Kata Pengantar
Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan Proyek
Bendungan Cascade dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Sungai
Ciliwung, Tahap I: Pra Studi Kelayakan, yang tertuang dalam Surat Perjanjian
(Kontrak) Nomor : 1180/S.Perj/12/2014 tanggal 19 Mei 2014 yang telah
dipercayakan kepada PT. LAPI ITB, maka dengan ini kami sampaikan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan ini memuat langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan, data yang tersedia,
metode kerja, hasil peninjauan awal di lokasi pekerjaan dan program kerja
selanjutnya.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala kerja sama, pengarahan dan
petunjuk serta kepercayaannya, sehingga kami dapat menyusun laporan ini.
Demikian laporan ini disusun, semoga bermanfaat dan dapat memenuhi kriteria
yang ada.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................
DAFTAR ISI...................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................
DAFTAR TABEL.............................................................
Bab I..........................................................................I-1
Pendahuluan..............................................................I-1
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan...........................................................
1.4 Lokasi Studi...............................................................................
1.5 Waktu Pelaksanaan....................................................................
Bab II........................................................................II-1
Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan............................II-1
2.1 Umum......................................................................................II-1
2.2 Letak Geografis dan Geologi......................................................II-1
2.3 Iklim.........................................................................................II-3
2.4 Sosial, Ekonomi dan Kependudukan...........................................II-4
2.5 Lokasi Potensi..........................................................................II-5
Bab III......................................................................III-1
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan...........................III-1
3.1 Persiapan Administrasi.............................................................III-1
3.2 Pengumpulan Data Sekunder Tambahan....................................III-1
3.3 Survei Lapangan......................................................................III-3
3.4.1.2
3.4.2
3.4.3
3.5.2
3.5.3
3.5.3.1
3.5.3.2
Pembiayaan Operasi........................................................................III-10
3.5.3.3
Penerimaan Operasi.........................................................................III-10
3.5.3.4
3.5.3.5
3.5.4
3.5.5
Analisis Kepekaan.................................................................................III-12
Bab IV......................................................................IV-1
Analisa Water Balance..............................................IV-1
4.1 Kebutuhan Air..........................................................................IV-1
4.2 Ketersediaan Air......................................................................IV-1
4.3 Water Balance..........................................................................IV-2
Bab V........................................................................V-1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan...................................V-1
Bab VI.....................................................................VI-1
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli..................................VI-1
6.1 Usulan Tenaga Ahli...................................................................VI-1
6.2 Uraian Tugas Tenaga Ahli..........................................................VI-1
6.2.1
6.2.2
6.2.3
6.2.4
6.2.5
Bab VII....................................................................VII-1
Rencana Kerja.........................................................VII-1
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Jumlah Hari Hujan dan Total Intensitas Hujan di Bendungan Jambu.....II-4
Tabel VI-1 Rekapitulasi Volume Permohonan Penggunaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Air di Sungai Ciliwung..................................................................IV-1
Tabel IV-1 Schedule pelaksanaan pekerjaan Pra Feasibility Studi dan Konsep
Desain................................................................................................................. V-2
Tabel V-1 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli............................................................VI-4
Bab I
Pendahuluan
B.
C.
D.
Analisa keekonomian
Melakukan analisa keekonomian terhadap rencana projek sehingga akan
mendapatkan gambaran apakah pekerjaan akan layak secara ekonomi atau
tidak.
E.
Rekomendasi
Rekomendasi berisi mulai dari jalan akses, layout bangunan sampai dengan
desain typikal bangunan yang akan didirikan.
Bab II
Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan
II.1 UMUM
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak
54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km, namun kini telah berkembang
menjadi 118,50 km dan jumlah penduduknya 949.066 jiwa (2010). Bogor dikenal
dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota
Bogor terdiri atas 6 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 68 kelurahan.
Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg
(pengucapan: boit'n-zrkh", bit'-) yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman
tenteram".
Sedangkan Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Ibukotanya adalah Cibinong. Kabupaten Bogor secara garis besar
terdiri atas tiga wilayah (timur, barat dan tengah) dan 40 kecamatan.
Kecamatan-kecamatan tersebut dibagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat
pemerintahan Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Cibinong, yang berada di
sebelah utara Kota Bogor.
Hari jadi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni,
karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai
raja dari Kerajaan Pajajaran.Bogor (berarti "enau") telah lama dikenal dijadikan
4
baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki
daya dukung tanah yang berada antara 1,5 Kg/Cm2.
Di kota ini juga mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah
permukaan dataran, yaitu: Ci (Sungai) Liwung, Ci Sadane, Ci Pakancilan, Ci Depit,
Ci Parigi, dan Ci Balok. Topografi yang demikian menjadikan Kota Bogor relatif
aman dari bahaya banjir alami.
