PENYELENGGARAAN K3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdirinya sebuah rumah sakit dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang
memerlukanperawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan, kesehatan,
mencegahkebakaran dan persiapan penanggulangan bencana. Keselamatan Kerja diterapkan di
lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat aspekmanusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya
kerja.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya Penyakit
Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya promotif,
prefentif,penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan sehingga setiap pekerja
dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat atau
orang lain disekelilingnya dan tercapai produktivitas kerja yang optimal. Upaya tersebut
dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas pekerja
rumah sakit.
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3) di rumah sakit, adalah suatu upaya
pengelolaan resiko di lingkungan kerja untuk meminimalkan dampak tempat kerja sehingga tercipta
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
C. PENGARTIAN
Dalam Pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
1. Tempat kerja, adalah :
Tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk melaksanakan tugas.
2. Karyawan, adalah :
Tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluarhubungan kerja, untuk
menghasilkan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Kesehatan & keselamatan kerja, adalah :
K3 merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi resiko kecelakaan ataupenyakit kerja
yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara kesehatan & keselamatan.
4. Upaya kesehatan adalah :
Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap kerja
karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri maupun masyarakat
disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja, adalah :
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan & proses pengolahannya, tempat kerja
& lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja, adalah :
Kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena peristiwa tersebut tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa
kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada
yang paling berat.
7. Penyakit akibat kerja adalah :
Penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung paparan / kontaminasi pada
fasilitas penunjang pekerjaan.
BAB II
KEBIJAKAN DIREKSI
Kebijakan Direksi tentang keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana adalah :
1.
Pembentukan Panitia K3
Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya keselamatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya penyakit
akibat kerja dan kecelakan kerja, sehingga ditetapkan :
a. Perlunya untuk membentuk dan mengangkat Panitia K3 di Rumah Sakit yang merupakan
organisasi non struktural.
b. Panitia K3 Rumah Sakit terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang menjadi anggota Panitia
K3 Rumah Sakit, dan tenaga pendukung adalah tenaga / pegawai yang melaksanakan fungsi
K3 Rumah Sakit.
c. Panitia K3 Rumah Sakit memiliki sistem komunikasi internal dan eksternal.
d. Sistem komunikasi internal menggunakan pesawat intercom nomor dan telpon nomor, sistem
e. komunikasi ekternal menggunakan sambungan pesawat telpon nomor langsung dan pesawat
melalui operator serta pesawat telpon lain untuk facsimile.
f. Bilamana terjadi bencana di Ruma Sakit, maka pesawat dengan nomor tersebut diatas hanya
diperuntukan penggunaannya oleh Panitia K3 Rummah Sakit selain Panitia K3 Rumah Sakit
dilarang menggunakan pesawat telpon tersebut.
2. Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan kegiatan seperti :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
j.
lembar data keselamatan /Material Safety Data Sheet (MSDS) dari rekanan pemasok.
Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan dalam peraturan
perundang-undangan.
k. Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk menangani limbah seperti IPAL untuk limbah
cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelolah oleh pihak kedua (dari luar
rumah sakit).
l. Rumah Sakit wajib menyediakan fasilitas sanitasi.
m. Disediakan fasilitas perlengkapan keamanan pasien yang selalu terpelihara baik dengan adanya
pengecekan dan perbaikan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Kebakaran
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Rumah Sakit dapat ditetapkan saat akan membangun rumah
sakit, sebagai berikut :
Menyediakan sistem alarm kebakaran di Rumah Sakit dengan jumlah yang cukup.
Tersedia sistem deteksi api dan asap kebakaran di rumah sakit.
Tersedia alat pemadam api / kebakaran di rumah sakit dengan jumlah yang cukup dan sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi pasien apabila terjadi kebakaran di
rumah sakit.
Diadakannya simulasi / latihan secara teratur tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan / simulasi tentang
pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan
tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan
pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas
bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siappakainya maupun dari segi mudah
dicapainya
4. Kewaspadaan Bencana
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit ditetapkan sebagai berikut :
Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat digunakan bagi
seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit.
Organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana ini terdiri dari : perawat dan Ka. Urusan,
dokter IGD, Manajer Penunjang Medis, Manajer Keperawatan, Manajer Pelayanan Medis, Wakil
Setiap pegawai di Rumah Sakit diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan K3
perkembangan K3.
Pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, dll.
Disaster Program
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Keamanan Pasien, Pengunjung dan pegawai
Keselamatan dan Kesehatan Pegawai
Pengelolaan bahan dan Barang Berbahaya
Kesehatan Lingkungan Kerja
Sanitasi Rumah Sakit
Sertifikasi/Kaliberasi Sarana, Prasarana dan Peralatan
Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan Gas
Pendidikan dan Latihan K3
b. Evaluasi ini dilakuan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis kegiatan yang
dilaksanakan, dapat dilakukan 3 bulan, 6 bulan, dst.
c. Hasil Evaluasi dibuatkan laporannya dan pelaporan disampaikan kepada direktur rumah sakit untuk
mendapatkan tindak lanjut, untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
7. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu K3 Rumah Sakit, meliputi :
BAB III
PEMBENTUKAN ORGANISASI PANITIA K3
I. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu bentuk badan usaha di bidang jasa yang meliputi komponen manusia,
mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang lebih baik.
Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan lingkungan rumah sakit.
Upaya tersebut diatas meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan, oleh karenanya
harus dilakukan identifikasi permasalahan, evaluasi dan tindak lanjut yang harus segera dilakukan.
Kegiatan-kegiatan K3 rumah sakit harus dapat meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan
kecelakaan akibat kerja serta memberikan rasa aman akan adanya bencana dan kebakaran.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk menunjuk dan mengangkat Panitia K3
Rumah Sakit yang merupakan organisasi non structural, yang terdiri dari tenaga staf dan tenaga
penunjang.
Sebagai pimpinan PK3RS ditetapkan ketua PK3RS, ketua PK3RS bertanggungjawab kepada Direktur
Rumah Sakit.Ketua PK3RS membawahi tenaga staf PK3RS yang terdiri dari beberapa tim dan
membawahi tenaga pendukung PK3RS.
Sekertaris PK3RS membantu ketua dalam menjalankan kegiatan manajemen K3RS.
Secara rinci tergambarkan dalam bagan organisasi PK3RS sebagai berikut :
Tim Keselamatan Kerja terdiri dari unsur medis (dokter umum), personalia, kesehatan
lingkungan.
Tim Kebakaran terdiri dari unsur manajer rumga, satpam, tekhnisi, tata graha.
Tim Kewaspadaan Bencana terdiri dari unsur perawat, dokter IGD.
Staf ini harus telah mendapatkan pelatihan K3.
C. Pendukung PK3RS
Anggota Pendukung PK3RS adalah Seluruh Pegawai rumah sakit yang setingkat dengan Kepala
Urusan/instalasi/kepala perawat dan penanggungjawab ruangan.
Pegawai rumah sakit ini telah mengikuti pelatihan K3.
Pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit harus berjalan setiap saat, mengingat pola kerja di Rumah
Sakit pada umumnya yang terbagi menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga K3 agar
dapat memenuhi ketenagaan pendukung K3 disetiap shiftnya, sebagai berikut :
SHIFT pagi disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang terdiri dari Kepala
Instalasi/perawat/urusan yang bertugas saat itu.
SHIFT sore dan SHIFT malam disediakan tenaga pendukung masing-masing shift
sebanyak 18 orang yang terdiri dari Penanggung Jawab shift disetiap ruangan ditambah dengan
seorang dokter IGD dan Kepala jaga. Dengan demikian dapat dihitung bahwa seluruh tenaga
pendukung yang tersedia di Rumah Sakit adalah 24 + 18 + 18 + 2 = 62 orang.BAB IV
KESELAMATAN KERJA
I.LATARBELAKANG
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat
kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3
disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di
Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya.
Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis
pekerjaannya.
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan
kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk
memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
II. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan kegiatan yang
menganalisa, menilai dan memberikan masukkan dalam upaya menjamin terciptanya kondisi
produktivitas dapat ditingkatkan.
