dan jenis APD
penggunaan agar terhindar dari dengan cara baik dan benar yang sesuai dengan dengan cara
APD tim bahaya atau penularan penyakit penularan penyakit penyerta
operasi untuk pajanan dari penyerta pada pada pasien
penanganan pasien pasien
pada pasien
infeksius di
ruang operasi
23
area steril di kewaspadaan 2. Meningkatkan 2. Keluarga mengetahui
ruang IBS) terhadap penularan kesadaran diri mengenai area steril di
infeksimelalui mengenai ruang penerimaan IBS
tangan pentingnya
mencuci tangan
untuk menjaga
kebersihan tangan
dalam
pengendalian
infeksi
24
yang ada di farmasi) serta perawat, tenaga kerja yang
IBS tenaga kerja farmasi) serta ada di IBS
yang ada di IBS tenaga kerja
yang ada di IBS
25
5.4 Implementasi Dan Evaluasi Manajemen Unit
Hasil Hambatan
1. Belum optimalnya 3-4 Maret Tersedianya Hambatan yang Memasang poster mengenai cara
1. Menyiapkan
2023 design poster dialami oleh pemakaian dan pelepasan APD
kepatuhan penggunaan APD media mengenai cara kelompok adalah dari level 1 sampai 3 dan
tim operasi untuk penggunaan dan sulitnya dalam penggunaan APD berdasar
mengenai cara pelepasan APD penentuan waktu penularan penyakit.
penanganan pada pasien memakai dan dari level 1 diskusi dan
sampai 3 dan waktu
infeksius di ruang operasi melepas APD penggunaan pelaksanaan
APD berdasar implementasi
yang benar penularan mengingat waktu
dan jenis penyakit lamanya praktek
di ruangan cukup
APD yang singkat.
sesuai dengan
dengan cara
penularan
penyakit
penyerta pada
pasien.
26
2. Belum adanya pemeriksaan Akan kami Hambatan yang Akan dilanjutkan penyampaian
1. Mengidentifi
fasilitasi untuk dialami adalah oleh kelompok selanjutnya pada
kesehatan rutin kepada kasi menyampaikann ketidaksesuaian gelombang kedua.
tenaga kesehatan (dokter, ya kepada jadwal dari yang
pemeriksaan pemegang sudah
perawat, farmasi) serta kesehatan kebijakan direncanakan
dari pihak
tenaga kerja yang ada di IBS apa saja yang akademik.
perlu
dilakukan
secara rutin
2. Menyampaik
an kepada
pihak RS
pada seminar
akhir
27
VI. Masalah Manajemen Asuhan Individu
Wawan Abortus Klien mengatakan nyeri - Nyeri Akut berhubungan dengan 1. Terapi Guide Imagery Terhadap
Junaedi Inkompletus dibagian bawah perut serta agen pencedera fisik ditandai dengan Penurunan Kecemasan Pasien Pre
Post Kuretase cemas karena Pasien mengatakan Operasi (Wahyuningsih, 2020)
akan dilakukan operasi nyeri pada bagian bawah perut
- Ansietas berhubungan dengan
krisis situasional takut akan
kehamilan kembali ditandai
dengan klien tampak gelisah dan
cemas
Devi G1P0A0 gravida Klien mengatakan khawatir Ansietas berhubungan dengan krisis 1. Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Oktaviani S 37-38 minggu + karena ini operasi situasional (kondisi bayinya) ditandai Pemulihan Pasien Pasca Operasi
LTP1x + Susp pertamanya, setelah operasi dengan klien mengatakan dengan Anestesi Umum
CPD + selesai Ny. khawatir karena ini operasi 2. Pengaruh Pemberian Terapi Dzikir
28
miopia minus 7+ C mengatakan bahwa pertamanya, setelah operasi selesai Terhadap Penurunan Tingkat
riwayat lupus dirinya merasa khawatir Ny. C mengatakan bahwa dirinya Kecemasan Pada Pasien Post SC.
dengan menanyakan kemana merasa khawatir dengan 3. Teknik Genggam Jari dan Stress Ball
bayinya menanyakan kemana bayinya dan Dapat Menurunkan Kecemasan Pada
dan kapan bisa bertemu kapan bisa bertemu dengan bayinya Pasien Sectio Caesarea di Rumah Sakit
dengan bayinya serta serta bagaimana kondisi bayinya, Bina Husada Tahun 2021.
bagaimana kondisi bayinya. klien tampak tegang dan tremor,
suara
bergetar.
