Anda di halaman 1dari 15

DOKUMEN USULAN TEKNIS : KAJIAN

PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI


KAB/KOTA DI WILAYAH III (KORIDOR MALUKU,
PAPUA)

BAGIAN IV
TANGGAPAN DAN
SARAN TERHADAP
KAK DAN
PERSONIL/FASILITAS
PENDUKUNG DARI
PPK

IV-1

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

BAGIAN IV
TANGGAPAN DAN SARAN
TERHADAP KAK DAN
PERSONIL/FASILITAS
PENDUKUNG DARI PPK

4.1.

PEMAHAMAN, TANGGAPAN DAN

SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN


KERJA
4.1.1. PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
4.1.1.1.

Pemahaman Terhadap Latar Belakang

Berdasarkan beberapa dasar hukum yang telah dijelaskan dalam latar


belakang, konsultan memahami , bahwa pentingnya perkembangan industri
sebagai salah satu penggerak ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi
nasional melalui industri sangat besar dengan sumbangan pendapatan nasional
dan daerah dengan adanya kegiatan kegiatan industri baik dari skala kecil,
menengah dan besar. Untuk mewujudkan Industri Nasional yang kuat , maka
perlu didukung oleh pengembangan industri-industri di daerah yang maju dan
berkembang, dengan berbasis dari potensi-potensi lokal daerah yang strategis
sesuai dengan karakteristik dan kemampuan daerah dalam menghasilkan suatu
industri unggulan.
Produk-produk unggulan daerah menjadi salah satu keragaman produk
nasional yang menjadi tumpuan daya saing daerah dalam upaya peningkatan
ekonomi daerah. Produk unggulan banyak didasarkan dari ketersediaan bahan
baku yang tersedia dalam jumlah yang besar (mampu bertahan dalam puluhan
tahun), kemampuan sumber daya manusia pelaku industri daerah yang terlatih,

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-2

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

penguasaan teknologi pengolahan proses yang dimiliki SDM daerah tersebut,


dan dukungan infrastruktur industrinya.
Berdasarkan dokumen Kementerian Perindustrian pada Tahun 2010
menunjukkan sudah dilakukan 210 Kabupaten/Kota sejak Tahun 2006-2010,
dimana khususnya wilayah Maluku dan Papua sudah dilakukan di kab/kota :
a) Kab. Halmahera, Kota Ternate, Kab.Halmahera Selatan, Kab.Halmahera ,
Kota Tidore, Kab.Seram Barat, Kota Ambon, Kab.Maluku Tenggara,
Kab.Buru, Kab. Maluku Tengah, (Wilayah Maluku).
b) Kab.Sorong, Kab.Raja Empat, Kab.Manokwari, Kab.Fakfak, Kota Sorong
(Wilayah Papua dan Papua Barat)
Dalam perkembangannya proses penyusunan kompetensi inti industri
daerah ini dilakukan untuk melengkapi beberapa kabupaten yang telah dikaji.
Pendekatan pembangunan industri terdapat 2 pendekatan yaitu :
pendekatan top down yaitu : mengacu kepada roadmap industri nasional
terdapat 32 Industri yang akan dikembangkan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Sedangkan pendekatan bottom up, didasarkan kepada produk
unggulan daerah dengan kompetensi inti industri nya.

Dalam pekerjaan ini

dilakukan melalui pendekatan bottom up dengan melakukan kajian produk


unggulan daerah yang menjadi champion industrinya.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Perindustrian

RI

Nomor:

140/M-

IND/PER/10/2009 , bahwa Lingkup pengembangan industri unggulan Provinsi


Papua terdiri atas 3 (tiga) industri unggulan, yaitu :
a. Industri Pengolahan Kakao menjadi coklat bubuk, pasta, liquor,kue,
industri makanan dari coklat dan kembang gula.
b. Industri Pengolahan Kopi menjadi kopi bubuk.
c. Industri Pengolahan Ubi Jalar/ Batatas menjadi tepung batatas,biskuit,
mie instant dan makanan ringan (snack food).
Dalam perkembangannya produk unggulan daerah akan selalu berubah
sesuai dengan permintaan pasar, perkembangan pengolahan sumber daya alam

