Anda di halaman 1dari 59

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENATALAKSANAAN MANAJEMEN NYERI DAN PERAWATAN LUKA PADA


PASIEN POST SECTIO CAESAREA

Disusun Oleh:
Mahasiswa Program Profesi Ners Angkatan XLIV Stase Manajemen Keperawatan
Gelombang 1

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3

1.2 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................................... 6

1.3 Manfaat Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................................ 6

BAB II ............................................................................................................................................ 8

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 8

2.1 Konsep Nyeri......................................................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian nyeri .............................................................................................................. 8

2.1.2 Etiologi ........................................................................................................................... 8

2.1.3. Pengukuran Nyeri .......................................................................................................... 9

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri saat persalinan antara lain ............ 10

2.1.4 Relaksasi Nafas Dalam ................................................................................................. 12

2.1.5. Foot Massage ............................................................................................................... 13

2.2 KONSEP PERAWATAN LUKA ..................................................................................... 16

2.2.1 Definisi Luka . ........................................................................................................... 16

2.2.2 Jenis Luka ..................................................................................................................... 16

2.2.3 Tanda Infeksi Luka ....................................................................................................... 18

2.3 .Konsep Perawatan Luka ..................................................................................................... 19

2.3.1 Definisi perawatan luka ................................................................................................ 19

2.3.2 Tujuan perawatan luka................................................................................................. 19

2.3.3 Alat-alat yang di gunakan ............................................................................................. 19

2.3.4 Cara perawatan luka ..................................................................................................... 20

1
2.3.5 Dampak tidak melakukan perawatan luka .................................................................... 21

BAB III ......................................................................................................................................... 22

METODE PELAKSANAAN ..................................................................................................... 22

3. 1 Kerangka Pemecahan Masalah........................................................................................... 22

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah ............................................................................................. 22

3.3 Sasaran ................................................................................................................................ 23

3.4 Metode Kegiatan Dan Tahapan Kegiatan ........................................................................... 23

3.4.1 Metode Pembelajaran ................................................................................................... 23

3.4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................................... 23

3.4.2 Media yang Digunakan ................................................................................................. 23

BAB IV ......................................................................................................................................... 25

RENCANA, HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 25

4.1 Rencana Kegiatan................................................................................................................ 25

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses persalinan merupakan keadaan yang melelahkan secara fisik dan psikis. Pada proses
persalinan seringkali dilakukan tindakan pengguntingan pada perineum atau abdomen untuk
melancarkan proses persalinan. Luka setelah proses persalinan dapat menimbulkan perasaan nyeri
pada Ibu post partum (Fatmawati, E., 2019). Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang
sering dikeluhkan ibu post partum. Nyeri post partum dapat terjadi karena berbagai macam sebab,
antara lain yaitu kontraksi uterus selama periode involusi uterus, pembengkakan pada payudara
karena proses laktasi yang belum adekuat, perlukaan jalan lahir, dan perlukaan insisi bedah pada
ibu post sectio caesarea (SC) (Rohmah, N., 2017). Selain itu, dampak dari nyeri akan muncul
perasaan khawatir saat akan bergerak, mengakibatkan pengeluaran lochea menjadi tidak lancar
dan akan menimbulkan subinvolusi uteri, sehingga meningkatkan resiko perdarahan dan infeksi.
Nyeri juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses pemenuhan perawatan diri, yang dapat
mengakibatkan proses perawatan luka menjadi lebih lama.

Menurut Potter dan Perry, nyeri dapat dirasakan pada berbagai macam tingkatan
mulai dari nyeri ringan, sedang hingga nyeri berat. Tingkatan nyeri yang dirasakan Ibu post partum
tergantung dari banyaknya sumber penyebab nyeri, toleransi Ibu terhadap nyeri, dan faktor
psikologis dan lingkungan (Rohmah, N., 2017). Nyeri yang dirasakan oleh Ibu post partum
menimbulkan perasaan tidak nyaman, hal ini merupakan masalah serius serta akan menimbulkan
dampak berupa gangguan kesehatan yang dapat mengganggu proses perawatan Ibu post partum
dan bayinya. Hal ini harus segera ditangani agar dapat meningkatkan kenyamanan Ibu post partum
(Harnany dkk., 2021). Tindakan tersebut dapat berupa tindakan farmakologis dengan memberikan
obat analgesik dan tindakan non farmakologis. Tindakan
non farmakologis untuk menurunkan nyeri pada Ibu post partum diantaranya yaitu distraksi,
relaksasi, masase/pemijatan, hipnoterapi, imajinasi terbimbing, psiko profilaksis, dan akupresur.

Perawat sebagai edukator dapat memberikan pengetahuan, informasi, dan pelatihan

3
keterampilan kepada pasien khususnya Ibu post partum dan keluarga pasien dalam upaya
menurunkan tingkat nyeri, sehingga perlu dilakukan edukasi terkait manajemen nyeri pada pasien.
Hal ini menjadi penting untuk dimasukkan dalam rencana perawatan yang kompleks pada pasien.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nasriati dkk (2016), bahwa pemberian edukasi tentang
nyeri dan manajemen nyeri dapat menurunkan intensitas nyeri. Manajemen nyeri dapat
diimplementasikan pada Ibu post partum dan diharapkan hal ini dapat meningkatkan kepuasaan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Dalam hal ini, edukasi manajemen nyeri yang akan diberikan yaitu relaksasi nafaA dalam,
foot massage, dan kompres. Tujuan dari pemberian edukasi diantaranya terdiri dari tujuan umum
dan khusus. Adapun tujuan umum yaitu diharapkan klien/pasien dan keluarga mampu mengetahui
terkait manajemen nyeri dan mampu melakukan manajemen nyeri secara non farmakologi yaitu
dengan relaksasi nafas dalam, foot mkompres. Tujuan khusus dari edukasi ini diantaranya klien
dan keluarga dapat assage dan mengetahui tentang pengertian nyeri, penyebab nyeri pada ibu post
partum, jenis pengukuran skala nyeri, manajemen nyerisecara farmakologi dan nonfarmakologi,
dan mampu mempraktekkan relaksasi nafas dalam dan pijat kaki. Kemudian, manfaat dari
pemberian edukasi manajemen nyeri yaitu meningkatkan perasaan nyaman dan menurunkan nyeri
pada Ibu post partum elain masalah nyeri, biasanya ibu post memiliki masalah yang lainnya
terutama pada ibu post partum dengan cara sectio caesarea. Perawatan pada masa postpartum harus
menjadi perhatian karena diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama kematian
ibu yaitu karena perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, lain – lain 40,8 % (Gustirini,
2021). Morbiditas pada minggu awal post partum biasanya disebabkan karena mastitis, infeksi
traktus urinarius, infeksi pada episiotomi atau laserasi, dan penyakit lainnya (Nurrahmaton, 2019).
Faktor penyebab terjadinya infeksi puerperium dapat berasal dari perlukaan jalan lahir yang
merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya kuman. Hal ini dapat disebabkan karena daya
tahan tubuh ibu yang rendah setelah melahirkan, serta perawatan dan kebersihan perineum yang
kurang baik (Trisnawati & Muhartati, 2015)
Kepercayaan dan keyakinan ibu terhadap budaya tentang perawatan ibu postpartum masih
banyak dijumpai di lingkungan masyarakat. Masyarakat meyakini budaya perawatan ibu setelah
melahirkan dapat memberikan dampak yang positif bagi ibu (I. S. Rahayu, Mudatsir, & Hasballah,

4
2017). Banyak kepercayaan dan keyakinan budaya perawatan ibu postpartum yang dinilai kurang
menguntungkan, di antaranya pembatasan asupan cairan, makanan dibatasi dan hanya boleh
makan sayur-sayuran, tidak boleh mandi, diet makanan, tidak boleh keluar rumah, menggunakan
alas kaki, menggunakan gurita, tidak boleh tidur di siang hari bahkan mereka meyakini kolostrum
tidak baik untuk anak (Endriyani, 2020)
Pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan luka perineum yang baik dan benar masih
sangat kurang, seperti mencuci tangan sebelum membersihkan area genitalia, mengeringkan
genitalia setelah BAK dan BAB, serta melakukan cebok dari depan ke belakang. Ketidaktahuan
ibu postpartum tentang perawatan perineum yang baik dan benar dapat menyebabkan infeksi di
area luka perineum. Kemungkinan terjadi infeksi akan lebih besar pada ibu yang memiliki
pengetahuan rendah atau kurang karena kesalahan dalam perawatan luka perineum (SAGALA,
2020)
Luka perineum adalah perlukaan perineum pada diafragma urogenitalis dan musculus
lateral ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal. Ruptur adalah luka pada perineum yang
diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu
pada saat proses persalinan normal sedangkan episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada
perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi
(Nurrahmaton, 2019) Luka perineum tersebut umumnya membutuhkan waktu penyembuhan 6 hari
sampai 7 hari.(Nurrahmaton, 2019). Nyeri yang ditimbulkan akibat luka perineum akan
berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan ibu postpartum, termasuk dalam menyusui,
perawatan bayi dan pekerjaan sehari-hari (Mohammadi et al., 2014)
Perawatan khusus sangat diperlukan agar daerah genetalia yang mengalami perlukaan bias
sembuh dengan cepat tanpa komplikasi. Menurut Sari, (2019) tindakan menjaga kebersihan pada
daerah perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama. Selain itu
Bahiyatun (2009), juga menyebutkan bahwa perawatan yang bisa dilakukan oleh ibu post partum
seperti mengganti pembalut sesering mungkin setiap kali mandi atau setiap 4 sampai 6 jam,
melepas pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari penyebaran bakteri dari daerah
anus ke vagina, membersihkan luka perineum dengan air hangat, menganjurkan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin, anjurkan ibu untuk tidak
menyentuh luka perineum sampai area tersebut pulih.
Kurangnya pengetahuan ibu nifas di Indonesia masih sangat tinggi, penelitian