II.3 IKLIM
Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut.
Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26C
dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor
adalah 21,8 C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah
3
mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi
angin muson barat. Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 4000 mm
dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.
Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya
akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air
masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap
air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di
kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki "Kota Hujan". Keunikan iklim lokal
ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan Bogor
sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga sekarang.
Tabel II-1Jumlah Hari Hujan dan Total Intensitas Hujan
di Bendungan Jambu
KoordinatBendung
: x = 699325.73 m
y = 9276881.26 m
Perkiraan Elevasi
: 154 m
: Waringin Lebak
KoordinatBendung
: x = 698985.42 m
y = 9279820.94 m
Perkiraan Elevasi
: 140 m
KoordinatBendung
: x = 698891.74 m
y = 9280960.54 m
Perkiraan Elevasi
: 134 m
: Bojong Gede
Koordinat Bendung
: x = 700271.79 m
y = 9282310.25 m
Perkiraan Elevasi
: 122 m
10
Bab III
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
III.1
PERSIAPAN ADMINISTRASI
III.2
Data atau peta topografi wilayah pekerjaan dengan skala 1 : 50.000 atau
yang lebih rinci.
III.3
SURVEI LAPANGAN
III.4
ANALISA DATA
Seperti yang telah di bahas dalam Tahapan Pre-FS bahwa arah studi sungai
Ciliwung ini adalah selain untuk pengendalian banjir juga akan dikembangkan
pemanfaatannya ke arah komersial, seperti pemanfaatan air sebagai bahan baku
untuk air minum maupun air bersih, potensi listrik yang dihasilkan, pariwisata
dan lainnya. Sehingga analisa hidrologi yang dilakukan akan mendukung tujuan
tersebut di atas.
III.4.1 Analisa Hidrologi
Biasanya dalam analisa hidrologi untuk menghitung debit andalan akan
menggunakan standart SNI 03-1724-1989 namun jika mendapatkan persetujuan
dari pihak pemberi kerja, kami akan menggunakan metodologi perhitungan debit
andalan yang telah kami kembangkan sendiri.
Analisis hidrologi ini sangat diperlukan untuk memperkirakan debit banjir dan
debit andalan yang bisa dipakai untuk perencanaan bangunan-bangunan air
dengan selang keyakinan tertentu.
Output dari analisis hidrologi tersebut ialah:
Debit Banjir untuk periode ulang tertentu, biasanya yang hitung adalah
debit banjir dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahunan.
Analisa hidrologi yang dikenal ada 2 cara karena perbedaan data yaitu:
1
berdasarkan data hujan yang dianalisis menjadi debit sungai, banyak teori
yang bisa melakukan analisis hujan menjadi debit sungai.
1.
III.4.1.1
Membuat analisis hubungan antara curah hujan dan debit banjir yang
tercatat.
Dari kedua analisis di atas ditentukan besarnya banjir untuk beberapa kala
ulang tertentu.
Ada beberapa metode dan rumus yang biasa digunakan untuk mentukan debit
banjir rencana (design flood) yaitu :
Metode rasional
Metode yang digunakan tergantung dari luas DAS yang akan dianalisis. Untuk
luasan DAS yang sangat besar dapat digunakan metode hidrograf satuan sintetis,
sedangkan untuk luas DAS sampai dengan 100 km 2 masih dapat menggunakan
Metode Empiris.
Dengan menggunakan metoda rasional, debit sungai dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana:
Q
= debit
Cp
RT
Metode hidrograf satuan (unit hydrograph) yang akan digunakan ada analisis kali
ini metode penentuan debit banjir rencana adalah dengan metode hidrograf
satuan sintetik metode Nakayasu. Rumus hidrograf satuan sintetik Nakayasu dari
hasil penyelidikan adalah sebagai berikut :
Dimana :
Qp
Ro
Tp
T0,3
=Qp ( t / Tp )2,4
dimana :
Qa
= Waktu (jam)
tr
t
Qp
Tp
0,3 Qp
T0,3
0,32 Qp
1,5 T0,3
Qd > 0.3 Qp : Qd
0,3 Qp > Qd : Qd
Tenggang waktu
Tp
= t g + 0,8 t r
Dimana :
L < 15 km
tg
= 0,21 0,7
L > 15 km
tg
= 0,4 + 0,058 L
tg
tr
= 0,5 t g sampai t g
T 0,3
= tg
(jam)
Dimana :
Untuk bagian naik hidrograf lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5
Untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
= 1,0
Panjang sungai
Koefisien pengaliran
III.4.1.2
Tidak akan menambah beban banjir pada saat sungai dihilirnya mulai
meluap.
Bisa menampung air berlebih semaksimal mungkin.
Menjaga debit maintenance dihilirnya.