III.RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pemantauan keselamatan kerja di Rumah Sakit mengacu pada perundangundangan
dan peraturan yang berlaku, meliputi :
a. Penyediaan air bersih dan air minum
Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaimana yang terlampir dalam
PERMENKES no. 416 tahun 1990.
Pemantauan air bersih dan air minum dilakukan dengan cara :
Memeriksa dan menjamin ketersediaan air bersih dan air minum yang dilakukan setiap hari
pada penampungan air bersih dan gudang air minum.
Mengirimkan sampel air minum da air bersih ke laboratorium BTKL dengan frekuensi
pengiriman sebanyak 4 kali setahun dengan parameter bekteriologi dan kimia dan merujuk
pada keputusan Dirjen P2MPLP Nomor : HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan
dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit dengan hasil yang segera
dievaluasi dan ditindaklanjuti.b. Pengelolaan limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional Rumah Sakit sehingga
memenuhi persyaratan yang terdapat dalam SK Gubernur DKI No. 528 tahun 1995 tentang
penetapan dan baku mutu air sungai / badan air serta baku mutu limbah cair di wilayah DKI Jakarta.
Pengelolaan air limbah ini diolah dalam instalasi pengolahan air limbah dengan sistem aerob dan
anaerob bio filter system.
Pemantauan pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara :
Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter fisik dan
bau.
Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3
Mengirimkan sempel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali setahun
dengan parameter sesuai SK Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 1995 dengan hasil
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c. Pengelolaan sampah
Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah non medis yang
dihasilkan dalam kegiatan operasional RSIA Hermina Podomoro sehingga memenuhi persyaratan
yang tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP NO. 281-II/PD.03.04.LP tahun 1989 tentang persyaratan
kesehatan pengelolaan sampah dan SK Dirjen P2MPLP NO. HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang
persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit.
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara dimasukkan ke dalam
kantong plastik berwarna hitam.
Untuk kategori medis, pengelolaan sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning.
Pemantauan pengelolaan sampah dilakukan dengan cara :
Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari dengan lembar kontrol.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis dengan sampah
non medis.
Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang pengelolaan
sampah.
d. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing, cacing, rayap atau
hewan yang menjadi perantara menularkan penyakit tertentu.
Pemantauan pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan cara :
Melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam gedung maupun luar gedung
setiap hari dengan alat bantu checklist.
Melakukan uji sampling kepadatan lalat, kecoa, dan nyamuk setiap 3 bulan sekali
dengan parameter : lalat adalah 8 ekor/flygrill (100 x 100 cm) per menit, parameter
kecoa adalah 2 ekor/plate (20 x 20 cm) per 24 jam. Parameter nyamuk adalah angka
Container Index 5 %.
g. Infeksi nosokomial
Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial dilakukan dengan cara :
Terhadap proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah ditentapkan
Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap peralatan medis, usap linen,
usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yang kemudian dievaluasi dan ditindaklanjuti.
Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
h. Desinfeksi
Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :
Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke BTKL yang hasilnya dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium AKL DepKes Jakarta
yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
i. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Upaya memberikan penyuluhan mengenai menyehatkan dan memelihara lingkungan Rumah Sakitdan
pengaruhnya terhadap masyarakat sekita RS dari PK3RS yang dilaksanakan oleh petugas
kesling rumah sakit kepada karyawan, pengunjung, pasien serta masyarakat setiap 6 bulan sekali
dengan materi menyangkut upaya peningkatan kualitas kesehatan dalam opersional kegiatan Rumah
Sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara :
Wawancara terhadap karyawan atau pasien atau pengunjung atau pendapat dari instansi
pemerintahan tentang upaya penyehatan lingkungan di Rumah Sakit.
Pemantauan terhadap frekuensi keluhan terhadap masalah kesehatan lingkungan di Rumah
Sakit.
j. Pencahayaan ruangan
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif dan produktif di semua bagian dalam dari gedung Rumah
Sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran kualitas pencahayaan setiap tahun sekali dengan
parameter yang telah ditentukan.
k. Penyehatan udara
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk menjamin kesehatan
pemakai ruangan, diseluruh bagian gedung Rumah Sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap hari dengan
parameter yang telah ditentukan.
l. Kebisingan ruangan
Adalah upaya pengaturan tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan
atau membahayakan kesehatan, di semua bagian dalam gedung Rumah Sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat kebisingan setiap 1 tahun sekali dengan
parameter kebisingan ruangan adalah :
Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA.