5
(Simanjutak& Syafitri, 2019) menunjukan 60 % ibu nifas kurang mengetahui tentang perawatan
luka perineum (Afrilia & Sari, 2018). Maka dari itu dibutuhkan upaya dalam meningkatkan
pengetahuan ibu nifas dalam perawatan luka perineum. Hasil penelitian kepada ibu nifas di India,
program edukasi terstruktur sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dalam merawat luka
perineum yang berdampak pada kondisi luka perineum menjadi baik dan tidak infeksi (Praveen
dkk, 2018). Penelitian lain juga menunjukan edukasi bagi ibu nifas sangat signifikan meningkatkan
pengetahuan ibu dalam perawatan masa nifas (Herval dkk, 2019). Ibu nifas yang memiliki
pengetahuan baik dalam perawatan luka perineum maka sangat membantu dalam proses
penyembuhan luka perineum. Hal ini didukung oleh penelitian Sari, (2019). bahwa ibu nifas yang
mampu melakukan perawatan luka perineum signifikan mempengaruhi waktu penyembuhan luka
lebih cepat Masalah yang sering terjadi pada ibu postpartum adalah kurangnya pengetahuan ibu
dalam melakukan perawatan luka perineum. Perlukaan jalan lahir merupakan media yang baik
untuk berkembangnya kuman sehingga menjadi penyebab terjadinya infeksi. Peran perawat sangat
dibutuhkan dalam memberikan Konseling, Informasi dan Edukasi tentang perawatan luka
perineum pada minggu pertama setelah melahirkan

1.2 TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN

a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pesert mengenai penatalaksanaan asuhan
pada pasien post sectio caesarea
b. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan ini peserta dapat
mengetahui:
1) Penatalaksanaan nyeri pada pasien post bedah
2) Penatalaksanaan untuk mempercepat penyembuhan luka post bedah
3) Pencegahan infeksi pada luka post bedah

1.3 Manfaat Pelaksanaan Kegiatan

1) Meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam penerapan program pengabdian pada


masyarakat dengan mengimplementasikan ilmu keperawatan yang telah dipelajari

6
2) Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien terkait penatalaksanaan nyeri post section
caesarea dan perawatan luka
3) Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien terkait penatalaksanaan untuk mempercepat
penyembuhan luka, dan
4) Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien terkait pencegahan infeksi pada luka post
sectio caesarea

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP NYERI

2.1.1 Pengertian nyeri

Menurut The International Association for the study of pain (IASP) nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan
jaringan secara potensial dan aktual. Sementara menurut Mubarak, dkk (2015), nyeri adalah
perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang
dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan
sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Menurut Berger pada tahun 1992, nyeri
diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan
pengalaman sensori, persepsi, dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa
detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan. Sementara, nyeri kronik
merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang berlangsung selama enam bulan
atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya.
Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat seseorang sanggup
menahan nyeri sebelum mencari pertolongan. Tingkat toleransi yang tinggi berarti individu
mampu menahan nyeri yang berat sebelum ia mencari pertolongan. Meskipun setiap orang
memiliki pola penahan nyeri yang relatif stabil, tingkat toleransi berbeda tergantung pada situasi
yang ada

2.1.2 Etiologi

Rasa nyeri yang dirasakan setelah ibu melahirkan diakibatkan karena rahim seorang ibu
hamil akan membesar sesuai ukuran janin yang dikandung. Begitu bayi lahir maka perlahan-lahan
rahim akan menyusut dan mengecil hingga sebesar buah pir kecil. Proses kembalinya ke bentuk
semula dari rahim ini disertai dengan rasa seperti kram pada perut. Dalam kebidanan disebut

8
dengan kontraksi rahim. Kontraksi rahim ini diperlukan agar rahim dapat segera mengecil dan
pembuluh darah yang erluka saat lepasnya ari-ari dari dinding rahim dapat segera menutup
kembali, sehingga tidak terjadi perdarahan. Hal tersebut yang biasanya ibu rasakan setelah
melakukan proses persalinan. Sensasi nyeri seperti kram ini semakin terasa saat menyusui, ibu tak
perlu cemas karena justru dengan rangsangan hisapan bayi akan membantu keluarnya hormon
oksitosin yang membantu proses kontraksi rahim tersebut
Nyeri post partum juga bisa ibu rasakan akibat adanya robekan jalan lahir baik secara
spontan maupun disengaja. Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum untuk
memperlebar jalan lahir menurut alur waktu tertentu, insisi dilakukan pada saat kontraksi, ketika
jaringan sedang merentang, agar mudah terlihat daerahnya, dan perdarahan dengan kemungkinan
tidak terlalu parah (Nurasiah Ai dkk,2014). episiotomi adalah perobekan yang sengaja dibuat di
perineum antara lubang vagina dan anus dibuat untuk mempermudah kelahiran bayi. Adanya
episiotomi mengakibatkan ibu harus dilakukan penjahitan luka untuk menutup kembali tindakan
insisi pada daerah perineum yang dapat menyebabkan nyeri pada ibu
Sementara pada ibu yang melakukan persalinan dengan metode Sectio Caesarea rasa nyeri
akan timbul akibat luka insisi pada bagian perut yang menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan 10 prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi

2.1.3. Pengukuran Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang itulah yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.
Nyeri persalinan adalah suatu perasaan tidak nyaman berkaitan dengan adanya kontraksi
uterus, dilatasi dan effacement serviks, penurunan presentasi, peregangan vagina dan perineum
yang berakhir di kala IV persalinan, persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Pada kala pengeluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira
2 -3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot
– otot dasar panggul yang menimbulkan rasa mengedan. Terjadi tekanan pada rektum, ibu merasa

9
ingin buang air besar, dan tanda anus terbuka. Penyebab nyeri melahirkan yaitu dilatasi serviks
dan pengeluaran janin.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2016 tanda dan gejala dari nyeri
melahirkan sebagai berikut:
1) Tanda Mayor : mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan, ekspresi wajah meringis,
berposisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat.
2) Tanda Minor : mual, nafsu makan menurun/meningkat, tekanan darah meningkat,
frekuensi nadi meningkat, ketegangan otot meningkat, pola tidur berubah, fungsi berkemih
berubah, diaforesis, gangguan perilaku, perilaku ekspresif, pupil dilatasi, muntah, fokus
pada diri sendiri.

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri saat persalinan antara lain

1. Usia
Usia dewasa menggambarkan kematangan dalam pola berfikir dan bertindak.
Respon fisiologis yang ditampilkan oleh ibu melahirkan tergantung dari tingkat nyeri.
Gambaran tersebut menyebabkan ada perbedaan pemahaman nyeri selama bersalin. Ibu
melahirkan di usia dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Ibu melahirkan di usia muda akan mengungkapkan nyeri sebagai sensasi
yang sangat menyakitkan di setiap fase persalinan.
2. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri akibat yang harus diterima
sebagai seorang wanita. Wanita itu adalah orang yang harus menjalani fisiologi
reproduksinya sehingga wajar menerima apapun yang terjadi selama hamil dan
melahirkan.
3. Makna nyeri
Makna nyeri berhubungan dengan pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya. Jika riwayat persalinan ibu sebelumnya pernah mengalami
sensasi nyeri yang begitu tidak menyenangkan maka persalinan saat ini, nyeri bisa
dipersepsikan sebagaimana nyeri sebelumnya. Seseorang yang pernah berhasil mengatasi
nyeri di masa lampau, dan saat innyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di
masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4. Perhatian
Klien yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

10
5. Ansietas
Hubungan cemas dengan nyeri adalah hubungan timbal balik. Cemas
meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Dampak dari cemas sendiri terhadap impuls saraf parasimpatis yang merangsang kelenjar
adrenal bagian medula mensekresi hormone katekolamin. Katekolamin menyebabkan
vasokonstriksi vaskuler. Sehingga sirkulasi menjadi terganggu dan asupan oksigen ke
jaringan berkurang menimbulkan sensasi nyeri semakin kuat.
6. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola koping yang maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri. Orang akan
cenderung melukai dirinya dan menyalahkan kondisi saat ini.
7. Support Keluarga
Support keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung
kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
Perhatian khusus dibutuhkan oleh seorang ibu disaat melahirkan untuk menurunkan tingkat
kecemasannya dan memenuhi kebutuhan fisi ibu
Ada beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari nyeri melahirkan, yaitu:
a) Mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamin yang menaikkan
aktivitas sistem saraf simpatis.
b) Perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan akibatnya mempengaruhi
lama persalinan.
c) Kecemasan dan kelelahan atau kekuatan (tenaga untuk mengejan)
2.1.4 Manajemen Nyeri
Mengatasi nyeri selama persalinan digunakan farmakologis yaitu dengan obat dan cara non
farmakologis atau tanpa obat.
1) Farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesic yang bisa disuntikkan,
melalui infus intravena yaitu saraf yang menghantar nyeri selama persalinan. Tindakan
farmakologis masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama
persalinan dapat menembus sawar plasenta,sehingga dapat berefek pada aktivitas
rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung
maupun tidak langsung
2) Non Farmakologi, metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting
karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin,tidak memperlambat persalinan
jika diberikan control nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek
obat.