Bisa memaksimalkan menampung air dalam kondisi musim kering.
Untuk inikonsep desain bendung dan pintu air yang sesuai dengan situasi air
berlimpah. Pada musim hujan Bendungan harus siap menampung air sungai yang
berlimpah. Desain pintu air akan mengukuti scenario fungsi Bendungan, selain
untuk menampung air baku untuk air bersih juga akan digunakan untuk
mengurangi debit banjir. Untuk ini scenario Dry Dam akan diterapkan.
Dari keempat Bendungan, akan dilakukan analisa Bendungan yang mana akan
berfungsi sebagai Dry Dam dan Bendungan yang berfungsi sebagai Multi
purpuse dam. Ilustrasi menginai Bendungan kering/dray dam dan Bendungan
multiguna di tampingkan dalam ilustrasi sebagai berikut.
Kondisi Normal
Kondisi Banjir
Kondisi Normal
Kondisi Banjir
III.5
Analisis ekonomi teknik ini dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi ekonomi dari
proyek secara finansial. Dalam analisis ini yang menjadi perhatian adalah
besarnya pemasukan yang akan diperoleh pengembang dan biaya yang harus
dikeluarkan dalam pembangunan dan pengoperasion Bendungan dan
pembangkit.
Pemasukkan (income) utama berasal dari penjualan energi listrik kepada pihak
PLN dan air bersih, sedangkan sumber income lain yang juga mungkin layak
diperhatikan adalah income yang berasal dari mekanisme Kredit Karbon (Carbon
Credit).Untuk melihat tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dilakukan
pertimbangan terhadap struktur modal investasi, yaitu seberapa besar modal
sendiri (Equity) dan seberapa besar pula yang harus dipinjam (Debt). Kemudian
dipertimbangkan pula tingkat suku bunga yang berlaku, tingkat inflasi, nilai tukar,
daya beli, volume penjualan dan peluang pasar maupun faktor kompetensi.
Indikator yang dipergunakan adalah:
Payback Period
Financial Internal Rate of Return (ditinjau dari sudut proyek keseluruhan dan dari
sudut pengembang sehubungan dengan skenario pendanaan). Kriteria investasi
di atas dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR >
discount rate.
Biaya Kapital
Biaya Engineering
Penyusunan studi kelayakan (Feasibility Study)
Penyusunan Studi Amdal atau UKL/UPL
Desain dan Perencanaan Teknis
Biaya Pengadaan
Pengadaan lahan
10
Biaya Konstruksi
Pemasangan pondasi, bendung, saluran, power house
Pemasangan peralatan utama dan penunjang jalan dan fasilitas
penunjang lainnya
Biaya Supervisi
III.5.3.2
Pembiayaan Operasi
Pembiayaan operasi suatu meliputi biaya tetap operasi pemeliharaan (Fixed O&M
Cost) dan biaya variable operasi pemeliharaan (Variable O&M Cost).
Fixed-O&M terdiri dari biaya pegawai atau biaya tenaga kerja, biaya
pemeliharaan rutin dan biaya administrasi serta biaya manjemen lainnya. Biaya
ini tidak berubah (tetap) sekalipun pembangkit tidak beroperasi dan biaya ini
biasanya diukur per-KW Kapasitas PEmbangkit. Sedangkan Variabel O&M Cost
adalah biaya yang dikeluarkan tergantung kepada jam operasi mesin (Running
Hours) atauper-unit produksi (KWh) seperti pergantian danperbaikan peralatan
(tergantung Running Hours) pelumas dan lain-lain. Sedangkan biaya penyusutan
(DEP) adalah biaya yang harus dikeluarkan dandisimpan setiap tahuns elama
umur operasi, sehingga sampai saat berakhirnya umur operasi pembangkit
tersebut sudah tersedia anggaran untuk mengganti pembangkit yang baru
dengan kapasitas yang sama. NAmun harga pembangkit tahun ke-n tidak sama
dengan harga tahun ini, hal ini disebabkan adanyafaktor inflasi. Dengan
demikian, maka biaya penyusutan yang harus dikeluarkan setiap tahun akan
sangat tergantung kepada besar investasi (INV) dan inflasi (INF). Biaya
penyusutan untuk setiap tahun ke-n dapat dihitung dengan menggunakan
persaman seperti berikut :
(DEP)n = INV (1.+.INF)n
LT
11
III.5.3.3
Penerimaan Operasi
Penerimaan operasi pembangkit (Ro) adalah dari jumlah produksi (Es) dan harga
jual Tenaga Listrik (Co). Jumlah produksi ditentukan oleh kapasitas mampu
pembangkit (P) danlama operasi dalam satu periode. Sedangkan lama operasi
ditentukan oleh kondisi mesin (baik atau buruk) dan juga ditentukan oleh sifat
pembebanan pembangkit, yaitu sebagai pensuplai saat beban puncak (peak
load) sehingga penerimaan operasi dari hasil penjualan produksi tenaga listrik
dapat dihitung sebagai berikut:
Ro = (Es x Co)
III.5.3.4
Cash-flow adalah aliran kas-masuk yang disusun dalam bentuk table untuk
menggambarkan neraca penerimaan dan pembiayaan operasi selama umur
operasi ekonomis air pembangkit, sehingga dapat diketahui rugi/laba usaha.