Poliklinik/poli gigi maksimum 80 dBA.
Laboratorium maksimum 68 dBA.
Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA.
m. Instalasi listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit untuk melakukan
ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan dinas di
rumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja dan tetap terjaga kesehatannya.
Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan dilakukan dengan cara :
Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit , meliputi
pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta evaluasi psikologi.
Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1 tahun sekali,
meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
Pemeriksaan kesehatan khusu bagi karyawan yang bekerja pada tempat-tempat khusus,
karyawan berusia di atas 40 tahun, karyawan dengan penyakit-penyakit tertentu yang dianggap
beresiko tinggi oleh dokter, dengan frekuensi pemeriksaan minimal 1 tahun sekali.
q. Alat pelindung diri
Adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya terhadap resiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi penyinaran, bahan
berbahaya dan beracun (B3), penggunaan peralatan, dll.
r. Sertifikasi peralatan medik dan umum
Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik sebagaimana mestinya
sehingga tidak merugikan pengguna alat tersebut.
Pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara :
Uji Kalibrasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang telah ditentukan.s. Penetapan Tempat-tempat
beresiko
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat-tempat yang
berbahaya di lingkungan Rumah Sakit maka diberikan petunjuk-petunjuk yang ada pada tempattempat
yang telah ditentukan.
Tempat-tempat yang dianggap beresiko ditetapkan oleh direktur rumah sakit, yaitu :
Instalasi Radiologi
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
Kamar operasi
t. Fasilitas perlengkapan keamanan pasien
Merupakan sarana yang berkaitan dengan phisik gedung atau bangunan rumah sakit dengan
mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan pengunjung Rumah Sakit.
Fasilitas perlengkapan tersebut meliputi :
Pegangan pada tepi tangga.
Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil.
Pintu dapat dibuka dari luar.
Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi.
Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman.
Pasokan Oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar Operasi, ICU/NICU, IGD.
Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat.
Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam.BAB V
KEBAKARAN
I. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan pegawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat
dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan
yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya.
II. Pengertian
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
III. Ruang Lingkup
a. Pencegahan Kebakaran
Pengelolaan pencegahan kebakaran di Rumah Sakit yaitu dengan mengendalikan sumber panas
seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan bahan mudah terbakar seperti kertas, karpet, karet, dll.
Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
Menetapkan larangan merokok di Rumah Sakit.
Monitoring Inspeksi Listrik secara teratur.
Menyediakan alat Pemadam Api ringan dengan jumlah cukup sesuai ketentuan yang berlaku.
Inspeksi Peralatan Pemadaman Kebakaran secara berkala.
Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-tempat berisiko.
b. Penanggulangan Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam
kebakran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Alat pemadam Api Ringan
(APAR) yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut, selain itu dapat digunakan
air untuk memadamkan kebakaran sebagai media yang dapat menimbulkan reaksi pendinginan
kegiatan-kegiatan K3.
II. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman secara sistimatik
dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang ingin didapatkan.
III. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan diklat adalah :
1. Diklat kelas
Diklat kelas untuk pembahasan teori, dan diskusi sesuai dengan materi yang disampaikan dan
berkaitan dengan unsur-unsur K3.
2. Simulasi
Dilakukan simulasi K3 yang bermanfaat memberikan pengalaman dan gambaran suatu peristiwa
kejadian K3, seperti :
Pemadaman api dengan APAR
Evakuasi PasienBAB VIII
SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN
I. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kegiatan, baik
yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal.
Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberikan
penilaian apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil
kegiatan belum memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasara
yang diharapkan.
II. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan - kegiatan atau yang telah
dibuat.
Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan kegiatan atau
evaluasi.
III. Ruang Lingkup
Kegiatannya meliputi :
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur unsur K3 rumah sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil pelaksanaan kegiatan K3.
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur rumah sakit.BAB VIII
PENUTUP
Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna masih
terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk perbaikan
peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga.
Semoga buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk
berkecimpung di bidang K3 RSIA Hermina Podomoro.