11
a) Distraksi, memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif afektif
lainnya
b) Relaksasi, teknik untuk mencapai kondisi rileks, yaitu ketika seluruh sistem
saraf, organ tubuh, dan panca indra kita beristirahat untuk melepaskan
ketegangan yang ada. Cara yang paling umum digunakan adalah kontrol
pernapasan (teknik nafas dalam)
c) Pemijatan/masase, masase adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan
selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif.
d) Hipnoterapi, suatu proses sederhana agar diri kita berada pada kondisi rileks,
tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau tujuan
e) Imajinasi terbimbing, melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk
mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang
mengurangi keparahan nyeri.
f) Psikoprofilaksis, melatih ibu agar mempunyai respon yang positif terhadap
persalinan sehingga nyeri saat melahirkan tidak menimbulkan hal-hal yang
mempersulit lahirnya bayi.
g) Akupresur, teknik nonfarmakologi dengan menggunakan teknik penekanan,
pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energy.
Teknik ini dapat menurunkan nyeri daN mengefektifkan waktu persalinan

2.1.4 Relaksasi Nafas Dalam

Terapi relaksasi nafas dalam merupakan pernafasan pada abdomen dengan frekuensi
lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan mata saat menarik nafas.
Efek dari terapi ini adalah distraksi atau pengalihan perhatian. (Hartanti, dkk, 2016). Mekanisme
relaksasi nafas dalam pada sistempernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi
pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali per menit sehingga terjadi peningkatan
regangan kardiopulmonari. Terapi relaksasi nafas dalam dapat dilakukan secara mandiri, relatif
mudah dilakukan dari pada terapi non farmakologis lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk
terapi, dan dapat mengurangi dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita hipertensi
(Masnina & Setyawan, 2018).

12
Langkah-Langkah teknik terapi relaksasi nafas dalam menurut Wardani (2015) sebagai berikut :
a) Ciptakan lingkungan yang tenang
b) Usahakan tetap rileks dan tenang.
c) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan.
d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan
bawah rileks.
e) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.
f) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-
lahan.
g) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
h) Usahakan agar tetap konsentrasi.
i) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar rileks.
j) Ulangi selama 15 menit, dan selingi istirahat singkat setiap 5 kali pernafasan

2.1.5. Foot Massage

Manajemen non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah foot
massage. Foot massage menjadi salah satu tindakan massage yang dikembangkan dan
diimplementasikan di rumah sakit. Foot massage dapat membantu menutup gerbang di posterior
horns dari sumsum tulang belakang dan memblokir bagian dari nyeri ke sistem saraf pusat. Selain
itu, foot massage juga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan stres dengan cara meningkatkan
tingkat dopamin yang ada di tubuh. Terdapat lima teknik foot massage, yaitu:
a. Effleurage
Effleurage massage merupakan gerakan ringan terus menerus dan gerakannya meluncur
dengan menggunakan jari atau telapak tangan. Pada saat melakukan teknik ini tidak
menggunakan tekanan dan pijatan harus menenangkan dansantai.
b. Petrissage
Teknik ini merupakan gerakan memijat yang mencakup mengangkat, meremas, dan
menekan bagian yang kaki yang dipijat. Dengan teknik ini dapat meningkatkan sirkulasi di
saraf, kelenjar, dan otot.
c. Tapotement

13
Tapotement merupakan gerakan memijat yang terdiri dari gerakan tapping dan slapping.
Gerakan ini memberikan toning otot dan sirkulasi yang dalam.
d. Vibration
Gerakan dengan melakukan getaran yang cepat pada bagian tubuh, sementara jari-jari
menekan di satu lokasi. Gerakan ini dapat merangsang sirkulasi darah dan tonus otot.
e. Friction
Gerakan ini melibatkan tekanan yang dalam di satu area pada satu waktu. Gerakan ini
dapat meningkatkan sirkulasi dan aktivitas kelenjar
Kelima teknik ini mampu menstimulasi nervus (A-Beta) di kaki dan lapisan kulit yang
berisi tactile dan reseptor. Kemudian reseptor mengirimkan impuls ke pusat nervus sistem.
Sistem gate control diaktivasi melalui inhibitory interneuron di mana rangsangan
interneuron dihambat, hasilnya fungsi inhibisi dari T-Cell menutup gerbang. Pesan nyeri
tidak ditransmisikan ke nervus sistem pusat. Oleh karena itu, otak tidak menerima pesan
nyeri sehingga nyeri tidak diinterpretasikan. Teknik foot massage akan efektif bila
dilakukan dengan durasi waktu pemberian 5-20 menit dengan frekuensi pemberian 1
sampai 2 kali (Chanif, 2013 dalam Rumhaeni et al., 2019). Prosedur foot massage
(Lacroix et al., 2007 dalam Pebrianti, 2021
a. Cuci tangan\
b. Memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Mengambil posisi menghadap kaki klien
d. tempatkan handuk di bawah paha dan tumit
e. Melumuri tangan dengan lotion atau minyak
f. Langkah-langkah:
1) Letakan tangan kita sedikit diatas tulang kering usap secara perlahan dan
tekanannya ringan menggunakan ibu jari menuju ke atas dengan satu gerakan
yang tidak putus dan kembali turun mengikuti lekuk kaki dengan
menggunakan teknik effleurage
2) Kedua yaitu memijat dengan cara meremas telapak kaki dan punggung kaki
dengan gerakan perlahan dari bagian dalam ke bagian terluas luar kaki
menggunakan teknik petrissage

14
3) Teknik friction (menggosok) yaitu tangkupkan salah satu telapak tangan di
punggung kaki, Kemudian perawat menggosok area telapak kaki secara
keseluruhan dengan lembut dari dalam ke sisi luar kaki di bagian terluas kaki
kanan
4) Pegang telapak kaki kemudian perawat menepuk dengan ringan punggung
kaki dan telapak kaki dengan kedua tangan secara bergantian untuk
merangsang jaringan otot dengan menggunakan teknik tapotement.
5) Rilekskan kaki dan jari kaki dengan gerakan maju, mundur atau depan
belakang dan menggetarkan kaki dengan lembut menggunakan teknik
vibration, teknik ini akan membuat efek kaki dan jari kaki menjadi rileks,
tidak tegang dan dapat melancarkan sirkulasi darah
6) Setelah selesai bersihkan kaki dengan handuk
g. Kompres
Teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri post partum adalah
pemberian kompres hangat dan dingin. Kompres hangat dan dingin bekerja dengan
memblok transmisi stimulus nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Kompres
hangat dapat memberikan rasa hangat yang bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman, mengatasi nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres hangat memiliki dampak
fisiologis bagi tubuh, yaitu pelunakan jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenasi
jaringan sehingga dapat mencegah kekakuan otot,vasodilatasi dan memperlancar
aliran darah, sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri. Selain
itu kelebihan kompres hangat dapat membantu pemulihan luka, mengurangi
infeksi dan inflamasi, memperlancar pasokan aliran darah serta memberikan
ketenangan dan kenyamanan pada klien. Selain kompres hangat, manajemen nyeri
dengan tindakan kompres dingin merupakan metode yang dapat diterapkan untuk
membantu kenyamanan pada ibu nifas untuk mengurangi rasa nyeri. Manfaat
kompres dingin diantaranya adalah mengurangi aliran darah ke daerah luka
sehingga dapat mengurangi resiko perdarahan dan oedema, kompres dingin
menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

15
sehingga impuls nyeri yang mencapai otak akan lebih sedikit (Susilawati & Ilda,
2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati & Ilda (2019),
kompres dingin lebih efektif dan terbukti dalam menurunkan nyeri luka perineum
daripada kompres hangat. Kompres dingin menyebabkan dampak fisiologis
vasokonstriksi pada pembuluh darah, mengurangi rasa nyeri dan merasa nyaman.
Kompres dingin dapat dilakukan dengan menggunakan es batu yang dibungkus
dengan kain selama 10 - 15 menit dan maksimal 20 menit. Hindari menempelkan
kompres dingin terlalu lama karena dapat menghambat sirkulasi darah. Kompres
hangat dapat dilakukan dengan berendam dengan air hangat selama 30 menit atau
menggunakan air hangat yang dimasukan ke dalam botol dengan dilapisi kain
selama 15 - 20 menit. Apabila nyeri terjadi disertai dengan memar, bengkak, dan
luka terbuka hindari kompres air hangat

2.2 KONSEP PERAWATAN LUKA

2.2.1 Definisi Luka


Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan kontak
dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik), hasil tindakan medis,
maupun perubahan kondisi fisiologis (Suhada et al., 2019).

2.2.2 Jenis Luka

1) Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi (Ariningrum et al., 2018) :


a. Erosi: Luka hanya sampai stratum corneum :Merupakan kerusakan epitel permukaan
akibat trauma gesek pada epidermi
b. Abrasi: Luka sampai stratum spinosum : Abrasi luas dapat mengakibatkan kehilangan
cairan tubuh.
c. Excoriasi: Luka sampai stratum basale : Luka harus segera dicuci, benda asing dalam
luka harus dibersihkan dengan seksama untuk meminimalkan risiko infeksi dan
mencegah “tattooing” (luka kedalamannya sampai stratu papilare dermis)
d. Kontusio :

16
 Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan
 Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.
 Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada akhirnya dapat
menjadi non-viable.
 Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau di dalam otot
dapat menetap.
 Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment syndromes
e. Laserasi :Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang jaringan,
misalnya robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada kepala. Laserasi
diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya, yaitu :
1. Insisi :
 Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam.
 Kerusakan jaringan sangat minimal.
 Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan kaca.
 Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive strips (plester) atau
lem. Luka pembedahan dapat terbuka kembali secara spontan (dehisensi)
atau dibuka kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah (hematoma)
atau infeksi.
2. Tension laceration :
 Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena tangential force yang
kekuatannya melebihi daya regang jaringan.
 Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi tidak teratur disertai
kontusio jaringan di sekitarnya
 Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi, laserasi kulit karena
pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
3. Crush laceration atau compression laceration :
 Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara objek dan tulang di
bawahnya
 Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan kerusakan sedang dari
jaringan di sekitarnya.
 Kejadian infeksi lebih tinggi.