Ardyanti G2P1A0 cemas ansietas Ansietas b.d. kurang terpapar Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam
Syafitri Gravida 37-38 informasi d.d gelisah Terhadap Kecemasan dalam menghadapi
minggu jatuh persalinan
letak oblique +
ISK
29
Maharani , Ema Melinda, 2021).
2. Terapi musik klasik (alunan piano)
menurunkan intensitas nyeri pada
pasien post operasi (Vera Sesrianty, Sri
Wulandari, 2018)
Messayu Invasive Keluhan nyeri dan cemas Nyeri Akut berhubungan dengan Manajemen Nyeri Non Farmakologi Guided
Fathasari H carcinoma of no karena post operasi agen pencedera fisik karena prosedur Imagery pada Pasien Post Operasi Carcinoma
special type operasi (mastektomi) ditandai Mammae
grade 3 mamae dengan Pasien mengatakan tangan
sinistra sebelah kirinya kaku dan nyeri,
pasien mengatakan nyeri di area
bekas pembedahan, terdapat luka
post operasi.
Cholilatur G2P1A0 gravida klien mengeluh nyeri Nyeri Akut b.d injury fisik 1. Penurunan Nyeri Pasien Post Sectio
Rohmania 27 (pembedahan, trauma jalan Caesarea Menggunakan Terapi Teknik
minggu+letak lahir,episiotomy) Relaksasi Benson
sungsang+post 2. Effectiveness of Deep Breathing
eklampsia di Relaxation and Music Therapy as a
rumah+Hiperten
30
si Emergency Pain-Reducing Intervention in
d.d PEB PostCaesarean Section Patients
3. Effect of Music Therapy Intervention in
Acute Postoperative Pain among Obese
Patients
Kharisma G1P0A0 cemas Ansietas b.d kurang terpapar 1. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap
Gita R parturien 40-41 informasi d.d klien bertanya kapan Perubahan Tingkat Ansietas Pada Ibu
minggu Kala I bisa kembali ke ruangan rawat dan Hamil Pre Operasi Sectio Caesarea
fase laten + bertanya kondisi bayi setelah 2. Hubungan Informed Consent Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
oligohidramnion prosedur operasi
Sectio Caesarea Di Ruang Operasi
+ susp. CPD +
ISK
31
MASALAH KEPERAWATAN PRIORITAS: KECEMASAN
MASALAH MANAJEMEN:
Belum optimalnya manajemen ansietas pada pasien pre operasi berhubungan dengan belum optimalnya perawat untuk melakukan informed consent
dan pemberian informasi pada pasien terkait prosedur yang akan dilakukan di ruang IBS.
Belum optimalnya manajemen ansietas pada pasien pre operasi berhubungan dengan belum optimalnya perawat untuk melakukan
informed consent dan pemberian informasi pada pasien terkait prosedur yang akan dilakukan di ruang IBS.
Man - Saat melakukan penerimaan, perawat hanya 1. Perawat dapat menanyakan keluhan pasien saat
melakukan inform concern saja dan perawat belum pasien berada di ruang penerimaan dan
optimal dalam mengkaji kondisi pasien pre operasi pemulihan dan memberikan intervensi sesuai
dimana komunikasi terapeutik perawat belum dengan kebutuhan pasien serta informasi yang
optimal. dibutuhkan oleh pasien. Contoh pada pasien
- Saat memasuki ruang pemulihan perawat RR SC, perlunya pemberian informasi/penjelasan
hanya melakukan pemasangan elektroda untuk pra operasi mengenai bayi setelah dilahirkan.