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-3

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

daerah, faktor eksternal dengan investasi asing yang mendorong pertumbuhan


ekonomi, dan perluasan potensi produk unggulan.
Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua,
Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Sesuai dengan
tema pembangunannya, Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku merupakan
pusat pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional.
Secara umum, Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku. Maluku memiliki
potensi sumber daya alam yang melimpah, namun di sisi lain terdapat beberapa
masalah yang harus menjadi perhatian dalam upaya mendorong perekonomian
di koridor ini, antara lain:
a. Laju pertumbuhan PDRB di Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku
dari tahun 2006 2009, tergolong relatif tinggi, yakni sebesar 7 persen,
namun besaran PDRB tersebut relatif kecil dibanding dengan koridor
lainnya.
b. Disparitas yang besar terjadi di antara kabupaten di Papua. Sebagai
contoh, PDRB per kapita Kabupaten Mimika adalah sebesar IDR 240 juta,
sementara kabupaten lainnya berada di bawah rata-rata PDB per kapita
nasional (IDR 24,26 juta);
c. Investasi yang rendah di Papua disebabkan oleh tingginya risiko
berusaha dan tingkat kepastian usaha yang rendah;
d. Produktivitas sektor pertanian belum optimal yang salah satunya
disebabkan oleh keterbatasan sarana pengairan;
e. Keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi;
f.

Jumlah

penduduk

memberikan

yang

tantangan

sangat
khusus

rendah

dengan

dalam

mobilitas

pembuatan

tinggi

program

pembangunan di Papua. Kepadatan populasi Papua adalah 12,6 jiwa/km2,


jauh lebih rendah dari rata-rata kepadatan populasi nasional (124
jiwa/km2).
Berdasarkan overview MP3EI untuk Koridor Maluku dan Papua, maka
produk unggulan ini akan terdapat didalam sektor perikanan (ikan tuna, dan lainlain), dan perkebunan (Kakao, Kelapa Sawit)

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-4

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

4.1.1.2.

Pemahaman Terhadap Materi Kajian KIID

Difahami

bahwa

materi

kajian

Kompetensi

Inti

Industri

Daerah

merupakan salah bentuk yang mengikuri standar berdasarkan beberapa konsep


beberapa pakar dalam kompetensi inti industri yaitu :

Gambar 4.1 Konsep Penemuan Kompetensi Inti


Terdapat dua pendekatan yang menemukan konsep kompetensi inti
industri daerah yaitu Model Persaingan dengan konsep keunggulan bersaing
dengan studi empiris beberapa kasus mengenai pembangunan industri daerah,
mengumpul kepada

Knowledge Management

dari

Daerah

sebagai pusat

kompetensi inti yang menjadi kekuatan industri daerah.

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-5

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

Gambar 4.2 Konsep Pendekatan Teoritis


Ada tiga teori utama yang mendasari pengembangan konsep kompetensi
inti industri ini yaitu konsep Prahalad & Hammel (1994) , Javidan (1998) dan
Walsh & Linton (2001) dan Martani (2000), dimana pada prinsip dari semua teori
menunjukkan bahwa kompetensi inti adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu
system industri produk unggulan bernilai lebih dalam peningkatan daya saing
bersifat unik,sulit ditiru. Dalam kajian ini perlu didapatkan kompetensi inti
industri daerah yang tepat disetiap produk unggulan didaerah kab/kota kajian.
Materi Penyusunan Kompetensi Inti Industri Daerah meliputi :
a. Gambaran Umum Daerah
Difahami oleh konsultan sebagai dasar umum pengenalan kondisi fisik,
ekonomi, industri, kependudukan dan keuangan daerah. Profil umum
daerah sangat diperlukan untuk analisis awal bagi konsultan mengenai
indikator-indikator ekonomi dan industri.
b. Pengembangan Komoditi Unggulan.
Difahami oleh konsultan bahwa ini adalah sebagai tahapan awal
penyusunan kompetensi inti industri daerah, dalam penentuan produk
unggulan

ini

diperlukan

beberapa

kriteria

yang

tepat

untuk

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-6

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

penentuannya. Kriteria tersebut adalah : 1) Ketersediaan Bahan Baku,


bahwa produk unggulan harus mempunyai kecukupan bahan baku
yang memadai untuk proses industri yang berskala menengah dan
besar

2)