17
 Hasil kosmetik kurang baik.
 Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena terjatuh dari meja.
2. Jenis luka Berdasarkan tingkat kontaminasi , luka dibagi menjadi (Baroroh, 2011):
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson
– Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksi luka adalah 3% - 11%. c.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.

2.2.3 Tanda Infeksi Luka

Tanda -tanda terjadinya infeksi, diantaranya (Sriyanti, 2016) :


1) Rubor atau Kemerahan
Rubor merupakan tanda awal mengalami peradangan. Tanda ini muncul karena arteri yang
berfungsi mengsuplai dari mengalami pelebaran, sehingga darah yang dialirkan lebih
banyak dan cepat mengisi kapiler-kapiler darah yang sebelumnya dalam keadaan kosong.
Kondisi ini disebut hiperemia atau kongesti yang menyebabkan warna merah lokal.
Munculnya hiperemia pada permukaan kulit sebagai reaksi peradangan yang diatur oleh
tubuh secara neurogenik maupun secara kimia, melalui proses Spengeluaran zat seperti
histamin.
2) Kalor atau Rasa Panas

18
Kalor terjadi bersamaan dengan rubor karena disebabkan adanya peningkatan sirkulasi
darah ke bagian yang mengalami infeksi.
3) Dolor atau Rasa Sakit
Dolor terjadi akibat adanya rangsangan saraf yang disebabkan perubahan pH, atau karena
adanya pengeluaran zat-zat biokimia aktif. Hal ini dapat menyebabkan adanya pembekakan
jaringan yang meningkatkan tekanan sehingga menimbulkan rasa sakit.
4) Tumor atau Pembengkakan
Tumor terjadi akibat adanya campuran dari cairan dan sel yang tertumpuk pada bagian
tubuh yang mengalami infeksi, biasanya disebuts eksudat.
5) Fungsio Lasea atau Perubahan Fungsi
Fungsio laesa merupakan reaksi yang terjadi akibat adanya infeksi.

2.3 .Konsep Perawatan Luka

2.3.1 Definisi perawatan luka

Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk mencegah infeksi,
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh lainnya
(Oci Etri Nursanty, 2020)

2.3.2 Tujuan perawatan luka

Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga


untuk mencegah infeksi. Perawatan luka harus memperhatikan teknik sterile, karena luka
menjadi port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka

2.3.3 Alat-alat yang di gunakan

1. Pingset
2. Kom
3. Gunting
4. Kassa/Perban
5. Plester
6. NaCl 0,9%

19
7. Betadine
8. Bengkok
9. Apabila melakukan perawatan luka dirumah, alat-alat berupa kom atau mangkok kecil
dan gunting harus disterilkan dengan cara direbus atau direndam menggunakan air panas
selama 10-20 menit

2.3.4 Cara perawatan luka

Berikut cara melakukan perawatan luka

1. Menjaga kebersihan dengan cuci tangan 6 langkah terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
2. Mempersiapkan alat
3. Menjelaskan maksud tindakan yang akan dilakukan kepada klien dan keluarga melalui inform
concent
4. Berdoa sebelum memulai tindakan
5. Posisikan klien sesuai kenyamanan
6. Membuka balutan lama secara perlahan dengan memperhatikan respon klien
7. Buang bekas balutan kotor kedalam bengkok atau tempat sampah
8. Evaluasi keadaan luka
9. Lakukan pembersihan luka, dengan cara:
- Bersihkan luka menggunakan kassa dan NaCl dengan cara membersihkan luka dari daerah
dalam luka menjauhi daera sekitar luka
- Bersihkan kotoran disekitar luka
- Ketika dibersihkan, jangan menekan dan menggosok secara keras pada daerah luka
- Keringkan luka dengan kasa kering
- Oleskan obat (jika ada) pada luka
10. Tutup kembali luka dengan balutan kassa basa dan kasa kering
11. Plaster balutan
12. Bereskan alat
13. Evaluasi keadaan klien
14. Cuci tangan kembali setelah melakukan tindakan

20
2.3.5 Dampak tidak melakukan perawatan luka

Apabila luka tidak dilakukan perawatan luka dengan baik hal tersebut dapat menimbulkan
infeksi. Infeksi yang terjadi pada luka merupakan kondisi adanya bakteri atau organisme lain,
yang berkembang biak dan menyebabkan resistensi host. Infeksi dapat mengganggu penyembuhan
atau yang disebut dengan delayed primery healing. Infeksi juga dapat merusak jaringan (infeksi
lokal) atau menyebabkan penyebaran infeksi atau penyakit sistemik. Infeksi mempengaruhi
penyembuhan luka dan mungkin menjadi penyebab luka dehiscence. Luka dehiscence adalah
kondisi terbukanya kembali luka operasi yang telah dijahit secara primer.
Dehisensi luka menimbulkan dampak negatif baik bagi penderita, keluarga, maupun ahli
bedah beserta tim. Dampak bagi penderita antara lain infeksi dan perluasan luka yang diikuti oleh
penyulit. Tidak jarang kematian dijumpai sehubungan dengan infeksi berat atau penyulit yang
terjadi. Pada pasien yang bertahan hidup, kerap diperlukan operasi berulang, lama rawat yang
berkepanjangan dampak psikologis serta biaya pengobatan. Tim ahli bedah tentunya juga tidak
menginginkan dehisensi luka ini terjadi karena merupakan efek samping yang buruk (Bidiawan,
et al., 2020). Berikut merupakan indikator lokal infeksi (Davidson, 2019).
a) Kemerahan (eritema atau selulitis)
b) Eksudat- perubahan cairan purulen atau peningkatan jumlah eksudat
c) Bau tidak sedap
d) Nyeri terlokalisasi
e) Panas terlokalisasi
f) Bengkak

21
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3. 1 KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Diperkiraan setidaknya 11% dari beban penyakit di dunia berasal dari penyakit atau
keadaan yang sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan. WHO menyatakan bahwa kasus
bedah adalah masalah kesehatan masyarakat. Operasi caesar adalah persalinan janin melalui
sayatan perut terbuka (laparotomi) dan sayatan di dalam rahim (hysterotomy).Tingkat kelahiran
sesar naik dari 5% pada tahun 1970 menjadi 31,9% pada tahun 2016 (Hussen et al., 2022). Nyeri
pasca pembedahan yang tidak ditangani secara adekuat dapat berkontribusi secara signifikan
terhadap morbiditas pasien bedah, yang mengakibatkan keterlambatan pemulihan pasien dan
kemampuan untuk kembali ke aktivitas fungsional sehari-hari (Kintu et al., 2019). Meskipun rasa
sakit merupakan komponen yang tak terhindarkan dari proses penyembuhan setelah operasi,
seringkali tidak dikelola dengan baik, yang dapat menimbulkan efek negatif. Nyeri pasca operasi
yang tidak diobati dapat mengakibatkan perubahan klinis dan psikologis yang mengganggu
kualitas hidup sekaligus meningkatkan morbiditas dan kematian . Nyeri pasca operasi yang tidak
ditangani secara adekuat dapat berkontribusi secara signifikan terhadap morbiditas pasien bedah,
yang mengakibatkan keterlambatan pemulihan pasien rawat inap dan kemampuan untuk kembali
ke aktivitas fungsional sehari-hari. Banyaknya kasus bedah yang menimbulkan komplikasi
sehingga perlunya upaya pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai manajemen nyeri penting dilakukan dalam mencegah timbulnya masalah kesehatan.

3.2 REALISASI PEMECAHAN MASALAH

Realisasi pemecahan masalah mengenai perawatan pasien pasca operasi adalah melakukan
pendidikan kesehatan mengenai manajemen nyeri. Pendidikan kesehatan ini diharapkan akan
meningkatkan pengetahuan keluarga pasien di RSUD Bandung Kiwari sehingga dapat
menerapkan manajemen nyeri secara mandiri. Pendidikan kesehatan ini juga diharapkan dapat
mengetahi, memahami dan dapat mendemonstrasikan penanganan dan perawatan luka yang yang
tepat dirumah pasca operasi sebagai pencegahan infeksi
3.3 SASARAN

Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan mengenai “Penatalaksanaan Manajemen Nyeri


Dan Perawatan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea” sasaran yang dituju merupakan keluarga
pasien yang menunggu pasien di rawat jalan RSUD Bandung Kiwari baik dikalangan muda-
dewasa dari seluruh kalangan usia.

3.4 METODE KEGIATAN DAN TAHAPAN KEGIATAN

3.4.1 Metode Pembelajaran

Metode pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan ini dilakukan secara langsung (tatap
muka) antara pemateri dengan peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah,
diskusi dan dilakukan tanya jawab antara peserta dan pemateri yang berpartisipasi pada kegiatan
ini. Pada awal kegiatan dilaksanakan pretest untuk menilai seberapa jauh pemahaman peserta
sebelum dilakukan penyampaian materi, Setelah itu, di akhir sesi dilakukan posttest untuk melihat
pemahaman peserta setelah dilakukan penyampaian materi apakah ada peningkatan pengetahuan
setelah pendidikan kesehatan.