dilakukan monitoring hemodinamik dan dibiarkan 2. Perawat bisa menyarankan terapi distraksi yang
saja untuk diobservasi selama 2 jam tanpa mudah dilakukan oleh pasien seperti terapi yang
32
memberikan penjelasan mengenai bayi bagi pasien digunakan seperti dengan berdzikir, berdoa,
post SC atau pun menanyakan kondisi pasien saat mendengarkan musik religi, murottal Al-
itu. Qur’an dan lainnya (Fadholi & Mustofa, 2020)
atau musik klasik untuk menurunkan
kecemasan. Menurut Priyanto, Kamal, &
Dahlia (2019) menyebutkan bahwa terapi
murottal Al-Qur’an memiliki ritme yang
konstan, teratur dan tidak berubah secara tiba-
tiba. Tempo murottal al-Qur’an pendek dan
nadanya rendah, sehingga memiliki efek
relaksasi. Suara Al-Quran meredakan stress dan
meningkatkan ketahanan terhadap stress,
meningkatkan relaksasi, ketenangan dan
kenyamanan, membantu mengatasi insomnia,
meningkatkan imunitas, dan meningkatkan
kecerdasan spiritual serta meningkatkan
kenyamanan (Rilla, Ropii, & Sriati, 2014).
Material Tidak ada alat penunjang khusus yang digunakan dalam Perawat bisa menggunakan metode distraksi musik
melakukan intervensi terkait distraksi untuk atau terapi murottal menggunakan speaker.
mendengarkan musik atau murottal al-qur’an seperti
33
speaker.
Method
1. Belum ada lembar observasi secara khusus 1. Tambahan lembar observasi penunjang terkait
mengenai ansietas di ruangan baik penerimaan ansietas post op.
maupun pemulihan 2. Pengkajian pre op dilakukan lebih optimal
2. Belum optimalnya pengkajian pre operasi kepada 3. Perawat seharusnya memberikan penjelasan
pasien mengenai bayi pasien dan plasenta, sehingga
3. Setelah masuk ruang pemulihan, perawat tidak pasien tidak khawatir mengenai kondisi bayi
memberikan edukasi atau penjelasan mengenai dan plasentanya.
informasi bayi dari pasien.
34
sebelum operasi dan kondisi kecemasan pada informasi kepada memberikan mengenai
bayi post operasi untuk pasien perawat mengenai edukasi/penjelasa informasi bayi
mengurangi kecemasan pada informasi bayi n mengenai pada saat
klien. Selain itu, belum pada pasien post informasi bayi penerimaan
adanya intervensi untuk SC serta teknik pada pasien post pasien SC
menurunkan kecemasan distraksi untuk SC dan - Demonstrasikan
pada pasien dengan mengurangi demonstrasi mengenai terapi
memberikan distraksi musik kecemasan pre mengenai distraksi terapi
dan post operasi. distraksi terapi musik.
musik. - Kaji tingkat
Material
ansietas pada
Material
Menyarankan pasien pre dan
35
Method Tersedianya
lembar kuesioner
Menyarankan
ansietas pada
untuk mengkaji
pasien pre-post
tingkat ansietas
operasi dan
pasien pre dan
tersedianya SOP
post operasi serta
kecemasan di
memberikan
ruangan serta
informasi
memberikan
mengenai bayi
intervensi terapi
pada pasien post
musik.
SC
36
6.3 Implementasi Dan Evaluasi Manajemen Asuhan Keperawatan
Ny. C 22/02/2023
1. Memonitoring tanda- S: Ny. C mengatakan
G1P0A0 Pukul 16.35 tanda ansietas (verbal sudah merasa lega dan
gravida 37-38 maupun non verbal) ingin segera menemui
dengan mengkaji
37
minggu + perasaan klien anaknya.