Tingkat

Permintaan

Pasar,

bahwa

produk

unggulan

mempunyai akses pasar yang mendukung dengan adanya permintaan


pasar, apalagi permintaan ekspor 3) Dukungan Pemerintah, bahwa
pemerintah mendukung dalam bentuk regulasi dan peraturan daerah,
pembinaan dan pendampingannya 4) Budaya Masyarakat, bahwa
produk unggulan didukung oleh mayoritas masyarakat mendukung
sebagai pelaku industrinya , didasarkan kepada unsur budaya lokal 5)
Nilai Tambah Ekonomi , mempunyai dampak yang besar terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan pendapatan asli
daerah, penyerapan tenaga kerja

6) Lingkungan Geografisnya,

mendukung bukan kawasan bencana, bukan kawasan lindung, dan


secara tataruang kegiatan industri ini tidak konflik dengan kepentingan
lainnya.
c. Penentuan Kompetensi Inti Industri Daerah
Dipahami oleh konsultan pada tahapan berikutnya adalah menentukan
kompetensi inti industri sebagai kelanjutan setelah ditentukannya
produk unggulan dengan tahapan dibawah ini :

Gambar 4.3. Penentuan Kompetensi Inti


Berdasarkan gambar diatas pada akhirnya akan ditentukan satu produk
unggulan dari sekian produk unggulan dengan melalui proses penilaian
atas kriteria-kriteria yang ditetapkan , kemudian digodok melalui FGD
PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-7

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

dengan stakeholder daerah agar hasilnya dapat diterima oleh daerah ,


dilanjutkan penentuan rantai nilai industri dari produk unggulan
dengan model analisis value chain Porter, dari rantai nilai ini akan
dilihat kompetensi-kompetensi yang mempunyai nilai lebih menjadi
beberapa kompetensi utama yang strategis.
d. Penyusunan Peta Panduan Kompetensi Inti Industri
Dipahami oleh konsultan dalam penyusunan peta panduan kompetensi
inti industri, adalah pedoman operasional aparatur pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam rangka menunjang secara komplementer dan
sinergik

untuk

suksesnya

pelaksanaan

program

pengembangan

kompeten inti industri daerah, pedoman pengembangan KIID bagi


pelaku industri baik pengusaha maupun industri terkait, pedoman
koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor , antar instansi di pusat
dan daerah, dan sebagai informasi untuk menggalan dukungan sosial
politis

maupun

control

sosial

terhadap

pelaksanaan

kebijakan

pengembangan KIID guna mendiring partisipasi masyarakat luas untuk


berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Lebih jelas dan detai proses penetapan peta panduan pengembangan
KIID dapat diliha pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.4. Penentuan Kompetensi Inti


e. Materi Penyusunan Draft Peraturan Menteri :
PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-8

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

Dipahami oleh konsultan bahwa output akhir dari pekerjaan ini adalah
penyusunan draft Peraturan Menteri Perindustrian mengenai rencana
dan tindakan pelaksanaan kompetensi inti industri daerah sebagai
pedoman bagi pusat, daerah, pelaku industri dan sektor lainnya yang
terkait.
Tabel 4.1 Tabel Rencana Aksi Pelaksanaan Kompetensi Inti
Industri Daerah
N
O
A

RENCANA AKSI

201
4

201
5

201
6

201
7

201
8

INSTANSI

Target
Output

PUSAT

1
a.
b.

2
a.
b.
c.
B

DAERAH

1
2
a.
b.
c.
4
a.

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-9

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

N
O

RENCANA AKSI

201
4

201
5

201
6

201
7

201
8

INSTANSI

Target
Output

b.

PELAKU
INDUSTRI/PENGUS
AHA

DUKUNGAN
SEKTOR LAIN

4.1.1.3.Pemahaman Terhadap Tahapan Dan Waktu Pelaksanaan


Pekerjaan
Dipahami oleh konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan KIID
ini sebagai proses yang harus memenuhi standar dasar pelaksanaan pekerjaan,
yang mengakomodasi aspirasi daerah untuk mengembangkan kompetensi inti
industrinya dengan adanya Fokus Group Disccussion dengan stakeholder
menyepakati produk-produk unggulan daerah. Dengan rentang pelaksanaan
waktu 6 bulan , konsultan memahami bahwa kegiatan ini pada akhir tahun akan
direalisasikan menjadi Draft Peraturan Menteri Perindustrian untuk dijadikan
pedoman tahun berikutnya,

4.1.2. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN


KERJA
4.1.2.1.