3.4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di Raung Nifas Andromrda lantai 10 yang dilakukan
secara tatap muka antara pemateri, peserta dan panitia. Pelaksanaan dilakukan pada hari Kamis
tanggal 2 Februari 2022 pukul 09.00 WIB sampai selesai dan berjalan sesuai dengan rencana.

3.4.2 Media yang Digunakan

Tahapan
Kegiatan Sebelum Kegiatan
Tahapan kegiatan diawali dengan pembuatan kepanitiaan. Setelah susunan kepanitiaan ditentukan
dilakukan pembagian tugas berdasarkan tupoksinya. Setelah itu, berdiskusi dengan pihak RS
seperti Departemen Promosi Kesehatan, instalasi rawat jalan dan satuan pengamanan di lokasi
yang akan dilakukan pendidikan kesehatan. Untuk materi bahan ajar dikelola oleh divisi terkait
yang pada akhirnya dikonsulkan kepada dosen penanggung jawab dan juga departemen promkes
RSUD Bandung Kiwari. Sebelum melakukan kegiatan penkes panitia melakukan koordinasi
melalui media Whatsapp maupun dengan Zoom.
BAB IV

RENCANA, HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rencana Kegiatan

I. Susunan Acara
Tema Pendidikan Kesehatan : Perawatan Mudah dan Tepat dari Rumah
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Maret 2023
Waktu : 09.00 - Selesai WIB
Tempat : Ruang Pendkes Rawat Inap Nifas (Ruang Andromeda),
Lantai 10 RSUBK

RUNDOWN

Waktu Durasi Kegiatan

08.00 - 09.00 60' Persiapan

09.00 - 09.05 5' Pembukaan

09.05 - 09.15 10' Pemaparan Materi 1: Wound care


Oleh: Santi Mulyani, S. Kep.

09.15 - 09.25 10' Pemaparan Materi 2: Foot Massage


Oleh: Puput Nur Azizah, S. Kep.

09.25 - 09.35 10' Pemaparan Materi 3: Hipnosis 5 Jari


Oleh: Siti Sonia Umiah, S. Kep.

09.35 - 09.40 5' Tanya jawab

09.40 - 09.50 10' Evaluasi

09.50 - 09.55 5' Pembagian doorprize


09.55 - 10.00 5' Penutupan

II. Susunan Kepanitiaan


Penanggung Jawab : Koordinator Stase Manajemen Keperawatan PPN 44
Henny Yulianita, S.Kep., Ns, M.Kep
Penasihat : Dr. Ati Surya Mediawati, S.Kp., M.Kep
: Koordinator Mahasiswa PPN 44
Cholillatur Rohmania
Ketua Pelaksana : Mallihatunnisa Nurrofikoh
Divisi Sekretaris : Koordinator
Shela Andriana
Anggota
Dewi Fitriani
Novia Yulianti
Bendahara : Siti Basiroh
Divisi Konseptor : Dwi Winastuti
Divisi Acara :Koordinator
H asna Nurul N
Anggota
Intan Nurbaiduri
Nisa Meina N
Anjani Mumtazhas
Divisi Humas : Koordinator
Ismah Nur Amalia
Anggota
Ilia Alkatiri
Divisi PDD :Koordinator
Amelia Andini
Anggota
Retyan Rahmi Kuntari
Alisya
Divisi Logistik : Koordinator
Messayu
Anggota
Salma Mega
MC : Nisa Meina Nirmala
Hasna Nurul Naafiah J.
Pemateri : Santi Mulyani
Puput Nur Azizah
Siti Sonia Umiah

4.2.Hasil Kegiatan
Secara keseluruhan kegiatan PKM yang di adakan pada hari kamis, 4 maret 2023 pukul
09.00 – selesai di ruang inap Andromeda lt 10 RSBK berjalan dengan lancar dan kondusif.
Peserta yang mengikuti kegiatan PKM berjumlah 15 orang. Pada saat berlangsungnya
pematerian Para Peserta baik ibu atau bapak sangat antusian mendengarkan serta aktif
bertanya. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan PKM peserta dapat memahami materi yang telah
diberikan seperti faktor yang dapat mempercepat penyembuhan luka, mengurangi rasa nyeri
dengan teknik foot massage dan hipnosis 5 jari, pada saat sesi Tanya jawab Peserta dapat
menjawab pertanyaan yg diberikan. Ada pun evaluasi dari masing-masing panitia yang telah
mensukseskan kegiatan PKM, antara lain
Divisi acara
- Persiapan hingga penatalaksanaan acara sudah sangat baik dengan waktu yang sedikit
- Setiap divisi sudah saling mengingatkan dan mengerjakan pekerjaannya masing-masing
- Awalnya pembagian tugas sulit, karena keterbatasan anggota dan jadwal dinas yang tidak
memungkinkan
- Posisi peserta kurang pertimbangan karena sebagian besar panitia yang bertugas baru
melihat lokasi pada hari H
- Jumlah kursi tidak mencukupi peserta PKM, sehingga beberapa pendamping tidak dapat
duduk dengan nyaman, dan tempat duduk antara tamu undangan dan peserta tidak terpisah
- Tidak ada speaker, untuk mengisi proses menunggu dan mendapingi pematerian hipnosis
5 jari
- Kurang crosscheck kebutuhan, seperti kursi, speaker, kesiapan hadiah, kertas presensi,
dan jawaban evaluasi
PJH:
- Adanya kesalahan pahaman tentang pembagian leaflet, seharunya di awal namun malah
di bagikan di akhir.
- Timekeeper sudah cukup baik dengan waktu mulai yang lebih cepet
- Persiapan untuk tempat kurang karena jumlah kursi dan peserta yang tidak seimbang
MC:
- Jangkauan suara pembicara dan penglihatan peserta kurang maksimal karena posisi
tempat duduk yang kurang pas
- Pembukaan acara lebih awal karena peserta PKM telah hadir lebih awal
- MC terdistraksi oleh keluarga atau keluar masuknya peserta karena keperluaan mendesak
- Blocking ruangan kurang leluasa karena terdapat meja besar di area pembicara
- Mc merasa terdistrakasi dengan permintaan dari panitia yang mendadak
Divisi logistik
- Tidak mempersiapkan snack bagi peserta
- Saat acara tidak menggunakan mic sehingga yang belakang kurang terdengar
- Terdapat beberapa alat peraga yang tidak ada, sehingga menggunakan alat peraga
seadanya
Divisi humas
- Membuat broadcast sesuai permintaan
- Telah menghubungi pihak yang harus dihubungi, namun dirasa terlalu mendadak karena
h-1 kurang
4.3.Pembahasan
Program pendidikan kesehatan membantu memberdayakan individu dan masyarakat untuk
hidup lebih sehat dengan meningkatkan kesehatan fisik, mental, emosional, dan sosial dengan
meningkatkan pengetahuan dan mempengaruhi sikap masyarakat tentang merawat
kesejahteraannya. Pendidikan kesehatan berfokus pada pencegahan, peningkatan kesetaraan
kesehatan, dan penurunan hasil kesehatan negatif seperti ketersediaan, dan aksesibilitas
pelayanan kesehatan, yang menguntungkan semua pemangku kepentingan. Berbagai upaya
telah dilakukan oleh berbagai profesi kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Melalui pendidikan kesehatan yang dilakukan di Ruang Nipas Andromeda Lt. 10 RSBK
didapatkan peningkatan pengetahuan masyarakat yang di evaluasi secara Tanya –jawab
dimana peserta dapat memahami dan menjawab pertanyaan mengenai faktor yang dapat
mempercepat penyembuhan luka, mengurangi rasa nyeri dengan teknik foot massage dan
hipnosis 5 jari.
BAB V

RENCANA KEBERLANJUTAN PROGRAM

5.1 Rencana Keberlanjutan Program


Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai penatalaksanaan
asuhan pada pasien post bedah diharapkan masyarakat umum khususnya peserta
yang hadir dalam kegiatan pendidikan kesehatan dapat memahami dan
mempraktekan materi materi yang diberikan dalam kehidupan nyata sehari hari.
kami merekomendasikan kepada mahasiswa PPN selanjutnya atau perawat yang
juga memiliki peran sebagai edukator, agar dapat terus memberikan edukasi yang
terjadwal rutin mengenai kegawatdaruratan penyakit yang dapat
diimplementasikan di kehidupan nyata.
Rekomendasi kepada mahasiswa PPN selanjutnya yaitu dapat
memberikan materi dengan konten yang bermanfaat dan menarik agar
masyarakat dapat lebih antusias dan tertarik dalam menyimak pendidikan
kesehatan. Selain itu, keberlanjutan program pendidikan kesehatan dengan tema-
tema yang sedang menjadi trend issue di Indonesia maupun internasional menjadi
rekomendasi untuk dilakukan oleh PPN selanjutnya agar wawasan masyarakat
dapat bertambah luas.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Pendidikan Kesehatan telah terlaksana pada Kamis, 02 Maret 2022. Pendidikan
Kesehatan ini membahas mengenai penatalaksanaan asuhan management nyeri dan resiko
infeksi pada pasien post sectio caesarea. Pendidikan kesehatan diikuti oleh 15 peserta.
Pendidikan kesehatan disampaikan oleh narasumber dari mahasiswa, dengan bahasan
wound care, foot massage, hipnosis 5 jari pada pasien post sectio caesarea.
Pendidikan kesehatan terkait management nyeri dan resiko infeksi , dengan
pencapaian indikator keberhasilan utama, yaitu peserta aktif dalam kegiatan pendidikan
kesehatan ini dengan aktif bertanya dan menjawab, sehingga adanya peningkatan
pengetahuan dari peserta sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, hal ini
menunjukan bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan dengan fokus memberikan informasi
kesehatan kepada masyarakat secara luas, dan menambah pengetahuan. Selain itu peserta
aktif dalam memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
5.2 SARAN
Bagi kelompok Program Profesi Ners (PPN) selanjutnya diharapkan dapat
melanjutkan program pendidikan kesehatan karena dapat memberikan manfaat yang luas
bagi masyarakat. Diharapkan program pendidikan kesehatan ini dapat dilakukan dengan
lebih baik, lebih menarik dan interaktif agar peserta dapat terlibat aktif dalam kegiatan
pendidikan kesehatan serta dengan tema-tema yang sedang menjadi trend issue di bidang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, Muhammad,. Sukmana, Mayusef., Nopriyanto, Dwi ., Sholichin. (2020).