LTP1x + Susp sebelum operasi dan
CPD + miopia sesudah operasi. O:
mins 7+ 2. Menciptakan suasana
terapeutik untuk - Pasien terlihat
riwayat lupus lebih rileks
menumbuhkan
tingkat kepercayaan - Pasien banyak
dengan menemani bercerita
pasien untuk mengenai
mengurangi pekerjaannya dan Devi Oktaviani S
kecemasan dan perasaannya saat
menjelaskan ini
perkiraan operasi - Pasien tidak
yang akan dilakukan tampak tremor
3. Membantu lagi
15.20 mengganti pakaian - -
klien dan membawa Hemodin
klien ke ruang amik selama di
operasi ruang pemulihan
4. Melakukan observasi 15 menit pertama
15.25 operasi SC TD 90/55, HR
5. Membawa klien ke 56. RR 22, SpO2
16.15 ruangan PACU dan 100, 30 menit
mengobservasi TD 97/66, HR
selama di ruang 58. RR 19, SpO2
pemulihan serta 100, 45 menit
melakukan TD 101/65, HR
monitoring 71. RR 19, SpO2
hemodinamik pasien. 100, 60 menit
Lalu menjelaskan TD 115/71, HR
perkiraan pasien di 65. RR 18, SpO2
ruang pemulihan 100, 90 menit
6. Memberikan TD 122/77, HR
kesempatan kepada 73. RR 20, SpO2
38
pasien untuk 100, 120 menit
mengungkapkan TD 122/83, HR
perasaannya 81. RR 19, SpO2
7. Memberikan 100.
penjelasan mengenai
kondisi bayi A : Masalah teratasi
8. Membawa klien
untuk transfer ke P : Intervensi dihentikan
18.15 ruangan.
39
perasaan pasien saat mengatakan skala nyeri Anisa Anggraeni
ini 3 dari 10
3. memberikan Mustikasari
Ny R mengatakan
penjelasan mengenai sudah merasa lebih Budiana
waktu operasi dan tenang karena sudah
waktu pemulihan
4. melakukan observasi
dioperasi
tindakan Repair
Ny R mengatakan
Wound Dehisence ingin bertemu anak nya
5. melakukan dirumah
O
mobilisasi keruang
Pasien telihat lebih
pemulihan
tenang dan tidak
6. melakukan
gelisah
observasi
Pasien tidak terlihat
hemodinamik
berkeringat
pasien
pemasangan tampon
7. melakukan
kasa di vagina
pengkajian post
sebanyak 1 buah
operasi mengenai
Hemodinamik diruang
perasaan pasien
pemulihan
8. Memberitahukan
TD : 116/79 mmhg,
kondisi klien dan
HR : 90x/m RR:
lama rawat klien di
18x/m, SpO2 : 100%
ruang pemulihan
TD : 120/69 mmhg,
9. Mobilisasi klien
HR : 78x/m RR:
untuk transfer
20x/m, SpO2 : 100%
ruangan rawat inap
TD : 111/49 mmhg,
HR :71x/m, RR:
20x/m,SpO2 : 100%
TD : 118/80 mmhg,
HR : 80x/mRR: 19x/m,
40
SpO2 : 100%
TD : 125/80 mmhg ,
HR 82x/m RR: 18x/m,
SpO2 : 100%
TD : 130/85
Mmhg HR : 85x/m
RR: 18x/m, SpO2 :
100%
TD : 125/78 mmhg,
HR : 89x/m RR: 20x/m
,SpO2 : 100%
TD : 118/89
mmhg,HR : 90x/m RR:
20x/m SpO2 : 100%
TD : 90/80 mmhg,HR :
89x/m RR: 19x/m
SpO2 : 100%
TD : 118/90 mmhg,
HR 90x/m, RR: 20x/m,
SpO2 : 100%
TD : 98/70 mmhg, HR
: 89x/m, RR: 20x/m,
SpO2 : 100%
TD : 99/82
mmhg, HR : 95x/m,
RR: 20x/m, SpO2 :
100%
A
masalah teratasi sebagian
P
intervensi dilanjutkan
41
Ny. E Rabu 1. Mengkaji perasaan S:
22/02/2023 pasien sebelum - Ny.E mengatakan
dilakukan oprasi dan awalnya takut untuk
harapannya setelah dilakukan oprasi
dilakukan oprasi tetapi saat ini sudah
2. Menjelaskan perkiraan menerima dan
lama oprasi dan pasrah
observasi - Ny.E mengatakan Messayu Fathasari
3. Menjelaskan lelah karena
kemungkinan adanya penyakit yang di
nyeri yang mungkin deritanya
akan timbul setelah O:
dilakukan oprasi - Pasien tampak
4. Membantu pasien untuk terlihat menangis saat
mengganti pakaian sedang bercerita
oprasi - Pasien dapat
5. Menganjurkan pasien menahan rasa
untuk berdzikir dan sakitnya
tarik napas dalam - Pasien tampak tenang
supaya perasaan takut setelah dilakukan
dan cemas berkurang oprasi
6. Melakukan mobilisasi - TD: 171 mmHg