Tanggapan Terhadap Latar Belakang

Menanggapi mengenai latar belakang dalam Kerangka Acuan Kerja,


bahwa pembangunan industri menjadi salah satu penggerak pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang lebih memberdayakan masyarakat, berbeda dengan
pertambangan yang sangat padat modal dan rentan dengan kepentingan politik
asing yang ingin menguasai asset sumber daya alam Indonesia. Tetapi

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-10

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

bahwasanya perlu dipertimbangkan lagi konsep pengembangan industri nasional


tidak lagi menekankan kepada investasi asing sebagai penggeraknya, sudah
mengarah kepada pemberdayaan masyarakat daerah dengan pendekatan
bottom up melalui KIID ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menjadi semu, karena
pertumbuhan lebih banyak didorong adanya investasi secara massif dari fihak
asing dengan membangun industri perakitan, industri pertambangan, yang
menimbulkan effect ekonomi yang tinggi , tetapi muncul bahwa tingkat
pemerataan pembangunan, rendah UMP, keberlanjutan daya saing IKM IKM
didaerah yang masih kembang kempis, kekurangan modal dan akses pemasaran.
Perekonomian nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya
dengan sektor industri dan perdagangan:
1. Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas
dan

industri

teknologi

tinggi.

Adanya

strategi

ini

mengakibatkan

berkembangnya industri yang berbasis impor. Industri-industri tersebut


sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah yang tajam,
2. Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau
Jawa. Industri yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah
tidak sejalan dengan kondisi geografis Indonesia yang menyebut dirinya
sebagai negara kepulauan.
3. Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan
impor bahan baku yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga
pinjaman bank di Indonesia, apalgi belum sepenuhnya Indonesia diterima
di pasar internasional
4. Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan
komoditi yang berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan
tersedianya sumber daya alam - seperti hasil perikanan, kopi, karet, dan
kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah seperti pada industri tekstil,
alas kaki, dan barang elektronik
5. Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada
umumnya dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah yang
diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia mengekspor kayu dalam

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-11

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk mebel


karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6. Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan
pelatihan yang cebderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi
pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya
kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja
di masa lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia
yang terserap. ketimbang kualitas tenaga manusianya.

Gambar 4.5 Piramida Struktur Industri


Berdasarkan dari gambar tersebut menunjukkan bahwa struktur industri
di Indonesia masih Oligopoli oleh beberapa perusahaan konglomerat. Dengan
adanya program penyusunan KIID yang berbasis pendekatan bottom up
diharapkan

menjadi

solusi

pemberdayaan

masyarakat

daerah,

sehingga

meningkatkan IKM pangsa pasar struktur industri nasional kedepan.

4.1.2.2.

Tanggapan Terhadap Materi Kajian KIID

Menanggapi bahwa materi kajian Kompetensi Inti Industri Daerah adalah


sesuatu

yang mempunyai misi yang baik dan bermutu, dimana untuk

meningkatkan kemampuan daerah yang meliputi sumber daya manusia,


teknologi, dan infrastruktur pendukung. Konsultan mempunyai gagasan dan ide
dalam materi kajian ini adalah:

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-12

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

1) Perlunya pendalaman struktur industry didaerah, karena tidak menutup


kemungkinan peranan investor asing yang mendominasi ekonomi daerah
menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan KIID ini.
2) Konstelasi politik dan kebijakan pemerintah daerah terkait adanya
penanaman modal asing didaerah, yang dimana akan menimbulkan
konflik dengan pengembangan industry kecil menengah daerah.
3) Adanya review zonasi tata ruang didaerah, untuk melihat tingkat
dukungan kewilayahan terhadap pengembangan KIID .
Materi Penyusunan Kompetensi Inti Industri Daerah meliputi :
I. Gambaran Umum Daerah
Menanggapi kebutuhan profil daerah ini sebagai dasar awal dalam analisis
secara umum, tetapi kadang terdapat data-data yang masih belum akurat,
dan update tahun terbaru menjadi salah satu hal yang perlu didapatkan untuk
data ini. Kebutuhan gambaran umum daerah ini konsultan mempunyai
gagasan dan ide adalah melengkapi dengan buku lain pendukung seperti :
PDRB dalam angka, Dokumen RTRW, RPJMD, Renstra Dinas sektor terkait.
II. Pengembangan Komoditi Unggulan.
Menanggapi pengembangan komoditi unggulan ini adalah ini bagian awal
yang penting dalam penyusunan KIID, tetapi dalam penentuan ini sering
adanya konflik kepentingan dalam FGD dengan stakeholder didaerah, karena
berkaitan dengan keberlangsungan industry yang sudah ada saat ini.
Konsultan mempunyai gagasan dan ide adalah dengan menyusun suatu
kriteria dan indikator yang tepat, sehingga akan memberikan pengertian da
menggiring fihak stakeholder untuk menyepakati produk-produk unggulan,
selain data sekunder yang didapat dari Bappeda maupuan Disperindag.
III. Penentuan Kompetensi Inti Industri Daerah
Menanggapi penentuan KIID ini adalah merupakan breakdown dari produk
unggulan terpilih menjadi suatu ranta nilai industrinya. Dengan penguraian ini
akan terlihat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk membangun alur
industry tersebut.