Modul Perawatan Luka. Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.

Bidiawan, Heri., Cahya, Nugroho. (2021). Studi Kasus: Observasi Perbaikan Luka
Pada Pasien Wound Dehiscend dengan negative pressure wound therapy di Ruang
kemuning V RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung

Davidson, Kirsten. (2019). Clinical guidelines: Wound Assesment and Management.


The royal children's hospital Melbourne.

Ditya, Wira., Zahari, asri., Afriwardi. (2016). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses
Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan
Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)

Lei J, Sun L, Li P, Zhu C, Lin Z, Mackey V, et al. (2019). The wound dressings and
their applications in wound healing and management. Health Science Journal;
13(3):1-7

Bryant R. Acute and chronic wounds: current manangement concept. Philadelphia:


Mosby Elsevier; 2007.

Perdana, DS. (2017). Cara mudah merawat luka. Surabaya: Airlangga University Press.

Purnomo, Handi., Soraya, Sriwidodo., Ratnawulan. (2017). Review Sistemik: Proses


Penyembuhan Dan Perawatan Luka. Journal Farmaka. Volume 15 Nomor 2

Sjamsuhidajat R, Jong D. (2011). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.


Rustianawati Y, Sri K, Rizka H. Efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RSUD Kudus. JIKK.
2013;4(2):1-8.

Toro. (2019). Perawatan Luka Pada Pasien. RSUP Persahabatan.

Wintoko, Risal., Yadika, Adila Dwi Nur. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka.
JK Unila.Volume 4.Nomor 2.

Wischmeyer, P. E., Carli, F., Evans, D. C., Guilbert, S., Kozar, R., Pryor, A., Thiele,
R. H., Everett, S., Grocott, M., Gan, T. J., Shaw, A. D., Thacker, J. K. M.,
Miller, T. E.,. (2018). American Society for Enhanced recovery and
perioperative quality initiative joint consensus statement on nutrition screening
and therapy within a surgical enhanced recovery pathway. In Anesthesia and
Analgesia (Vol. 126, Issue 6, pp. 1883–1895). Lippincott Williams and
Wilkins. https://doi.org/10.1213/ANE.0000000000002743

Hussen, I., Worku, M., Geleta, D., Mahamed, A. A., Abebe, M., Molla, W., Wudneh,
A., Temesgen, T., Figa, Z., & Tadesse, M. (2022). Post-operative pain and
associated factors after cesarean section at Hawassa University Comprehensive
Specialized Hospital, Hawassa, Ethiopia: A cross-sectional study. Annals of
Medicine and Surgery, 81(May), 104321.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2022.104321

Kintu, A., Abdulla, S., Lubikire, A., Nabukenya, M. T., Igaga, E., Bulamba, F.,
Semakula, D., & Olufolabi, A. J. (2019). Postoperative pain after cesarean
section: Assessment and management in a tertiary hospital in a low-income
country. BMC Health Services Research, 19(1), 1–6.
https://doi.org/10.1186/s12913-019-3911-x
LAMPIRAN
Lampiran 1 SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Manajemen nyeri pada Ibu Post SC (Sectio Caesarea)

Sub Topik : Manajemen nyeri dengan massage, hipnosis 5 jari dan perawatan luka
post SC

Sasaran : Ibu post sectio caesaria

Hari/Tanggal : Kamis, 02 Maret 2023

Waktu : 2 x 60 menit

Tempat : Ruang pendkes rawat inap nifas lantai 10 (ruang Andromeda) RSUD
Bandung Kiwari

A. Karakteristik Peserta

Peserta merupakan keluarga penunggu pasien, pasien dan masyarakat umum dengan
karakteristik:

1. Terbuka dan siap belajar

Peserta didik memiliki sikap terbuka dan siap belajar tentang kesehatan. Peserta didik
bersedia menerima informasi baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.

2. Berkomitmen terhadap kesehatan

Peserta didik memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatannya serta membantu orang lain dalam hal yang sama.

3. Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi


Peserta didik mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang lain dalam hal
kesehatan seperti membantu menyebarkan informasi kesehatan, bekerja sama dalam
menjaga kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum:

Pada akhir kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan klien dan keluarga mampu
mengetahui terkait manajemen nyeri dan mampu melakukan manajemen nyeri secara
nonfarmakologi yaitu dengan foot massage dan hipnosis 5 jari serta melakukan
perawatan luka dengan benar.

2. Tujuan Khusus:

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan masyarakat


dapat memahami informasi tentang:

1. Mengetahui tentang pengertian nyeri, penyebab nyeri, dan manajemen nyeri


2. Mengetahui dan mendemonstrasikan teknik non farmakologi nyeri pijat kaki pada
ibu post SC
3. Mengetahui dan mendemonstrasikan teknik non farmakologi nyeri distraksi
hipnosis 5 jari
4. Mengetahui cara perawatan luka post SC.

C. Capaian Pembelajaran

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan dengan topik manajemen pada ibu post
SC, masyarakat yang berpartisipasi diharapkan mampu:

1. Mampu menjelaskan penyebab nyeri, manajemen nyeri pada ibu post SC.
2. Mampu mempraktikkan teknik manajemen nyeri non farmakologis foot massage.
3. Mampu mempraktikkan teknik manajemen nyeri non farmakologis hipnosis 5 jari.
4. Mampu mempraktikkan kembali cara perawatan luka post SC.
D. Materi Pembelajaran

Terlampir.

E. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan demonstrasi.

F. Media

Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini adalah leaflet, minyak zaitun dan
set perawatan luka.
G. Tahap Kerja

Hari/ Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Didik Metode Media Alokasi
Tanggal Waktu

Kamis, 2 Pembukaan  Menyampaikan salam  Menjawab salam  Ceramah - 5 menit


Maret  Memperkenalkan diri
2023

Pematerian 1:  Menyampaikan materi  Memperhatikan dan  Ceramah  Leaflet 10 menit


Perawatan luka mendengarkan  Demonstrasi  Set
post SC  Mencatat perawatan
pematerian luka

Pematerian 2:  Menyampaikan materi  Memperhatikan dan  Ceramah  Leaflet 10 menit


Foot massage mendengarkan  Demonstrasi  Minyak
 Mencatat zaitun
pematerian

Pematerian 3:  Menyampaikan materi  Memperhatikan  Ceramah  Leaflet 10 menit


Teknik hipnosis dan mendengarkan  Demonstrasi
5 jari  Mencatat
pematerian

Diskusi  Mempersilahkan  Bertanya  Diskusi - 5 menit


peserta didik untuk  Menjawab
bertanya pertanyaan
 Mengajukan
pertanyaan kepada
peserta didik
 Menjawab pertanyaan
Penutupan  Memberikan  Memperhatikan  Ceramah - 10 menit
kesimpulan  Menjawab salam
 Memberikan salam
I. Evaluasi
1. Apakah peserta mengikuti acara dengan antusias?
2. Apakah peserta mampu menjelaskan penyebab nyeri, manajemen nyeri pada ibu
post SC?
3. Apakah peserta mampu mempraktikkan teknik manajemen nyeri non
farmakologis foot massage?
4. Apakah peserta mampu mempraktikkan teknik manajemen nyeri non
farmakologis hipnosis 5 jari.
5. Apakah peserta mampu mempraktikkan kembali cara perawatan luka post SC.

LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Konsep Nyeri
1. Pengertian
Menurut The International Association for the study of pain (IASP) nyeri
merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Sementara menurut
Mubarak, dkk (2015), nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat
subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai
perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Menurut Berger pada tahun 1992, nyeri diklasifikasikan atas dua bagian,
yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan pengalaman sensori,
persepsi, dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik
hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan. Sementara, nyeri
kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang
berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya.
Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang membuat
seseorang sanggup menahan nyeri sebelum mencari pertolongan. Tingkat toleransi
yang tinggi berarti individu mampu menahan nyeri yang berat sebelum ia mencari
pertolongan. Meskipun setiap orang memiliki pola penahan nyeri yang relatif stabil,
tingkat toleransi berbeda tergantung pada situasi yang ada.
2. Etiologi
Ibu yang melakukan persalinan dengan metode Sectio Caesarea rasa nyeri
akan timbul akibat luka insisi pada bagian perut yang menyebabkan inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan 10 prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri.
Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi
3. Manajemen nyeri
Mengatasi nyeri post SC digunakan farmakologis yaitu dengan obat dan
cara non farmakologis atau tanpa obat.
1. Farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesic yang bisa
disuntikkan, melalui infus intravena yaitu saraf yang menghantar nyeri
selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan
pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus
sawar plasenta,sehingga dapat berefek pada aktivitas rahim. Efek obat yang
diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Non Farmakologi, metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi
sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin,tidak
memperlambat persalinan jika diberikan control nyeri yang kuat, dan tidak
mempunyai efek alergi maupun efek obat.
 Distraksi, memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik
kognitif afektif lainnya.
 Relaksasi, teknik untuk mencapai kondisi rileks, yaitu ketika seluruh
sistem saraf, organ tubuh, dan panca indra kita beristirahat untuk
melepaskan ketegangan yang ada. Cara yang paling umum
digunakan adalah kontrol pernapasan (teknik nafas dalam)
 Pemijatan/masase, masase adalah bentuk stimulasi kulit yang
digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara
efektif.
 Hipnoterapi, suatu proses sederhana agar diri kita berada pada
kondisi rileks, tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau
tujuan.
 Imajinasi terbimbing, melibatkan wanita yang menggunakan
imajinasi untuk mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan
menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri.
 Psikoprofilaksis, melatih ibu agar mempunyai respon yang positif
terhadap persalinan sehingga nyeri saat melahirkan tidak
menimbulkan hal-hal yang mempersulit lahirnya bayi.
 Akupresur, teknik nonfarmakologi dengan menggunakan teknik
penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh
atau garis aliran energy. Teknik ini dapat menurunkan nyeri dan
mengefektifkan waktu persalinan
B. Konsep Foot Massage

Manajemen non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah


foot massage. Foot massage menjadi salah satu tindakan massage yang dikembangkan dan
diimplementasikan di rumah sak it. Foot massage dapat membantu menutup gerbang di
posterior horns dari sumsum tulang belakang dan memblokir bagian dari nyeri ke sistem
saraf pusat. Selain itu, foot massage juga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan stres
dengan cara meningkatkan tingkat dopamin yang ada di tubuh. Terdapat lima teknik foot
massage, yaitu:
 Effleurage
Effleurage massage merupakan gerakan ringan terus menerus dan gerakannya
meluncur dengan menggunakan jari atau telapak tangan. Pada saat melakukan
teknik ini tidak menggunakan tekanan dan pijatan harus menenangkan dan santai.

 Petrissage
Teknik ini merupakan gerakan memijat yang mencakup mengangkat, meremas, dan
menekan bagian yang kaki yang dipijat. Dengan teknik ini dapat meningkatkan
sirkulasi di saraf, kelenjar, dan otot.

 Tapotement
Tapotement merupakan gerakan memijat yang terdiri dari gerakan tapping dan
slapping. Gerakan ini memberikan toning otot dan sirkulasi yang dalam.
 Vibration
Gerakan dengan melakukan getaran yang cepat pada bagian tubuh, sementara jari-
jari menekan di satu lokasi. Gerakan ini dapat merangsang sirkulasi darah dan tonus
otot.

 Friction
Gerakan ini melibatkan tekanan yang dalam di satu area pada satu waktu.
Gerakanini dapat meningkatkan sirkulasi dan aktivitas kelenjar.

Kelima teknik ini mampu menstimulasi nervus (A-Beta) di kaki dan lapisan kulit
yang berisi tactile dan reseptor. Kemudian reseptor mengirimkan impuls ke pusat nervus
sistem. Sistem gate control diaktivasi melalui inhibitory interneuron di mana rangsangan
interneuron dihambat, hasilnya fungsi inhibisi dari T-Cell menutup gerbang. Pesan nyeri
tidak ditransmisikan ke nervus sistem pusat. Oleh karena itu, otak tidak menerima pesan
nyeri sehingga nyeri tidak diinterpretasikan.
Teknik foot massage akan efektif bila dilakukan dengan durasi waktu pemberian 5-
20 menit dengan frekuensi pemberian 1 sampai 2 kali (Chanif, 2013 dalam Rumhaeni et
al., 2019). Prosedur foot massage (Lacroix et al., 2007 dalam Pebrianti, 2021)
1. Cuci tangan
2. Memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Mengambil posisi menghadap kaki klien
4. Tempatkan handuk di bawah paha dan tumit
5. Melumuri tangan dengan lotion atau minyak
6. Langkah-langkah:

 Letakan tangan kita sedikit diatas tulang kering usap secara perlahan dan
tekanannya ringan menggunakan ibu jari menuju ke atas dengan satu
gerakan yang tidak putus dan kembali turun mengikuti lekuk kaki dengan
menggunakan teknik effleurage.
 Kedua yaitu memijat dengan cara meremas telapak kaki dan punggung kaki
dengan gerakan perlahan dari bagian dalam ke bagian terluas luar kaki
menggunakan teknik petrissage
 Teknik friction (menggosok) yaitu tangkupkan salah satu telapak tangan di
punggung kaki, Kemudian perawat menggosok area telapak kaki secara
keseluruhan dengan lembut dari dalam ke sisi luar kaki di bagian terluas
kaki kanan
 Pegang telapak kaki kemudian perawat menepuk dengan ringan punggung
kaki dan telapak kaki dengan kedua tangan secara bergantian untuk
merangsang jaringan otot dengan menggunakan teknik tapotement.
 Rilekskan kaki dan jari kaki dengan gerakan maju, mundur atau depan
belakang dan menggetarkan kaki dengan lembut menggunakan teknik
vibration, teknik ini akan membuat efek kaki dan jari kaki menjadi rileks,
tidak tegang dan dapat melancarkan sirkulasi darah
 Setelah selesai bersihkan kaki dengan handuk
C. Konsep Distraksi Hipnosis 5 Jari
Hipnosis 5 jari adalah sebuah teknik pengalihan pemikiran seseorang dengan cara
menyentuh pada jari-jari tangan sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau
yang disukai (Keliat, 2010). Hipnosis 5 jari ini dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori
gate control menurut Perry & Potter (2005), menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan
dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensorik dan
serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain
itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat melepaskan
neurotransmitter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-
A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.
Mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seseorang pasien nyeri post Sectio
Caesarea saat diberikan hipnosis 5 jari. Pesan yang akan menstimulasi mekanoreseptor,
apabila masukan yang dominan berasal dari delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat
endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami berasal dari tubuh.
Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan
substansi P, teknik homeopathy, massage, hipnotis, persalinan dalam air, metode
pernafasan, relaksasi merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter & Perry, 2005).
Langkah - langkah hipnosis 5 jari:
 Ambil posisi tiduran (senyaman mungkin)
 Tenangkan pikiran anda, tutup mata anda
 Arahkan ibu jari ke jari telunjuk : Pikirkanlah saat badan anda sehat dan tidak
terganggu, anda bisa berbuat apapun yang anda sukai
 Arahkan ibu jari ke jari tengah : Pikirkan kembali seseorang yang paling anda
sayang, cintai, banggakan (misalnya : istri, suami, anak, saudara, pacar).
Bayangkan kembali betapa bahagianya saat anda bertemu dengan orang yang anda
sayangi itu.
 Arahkan ibu jari ke jari manis : pikirkanlah prestasi yang pernah anda capai
sehingga membuat anda dan orang sekitar anda bangga (misalnya saat sekolah, saat
pacaran, selama menikah).
 Arahkan ibu jari ke jari kelingking : pikirkanlah tempat terindah yang pernah anda
kunjungi yang membuat anda nyaman, tentram (misalnya : pantai. taman,
pegunungan, atau tempat rekreasi tempat yang paling indah).
D. Konsep Wound Care
Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan
kontak dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik), hasil
tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis (Suhada et al., 2019).
Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi (Ariningrum et al., 2018) :
a. Erosi: Luka hanya sampai stratum corneum
Merupakan kerusakan epitel permukaan akibat trauma gesek pada epidermis
b. Abrasi: Luka sampai stratum spinosum
Abrasi luas dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh.
c. Excoriasi: Luka sampai stratum basale
Luka harus segera dicuci, benda asing dalam luka harus dibersihkan dengan seksama
untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah “tattooing” (luka kedalamannya
sampai stratum papilare dermis)
d. Kontusio :
 Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan
 Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.
 Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada akhirnya dapat
menjadi non-viable.
 Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau di dalam otot
dapat menetap.
 Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment syndromes.
e. Laserasi :
Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang jaringan, misalnya
robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada kepala. Laserasi diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme terjadinya, yaitu :
f. Insisi :
 Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam.
 Kerusakan jaringan sangat minimal.
 Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan kaca.
 Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive strips (plester) atau lem.
Luka pembedahan dapat terbuka kembali secara spontan (dehisensi) atau dibuka
kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah (hematoma) atau infeksi.
 Tension laceration :
 Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena tangential force yang
kekuatannya melebihi daya regang jaringan.
 Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi tidak teratur disertai
kontusio jaringan di sekitarnya.
 Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi, laserasi kulit karena
pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
 Crush laceration atau compression laceration :
 Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara objek dan tulang di
bawahnya.
 Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan kerusakan sedang dari
jaringan di sekitarnya.
 Kejadian infeksi lebih tinggi.
 Hasil kosmetik kurang baik.
 Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena terjatuh dari meja.
Jenis luka berdasarkan tingkat kontaminasi , luka dibagi menjadi (Baroroh, 2011):
a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital
dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme
pada luka.
Tanda -tanda terjadinya infeksi, diantaranya (Sriyanti, 2016) :
a) Rubor atau Kemerahan
Rubor merupakan tanda awal mengalami peradangan. Tanda ini muncul karena arteri
yang berfungsi mensuplai dari mengalami pelebaran, sehingga darah yang dialirkan
lebih banyak dan cepat mengisi kapiler-kapiler darah yang sebelumnya dalam keadaan
kosong. Kondisi ini disebut hiperemia atau kongesti yang menyebabkan warna merah
lokal. Munculnya hiperemia pada permukaan kulit sebagai reaksi peradangan yang
diatur oleh tubuh secara neurogenik maupun secara kimia, melalui proses Pengeluaran
zat seperti histamin.
b) Kalor atau Rasa Panas
Kalor terjadi bersamaan dengan rubor karena disebabkan adanya peningkatan sirkulasi
darah ke bagian yang mengalami infeksi.
c) Dolor atau Rasa Sakit
Dolor terjadi akibat adanya rangsangan saraf yang disebabkan perubahan pH, atau
karena adanya pengeluaran zat-zat biokimia aktif. Hal ini dapat menyebabkan adanya
pembekakan jaringan yang meningkatkan tekanan sehingga menimbulkan rasa sakit.
d) Tumor atau Pembengkakan
Tumor terjadi akibat adanya campuran dari cairan dan sel yang tertumpuk pada bagian
tubuh yang mengalami infeksi, biasanya disebut eksudat.
e) Fungsio Lasea atau Perubahan Fungsi
Fungsio laesa merupakan reaksi yang terjadi akibat adanya infeksi.
Pada Ibu post SC perlu dilakukan perawatan luka. Perawatan luka adalah tindakan
merawat luka dengan upaya untuk mencegah infeksi, membunuh atau menghambat
pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh lainnya (Oci Etri Nursanty,
2020).Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jarin an
juga untuk mencegah infeksi.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de
entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.
 Alat-alat yang digunakan
1. Pingset
2. Kom
3. Gunting
4. Kassa/Perban
5. Plester
6. NaCl 0,9%
7. Betadine
8. Bengkok
9. Apabila melakukan perawatan luka dirumah, alat-alat berupa kom atau mangkok
kecil dan gunting harus disterilkan dengan cara direbus atau direndam
menggunakan air panas selama 10-20 menit
 Cara perawatan luka
1. Menjaga kebersihan dengan cuci tangan 6 langkah terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan
2. Mempersiapkan alat
3. Menjelaskan maksud tindakan yang akan dilakukan kepada klien dan keluarga
melalui informed consent
4. Berdoa sebelum memulai tindakan
5. Posisikan klien sesuai kenyamanan
6. Membuka balutan lama secara perlahan dengan memperhatikan respon klien
7. Buang bekas balutan kotor ke dalam bengkok atau tempat sampah
8. Evaluasi keadaan luka
9. Lakukan pembersihan luka, dengan cara:
 Bersihkan luka menggunakan kasa dan NaCl dengan cara membersihkan luka
dari daerah dalam luka menjauhi daera sekitar luka
 Bersihkan kotoran disekitar luka
 Ketika dibersihkan, jangan menekan dan menggosok secara keras pada daerah
luka
 Keringkan luka dengan kasa kering
 Oleskan obat (jika ada) pada luka
10. Tutup kembali luka dengan balutan kasa basah dan kasa kering
11. Plester balutan
12. Bereskan alat
13. Evaluasi keadaan klien
14. Cuci tangan kembali setelah melakukan tindakan
DAFTAR PUSTAKA