pada pasien ke OT 5 - HR: 77x/menit
7. Melakukan observasi - RR: 19x/menit
tindakan masektomi - SpO2: 99
8. Melakukan mobilisasi A:
pasien ke ruang RR Masalah teratasi sebagian
9. Melakukan observasi P:
pemulihan pasien Intervensi dihentikan
10. Memberitahukan
kondisi pasien dan
lama rawat klien di
ruang pemulihan
42
11. Menggali perasaan
pasien setelah dilakukan
tindakan oprasi
O:
A: masalah teratasi
43
sebagian
P: Intervensi dihentikan
44
6.4 Kesimpulan
Masalah manajemen pada Ruangan IBS yang telah disepakati oleh pihak IBS dan Tim
adalah berupa belum optimalnya kepatuhan penggunaan APD tim operasi untuk penanganan
pada pasien infeksius di ruang operasi dan Belum adanya pemeriksaan kesehatan rutin kepada
tenaga kesehatan (dokter, perawat, farmasi) serta tenaga kerja yang ada di IBS. Rencana
tindakan yang telah disusun berupa penyusunan poster dan banner terkait APD yang digunakan
sesuai dengan pajanan penyakitnya serta pembuatan video edukasi mengenai APD yang
diperuntukan bagi orangtua yang menemani anaknya untuk operasi. Penguatan rasionalisasi
mengenai diperlukannya pemeriksaan kesehatan serta diusahakannya untuk memfasilitasi
usulan mengenai pemeriksaan kesehatan bagi perawat yang ada di IBS. Implementasi telah
terlaksana dengan catatan terdapat 1 dari 2 indikator keberhasilan telah tercapai. Hambatan
secara keseluruhan, yaitu keikutsertaan waktu yang terbatas dan kurang untuk melakukan
observasi pasca implementasi, keterbatasan anggota tim ketika berdiskusi dikarenakan selalu
ada yang sedang bertugas. Masalah manajemen asuhan pada ruang IBS adalah Belum
optimalnya pemberian informasi terkait pelaksanaan prosedur sebelum operasi adapun rencana
implementasi yang kami lakukan berkaitan dengan masalah tersebut adalah Memberikan
penjelasan terkait kemungkinan waktu operasi, waktu pemulihan, dan kondisi bayi post operasi
serta tentu mengkaji perasaan klien sebelum operasi.
6.5 Saran
Pihak Ruangan selanjutnya dapat meneruskan implementasi yang telah diberikan dan
melakukan evaluasi secara berkala, dengan (1) melakukan evaluasi kepatuhan penggunaan
APD; (2) melakukan pemantauan terhadap penggunaan APD sesuai pajanan penyakit; (3)
melakukan evaluasi mengenai pasien infeksius dengan tingkat keterpaparan penyakit sesuai
45
dengan pajanan nya; (4) menindaklanjuti hasil evaluasi rutin terkait realisasi kepatuhan
penggunaan APD.
46
Daftar Pustaka
CDC. Recommended Guidance for Extended Use and Limited Reuse of N95
Filtering Facepiece Respirators in Healthcare Settings. 2018
CDC.Strategies for Optimizing the Supply of N95 Respirators. 2020
CDC. Strategies for Optimizing the Supply of Facemasks. 2020
CDC. Strategies for Optimizing the Supply of Isolation Gowns. 2020
CDC. Strategies for Optimizing the Supply of Eye Protection. 2020
CDC.Interim Guidance for Collection and Submission of Postmortem Specimens from
Deceased Persons Under Investigation (PUI) for COVID-19,2020.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1: Quality
Assurance.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor No 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan
Prasarana Rumah Sakit from
https://dinkes.kedirikab.go.id/konten/uu/97467PMK_No._24_ttg_Persyaratan_Teknis_B
angunan_dan_Prasarana_Rumah_Sakit.pdf
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
Retrieved from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__30_Th_2019_ttg_Klasifik
asi_dan_Perizinan_Rumah_Sakit.pdf
47
LAMPIRAN
48