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-13

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

Gambar 4.6 Rantai Nilai Industri


Maka dari setiap rantai nilai industri, dapat disusun kompetensi yang
dibutuhkan seperti contoh :
1. Aspek Human Resource : Kemampuan melakukan pengelasan oleh
Pekerja
2. Aspek Teknologi : Kemampuan mengubah komposisi kimia
3. Aspek Pemasaran : Kemampuan melakukan promosi produk
4. Aspek Infrastruktur : Kemampuan daya tahan jalan terhadap Truck
muatan diatas 20 Ton
5. Aspek Produksi : Kemampuan melakukan proses pencetakan yang
presisi.
6. Aspek service : Kemampuan komunikasi dengan pelanggan dalam
layanan online
Bahwa dalam hasil pelaksanaan penentuan kompetensi inti industry ini
terdapat 2 (dua) kompetensi yaitu : a. Kompetensi yang dibutuhkan

b.

Kompetensi yang dikuasai saat ini , dengan melakukan Analisi GAP, akan
terlihat apakah kondisi kompetensi saat ini sudah mencapai standar minimum
kompetensi yang dibutuhkan atau belum, maka hasil inilah yang dimenjadi
dasar peta penduan pengembangan KIID. Maka dari itu konsultan mempunyai
gagasan dan ide adalah dengan menambahkan beberapa analisis perhitungan
dan pembobotan untuk menilai gap kompetensi didaerah, dengan pendekatan

PT. RENSA KERTA MUKTI

IV-14

Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota


di Wilayah III (Koridor Maluku, Papua)

kualitatif dan kuantitatif bila memungkinkan data data pengukurannya


didapat.

IV. Penyusunan Peta Panduan Kompetensi Inti Industri


Menanggapi penyusunan Peta Panduan KIID ini adalah merupakan pedoman
bagi para pelaku stakeholder yang terkait dengan pengembangan KIID, tetapi
perlu diperjelas mengenai tingkat koordinasi antar stakeholder yang strategis
yang

mempunyai

KIID.Konsultan

pengambilan

mempunyai

keputusan

gagasan

dan

terhadap

ide

adalah

pengembangan

menyusun

model

kelembagaan pengembangan KIID di daerah, dengan tupoksi dan peranannya


terhadap dukungannya dalam peningkatan daya saing industry daerah.

4.2.1. TANGGAPAN

DAN

SARAN

TERHADAP

FASILITAS

PENDUKUNG DARI PPK


Dalam KAK tidak dijabarkan jenis dan macam fasilitas pendukung yang
diberikan PPK dalam melaksanakan pekerjaan. Tetapi dalam hal ini konsultan
memberikan

masukan

bahwa

untuk

melakukan

pekerjaan

ini

diperlukan

dukungan data-data dari kementerian perindustrian. Dukungan data yang akurat


sangat diperlukan untuk dapat memberikan hasil pekerjaan optimal dan sesuai
dengan yang diharapkan.
Selain dukungan data diperlukan juga dukungan berupa kemudahan
dalam hal administrasi untuk membantu dalam pekerjaan dilapangan baik untuk
melakukan survey lapangan, rapat koordinasi, maupun dalam melakukan FGD
dan rapat-rapat teknis lainnya di daerah.

PT. RENSA KERTA MUKTI

Anda mungkin juga menyukai