Artigas, L. &. (2014). The Butterfly Hug Method for Bilateral Stimulation. EMDR Research
Foundation. Arviani, H. S. (2021).
Mental Healing in Korean Drama "It's Okay to Not Be Okay". JOSAR (Journal of Students
Academic Research), 7(1), 32-44. Girianto, P. W. (2021).
Butterfly Hug to Reduce Anxiety on Elderly. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 8(3), 295-300.
Permana, B. G., & Pawitri, A. (2021, Maret 17).
Pebrianti, A. E. (2021). Pengaruh Pemberian Foot Massage terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Ibu
Post Sectio Caesarea. Politeknik Yakpermas Banyumas.
Purnami, I. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin Normal Kala II Dengan
Nyeri Melahirkan Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar Jurusan
keperawatan)
Rumhaeni, A., NurlaelaSari, D., & Mulyani, Y. (2019). Foot Massage Menurunkan Nyeri Post
Operasi Sectio Caesarea pada Post Partum. 74–82.
Susilawati, E., & Ilda, W. R. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Terhadap
Intensitas Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Bpm Siti Julaeha Pekanbaru.
Journal Of Midwifery Science, 3(1), 7–14.
Hartanti, R. D., Wardana, D. P., & Fajar, R. A. (2016). Terapi relaksasi napas dalam menurunkan
tekanan darah pasien hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 97268.
Masnina, R., & Setyawan, A. B. (2018). Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas Pasundan
Samarinda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 5(2), 119-128.
Masnina, R., & Setyawan, A. B. (2018). Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas Pasundan
Samarinda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 5(2), 119-128
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. http://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Perkasa, A. S. M. jek A. P. S. I. (2019). Efektivitas Terapi Hipnotis Lima Jari Terhadap Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2), 92–99.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Prabowo, P. S., & Sihombing, J. P. T. (2010). Gambaran gangguan kecemasan pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas “X” angkatan 2007. Jkm, 9(2), 161–168.
Wianti, A., & Karimah, M. M. (2018). Perbedaan Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan
Kompres Hangat dalam Penurunan Nyeri Dysmenorhea. Jurnal Keperawatan Silampari,
2(1), 315–329.

Lampiran Absensi
Lampiran dokumentasi
Wound Care
Langkah Perawatan Luka
(Perawatan Luka)
Cuci tangan 6 langkah (Hand
Hygiene)
Lepaskan kassa/balutan dengan cara
menyentuh bagian luarnya saja.
Jika kassa/balutan menempel pada
luka, basahi dengan larutan Nacl,
buka jika sudah longgar
Buang kassa/balutan yang kotor ke MANAJEMEN
dalam kantong
Dampak dari tidak melakukan perawatan luka
dengan baik akan menimbulkan infeksi
Buka kassa tanpa menyentuh bagian PADA IBU
dalam, lalu siram/basahi dengan

POST SC
Tips Mempercepat Penyembuhan Luka larutan NaCl
Bersihkan luka dengan hati-hati, mulai
Konsumsi makanan yang tinggi protein (ikan, dari bagian terdekat luka sampai
telur, ayam, tahu, tempe) terluar luka dengan sekali usapan saja
Membersihkan luka dengan benar dan teratur Tekan pinggir luka untuk
Melakukan latihan mobilisasi secara bertahap mengeluarkan nanah
Periksa bekas luka secara rutin. Pastikan tidak Buang kassa yang digunakan setiap
ada tanda-tanda infeksi sekali membersihkan luka

Setelah selesai, keringkan luka
dengan kassa kering
Oleskan obat pada luka (jika ada)
Scan for video
Tutup luka dengan kassa/balutan
Eratkan dengan plester
Cuci tangan
Manajemen Nyeri Non Farmakologi Hipnosis Lima Jari

Ibu yang melakukan persalinan dengan metode Sectio Tapotement


Caesarea rasa nyeri akan timbul akibat luka operasi pada
bagian perut yang menyebabkan terputusnya jaringan, Pegang telapak kaki kemudian menepuk
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah operasi. Hal ini dengan ringan punggung kaki dan Ambil posisi tiduran Tenangkan pikiran
akan merangsang pengeluaran histamin dan 10 telapak kaki dengan kedua tangan (senyaman mungkin) anda, tutup mata
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. secara bergantian untuk merangsang anda
jaringan otot dengan menggunakan
Metode pengontrolan nyeri secara non-farmakologi
teknik tapotement.
sangat penting karena tidak membahayakan bagi
ibu. Tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat.
Setelah semua proses pembedahan berakhir, Friction Arahkan ibu jari ke jari
daerah operasi akan ditutup dan menimbulkan luka
telunjuk : Pikirkanlah
post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik Teknik friction (menggosok) yaitu
saat badan anda sehat Arahkan ibu jari ke jari
akan menimbulkan masalah infeksi tangkupkan salah satu telapak tangan di
dan tidak terganggu, tengah : Pikirkan kembali
punggung kaki, Kemudian perawat
anda bisa berbuat
Foot Massage
menggosok area telapak kaki secara seseorang yang paling
keseluruhan dengan lembut dari dalam ke apapun yang anda sukai anda sayang, cintai.
sisi luar kaki di bagian terluas kaki kanan Bayangkan kembali
Effleurage Letakan tangan kita sedikit betapa bahagianya saat
diatas tulang kering usap secara anda bertemu dengan
perlahan dan tekanannya ringan Vibration orang yang anda sayangi
menggunakan ibu jari menuju ke Rilekskan kaki dan jari kaki dengan
Arahkan ibu jari ke jari manis : itu.
atas dengan satu gerakan yang gerakan maju, mundur atau depan
pikirkanlah prestasi yang
tidak putus dan kembali turun belakang dan menggetarkan kaki
mengikuti lekuk kaki dengan dengan lembut menggunakan teknik pernah anda capai sehingga
menggunakan teknik effleurage. vibration, teknik ini akan membuat membuat anda dan orang
efek kaki dan jari kaki menjadi rileks, sekitar anda bangga
Petrissage tidak tegang dan dapat melancarkan
sirkulasi darah
Memijat dengan cara meremas
Scan for video
telapak kaki dan punggung kaki Scan for video Arahkan ibu jari ke jari
dengan gerakan perlahan dari kelingking : pikirkanlah
bagian dalam ke bagian terluas
tempat terindah yang pernah
luar kaki menggunakan teknik
anda kunjungi yang membuat
petrissage
anda nyaman, tentram

Anda mungkin juga menyukai