Berdasarkan penerimaan dan pembiayaan tersebut, maka dapat diketahui
laba/rugi usaha sebelum bunga (Earning Before Interest and Tax/EBIT), laba
usaha setelah bunga dan pajak (Earning After Interest and Tax/EAIT) dan kas
bersih (KB) yang dapat dihitung sebagai berikut:
EBIT
= Ro (O&M + Sf + DEP)
Pajak (T)
t(%) x (EBT I)
EAIT
(EBIT I T )
(EAIT)n (penyusutan)
(KB)n
(EAIT)n + DEP + I (1 t)
Laba/rugi usaha selama tahun operasi akan tergambarkan dalam table cash flow.
III.5.3.5
Penilaian Investasi
Penilaian investasi sangat penting dilakukan sebagai dasar untuk membuat suatu
keputusan yaitu apakah investasi tersebut dilakukan atau tidak. Penilaian
investasi dilakukan berdasarkan Cash-flow yang telah disusun dengan
menggunakan instrument penilaian antara lain adalah seperti berikut ini :
Bab IV
Analisa Water Balance
13
Untuk analisa awal digunakan asumsi jumlah daya tampung Bendungan adalah
sebesar 2.500.000 m3. Pada Bab ini akan disajikan seberapa besar pengaruh
adanya Bendungan terhadap kehandalan ketersediaan air baku yang ada di
sungai Ciliwung.
IV.1
KEBUTUHAN AIR
Dari hasil pengumpulan data skunder di dapat Volume pemanfaatan sumber daya
air sungai Ciliwung adalah sebesar 2145.4 l/detik atau 2.15 m 3/detik.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI-2 Rekapitulasi Volume Permohonan
Penggunaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Air di
Sungai Ciliwung
Untuk pemeliharaan hayati di sungai tersebut maka harus tersedia debit minimal
sebesar 0.85 m3/detik, sebagai debit pemeliharaan sungai. Sehingga total debit
kebutuhan di sungai Ciliwung adalah sebesar 2.15 m 3/det + 0.85 m3/det = 3.00
m3/det.
IV.2
KETERSEDIAAN AIR
Berdasarkan data skunder hasil penelitian yang didapat dari Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sumber Daya Air yang menerangkan ketersediaan air berupa
debit di sungai Ciliwung setiap setengah bulanan selama 58 tahun, yaitu mulai
tahun 1951 sampai dengan 2009. Maka dapat dibuatkan grafik debit terurut
terhadap persentase kehandalan, atau yang biasa disebut grafik Flow Duration
Curve (FDC). Berikut kami sajikan FDC ketersediaan Air Baku sungai Ciliwung.
2
IV.3
WATER BALANCE
Analisis water balance ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebutuhan air
pada suatu sistem sumber daya air tehadap ketersediaan air sungai itu sendiri.
Pada sub bab 6.1 Kebutuhan Air, di ketahui sebesar 3.00 m 3/det sehingga
kehandalan yang dimiliki oleh Sungai Ciliwung akan ketersediaan air baku
menjadi berkurang, seperti yang dapat dilihat pada grafik FDC berikut ini.
Bab V
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Bab VI
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
VI.1
Ahli Hidrologi
Ir. Suhara, MT
Ahli Geologi
Ahli Financial
VI.2
Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan, maka perlu disusun uraian tugas untuk tiap-tiap personil yang
terlibat sehingga tidak terjadi tumpang tindih penanganan antara masing-masing
personil. Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing personil pelaksana
adalah sebagai berikut:
VI.2.1 Ketua Tim
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
Membuat program kerja, jadwal dan target pekerjaan secara rinci untuk
setiap tahapan pekerjaan.
Sebagai penghubung antara anggota tim yang satu dengan anggota tim
lainnya.
Saling koordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli yang lain.
Penentuan jenis dan design dari struktur pondasi berdasarkan pada kondisi
daya dukung tanah yang ada.
Bersama dengan tenaga ahli yang lain membantu team leader dalam
menyusun laporan-laporan.
Saling koordinasi dengan Team Leader dan tenaga ahli yang lain.
VI.3
Bab VII
Rencana Kerja
Persiapan Administrasi
Survey Lapangan
Analisis Data